Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
SERA AGUSTINA
NIM. 13DB277037
A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Dewi Vivian dan Tri, 2011).
Organisasi kesehatan tingkat dunia, World Health Organization (WHO)
memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi
kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu
terjadi di negara berkembang. Sekitar 80% kematian maternal merupakan
akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah
persalinan.
Menurut laporan WHO yang telah dipublikasikan pada tahun 2014
Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia mencapai angka 289.000 jiwa. Di mana
terbagi atas beberapa Negara, antara lain Amerika Serikat mencapai 9300
jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa dan Asia Tenggara 16.000 jiwa ( WHO,
2014).
Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara Asia Tenggara
diantaranya Indonesia mencapai 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina
170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup,
Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran
hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).
Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) di wilayah Kota Tasikmalaya
mengalami naik turun dari tahun ke tahun. Jumlah AKI di tahun 2012
mencapai 16 kasus, tahun 2013 mencapai 20 kasus, tahun 2014 mencapai
29 kasus dan tahun 2015 mencapai 20 kasus (Dinas Kesehatan Kota
Tasikmalaya, 2016).
Menurut UNICEF, ASI eksklusif dapat menekan angka kematian bayi
di Indonesia dan juga menyatakan bahwa 30.000 kematian di Indonesia dan
10 juta kematian bayi di dunia setiap tahun dapat dicegah dengan
pemberian ASI eksklusif selama enam bulan sejak jam pertama kelahirannya
tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi
(Sujiyatini, Nurjanah & Kurniati, 2010).
Angka kejadian bendungan ASI sampai saat ini tidak diketahui secara
pasti. Menurut penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
RI pada tahun 2006 kejadian bendungan ASI di Indonesia terbanyak terjadi
pada ibu-ibu bekerja sebanyak 16% dari ibu menyusui (Departemen
Kesehatan RI, 2008). Sementara hasil Survey Sosial Ekonomi Daerah
(Suseda) Propinsi Jawa Barat tahun 2009 kejadian bendungan ASI pada ibu
menyusui di Jawa Barat yaitu 1-3% (1-3 kejadian dari 100 ibu menyusui)
terjadi di perkotaan dan 2-13% (2-13 kejadian dari 100 ibu menyusui) terjadi
di pedesaan (Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat, 2009).
Angka kejadian bendungan ASI di RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya pada tahun 2015 sebanyak 364 kasus, sedangkan pada bulan
Januari- Februari 2016 sebanyak 155 kasus (RSUD dr. Soekardjo
Tasikmalaya – Poli Laktasi, 2015-Februari 2016). Dari data yang di dapat
dari RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya angka kejadian bendungan ASI cukup
tinggi. Sehingga penulis berpendapat bahwa asuhan kebidanan terhadap
penatalaksanaan kasus tersebut belum maksimal.
Masalah potensial yang dapat muncul akibat bendungan ASI misalnya
mastitis. Gejala awal mastitis adalah demam disertai menggigil, nyeri dan
takikardi. Pada pemeriksaan payudara membengkak, mengeras, lebih
hangat, kemerahan dengan batas tegas dan disertai rasa sangat nyeri
(Prawirohardjo, 2010).
Menurut penelitian Nuraini dan Resti menunjukan bahwa dari 30
responden primipara yang dilakukan stimulasi refleks oksitosin dengan
frekuensi 1 kali tindakan yang berpengaruh terhadap bendungan ASI ringan
sebanyak 4 orang (26,7%) dan stimulasi refleks oksitosin dengan 1 kali
tindakan yang berpengaruh terhadap bendungan ASI sedang sebanyak 11
orang (73,3%). Responden primipara yang dilakukan stimulasi refleks
oksitosin dengan frekuensi 2 kali tindakan yang berpengaruh terhadap
bendungan ASI ringan sebanyak 12 orang (80%) dan stimulasi refleks
oksitosin dengan 2 kali tindakan yang berpengaruh terhadap bendungan ASI
sedang sebanyak 3 orang (20%). Dalam penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa semakin sering dilakukan tindakan stimulasi refleks oksitosin maka
kejadian bendungan ASI semakin berkurang.
