Вы находитесь на странице: 1из 74

Dr.

Djumadi Achmad, SpPA(K), SpF


Komnas Perempuan
(Komite Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan)
 Kekerasan seksual: akar permasalahan  ketimpangan
relasi kuasa/kendali antara pelaku dan korban
 Pelaku (laki-laki) memiliki kendali lebih terhadap korban
(perempuan):
 Pendapatan
 Pengetahuan
 Status sosial
 Patron feodalisme : orangtua-anak, majikan-buruh, guru-
murid, tokoh masyarakat-warga dan aparat-penduduk sipil
Komnas Perempuan
 Jumlah kekerasan umum dibanding kekerasan seksual
(dalam 13 thn terakhir)

• Secara nasional, kekerasan


seksual hampir seperempat
dari total kekerasan pada
umumnya
• Artinya setiap hari 20
perempuan menjadi korban
kekerasan seksual
Komnas Perempuan
 Kekerasan seksual seringkali dianggap sebagai kejahatan
terhadap kesusilaan semata
 Dalam KUHP, kekerasan seksual seperti perkosaan
dianggap sebagai pelanggaran terhadap kesusilaan
 Pengkategorian ini tidak saja mengurangi derajat
perkosaan yang dilakukan, namun juga menciptakan
pandangan bahwa kekerasan seksual adalah persoalan
moralitas semata
Komnas Perempuan
 Inilah sebabnya seringkali pembahasan tentang moralitas
berujung pada pertanyaan:
 apakah perempuan masih perawan atau tidak sebelum
pernikahannya,
 apakah perempuan melakukan aktivitas seksual hanya
dengan suaminya,
 sejauh mana perempuan memendam ekspresi seksualitasnya
dalam keseharian interaksi sosialnya.
Komnas Perempuan
 Akibatnya, banyak sekali perempuan yang merasa malu
untuk menceritakan pengalaman kekerasan seksual karena
malu atau kuatir dianggap “tidak suci” atau “tidak
bermoral”.
 Sikap korban membungkam justru pada banyak
kesempatan didukung, bahkan didorong oleh keluarga,
orang-orang terdekat, dan masyarakat sekitarnya.
Komnas Perempuan
 Pengaitan peristiwa kekerasan seksual dengan persoalan
moralitas menyebabkan korban membungkam dan korban
justru disalahkan atas kekerasan yang dialaminya.
 Apa yang dialami korban dimaknai sebagai “aib”, tidak saja
bagi dirinya tetapi juga bagi keluarga dan komunitasnya,
 korban seringkali dikucilkan.
 Ada pula korban yang diusir dari rumah dan kampungnya
karena dianggap tidak mampu menjaga kehormatan dan
merusak nama baik keluarga ataupun masyarakat
Ranah Kekerasan Seksual
 Ranah personal:
 kekerasan seksual dilakukan oleh oleh orang yang memiliki
hubungan darah (ayah, kakak, adik, paman, kakek),
kekerabatan, perkawinan (suami) maupun relasi intim
(pacaran) dengan korban
 Ranah publik: korban dan pelaku tidak memiliki
hubungan kekerabatan, darah ataupun perkawinan
 majikan, tetangga, guru, teman sekerja, tokoh masyarakat,
ataupun orang yang tidak dikenal
Ranah Kekerasan Seksual
 Ranah negara : adalah ketika pada peristiwa kekerasan,
aparat negara berada di lokasi kejadian namun tidak
berupaya untuk menghentikan atau justru membiarkan
tindak kekerasan tersebut berlanjut
Ranah Kekerasan Seksual
Bentuk-Bentuk Kekerasan Seksual
1. Perkosaan
2. Pelecehan seksual
3. Eksploitasi seksual
4. Penyiksaan seksual
5. Perbudakan seksual
6. Intimidasi/serangan bernuansa seksual termasuk
ancaman atau percobaan perksoaan
7. Prostitusi paksa
8. Pemaksaan kehamilan
Bentuk-Bentuk Kekerasan Seksual
9. Pemaksaan aborsi
10. Pemaksaan perkawinan
11. Perdagangan perempuan untuk tujuan seksual
12. Kontrol seksual termasuk pemaksaan busana dan
kriminalisasi perempuan lewat aturan diskriminatif
beralasan moralitas dan agama
13. Penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual
14. Praktik tradisi bernuansa seksual yang membahayakan
atau mendiskriminasi perempuan
Pelecehan seksual
 Pelecehan seksual (sexual harassment) 
setiap bentuk perilaku yang memiliki muatan seksual
yang dilakukan seseorang namun tidak disukai dan tidak
diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran sehingga
menimbulkan akibat negatif.
DEFINISI
 Menurut Kamus Besar Indonesia (1990) :
Melecehkan: menghinakan, memandang rendah,
mengabaikan.
Seksual: hal yang berkenan dengan seks atau jenis
kelamin, hal yang berkenan dengan perkara persetubuhan
antara pria dan wanita.
 Pelecehan seksual 
 Suatu bentuk penghinaan / memandang rendah seseorang
karena hal-hal yang berkenaan dengan seks, jenis kelamin
atau aktivitas seksual antara pria dan wanita.
OBYEK PELECEHAN SEKSUAL

