Вы находитесь на странице: 1из 23

BAB I

PENDAHULUAN

Tumor Gaster terdiri dari tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak lebih jarang
daripada tumor ganas. Tumor jinak didapatkan pada autopsi berkisar antara 0,2 - 0,4 % dan
jarang ditemukan di bawah umur 55 tahun. Tumor ganas didapatkan 10 kali lebih banyak
daripada tumor jinak. Tumor ganas yang terbanyak adalah adenokarsinoma dan tumor ini
menempati urutan ketiga tumor saluran cerna di Amerika Serikat setelah tumor kolon dan
Pankreas. Tumor gaster terdiri atas tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak dibagi atas
tumor jinak epitel (benigna epithelial tumor) dan tumor jinak non epitel. Neoplasma jaringan
ikat yang banyak ditemukan adalah tumor otot polos. Perangai tumor ini sulit diramalkan, dan
sulit dibedakan antara tumor ganas dan jinak berdasarkan kriteria histologis.1
Selama beberapa dasawarsa terakhir angka kematian turun tajam sampai 30%, ini
disebabkan kejadian penyakit ini menurun di Amerika Serikat dan Eropa Barat, tetapi tetap
menjadi masalah di Jepang. Eropa Timur, dan Amerika Latin. Di negara lain selain Jepang,
kelangsungan hidup lebih dari 5 tahun setelah pembedahan tumor gaster kurang dari 10%,
sedangkan di Jepang dapat mencapai 90% karena adanya peningkatan cara diagnostik
(endoskopi dan endoskopi ultrasound).2
Karsinoma gaster merupakan suatu tumor epitel pada mukosa gaster yang bersifat
malignan dengan diferensiasi kelenjar. Secara anatomi, kelenjar pada gaster mempunyai dua
komponen, yaitu: foveola (crypt, pit) dan komponen sekretori (adenomere). Bagian fobeola
ini merupakan daerah yang penting untuk pertumbuhan karsinoma lambung, terutama lapisan
sel generative yang terletak pada bagian basal. Perbedaan antara tipe-tipe karsinoma lambung
tergantung pada proporsi dari faveola dan sekretori.3
Menurut Japanese Society of Gastroenterological Endoscopy pada tahun 1962,
karsinoma dini pada lambung yaitu suatu adenocarcinoma yang terbatas pada mukosa atau
mukosa dan submukosa (tidak mencapai muskularis eksterna) tanpa memperhatikan adanya
keterlibatan lymph node regional. Karsinoma ini tidak sama dengan karsinoma insitu ataupun
dysplasia gaster, karena pada keadaan ini tumor belum melewati basal membrane dan tidak
menyebabkan metastase. Tetapi pada karsinoma dini lambung, pada beberapa kasus dapat
dijumpai metastase pada lymph node maupun pada hepar.3,4

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Lambung


Lambung merupakan bagian sistem gastrointestinal yang terletak di antara esophagus
dan duodenum berupa ruang berbentuk kantung mirip huruf J dan mempunyai dua lubang
(ostium cardiacum dan ostium pyloricum) dan dua curvatura (curvatura major dan
curvatura minor ) serta dua permukaan (facies anterior dan facies posterior). Lambung
dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan perbedaan anatomis, histologis, dan fungsional. Fundus
adalah bagian lambung yang terletak di atas lubang esophagus. Bagian tengah atau utama
lambung disebut dengan korpus (badan). Lapisan otot polos di fundus dan korpus relatif
tipis, tetapi bagian bawah lambung, antrum, memiliki otot yang jauh lebih tebal. Diantara
region-regio tersebut juga terdapat perbedaan kelenjar di mukosa. Bagian akhir lambung yaitu
sfingter pylorus, yang berfungsi sebagai sawar antara lambung dan bagian atas usus halus,
duodenum.5

Gambar 2.1 Anatomi Lambung

Lambung terdiri dari empat lapisan. Selubung serosa yang terletak diluar dibentuk
oleh peritoneum, yang menutupi permukaan lambung. Ketiga lapisan otot lambung terdiri dari
otot polos. Lapisan longitudinal yang paling luar terbentang dari esofagus ke bawah. Lapisan
otot sirkular yang ditengah merupakan lapisan yang paling kontinyu dan paling kuat dari
ketiga lapisan tersebut. Otot miring yang paling dalam merupakan lanjutan lapisan otot
sirkular esofagus. Otot sirkular dan otot miring akan semakin tebal pada bagian fundus hingga
ke pilorus.5

2
Lapisan selanjutnya adalah lapisan mukosa lambung. Lapisan mukosa lambung
tersusun dalam lipatan-lipatan longitudinal sementara yang dinamakan rugae, yang
memungkinkan meregang. Beberapa kelenjar gastrik yang memiliki fungsi sekresi tertentu
yang akan dijelaskan kemudian. Terdapat jaringan yang menghubungkan antara lapisan otot
dan lapisan mukosa yaitu jaringan sub mukosa yang memungkinkan lapisan mukosa bergerak
bersama gerakan peristaltik. Pada lapisan ini juga terdapat saraf, pembuluh darah, dan limfe.5
Secara anatomik, lambung terdiri atas 5 daerah yaitu: (1).Kardia, daerah yang kecil
terdapat pada bagian superior di dekat gastroesofageal junction; (2). Fundus, berbentuk kubah,
menonjol ke atas , dan terletak di sebelah kiri ostium cardiacum. Biasanya fundus penuh
dengan udara;(3). Korpus terbentang dari ostium cardiacum sampai incisura angularis
(lekukan yang selalu ada pada bagian bawah curvatura minor), merupakan 2/3 bagian dari
lambung dan berada di bawah fundus sampai ke bagian paling bawah yang melengkung ke
kanan membentuk huruf J;(4). Antrum pyoricum, adalah bagian 1/3 bagian distal dari
lambung, terbentang dari incisura angularis sampai pylorus;(5). Pylorus, merupakan bagian
lambung yang berbentuk paling tubular. Dinding ototnya yang tebal membentuk sphincter
pyloricus, dan rongga pylorus dinamakan canalis pyloricus.5
Ciri yang cukup menonjol pada anatomi lambung adalah peredaran darahnya yang
sangat kaya dan berasal dari empat jurusan berupa arteri besar dan berada di pinggir kurvatura
mayor dan minor serta di dalam dinding lambung. Di belakang dan tepi medial duodenum
juga ditemukan arteri besar, yakni a.gastroduodenalis. Vena lambung dan duodenum
bermuara ke vena porta. Peredaran vena ini kaya sekali dengan hubungan kolateral ke organ
yang memiliki hubungan embrional dengan lambung dan duodenum. Saluran limfe lambung
cukup rumit, semuanya akan berakhir di kelenjar paraaorta dan preaorta di pangkal
mesenterium embrional.5
Persarafan simpatis lambung seperti biasa melalui serabut saraf yang menyertai arteri.
Impuls nyeri dihantarkan melalui serabut aferen saraf simpatis. Serabut parasimpatis berasal
dari n.vagus dan mempersarafi sel parietal di fundus dan korpus lambung. Sel ini berfungsi
menghasilkan asam lambung.5