Menurut penelitian Kartika Dian Listyaningsih dengan hasil
pengetahuan laktasi ibu diukur dengan 15 item pertanyaan yang terdapat
pada kuesioner dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai pengetahuan laktasi
pada ibu menyusui di Rumah Bersalin Seger Waras dengan rata-rata nilai
8.775, sedangkan pada pelaksanaan perawatan payudara ibu menyusui di
Rumah Sakit Seger Waras Surakarta di dapat rata-rata nilai 7.275. Nilai
tersebut semuanya kategori sedang.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
ada hubungan pengetahuan laktasi dengan perawatan payudara pada ibu
menyusui dan sifat hubungan adalah sedang, positif dan signifikan.
Kebijakan pemerintah untuk mengurangi kejadian bendungan ASI
terhadap ibu menyusui salah satu upaya signifikan yang telah dilakukan oleh
pemerintah saat ini adalah mengeluarkan PP no. 33 tahun 2012 mengenai
pemberian ASI eksklusif. Melalui PP ini, pemerintah memformalkan hak
perempuan untuk menyusui (termasuk di tempat kerja) dan melarang
promosi pengganti ASI. Dengan demikian, pemerintah telah menunjukan
fokusnya dalam hal peningkatan alokasi keuangan, kebijakan yang lebih
terkoordinasi dan memperkuat keahlian teknis untuk meningkatkan gizi anak
bersama dengan mitra internasional di antaranya Uni Eropa dan bank Dunia.
Dari kebijakan pemerintah tersebut penulis berpendapat bahwa
kebijakan ASI Eksklusif tersebut tidak hanya untuk kesehatan gizi pada bayi
saja tetapi bisa juga menjadi salah satu pencegah terjadinya bendungan ASI
pada ibu-ibu menyusui baik pada ibu yang bekerja maupun yang tidak
bekerja, terlebih lagi pemerintah mengeluarkan kebijakan pada PP tersebut
bahwa ibu bekerja pun diharuskan untuk menyusui ASI eksklusif, maka tidak
ada alasan kuat bagi ibu bekerja yang tidak bisa menyusui secara eksklusif
karena kesibukan bekerja.
Adapun salah satu ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang
pemberian ASI, yakni tercantum dalam QS. Al-Baqarah : 233.
َ ﻋﺔَ َو
ﻋﻠَﻰ اْﻟَﻣْوﻟُوِد َﻟﮫُ ِرْزﻗُُﮭﱠن َ ت ﯾُْرِﺿْﻌَن أ َْوﻻ َدَُھﱠن َﺣْوَﻟْﯾِن َﻛﺎِﻣَﻠْﯾِن ِﻟَﻣْن أ ََرادَ أ َن ﯾُِﺗﱠم اﻟﱠر
َ ﺿﺎ ُ َواْﻟَواِﻟدَا
َ ﺿﺂﱠر َواِﻟدَةُ ﺑَِوﻟَِدَھﺎ َوﻻَ َﻣْوﻟُود ُُ◌ﱠﻟﮫ ُ ﺑَِوﻟَِدِه َو
ﻋﻠَﻰ َ ُ ﺳﻌََﮭﺎ ﻻَ ﺗ ٌ ف َﻧْﻔ
ْ س ِإﻻ ﱠ ُو ِ ﺳَوﺗ ُُﮭﱠن ﺑِﺎْﻟَﻣْﻌُرو
ُ ف ﻻَ ﺗ َُﻛﱠﻠ ْ َوِﻛ
ْ َ ﻋﻠَْﯾِﮭَﻣﺎ َوِإْن أ ََرْدﺗ ُْم أ َن ﺗ
ﺳﺗ َر َ ﺷﺎُوٍر َﻓﻼَ ُﺟَﻧﺎ
َ ح َ َ ض ِّﻣْﻧُﮭَﻣﺎ َوﺗ َ ث ِﻣﺛُْل ذَِﻟَك َﻓِﺈْن أ ََرادَا ِﻓ
َ ً ﺻﺎﻻ
ٍ ﻋن ﺗ ََرا ِ اْﻟَواِر
ف َواﺗ ﱠﻘُوا ﷲَ َواْﻋَﻠُﻣوا أ َﱠن ﷲَ ِﺑَم َ ﻋﻠَْﯾُﻛْم إَِذا
ِ ﺳﱠﻠْﻣﺗ ُم ﱠﻣﺂَءاﺗ َْﯾﺗ ُم ِﺑﺎْﻟَﻣْﻌُرو َ ح َ َْ◌ِﺿﻌُوا أ َْوﻻََدُﻛْم ﻓ
َ ﻼ ُﺟﻧَﺎ
{233} ◌ُا ﺗ َْﻌَﻣﻠُوَن َﺑِﺻﯾُر
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.Apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya
dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu
ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah
kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.”[QS Al-Baqarah : 233]
ﺣدﺛﻧﺎ ﺑن ﻣﮭدي وأﺑو أﺳﺎﻣﺔ ﻋن ﺳﻔﯾﺎن ﻋن اﻷﻋﻣش ﻋن إﺑراھﯾم أن ﻋﻠﻘﻣﺔ ﻣر ﺑﺎﻣرأة وھﻲ
ﺗرﺿﻊ ﺻﺑﯾﺎ ﻟﮭﺎ ﺑﻌد اﻟﺣوﻟﯾن ﻓﻘﺎل ﻻ ﺗرﺿﻌﯾﮫ ﺑﻌد ذﻟك
Haddatsana Ibnu Mahdi dan Abu Usamah, dari Sufyan, dari al-A’masy,
dari Ibrohim, bahwa Alqomah berjalan melewati seorang wanita yang sedang