 Pelecehan seksual umumnya terjadi terhadap


perempuan, meskipun dalam beberapa tahun
belakangan ini korban lelaki cenderung meningkat
 Pelecehan seksual pada Anak
Bentuk-bentuk Pelecehan Seksual
A. Pelecehan seksual yang berupa sentuhan.
• Pelaku memegang-megang, meraba atau mengelus
bagian vital seperti alat kelamin, bagian pantat,
payudara korban
• Pelaku memasukkan bagian tubuhnya atau benda lain
kedalam mulut, anus atau vagina korban
• Pelaku memaksa korban untuk memegang bagian
tubuh pelaku, atau bagian tubuhnya sendiri
Bentuk-bentuk Pelecehan Seksual
B. Pelecehan seksual yang tidak berupa sentuhan.
• Pelaku mempertunjukkan bagian tubuhnya (termasuk alat
kelamin) kepada korban secara tidak pantas/senonoh.
• Pelaku merekam gambar korban dalam aktifitas yang tidak
senonoh.
• Kepada korban, pelaku memperdengarkan atau
memperlihatkan gambar, atau video atau semacamnya,
yang bermuatan seksual atau pornografi.
• Pelaku melakukan percakapan yang bermuatan seksual
dengan korban (melalui telpon, sms, chatting /internet).
UNDANG - UNDANG
 Pencabulan (Pasal 289,296 KUHP).
 Penghubungan pencabulan (Pasal 295,298,506 KUHP).
 Tindak pidana terhadap kesopanan (Pasal 281,283 bis
Pasal 532,533 KUHP).
 Persetubuhan dengan wanita di bawah umur (Pasal
286,288 KUHP).
Mitos
Pelecehan seksual bukanlah suatu hal yang besar -
hal itu hanya cara alami bagaimana wanita dan pria
mengungkapkan rasa sayang antara satu dengan lainnya

Fakta
Pelecehan seksual bukan masalah kecil karena dapat
menimbulkan berbagai dampak bagi individu seperti
malu, tidak nyaman, tidak aman, terancam dan tidak
tenang dalam bekerja yang akhirnya berpengaruh
terhadap produktivitas kerja pegawai
Mitos
Pelecehan seksual akan berhenti jika si korban tidak
menghiraukannya

Fakta
Jika tidak dilakukan tindakan hukum terhadap para
pelaku pelecehan seksual maka perilaku tersebut
dapat berulang terus
Mitos
Pelecehan seksual tidak membahayakan. Orang yang
menolak hal tersebut adalah individu yang tidak memiliki
selera humor atau tidak tahu bagaimana menerima
pujian

Fakta
Pelecehan seksual dapat berkembang menjadi tindakan-
tindakan yang sangat berbahaya seperti pemerkosaan
atau hilangnya kesempatan bekerja seseorang
Mitos
Orang baik-baik tidak mungkin akan menjadi korban
pelecehan seksual. Wanita yang menggunakan pakaian
kerja "serba minim" atau "mengundang perhatian", pasti
tidak akan bermasalah jika menjadi sasaran pelecehan
seksual.

Fakta
Pelecehan seksual bisa terjadi pada siapa saja, kapan
saja dan dilakukan siapa saja, misalnya: atasan,
bawahan, rekan kerja, klien, agen, atau supplier
Perkosaan
 KUHP Pasal 285
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh
dengan dia diluar perkawinan, diancam karena
melakukan perkosaaan dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun.