2.2 Fisiologi

Lambung melakukan beberapa fungsi, yaitu fungsi terpentingnya adalah menyimpan


makanan yang masuk sampai disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk
pencernaan dan penyerapan yang optimal. Makanan yang dikonsumsi hanya beberapa menit
memerlukan waktu beberapa jam untuk dicerna dan diserap. Fungsi kedua adalah untuk
mensekresikan asam hidroklorida (HCl) dan enzim-enzim yang memulai pencernaan protein.
3
Akhirnya melalui gerakan mencampur lambung, makanan yang masuk dihaluskan dan
dicampur dengan sekresi lambung untuk menghasilkan campuran kental yang disebut dengan
kimus. 6
Terdapat empat aspek motilitas lambung yaitu pengisian lambung (gastric filling),
penyimpanan lambung (gastric storage), pencampuran lambung (gastric mixing), dan
pengosongan lambung (gastric emptying).6,7
1. Pengisian lambung, jika kosong lambung memiliki volume sekitar 50 ml, tetapi organ ini
dapat mengembang hingga kapasitasnya mencapai sekitar 1 liter (1000 ml) ketika makan.
Akomodasi perubahan volume yang besarnya hingga duab puluh kali lipat tersebut akan
menimbulkan ketegangan pada dinding lambung dan sangat meningkatkan tekanan
intralambung jika tidak terdapat dua faktor yaitu, plastisitas dan relaksasi reseptif pada
lambung saat lambung terisi. Plastisitas mengacu pada kemampuan otot polos
mempertahankan ketegangan konstan dalam rentang panjang tertentu. Sifat dasar otot
polos diperkuat oleh relaksasi refleks lambung pada saat terisi. Interior lambung
membentuk lipatan-lipatan dalam yang dikenal sebagai rugae. Selama makan., lipatan-
lipatan itu mengecil dan mendatar pada saat lambung sedikit demi sedikit melemas
karena terisi. Relaksasi lambung sewaktu menerima makanan ini disebut dengan
relaksasi reseptif, relaksasi ini mengingkatkan kemampuan lambung untuk
mengakomodasi volume makanan tambahan dengan hanya sedikit mengalami
peningkatan tekanan. 6,7
2. Penyimpanan lambung, terjadi karena adnaya gerakan peristaltic dari esophagus yang
menyapu makanan ke lambung. Karena lapisan otot di fundus dan corpus tipis, kontraksi
peristaltic di kedua daerh tersebut lebih lemah. Pada saat mencapai antrum, gelombang
menjadi lebih kuat disebabkan oleh lapisan otot di antrum yang jauh lebih tebal. Karena
di fundus dan corpus gerakan mencampur yang terjadi kurang kuat, makanan yang masuk
ke lambung dari esophagus tersimpan relative tenang tanpa mengalami pencampuran.
Daerah fundus biasanya tidak menyimpan makanan, tetapi hanya berisi sejumlah gas.
Makanan secara bertahap disalurkan dari korpus ke antrum, tempat berlangsungnya
pertukaran makanan. 6,7
3. Pencampuran lambung, kontraksi peristaltic lambung yang kuat merupakan penyebab
makanan bercampur dengan sekresi lambung dan menghasilkan kimus. Setiap
gelombang peristaltic antrum mendorong kimus ke arah depan sfingter pylorus. sebelum
lebih banyak kimus yang diserap keluar makan gelombang peristaltic sudah mencapai
sfingter pylorus dan menyebabkan sfingter tersebut berkontraksi lebih kuat, menutup
pintu keluar dan menghambat aliran kimus lebih lanjut ke duodenum. Bagian terbesar
4
kimus terdorong ke depan, tetapi tidak dapat di dorong ke dalam duodenum dengan tiba-
tiba berhenti pada sfingter yang tertutup dan tertolak kembali ke dalam antrum, hanya
untuk didorong ke depan dan tertolak kembali pada saat gelombang peristaltic yang baru
datang. Gerakan maju mundur tersebut dinamakan retropulsi, yang menyebabkan kimus
bercampur secara merata di antrum.6,7
4. Pengosongan lambung, kontraksi peristaltik antrum selain menyebabkan pencampuran
lambung, juga menghasilkan gaya pendorong untuk mengosongkan lambung. Semakin
tinggi eksitabilitasm semakin sering BER (Basic Electrical Rhytm) meghasilkan potensial
aksi, semakin besar aktivitas peristaltic di antrum, dan semakin cepat pengosongan
lambung. 6,7
Cairan lambung jumlahnya bervariasi antara 500-1500 mL/hari mengandung lendir,
pepsinogen, faktor intrinsic dan elektrolit, terutama larutan HCl. Sekresi basal cairan ini
selalu ada dalam jumlah sedikit. Produksi asam merupakan hal yang kompleks tetapi untuk
memudahkan proses ini dibagi atas tiga fase perangsangan yaitu fase sefalik, fase gastric, dan
fase intestinal yang saling mempengaruhi dan berhubungan. 6
1. Fase sefalik.
Fase ini terjadi meskipun makanan belum memasuki lambung. Pada fase ini terjadi
rangsangan pada lambung akibat melihat, mencium, memikirkan atau merasakan
makanan bahkan berpikir tentang makanan akan meningkatkan produksi asam melalui
aktivasi nervus vagus. Semakin besar nafsu makan, semakin besar rangsangan. Sinyal
neurologik ini berasal dari korteks serebri atau pada pusat nafsu makan amigdala atau
hipotalamus. Sinyal selanjutnya dihantarkan ke lambung melalui nuclei motoris dorsal
vagus. Namun, sekresi ini hanya satu persepuluh sekresi lambung normal yang
berhubungan dengan makanan.6
2. Fase gastrik.
Fase ini terjadi di dalam lambung sesaat setelah makanan memasuki lambung hingga
meninggalkan lambung. Fase ini merupakan lebih dari dua pertiga sekresi gastrik total
yang berhubungan dengan makanan.6
3. Fase Intestinal
Fase ketiga adalah fase dimana makanan sudah mulai meninggalkan lambung dan
menuju usus halus bagian atas (duodenum). Pada fase ini ada beberapa kemungkinan
sekresi gastrik yang disebabkan oleh mukosa duodenum atau hormon usus halus. 6