menyusui bayinya setelah 2 tahun, maka ia berkata: “Jangan kamu susui ia
setelah itu”. (Mushonnaf Ibni Abi Syaibah no. 17060)
Ayat dan hadits diatas menjelaskan bahwa setiap ibu harus menyusui
anaknya selama 2 tahun. Secara pandangan umum, ayat tersebut
mendukung program pemerintah tentang ASI eksklusif selama 6 bulan serta
mencegah terjadinya bendungan ASI.
Berdasarkann uraian latar belakang diatas penulis tertarik untuk
mengambil judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Bendungan ASI
di Ruang 7 (Ruang Nifas) di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan
laporan studi kasus sebagai berikut “Bagaimana Memberikan Asuhan
Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Bendungan ASI di Ruang 7 (Ruang Nifas)
RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya “?.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan Asuhan Kebidanan secara Komprehensif
pada Ibu Nifas dengan Bendungan ASI di Ruang 7 (Ruang Nifas) RSUD
dr. Soekardjo Tasikmalaya.
2. Tujuan Khusus
a. Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
bendungan ASI diharapkan penulis mampu:
1) Mampu melakukan pengumpulan data pada Asuhan Kebidanan
pada Ibu Nifas dengan Bendungan ASI di Ruang 7 (Ruang
Nifas) RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya.
2) Mampu melakukan interpretasi data serta merumuskan Asuhan
Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Bendungan ASI di Ruang 7
(Ruang Nifas) RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya.
3) Merumuskan diagnosa dan masalah potensial terhadap Asuhan
Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Bendungan ASI di Ruang 7
(Ruang Nifas) RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya.
4) Mengidentifikasi tindakan segera Asuhan Kebidanan pada Ibu
Nifas dengan Bendungan ASI di Ruang 7 (Ruang Nifas) RSUD
dr. Soekardjo Tasikmalaya.
5) Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan sesuai
dengan pengkajian terhadap Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas
dengan Bendungan ASI di ruang 7 (Ruang Nifas) RSUD dr.
Soekardjo Tasikmalaya.
6) Melaksanakan perencanaan tindakan Asuhan Kebidanan pada
Ibu Nifas dengan Bendungan ASI di ruang 7 (Ruang Nifas)
RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya.
7) Melakukan evaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah
dilakukan terhadap Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan
Bendungan ASI di ruang 7 (Ruang Nifas) RSUD dr. Soekardjo
Tasikmalaya.
b. Mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktik pada kasus
Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Bendungan ASI di
Ruang 7 (Ruang Nifas) RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya.
D. Manfaat
1. Bagi Penulis lain
Diharapkan sebagai sarana untuk menambah wawasan dan
keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan terhadap masalah
bendungan ASI.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan program yang sudah
ada agar tercapai keberhasilan mengenai asuhan kebidanan terhadap
para ibu yang mengalami masalah bendungan ASI.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi lembaga pendidikan
untuk mengembangkan materi perkuliahan kebidanan dan sebagai
bahan informasi untuk melakukan asuhan.