 Bukan berarti harus terjadi penetrasi alat kelamin pria


ke dalam alat kelamin wanita, tetapi usaha untuk
melakukan tindakan tersebut saja sudah dianggap
perkosaan
JENIS PERKOSAAN

Berdasarkan pelakunya
 Perkosaan oleh kerabat dekat (incest)
 Perkosaan oleh pacar (dating rape)
 Perkosaan oleh orang asing (blitz rape)
 Perkosaan oleh lebih dari satu penyerang (Gang
rape)
 Perkosaan oleh tentara militer (war rape)
JENIS PERKOSAAN

Berdasarkan cara melakukannya


 Perkosaan dengan janji-janji/penipuan
 Perkosaan dengan ancaman halus
 Perkosaan dengan paksaan (fisik)
 Perkosaan dengan memakai pengaruh
tertentu
TEKHNIK PEMERIKSAAN

 Hal yg hrs diperhatikan :


- Informed Consent :
< 12 thn  orang tua/wali
> 12 thn  korban sendiri
- Pencatatan :
* Identitas korban  sesuai pengakuan korban
* Identitas yg mengantar korban
* Tanggal, waktu, tempat pemeriksaan
* Sebaiknya didampingi perawat ♀
Bukti Medik  Dua Aspek Penting
 Mengumpulkan bukti-bukti persetubuhan :
 Penetrasi : robekan selaput dara
 Ejakulasi : adanya cairan mani dan atau sel mani
(sperma)

 Mencari tanda-tanda kekerasan :


 riwayat kehilangan kesadaran
 luka-luka : memar, laserasi.
ANAMNESIS
 Identitas korban
 Riw. Medis
 Riw. Ginekologis
 Riw. Obstetri
 Status perkawinan & Aktifitas seksual
 Tempat, tanggal, jam kejadian
 Deskripsi kejadian (berdasarkan pengakuan korban)
PEMERIKSAAN FISIK
 Status Generalis
 Status Vital
 Pengumpulan Barang Bukti:
- Pemeriksaan pakaian : ada/# air mani pd
pakaian, pakaian diminta u/ diamankan +
dimasukkan dalam amplop
- Pemeriksaan rambut : kotoran dirambut
diamankan dalam amplop
- Pemeriksaan kuku : kuku dipotong, dikerok,
dimasukkan dalam amplop
Menentukan umur korban  Periksa gigi-geligi
(pertumbuhan gigi ke 7 & 8)
Pemeriksaan pakaian
Jika pada baju ada bercak mani (kaku),
bercak darah, pakaian diminta dan masukkan dalam
amplop
Jika ada bercak, kerok dengan skalpel (kering, bila basah
gunakan kapas lidi) dan masukkan dalam amplop
Pemeriksaan rambut untuk mencari adanya benda asing
Pemeriksaan kuku untuk mencari adanya benda asing
dibawah kuku jari
Pemeriksaan rambut pubis
Menentukan adanya tanda-tanda kekerasan
Pemeriksan Genitalia

 Pasien diminta berbaring dalam posisi litotomi


 Lakukan inspeksi genitalia eksterna untuk melihat
adanya deflorasi hymen, laserasi vulva, atau vagina.
 Untuk memeriksa serviks dan vagina gunakan speculum
tanpa pelicin, cukup dengan dibasahi dengan air.
 Dapat dilakukan bilas vagina dengan NaCl 0,9% (4 ml)
 Dari apusan kapas lidi lakukan pemeriksaan Gram
secara langsung dan kultur gonore pada medium -
bila memungkinkan
Tanda Kekerasan pd Alat Kelamin
& Jaringan Sekitar…
Pem. Selaput Dara (Hymen)

Normal Hymen
Variasi Morfologi Hymen

 Annular Hymen
 Fimbria Hymen
 Seminular/crescent Hymen
 Septate Hymen
 Cibriform Hymen
 Imperforate Hymen
 Micro perforate Hymen
Menentukan adanya Tanda persetubuhan
Pemerkosaan pada anak kecil. Tampak pembengkakan,
kemerahan dan robekan pada daerah posterior vulva
Tampak kemerahan dan abrasi pada daerah bawah vagina
Pemeriksaan Swab Vagina
 Pemeriksaan serviks & vagina
 Dengan spekulum dibilas air
 Kapas Lidi  Ambil specimen di labia minor dan
forniks vagina, 2x usapan
* Usapan 1  kaca objek  keringkan
 amplop  dikirim
* Usapan  kaca objek  Nacl 0,9%
1 tetes  pem. miskroskopik
Pemeriksaan Swab Vagina…
(a) (b) (c)
Pem. Perineum & Rectal…
-Rectal Touché
-Swab
-Protoskopi
Pemeriksaan Mulut …

 Pada kasus persetubuhan oral


PEMERIKSAAN TERHADAP KORBAN
PERKOSAAN
Menentukan adanya sperma
Menentukan adanya air mani
Menentukan adanya kuman N.Gonorhea (GO)
Menentukan adanya racun (toxikologi)
Menentukan adanya kehamilan
Penentuan golongan darah
Menentukan Adanya Sperma

 Pemeriksaan
mikroskopik dengan
pewarnaan malachite
green
 basis kepala sperma
berwarna ungu, bagian
hidung merah muda
Menentukan Adanya Air Mani

 Tes Asam Fosfatase

3 detik 5 detik

15 detik 30 detik
Menentukan Adanya Air Mani...
 Pakaian
 Pemeriksaan
menggunakan sinar
ultraviolet, terjadi
fluoresensi bila terdapat
semen
Menentukan Adanya Racun (Toksikologi)
Ecstasy
 Pemeriksaan toksikologi
untuk menentukan
penggunaan obat penenang,
alkohol, obat tidur, dan obat
perangsang (termasuk
ecstasy).