5
2.3 Histologi Lambung
Dinding lambung tersusun dari empat lapisan dasar utama yaitu lapisan mukosa,
submukosa, muskularis eksterna, dan serosa.8
1. Lapisan mukosa terdiri atas epitel permukaan, lamina propia, dan muskularis mukosa.
Epitel permukaan yang berlekuk ke dalam lamina propia dengan kedalaman yang
bervariasi, dan membentuk sumur-sumur lambung disebut foveola gastrika. Epitel
yang menutupi permukaan dan melapisi lekukan-lekukan tersebut adalah epitel selapis
silindris dan semua selnya menyekresi mukus alkalis. Lamina propia lambung terdiri
atas jaringan ikat longgar yang disusupi sel otot polos dan sel limfoid. Muskularis
mukosa yang memisahkan mukosa dari submukosa dan mengandung otot polos
2. Lapisan sub mukosa mengandung jaringan ikat, pembuluh darah, sistem limfatik,
limfosit, dan sel plasma. Sebagai tambahan yaitu terdapat pleksus submukosa.
3. Lapisan muskularis propia terdiri dari tiga lapisan otot, yaitu (1) inner oblique, (2)
middle circular, (3) outer longitudinal. Pada muskularis propia terdapat pleksus
myenterik (auerbach). Lapisan oblik terbatas pada bagian badan (body) dari lambung .
4. Lapisan serosa adalah lapisan yang tersusun atas epitel selapis skuamos (mesotelium)
dan jaringan ikat areola Lapisan serosa adalah lapisan paling luar dan merupakan
bagian dari viseral peritoneum8

Gambar 2.2 Histologi Lambung8

6
2.4 Tumor Gaster

2.4.1 Epidemiologi

Tumor Gaster terdiri dari tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak lebih jarang
daripada tumor ganas. Tumor jinak didapatkan pada autopsi berkisar antara 0,2 - 0,4 % dan
jarang ditemukan di bawah umur 55 tahun. Tumor ganas didapatkan 10 kali lebih banyak
daripada tumor jinak. Tumor ganas yang terbanyak adalah adenokarsinoma dan tumor ini
menempati urutan ketiga tumor saluran cerna di Amerika Serikat setelah tumor kolon dan
Pankreas. Karsinoma lambung yang merupakan salah satu bentuk tumor ganas gaster
merupakan bentuk neoplasma gastrointestinal yang paling sering terjadi dan menyebabkan
sekitar 2,4 % kematian akibat kanker. Laki-laki lebih sering terserang penyakit ini
dibandingkan dengan perempuan dan sebagian kasus terjadi setelah usia 40 tahun.2
Tumor gaster banyak ditemukan pada orang tua (50-70 tahun), Perbandingan laki-laki
: wanita = 2:1. Pasien dengan umur muda (< 30 tahun) tumornya lebih agresif dengan
prognosis lebih buruk. Diagnosa kanker lambung dini sangat jarang (80% tidak ada
keluhan/asimptomatik). Pada umumnya, penderita didiagnosis sudah dalam stadium lanjut
dan sulit disembuhkan.2

2.4.2 Faktor Resiko


Penyebab kanker lambung tidak diketahui, tetapi dikenal faktor predisposisi tertentu.
Faktor genetik tampaknya berperan penting, karena kanker lambung lebih sering terjadi pada
orang bergolongan darah A daripada golongan darah lain. Faktor karsinogenik dalam
makanan, seperti daging asap, makanan yang diasamkan, diet tinggi nitrat (nitrosamine)
sebagai pengawet Faktor resiko kanker gaster lainnya adalah infeksi Helicobakter pilori,
perokok, dan atrofi lambung. Kanker lambung lebih sering terjadi pada golongan sosial
ekonomi rendah. Salah satu faktor predisposisi yang paling penting adalah adanya gastritis
atrofik atau anemia pernisiosa. Riwayat ulkus peptikum yang tidak sembuh juga berkaitan
dengan meningkatnya risiko kanker lambung. Di samping itu ada juga faktor-faktor resiko
yang mempermudah :2
1. Seks, kanker gaster pada pria 2 kali lebih sering daripada perempuan.
2. Umur, kebanyakan kanker lambung pada umur 50-70 tahun dan jarang dibawah umur
40 tahun.
3. Alkohol
4. Operasi lambung sebelumnya.
5. Polip lambung

7
6. Sindrom Kanker familial

2.4.3 KLASIFIKASI
Tumor Gaster dapat dibagi menjadi 2 kelompok :
A. TUMOR JINAK
Tumor jinak gaster adalah pertumbuhan abnornal jaringan yang terjadi di lambung.
Terdapat beberapa tipe dari tumor jinak gaster yakni beberapa diantaranya muncul dari
lapisan mukosa lambung atau dari lapisan dinding dan struktur paling dalam dari lambung.
Kebanyakan polip lambung bersifat jinak namun dapat beresiko menjadi lesi kanker. Dapat
dibagi atas :2
1. Tumor jinak epitel
2. Tumor jinak non epitel
Tumor jinak epitel
Tumor jinak epitel biasanya berbentuk polip dan dapat dibagi atas :

a. Adenoma: terisolisasi, bagian dari adenoma generalisata gastrointestinal.