4. Bagi Responden
Diharapkan dapat memberikan informasi dalam usaha perencanaan
penatalaksanaan untuk masalah bendungan ASI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5. Manfaat ASI
Manfaat ASI sebagai berikut:
a. Untuk Bayi
1) ASI merupakan sumber makanan yang mengandung nutrisi yang
lengkap untuk bayi.
2) ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi yang mengandung zat
antibodi sehingga akan jarang sakit.
3) ASI meningkatkan kekebalan tubuh.
4) Menunjang perkembangan kepribadian dan kecerdasan emosional.
5) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.
6) Dengan menyusui maka akan terjadi rasa sayang antara ibu dan bayi.
7) Melindungi anak dari serangan elergi.
8) Mengurangi kejadian karies dentis.
Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI. Kebiasaan
menyusu dengan botol atau dot akan menyebabkan gigi lebih lama kontak
dengan susu formula sehingga gigi menjadi lebih asam.
b. Untuk Ibu
1) Hisapan bayi membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk
kembali ke masa pra-kehamilan dan mengurangi risiko perdarahan.
2) Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa kehamilan
pindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali.
3) Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menyusui memiliki resiko lebih
rendah terhadap kanker rahim dan kanker payudara.
4) ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan mensterilkan
botol susu, dot, dsb.
5) ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan ke luar rumah tanpa harus
membawa banyak perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula, air
panas, dsb.
6) ASI lebih murah, karena tidak usah selalu membeli susu kaleng dan
perlengkapannya.
7) ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu formula belum
tentu steril.
8) Penelitian medis juga menunjukkan bahwa wanita yang menyusui
bayinya mendapat manfaat fisik dan manfaat emosional.
9) ASI tak bakalan basi. ASI selalu diproduksi oleh pabriknya di wilayah
payudara. Bila gudang ASI telah kosong. ASI yang tidak dikeluarkan
akan diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi, ASI dalam payudara tak
pernah basi dan ibu tak perlu memerah dan membuang ASI-nya
sebelum menyusui.
c. Untuk Keluarga
1) Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu, kayu bakar
atau minyak untuk merebus air, susu atau peralatan.
2) Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat)
dalam perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan
sakit.
3) Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi LAM dari ASI eksklusif.
4) Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat.
5) Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi
keluarga sebab ASI selalu siap tersedia.
6) Lebih praktis saat akan bepergian, tidak perlu membawa botol, susu, air
panas, dll.
d. Untuk Masyarakat dan Negara
1) Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula
dan peralatan lain untuk persiapannya.
2) Bayi sehat membuat negara lebih sehat.
3) Terjadi penghematan pada sektor kesehatan karena jumlah bayi sakit
lebih sedikit.
4) Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan kematian.
5) Melindungi lingkungan karena tak ada pohon yang digunakan sebagai
kayu bakar untuk merebus air, susu dan peralatannya (Dewi Vivian dan
Tri, 2011).
6. Komposisi Gizi dalam ASI
a. Protein dalam ASI
ASI mengandung alfa-laktalbumin baik untuk pencernaan bayi. ASI
mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi yang penting untuk
pertumbuhan retina dan biliru. Asam amino sistin pertting untuk
pertumbuhan otak. Tirosin dan fenilanin rendah baik untuk bayi premature.
Laktoferin berfungsi untuk mengangkut zat besi. Lisozin merupakan
antibody alami.
b. Karbohidrat dalam ASI
Karbohidrat yang utama terdapat dalam ASI adalah laktosa yang akan
di ubah menjadi asam laktat, yang berfungsi:
1) Penghambat pertumbuhan bakteri.
2) Memacu mikroorganisme untuk memproduksi asam organik dan
mensisntesis vitamin.
3) Memudahkan absorbsi Ca, F, Mg.
4) Selain laktosa juga terdapat laktosa glukosa, galaktosa dan glukosamin.