 Bahan pemeriksaan :
darah dan urine
Menentukan Adanya Kehamilan
 Bahan pemeriksaan : Urine

 Metode :
 Hemaglutination inhibition
tes (pregnosticon)
 Aglutination inhibition tes
(Gravindeks)

 Hasil yang diharapkan :


Aglutinasia pada kehamilan
Penentuan Golongan Darah

 Bahan pemeriksaan : cairan vaginal yang berisi air


mani dan darah
 Metode : Serologi (ABO grouping test)
 Hasil yang diharapkan : golongan darah dari air
mani berbeda dengan golongan darah dari korban
 Pemeriksaan ini hanya dapat dikerjakan bila tersangka
pelaku kejahatan termasuk golongan ”sekretor”
Pemeriksaan TKP
 Bercak air mani :
 Secara visual
 Bau yang khas
 Perabaan terkesan tajin
 Sinar-UV
PEMERIKSAAN TERHADAP TERTUDUH PELAKU
PERKOSAAN
Hal yang penting diperhatikan :
 Jelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan &
kemungkinan hasil pemeriksaan bisa memberatkan
dirinya.
 Persetujuan tertulis
 Jika tidak mendapatkan persetujuan  dicatat hanya
temuan dari pemeriksaan luar dan hasilnya dikirimkan
disertai dengan keterangan bahwa tertuduh menolak
untuk diperiksa.
 waktu, tempat dan tanggal pemeriksaan harus dicatat.
PEMERIKSAAN TERHADAP TERTUDUH PELAKU
PERKOSAAN
Menentukan adanya sel epitel vagina pada penis
– Bahan : cairan yang masih melekat disekitar corona
glandis.
– Hasil : epitel dinding vagina yang berbentuk hexagonal
tampak berwarna coklat atau coklat kekuningan

Menentukan adanya kuman N.gonorrheae (GO)


– Bahan : sekret urethrae
– Hasil : ditemukan kuman N.gonorrheae
DAMPAK PERKOSAAN
 Ginekologi
 Kehamilan
 PenyakitMenular seksual
 Respon psikologis setelah perkosaan
 Secondary victimization
 Menyalahkan korban
Dampak Psikologis Bagi Korban
Dampak emosional :
 Stress
 Depresi
 Goncangan jiwa
 Menyalahkan diri sendiri
 Takut berhubungan intim dengan lawan jenis
 Takut kehamilan yang tidak diinginkan
Dampak lain :
 Penurunan nafsu makan
 Sulit tidur
 Sakit kepala
 Rasa tidak nyaman disekitar vagina
 Luka akibat kekerasan ataupun lainnya
Perkosaan dilanjutkan pembunuhan
Kendala Dalam Pembuktian Kasus
Perkosaan
 Keterbatasan system medikolegal dalam penemuan,
pengumpulan dan pengajuan bukti segera dari tubuh
korban.
 Korban tidak berdaya,mengalami depressi akibat aib
sosial ataupun ketakutan.
 Terlambat atau tidak melaporkan pada pihak polisi.
PENULISAN VER BERKAITAN KASUS KEJAHATAN
SEKSUAL
Tanda-tanda persetubuhan :
 Adanya penetrasi atau tidak
 Adanya ejakulat atau tidak
 Adanya sperma atau tidak
 Adanya enzim asam fosfatase, kolin dan spermin yang
terdapat dalam ejakulat
 Waktu terjadinya persetubuhan
 Anal swab
 Pemeriksaan air mani dari rambut dan kulit
 tanda-tanda kekerasan
 perkiraan umur
 pembuktian apakah seseorang itu memang sudah
pantas atau sudah mampu untuk dikawini atau tidak.
KESIMPULAN
 Upaya pembuktian secara kedokteran forensik
pada setiap kasus kejahatan seksual sebenarnya
terbatas di dalam upaya pembuktian ada tidaknya
tanda-tanda persetubuhan, ada tidaknya tanda-
tanda kekerasan, perkiraan umur serta
pembuktian apakah seseorang itu memang sudah
pantas atau sudah mampu untuk dikawini atau
tidak.

Вам также может понравиться