b. Adenoma Hiperplastik: polip sirkumskripta, difus.
c. Adenoma Heterotropik: tumor Pankreas aberan, bruninoma.2
1. Adenoma
Adenoma sering terdapat terbatas pada lambung, tetapi dapat merupakan bagian polip
adenoma generalisata pada saluran cerna. Didapatkan pada 1% dari pasien yang dilakukan
pemeriksaan radiologi dan endoskopi. Terutama didapatkan pada pria, biasanya usia dewasa.
Biasanya berbentuk polip yang bertangkai, dengan permukaan licin, besarnya hanya beberapa
centimeter. umumnya tanpa keluhan, kadang-kadang timbul perdarahan yang dapat
menyebabkan anemia. Lokasi tumor yang tersering daerah pylorus dan antrum (50%), fundus
(20%), kurvatura minor (20%) dan kardia (10%).2
Pada pemeriksaan radiologi didapatkan filling defect dengan tepi teratur dan
bertangkai. Pemeriksaan Gastroskopi merupakan pemeriksaan yang memastikan lokasinya
terutama di daerah antrum dan angulus. Setiap polip walaupun kelihatan jinak perlu dilakukan
biopsy untuk melihat patologi anatominya. Bila pasien tanpa keluhan, sebaiknya dilakukan
pemantauan secara teratur. Jika terlihat adanya komplikasi sebaiknya dilakukan polipektomi.2
2. Adenoma Hiperplastik
Adenoma Hiperplastik pada Gastritis atrofi kronis permukaan mukosa dan alveolar,
berubah menjadi hyperplasia. Bentuknya dapat berupa sessile atau discrete.2

8
3. Adenoma Heterotropik
2.1. Anomali pancreas
Kira-kira 0,5% dari autopsi. Lebih sering ditemukan pada pria antara umur 22-55
tahun. Lokasi terbanyak di daerah antrum dan pylorus. Biasanya pankreas aberan ini kecil
(diameter 1 cm). Pemeriksaan radiologis dengan kontras ganda sangat membantu diagnosis.2

2.2. Bruninoma

Biasanya ditemukan di daerah bulbus duodeni dan pada pemeriksaan radiologis


didapatkan polip multiple dan kadang-kadang didapatkan di daerah pylorus dan antrum.2

Tumor Jinak Non Epitel2

Tumor jinak non epitel ini penting karena sering menimbulkan komplikasi berupa
ulserasi dan perdarahan.

1. Tumor Neurogenik
Sering didapatkan Schwannoma yang tumbuh dalam submukosa dan menonjol ke
dalam lumen. Biasanya ukuran tumor menjadi beberapa cm, dapat terjadi ulcerasi dan
perdarahan.2
2. Leiomioma
Sering didapatkan pada pasien dewasa pada otopsi. Biasanya tunggal dengan diameter
2 cm di daerah antrum dan pylorus. Dapat menyebabkan hipertrofi pylorus stenosis.2
3. Fibroma
Biasanya kombinasi dengan tumor lain seperti neurofibroma, miofibroma, lipofibroma
dan lain-lain. Fibroma ini lebih jarang ditemukan daripada schwannoma. Gejala yang
sering timbul adalah perdarahan dan rasa nyeri.2
4. Lipoma
Lipoma ini didapatkan pada autopsy lebih kurang 0,03%. Lipoma tumbuh di dalam
sub mukosa dengan keluhan rasa nyeri dan kadang-kadang ada perdarahan.2

9
B. TUMOR GANAS

Karsinoma lambung dini (Early Gastric Cancer: EGC)

Istilah EGC ini meliputi semua karsinoma yang tidak invasif kedalam lapisan
muskularis dan masih terbatas pada mukosa dan submukosa. EGC dapat berupa penonjolan
dari fokus kecil dan kadang secara diam-diam meluas, sehingga mengesankan kemungkinan
dari gabungan beberapa fokus (multicentris). Klasifikasi karsinoma lambung dini menurut
Japan Gastroenterological Endoscopy Society (1962) berdasarkan hasil pemeriksaan
endoskopi dapat dibagi atas: 2

1. Tipe I (protruded type) : tumor ganas yang menginvasi hanya terbatas pada mukosa
dan submukosa yang berbentuk polipoid, nodular, ataupun vilous. Bentuknya ireguler,
permukaan tidak rata, perdarahan dengan atau tanpa ulserasi.
2. Tipe II (superficial type) : dapat dibagi atas 3 subtipe:
a. Elevated type :
Lesi yang elevasi pada permukaan mukosa
b. Flat type:
Lesi yang berbentuk rata/flat dengan permukaan mukosa
c. Depressed type:
Didapatkan permukaan yang ireguler dan pinggir yang tidak rata (ireguler) hiperemis/
pendarahan
3. Tipe III (excavated type) : menyerupai Bormann II (tumor ganas lanjut) dan sering
disertai kombinasi seperti IIc + III atau III + IIc dan IIa + IIc.

Gambar 2.3 Klasifikasi Karsinoma Lambung Dini9

10
Karsinoma lambung lanjut (Advanced Gastric Cancer= AGCr)

Pada tipe lanjut, sel-sel kanker sudah terjadi perluasan pada lapisan mukosa, submukosa,
muskularis, kadang-kadang sampai lapisan propria dan serosa. Bahkan sering terjadi infiltrasi
atau metastase ke kelenjar limfe atau organ lainnya.

Menurut klasifikasi Bormann dapat dibagi atas: 2


1. Bormann I: Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering juga disebut sebagai
fungating dan mukosa di sekitar tumor atrofi dan ireguler
2. Bormann II: Merupakan non infiltrating carcinomatous ulcer dengan tepi ulkus serta
mukosa sekitarnya menonjol dan disertai nodular. Dasar ulkus terlihat
nekrosis dengan warna kecoklatan, keabuan dan merah kehitaman. Mukosa
sekitar ulkus tampak sangat hiperemis
3. Bormann III: berupa infiltrating carcinomatous ulcer, ulkusnya mempunyai dinding dan
terlihat adanya infiltrasi progresif dan difus
4. Bormann IV: berupa bentuk diffuse infiltrating type, tidak terlihat batas tegas pada
dinding dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.