Galaktosa ini penting untuk pertumbuhan otak dan medulla spinalis
lactobacilus bifidus yang sangat menguntungkan bayi.
c. Lemak dalam ASI
Keadaan lemak dalam ASI merupakan sumber kalori yng utama bagi
bayi dan sumber vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E dan K) dan sumber
asam lemak esensial. Selain jumlah nya yang mencukupi, jenis lemak yang
ada di dalam ASI mengandung lemak kebutuhan sel jaringan otak yang
sangat mudah dicerna serta mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Dalam
bentuk omega 3, omega 6, DHA, AA. Kolesterol merupakan bagian dari
lemak yang penting yang meningkatkan pertumbuhan otak bayi.
d. Mineral dalam ASI
ASI mengandung mineral yang lengkap. Garam organik yang terdapat
dalam ASI terutama dalam kalsium, kalium, natrium, asam klorida dan
fosfat. Zat besi dalam kasium di dalam ASI merupakan mineral yang sangat
stabil.
e. Air dalam ASI
Kira-kira 88% dari ASI terdiri dari air. Air ini berguna untuk melarutkan
zat-zat yang terdapat didalamnya. ASI merupakan sumber air yang secara
metabolik adalah aman.
Air yang relative tinggi dalam ASI ini akan meredakan rangsangan haus dari
bayi.
f. Vitamin dalam ASI
Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap. Vitamin cukup untuk 6
bulan sehingga tidak perlu ditambah kecuali vitamin K karena bayi baru
lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K.
g. DHA dan AA pada ASI
Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI
yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk
proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukan bahwa
defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.
Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam
lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang
diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal.
Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin
pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam
tubuh dapat dibentuk/ disintesa dari substansi pembentuknya (precursor)
yaitu masing-masing dari omega 3 (asam linolenat) dan omega 6 (asam
linoleat) (Dewi Vivian dan Tri, 2011).
ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu sebagai berikut :
1) Kolostrum
Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolostrum ini
disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari ke
empat pasca persalinan. Kolostrum merupakan cairan dengan
viskositas kental, lengket dan berwarna kekuningan. Kolostrum
mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel
darah putih dan antibodi yang tinggi dari pada ASI matur. Selain itu,
kolostrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa.
Protein utama pada kolostrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan
IgM), yang digunakan sebagai zat antibodi untuk mencegah dan
menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit. Meskipun kolostrum yang
keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume kolostrum yang ada
dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2
hari. Volume kolostrum antara 150-300 ml/ 24 jam.
Kolostrum juga merupakan pecahan ideal untuk membersihkan zat
yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan
saluran pencernaan makanan bagi bayi makanan yang akan datang.
2) ASI Transisi/ Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama
dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna
serta komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein menurun,
sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
3) ASI Matur
ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya. ASI
matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan,
tidak menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama
kali atau saat lima menit pertama disebut foremilk.
Foremilk lebih encer. Foremik mempunyai kandungan rendah
lemak dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air. Selanjutnya,
air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan
nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang.
Dengan demikian, bayi akan membutuhkan keduanya, baik
foremik maupun hindmilk. Dibawah ini bisa kita lihat perbedaan
komposisi antara kolostrum, ASI transisi dan ASI matur.
a. Makanan
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh
terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi
dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan
lancar.
b. Ketenangan Jiwa dan Pikiran
Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan
pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan
tegang akan menurunkan volume ASI.
c. Penggunaan Alat Kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui, perlu diperhatikan
agar tidak mengurangi produksi ASI. Contoh alat kontrasepsi yang bisa
digunakan adalah kondom, IUD, pil khusus menyusui ataupun suntik
hormonal 3 bulanan.
d. Perawatan Payudara
Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara
mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan
oksitosin.
e. Faktor Fisiologi
ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin yang
menentukan produksi dan mempertahankan sekresi air susu.
f. Pola Istirahat
Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI.
Apabila kondisi ibu terlalu capek kurang istirahat maka ASI juga berkurang.
g. Faktor Hisapan Anak atau Frekuensi Penyusuan
Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi dan
pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi, frekuensi penyusuan
pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda. Studi mengatakan bahwa
pada produksi ASI bayi prematur akan optimal dengan pemompaan ASI
lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan.
Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu.
Sedangkan pada bayi cukup bulan frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari
selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan
produksi ASI yang cukup. Sehingga direkomendasikan penyusuan paling
sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi
penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam
kelenjar payudara.
h. Berat Lahir Bayi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap
ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr).
Kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan
lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang
akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam
memproduksi ASI.
i. Umur Kehamilan Saat Melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi poduksi ASI. Hal ini
disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34
minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif
sehingga produksi ASI lebih rendah dari pada bayi yang lahir cukup bulan.
Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur dapat disebabkan
berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
j. Konsumsi Rokok dan Alkohol
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu
hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan
menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat
pelepasan oksitosin.
Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat
ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI
namun disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin.
9. ASI Eksklusif
ASI eksklusif (menurut WHO, 2014) adalah pemberian ASI saja pada bayi
sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat
diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah
tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun Negara.
Menurut penelitian yang dilakukan di Dhaka pada 1.667 bayi selama 12
bulan mengatakan bahwa ASI eksklusif dapat menurunkan resiko kematian
akibat infeksi saluran napas akut dan diare. WHO dan UNICEF
merekomendasikan kepada para ibu, bila memungkinkan ASI eksklusif
diberikan sampai 6 bulan dengan menerapkan hal- hal sebagai berikut:
a. Inisiasi menyusui dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi.
b. ASI eksklusif diberikan secara on-demand atau sesuai dengan kebutuhan
bayi, setiap hari setiap malam.
c. ASI eksklusif diberikan hanya ASI saja tanpa makanan tambahan atau
minum.
d. ASI diberikan tidak menggunakan botol, cangkir maupun dot.
10. Masalah dalam Pemberian ASI
Berikut ini beberapa masalah pada saat menyusui:
a. Puting Susu Lecet
Penyebabnya :
1) Kesalahan dalam tehnik menyusui.
2) Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim, dll untuk mencuci putting
susu.
3) Rasa nyeri dapat timbul jika ibu menghentikan menyusui kurang hati-
hati.
b. Payudara Bengkak
Penyebabnya:
Pembekakan ini terjadi karena ASI tidak disusukan secara adekuat,
sehingga sisa ASI terkumpul pada duktus yang mengakibatkan terjadinya
pembengkakan. Pembengkakan ini terjadi pada hari kedua dan ketiga
c. Saluran susu tersumbat (obstuvtive duct)
Suatu keadaan dimana terdapat sumbatan pada duktus laktiferus, dengan
penyebabnya adalah :
Caranya:
Kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama 2 menit,
kemudian ganti dengan kompres dingin selama 1 menit. Kompres
bergantian selama 3 kali berturut-turut dengan kompres air hangat.
Menganjurkan ibu untuk memakai BH khusus untuk menyusui.
c. Perawatan Puting Susu
Puting susu memegang peranan penting pada saat menyusui. Air susu ibu
akan keluar dari lubang-lubang pada putting susu oleh karena itu putting
susu perlu dirawat agar dapat bekerja dengan baik, tidak semua wanita
mempunyai putting susu yang menonjol (normal). Ada wanita yang
mempunyai putting susu dengan bentuk yang mendatar atau masuk ke
dalam, bentuk putting susu tersebut tetap dapat mengeluarkan ASI jika
dirawat dengan benar. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk
merawat putting susu:
1) Setiap pagi dan sore sebelum mandi putting susu (daerah areola
mamae), satu payudara diolesi dengan minyak kelapa sekurang-
kurangnya 3-5 menit.
2) Jika putting susu normal, lakukan perawatan dengan oleskan minyak
pada ibu jari dan telunjuk lalu letakkan keduanya pada putting susu
dengan gerakan memutar dan ditarik-tarik selama 30 kali putaran untuk
kedua putting susu.
3) Jika puting susu datar atau masuk kedalam lakukan tahapan berikut:
a) Letakkan kedua ibu jari disebelah kiri dan kanan putting susu,
kemudian tekan dan hentakkan kearah luar menjahui putting susu
secara perlahan.
b) Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah putting susu lalu tekan
serta hentakkan kearah putting susu secara perlahan.
c) Kemudian untuk masing-masing putting digosok dengan handuk
kasar agar kotoran-kotoran yang melekat pada putting susu dapat
terlepas.
4) Payudara dipijat untuk mencoba mengeluarkan ASI. Lakukan langkah-
langkah perawatan diatas 4-5 kali pada pagi dan sore hari, sebaiknya
tidak menggunakan alkohol atau sabun untuk membersihkan putting
susu karena akan menyebabkan kulit kering dan lecet. Pengguna
pompa ASI atau bekas jarum suntik yang dipotong ujungnya juga dapat
digunakan untuk mengatasi massalah pada putting susu yang terbenam.
Assasment/ Diagnosa
Plan :
1. Konsul
2. Tes diagnostic
3. Rujukan
4. Pendidikan
5. Konseling
6. Follow up