2.4.4 PATOGENESIS
Seperti pada umunya tumor ganas di tempat lain, penyebab tumor ganas gaster juga
belum diketahui secara pasti. Faktor yang mempermudah timbulnya tumor ganas gaster
adalah perubahan mukosa yang abnormal, antara lain seperti gastritis atrofi, polip di gaster
dan anemia pernisiosa. Disamping itu, pengaruh keadaan lingkungan mungkin memegang
peranan penting terutama pada penyakit gaster seperti di Negara Jepang, Chili, Irlandia,
Australia, Rusia dan Skandinavia.2
Dapat disimpulkan bahwa kebiasaan hidup mempunyai peran penting, makanan panas
dapat merupakan faktor timbulnya tumor ganas seperti juga makanan yang diasap dan ikan
asin yang mungkin mempermudah timbulnya tumor ganas gaster. Selain itu, faktor lain yang
mempengaruhi adalah faktor herediter, golongan darah terutama golongan darah A dan faktor
infeksi Helicobacter pylori.

11
2.4.5 GEJALA KLINIS
Keluhan tumor jinak gaster menunjukkan gejala apabila sudah mengalami ulserasi
atau menjadi besar, gejala-gejala biasanya tidak spesifik.10,11
Ulcerated Tumors
 Nyeri di epigastrium
 Perdarahan ulkus, biasanya kehilangn darah sedikit dengan tanpa tanda perdarahan
gastrointestinal seperti hematemesis atau melena
 Anemia, terjadi akibat kehilangan darah dalam waktu yang panjang
Large Tumors
 Mual dengan intensitas yang bervariasi dan memburuk setelah makan
 Muntah, dapat bersifat proyektil pada tahap selanjutnya
 Perasaan kembung yang merupakan sensasi kenyang di perut bagian atas
 Merasa cepat kenyang walau makan sejumlah kecil makanan
 Penurunan berat badan
Pada stadium awal, karsinoma gaster sering tidak menimbulkan gejala karena lambung
masih berfungsi normal. Gejala biasanya baru timbul setelah massa tumor cukup besar
sehingga menimbulkan gangguan aktivitas motorik pada segmen lambung, gangguan pasase,
infiltrasi tumor di alat sekitar lambung, atau terjadi metastasis. Kalau massa tumor sudah
besar, keluhan epigastrium biasanya samar-samar, seperti rasa berat dan kembung. Kemudian
timbul penurunan berat badan (82%), nyeri epigastrium (63%), muntah (41%), keluhan
pencernaan (40%), anoreksia (28%), keluhan umum (25%), disfagia (18%), nausea (18%),
kelemahan (17%), sendawa (10%), hematemesis (7%), regurgitasi (7%) dan rasa sedikit tidak
enak pada abdomen bagian atas atau rasa penuh setelah makan (5%), namun kehilangan darah
kronik (chronic occult blood loss) sering terjadi dan bermanifestasi sebagai anemia defisiensi
besi. Bila tumor terletak di dekat kardia, disfagia mungkin merupakan gejala utama yang
paling dini. Muntah karena obstruksi pylorus dapat terjadi bila tumor berada di dekat saluran
keluar lambung. Adanya nyeri perut, hepatomegali, asites, terabanya massa pada colok
dubur, dan kelenjar kimfe supraklavikuler kiri (Limfonodi Virchow) yang membesar
menunjukkan bahwa penyakit sudah lanjut dan menyebar. Bila terdapat ikterus obstruktif,
harus dicurigai adanya penyebaran di porta hepatik.5

12
2.4.6 KLASIFIKASI TNM KARSINOMA GASTER2

Tumor Primer
Tis : Carcinoma insitu
T1 : Invasi ke lamina propria atau submukosa
T2 : Invasi ke muskularis propria
T3 : Penetrasi ke serosa
T4 : Invasi ke organ sekitar
Metastasis Kelenjar Limfe Regional
N0 : None
N1 : Metastasis ke kelenjar perigastrik 3 cm dari tumor primer
N2 : Metastasis ke kelenjar limfe perigastrik lebih dari 3 cm dari pinggir tumor primer
(sepanjang lambung kiri, common hepatic, limpa atau arteri celiac)
Metastasis Jauh
M0 : None
M1 : Metastasis jauh

13
Kanker gaster dini jarang mempunyai keluhan dan sulit untuk dideteksi. Gejala yang
ditimbulkan oleh metastasis dapat berupa perut membesar (asites), ikterus obstruktif, nyeri
tulang, gejala neurologis dan sesak napas, dan dapat pula berupa ileus obstruktif.2

2.4.7 DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat membantu diagnosis berupa berat badan menurun dan anemia.
Di daerah epigastrium mungkin ditemukan suatu massa dan jika telah terjadi metastasis ke
hati, teraba hati yang ireguler dan kadang-kadang kelenjar limfe klavikula teraba.7
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan OMD (Oesophagus,
Maag, Duodenum/Barium Meal/ BNO). Pemeriksaan radiologi gaster dengan OMD kontras
tunggal, pasien harus datang dalam keadaan puasa, agar pemeriksaan tidak terganggu oleh
sisa makanan. Setelah minum barium sulfat, maka dengan fluoroskopi diikuti kontrasnya
sampai masuk ke dalam lambung, kemudian dibuat foto-foto dalam posisi-posisi tegak (erect),
terlentang (supine), agak miring, telungkup (prone). Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai
adanya ulkus di gaster.12
Pemeriksaan kontras ganda OMD pasien juga harus dalam keadaan puasa, sebelum
dimulai, diberikan suntikan antispasmodik, dengan maksud agar lambung dan usus tenang dan
lemas (supple atau pliable). Hal ini akan membantu membuat gambaran lambung menjadi
bagus dan halus. Pasien diminta minum suspensi barium sulfat. Kemudian dilanjutkan dengan
kontras ganda, kontras negative yang paling bagus dan murah ialah udara/ hawa. Sebuah
tabung karet nasogastrik dimasukkan lewat hidung dan esophagus ke dalam lambung,
kemudian dipompakan udara/ hawa. Sebaiknya sebanyak jumlah suspense yang diminum tadi
(kira-kira 300 ml). Dengan demikian lambung dan bulbus duodenum menjadi kembung dan
selaput lendir menjadi rata dan gambaran lambung menjadi jernih dan transparan. Selaput
lendirnya tak kentara lagi, yang tampak sekarang adalah area gastricnya (yaitu bagian-bagian
terkecil yang membentuk selaput lendir tersebut). Ulkus kecil (kurang dari 2 mm) dapat
terdeteksi dengan cara ini; demikian pula sikatriknya. Juga kanker yang masih kecil dan
masih berada di mukosa (early cancer) dapat terlihat. Hal ini sangat penting khususnya di
negara-negara yang banyak dihantui oleh kanker, seperti Jepang dan beberapa negara lain.
Terutama di Jepang, cara kontras ganda ini dikembangkan secara besar-besaran agar sebanyak
mungkin mendeteksi keganasan dini dalam usaha nasionalnya menekan insidensi kanker
lambung.12

14
Tumor secara radiologik adalah merupakan sebuah lesi yang menyita ruangan (Space
occupying lesion = SOL). Bila ada tumor lambung, maka dengan sendirinya kontras tidak
dapat mengisinya, sehingga pada pengisian lambung, tempat tersebut merupakan tempat yang
luput dari pengisian kontras (luput isi atau filling defect). Ulkus dan karsinoma lambung dapat
ditemukan dimana saja dalam lambung. Antrum prepilorik dikenal sebagai tempat predileksi
baik untuk ulkus maupun karsinoma.12

Gambar 2.4 Radiologi tumor gaster12

Suatu pemeriksaan radiografik kontra ganda adalah prosedur diagnostik paling


sederhana untuk pemeriksaan pasien dengan keluhan epigastrik. Penggunaan teknik kontras
ganda membantu untuk mendeteki lesi kecil dengan memperjelas detail mukosa. Lambung
sebaiknya didistensi pada beberapa waktu selama tiap pemeriksaan radiografik karena
densibilitas yang menurun bisa merupakan satu-satunya penunjuk adanya karsinoma
infiltrative difus.7
Pemeriksaan radiologi yang penting adalah pemeriksaan kontras ganda dengan berbagai
posisi seperti terlentang, tengkurap, oblik yang disertai dengan kompresi. Foto kontras ganda
lambung memberikan kepekaan diagnosis sampai 90%. Dicurigai adanya keganasan bila
ditemukan deformitas, tukak atau tonjolan di lumen.11

Kanker Lambung Stadium Awal

Tekhnik pemeriksaan kontras ganda pada pemeriksan saluran cerna atas adalah pilihan
pertama pada pemeriksaan radiologi. Lesi-lesi yang terlihat di mukosa dan submukosa
diklasifikasikan menjadi 3 tipe:13

a. Lesi tipe I yaitu adanya elevasi dan penonjolan keluar lumen lebih dari 5 mm
b. Lesi tipe II yaitu adanya lesi superficial yang adanya elevasi (IIa), datar (IIb), atau
tertekan (IIc).

15
c. Lesi tipe III stadium kanker awal adalah gambaran dangkal, ulkus ireguler dikelilingi
nodul-nodul, kumpulan lipatan-lipatan mukosa.

Kanker Lambung Stadium Lanjut


Kanker lambung kadang-kadang tampak dalam foto polos abdomen sebagai gambaran
abnormalitas pada kontur gaster atau adanya gambaran massa soft tissue yang masuk ke
dalam kontur gaster. Jarang ditemukan musin yang diproduksi kanker yang akan memberikan
gambaran area kalsifikasi.11
Karsinoma ulserative, gambaran ireguler tampak pada jaringan malignansi. Nodul
tumor mungkin berbatasan dengan lipatan mukosa; lipatan mukosa yang berkumpul di tepi
ulkus mungkin terlihat tumpul, tampak noduler atau kumpulan infiltrasi tumor. Lesi ini
intraluminal, dimana ulkus jinak ditemukan diluar kontur abdomen. Gambaran lipatan
mukosa dihubungkan dengan ulkus benigna jika didapat gambaran yang regular dan meluas di
sekitar margin ulkus. Endoskopi dan biopsy dibutuhkan untuk mengkonfirmasi adanya
malignansi pada hampir semua kasus ulkus gaster.11
Karsinoma infiltrasi menyebabkan penyempitan ireguler abdomen dengan nodul atau
spikulasi mukosa. Karsinoma scirrhous secara khas menyebabkan penyempitan dan rigiditas
abdomen, adanya gambaran linitis plastic atau gambaran “leather bottle”. Meski lesi berlobul
ditemukan di fundus atau corpus, kadang ditemukan sebagai penebalan, lipatan mukosa
ireguler dan nodularitas tanpa penyempitan yang signifikan.11

Gambar 2.5: UGI-double contrast menunjukkan hilangnya distensibilitas dan kontour yang
abnormal dari gaster dikarenakan adenocarcinoma infiltratif (linitis plastica).11

16
3. Pemeriksaan CT-Scan
Pemeriksaan tomografi computer pertama kali digunakan untuk membedakan stadium
dan penyebaran di luar gaster dari karsinoma gaster. Hasil dari pemeriksaan ini sangatlah
penting untuk akhirnya nanti menentukan terapi paliatif bedah dan radikal kuratif bedah.
Tambahan lagi, saat ini pemeriksaan ini juga digunakan untuk monitor respon terhadap
terapi.13 Deteksi karsinoma gaster ditingkatkan dengan menggunakan potongan-potongan tipis
dan multidetektor CT. Jika potongan tipis digunakan, gambaran isotropic abdomen
dimungkinkan akan didapat kualitas tinggi dan gambaran rekonstruksi 3 dimensi dari gaster.
Kontras intravena diberikan, dengan air atau gas sebagai agen intraluminal negative.
Gambaran akan didapatkan adanya tumor di cardia dan bagian distal gaster.11

Gambar 2.6: CT dilakukan dengan distensi gaster oleh air yang memperlihatkan gaster regio
cardia; B, terlihat kanker gaster T4 dari body proksimal dengan ekstensi ke kelenjar
perigastric dan keterlibatan arteri splenic.12

4. Pemeriksaan MRI (Magneting Resonance Imaging)


Pemeriksaan MRI lebih akurat dalam mendeteksi invasi serosal. Pada stadium T,
akurasinya adalah 73%, dibandingkan dengan 67% untuk CT. pada stadium N akurasi MRI
adalah 55% dibandingkan dengan CT scan 59%.11

5. Pemeriksaan Ultrasonography
Tujuan utama pemerikssaan ultraonography transabdominal adalah untuk mendeteksi
metastase ke hepar. Metastase ini biasanya tampak sebagai gambaran hiperekoik, tetapi
kadang ditemukan juga hipoekoik. Penggunaan CT scan dan endoskopik USG saling
melengkapi. CT scan digunakan untuk melihat stadium karsinoma; jika tidak ada metastase ke
organ lain, EUS digunakan untuk melihat adanya penyebaran local. Invasi tumor ke dalam
tidak akurat bila diperiksa dengan CT scan, tetapi akan berhasil jika menggunakan EUS.
Karsinoma gaster ditemukan pada pemeriksaan ultrasound di abdomen atas.11

17
EUS meningkatkan keakuratan pemeriksaan penyebaran kanker gaster. Kegunaannya
adalah untuk mengukur kedalaman invasi dan ada tidaknya nodus perigastrik. Tidak seperti
CT scan dan MRI, EUS dapat menggambarkan lapisan-lapisan dinding gaster melalui
endoskopi. EUS terbatas pada area 5 cm dari probe. Alat ini tidak dapat untuk mendeteksi
metastase jauh atau nodus yang letaknya lebih dari 5 cm dari probe.13

Dinding lambung dibagi menjadi 5 konsentrasi:

 Mukosa – echogenic
 Mukosa muskularis – hypoechoic
 Submukosa – echogenic
 Propria muskularis – hypoechoic
 Serosa – echogenic

Massa tumor gaster akan tampak sebagai gambaran massa hypoechoic dengan invasi
mural yang bermacam-macam. Tumor stadium T1 kan ditemukan penebalan dinding terbatas
di mukosa dan submukosa. Stadium N melibatkan nodus yang tampak lebih hypoechoic
daripada nodus normal. Untuk mendeteksi metastase ke liver, sensitifitasnya mencapai 85%.5
Akurasi pada pemeriksaan stadium T dengan EUS adalah 89 – 92%, sedangkan CT scan
mencapai 43 – 65%; pada stadium N, akurasi EUS adalah 60 – 85% dan CT 48 – 70%.
Penggunaan EUS mempunyai spesifitas mencapai 90% tetapi sensitifitasnya lemah 53 – 80%.
Ultrasound intraoperative dan laparoskopi mempunyai akurasi 81% pada stadium T dan 93%
pada stadium N.13

6. Gastroskopi dan Biopsi


Pemeriksaan gastroskopi banyak sekali membantu diagnosis untuk melihat adanya
tumor gaster. Pada pemeriksaan Okuda (1996) dengan biopsy ditemukan 94% pasien dengan
utmor ganas gaster sedangkan dengan sitologi lavase hanya didapatkan 50% .11

7. Endoskopi Ultrasound
Pemeriksaan yang paling sensitif dan spesifik untuk mendiagnosa karsinoma gaster
adalah dengan endoskopi. Endoskopi dengan resolusi tinggo dapat mendeteksi perubahan
ringan pada warna, relief arsitektur dari permukaan mukosa gaster yang mengarah pada
karsinoma dini gaster. Pemeriksaan radiologi dengan menggunakan barium enema masih
digunakan di Jepang sebagai protokol untuk skrining, bila ditemukan kelainan selanjutnya
dilakukan pemeriksaan endoskopi.Dengan alat ini dapat dilihat adanya penjalaran tumor per
lapis, seperti sub mukosa, muskularis mukosa dan sub serosa.2

18
Gambar 2.7 Hasil Pemeriksaan Endoskopi Karsinoma Lambung Dini. (a) type 0-I (protruded
type); (b) type 0-IIa (superficial and elevated type); (c) type 0-IIb (flat type); (d) type 0-IIc
(superficial and depressed type); (e) type-III (excavated type).9

8. Pemeriksaan Darah & Tinja


Pada tumor ganas gaster sering didapatkan perdarahan dalam tinja (occult blood), untuk
itu perlu dilakukan pemeriksaan tes Benzidin.2

9. Sitologi
Pemeriksaan sitologi pada gaster dilakukan melalui sitologi brushing. Pemeriksaan
sitologi brushing ini jika dilakukan dengan benar mempunyai keakuratan sampai 85%, tetapi
bila pemeriksaan ini dilanjutkan dengan biopsy lambung maka nilai keakuratannya dapat
meningkat mencapai 96%.3

2.4.8 KOMPLIKASI
1. Perforasi: dapat terjadi perforasi akut dan perforasi kronis
2. Hematemesis: hematemesis yang massif dan melena dapat terjadi pada tumor ganas
gaster sehingga dapat menumbulkan anemia
3. Obstruksi: dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah pylorus yang disertai
keluhan muntah-muntah

19
4. Adhesi: jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi perlengketan dan infiltrasi
dengan organ sekitarnya serta menimbulkan keluhan nyeri perut
5. Penyebaran (metastease): pada berbagai organ seperti hati, pancreas dan kolon. Kanker
gaster dapat menyebar secara lokal dan metastase pada jaringan limfe, metastase
peritoneal dan distant metastases. Penyebaran ini dapat secara local, lymphatic atau
hematogenous.2

2.4.9 PENATALAKSANAAN
Tindakan yang paling tepat adalah pembedahan (gastrectomy). Semakin dini dibuat
diagnosis semakain baik. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan adalah: 2,5
1. Pembedahan
Pembedahan dilakukan dengan maksud kuratif dan paliatif. Untuk tujuan kuratif,
dilakukan operasi radikal, yaitu gastrektomi (subtotal atau total) dengan mengangkat kelenjar
limfe regional dan organ lain yang terkena, sedangkan untuk tujuan paliatif hanya dilakukan
pengangkatan tumor yang mengalami perforasi atau berdarah atau mungkin hanya sekedar
membuat jalan pintas lambung.
2. Kemoterapi
Pada tumor ganas gaster dapat dilakukan pemeberian obat tunggal atau kombinasi
kemoterapi. Kemoterapi diberikan untuk kasus yang tidak dapat direseksi atau dioperasi tidak
radikal. Diantara obat yang digunakan adalah 5FU, trimetrexote, mitomisin C, hidrourea,
epirubisin, dan karmisetin dengan hasil 18% - 30%.
3. Kombinasi terapi
Kombinasi terapi telah memberikan hasil lebih baik sekitar 20-40% untuk 2-4 bulan.
Regimen FAM (5FU, doksorubisin, mitomisin C, adriamisin) adalah kombinasi yang sering
digunakan. Kombinasi lain yang digunakan adalah EAP (etoposid, doksorubisin, sisplatin).

4. Radiasi
Pengobatan dengan radiasi kurang berhasil.
a. Resectable dapat diberikan 40–50 gy.
b. Kasus lanjut radiasi sebagai paliatif, perbaikan obstruksi, nyeri local dan perdarahan
dengan dosis kuran dari 40gy.

20
2.4.10 PROGNOSIS
Penyebaran karsinoma gaster sering ke hati dan kemudian melalui kelenjar di sekitar
gaster, arteri hepatica dan celiac, pankreas dan hilus sekitar limpa. Dapat juga mengenai
tulang, paru, otak dan bagian lain saluran cerna. Karsinoma dini lambung merupakan tumor
dengan prognosis yang baik oleh karena metastase ke lymph node dan angioinvansi jarang
terjadi. Tumor ini dengan tindakan bedah memberikan hasil yang baik. Tumor yang terbatas
pada intra mukosa, dengan gastrectomy memberikan angka kesembuhan 93% bila tanpa
metastase ke limfe node regional dan 91% bila disertai metastase ke limfe node regional. Bila
sel kanker mencapai bagian submukosa tanpa disertai metastase ke limfe node regional, angka
kesembuhan setelah gastrectomy sekitar 89%, tetapi bila sudah metastase ke limfe node
regional, angka keberhasilan menjadi 80%. Survival life year setelah lima tahun reseksi gaster
adalah 80-95%. Insiden lokal rekuren pada kasrsinoma ini sangat rendah. Bila pada penderita
karsinoma dini lambung tidak dilakukan gastrektomi akan berlanjut menjadi advance
carcinoma.5 Secara umum prognosis pada karsinoma ini berhubungan dengan beberapa
faktor, antara lain:5
 Usia Penderita
Penderita dengan usia lebih muda mempunyai prognosa yang lebih buruk terutama pada
tipe diffuse.
 Lokasi Tumor
Bila lesi tumor terdapat pada daerah distal, prognosis menjadi lebih baik bila
dibandingkan dengan lesi pada daerah lain.
 Ukuran Tumor
Tumor dengan ukuran lebih kecil mempunyai prognosis yang lebih baik
 Keterlibatan limfe node regional
Bila belum terdapat metastase ke limfe node regional, prognosis menjadi lebih baik. Bila
limfe node regional sudah diinvansi oleh sel-sel ganas, prognosis menjadi berkurang
sekitar 10%
 Reaksi Inflamatori
Adanya infiltrasi seluler antara tumor dan jaringan normal sering dihubungkan denga
perubahan degenerasi pada tumor, ini merupakan prognosis yang baik.
 Tipe gambaran mikroskopis
Karsinoma lambung tipe intestinal mempunyai prognosis yang lebih baik bila
dibandingkan dengan tipe diffuse.

21
BAB III
KESIMPULAN

Kanker gaster biasanya tidak menjadi simptomatik sampai penyakitnya menyebar


dengan luas dikarenakan gejalanya tidak spesifik sehingga kebanyakan pasien dengan kanker
gaster terdiagnosa pada stadium lanjut. Kanker gaster dapat menyebar secara lokal dan
metastase pada jaringan limfe, metastase peritoneal dan distant metastases. Pemeriksaan
penunjang menggunakan tumor marker, UGI double-contrast, CT-scan, PET, laparoscopy,
endoscopy. Satu-satunya penanganan kuratif yang telah terbukti adalah pembedahan pilihan
pembedahan tergantung dari sejauh mana invasi tumor pada dinding gaster dan penyebaran
limfatik.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Devita, VT, Hellman, S, Rosenberg, SA. Cancer: Principles and Practice of Oncology
6th. 6th edition. s.l. : Lippincott Williams & Wilkins Publishers, 2001.Julius. Tumor
Gaster. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi
ke-6. Jilid I. Jakarta: Interna Publishing; 2014. Hal 580-576.
2. Owen DA. The stomach, In: Alimentary Canal and Associated Organs. In: Mills SE
editor, Stemberg’s Diagnostic Surgical Pathology. 4th Ed. Vol 2. Lippincott Williams &
Wilkins. Philadelphia,2204;p.435-6, 1455-60.
3. S Phillip Bralow, Early Gastric Cancer A Case Report, available at:
http://patients.uptodate.com/topic.asp?file=gicancer/6577.
4. Riwanto Ign. Lambung dan Duodenum. Dalam: Wim de Jong.. Buku Ajar Ilmu Bedah
Edisi 3. Jakarta: EGC. 2007. Hal 658-656.
5. Guyton, hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC. 2012.
6. Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed.II. Jakarta : EGC, 2001.
7. HuL Bing, Hajj El, et.all. Gastric cancer : Classification, histology and application
molecular pathology. . J Gastrointest Oncol 2012;3(3):251-261.
8. Yada Tomoyuki, Chizu yokoi, Naomi Uemura. The current state of diagnosis and
treatment for early gastric cancer. Daignostic and Therapeutic Endoscopy .
9. atlasgeneticsoncology.org/Tumors/GastricTumOverviewID5410.html
10. emedicine.medscape.com/article/189303-overview
11. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Jakarta: Departemen Radiologi FK UI, 2009.
12. Isselbacher. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 4 Edisi 13. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran, EGC. 2000.

23

Вам также может понравиться

  • IVFD RL GTT XX
    IVFD RL GTT XX
    Документ1 страница
    IVFD RL GTT XX
    Devi Arnes Simanjuntak
    Оценок пока нет
  • Cover Cts
    Cover Cts
    Документ4 страницы
    Cover Cts
    Devi Arnes Simanjuntak
    Оценок пока нет
  • Cover Cts
    Cover Cts
    Документ4 страницы
    Cover Cts
    Devi Arnes Simanjuntak
    Оценок пока нет
  • Cover Asma
    Cover Asma
    Документ4 страницы
    Cover Asma
    Devi Arnes Simanjuntak
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ5 страниц
    Cover
    Devi Arnes Simanjuntak
    Оценок пока нет
  • CRS Ulkus Kak Flo
    CRS Ulkus Kak Flo
    Документ36 страниц
    CRS Ulkus Kak Flo
    Devi Arnes Simanjuntak
    Оценок пока нет
  • Ta
    Ta
    Документ21 страница
    Ta
    Devi Arnes Simanjuntak
    Оценок пока нет