Вы находитесь на странице: 1из 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Gravitasi


Teori gravitasi dalam fisika dijelaskan dalam hukum newton. Hukum newton
akan menjelaskan hubungan antara dua massa yang terpisah akan saling
berinteraksi.

2.1.1. Hukum Newton


Hukum yang mendasari metode Gravitasi adalah Hukum Newton tentang
Gravitasi bumi. Hukum Newton menyatakan bahwa setiap partikel di dunia
berinteraksi dengan partikel yang lain dengan gaya yang sebanding hasil dari massa
keduanya dan berbanding terbalik dengan jarak kuadrat antara keduanya (Serway
& Jewett, 2004).
Jika dua benda dengan massa m1 dan m2 yang dipisahkan oleh jarak r, maka
gaya yang ditimbulkan F dari kedua benda tersebut adalah seperti yang ditunjukkan
oleh Gambar 2.2.

Gambar 2.1 Gaya Tarik-Menarik Antar Partikel


Jacoby & Smilde (2009) menuliskan secara matematis, jika dua buah massa
dengan massa m1 dan m2, yang masing-masing berinteraksi satu sama lain melalui
suatu ruang dengan gaya pusat F sepanjang jari-jari vektor r, maka gaya yang
mempengaruhinya adalah :
𝑚1× 𝑚2
𝐹 = − (𝐺 ) r̂ (2.1)
𝑟2

Tanda negatif merupakan sebuah kesepakatan yang bergantung pada orientasi


dari r, F adalah gaya pada m, r merupakan vektor satuan yang arahnya dari m1
menuju m2, r merupakan jarak yang memisahkan antara m1 dengan m2, dan G
merupakan kontanta gravitasi universal. Dalam satuan internasional (SI) nilai dari
konstanta gravitasi adalah 6,672×10-11 N m2∕kg2 sedangkan dalam satuan cgs
adalah 6,672×10-8 dyne cm2∕g2 (Telford et al., 1990).

2.1.2. Percepatan Gravitasi


Pada hukum Newton II percepatan yang dialami oleh sebuah benda dengan
massa m yang diberikan gaya F dinyatakan sebagai gaya yang dialami oleh benda
dibagi dengan massa dari benda tersebut (Octonovrilna & Pudja, 2009). Secara
matematis pernyataan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
𝐹
𝑎= (2.2)
𝑚

Dengan meninjau Persamaan 2.2, maka percepatan yang dialami m karena


adanya M dapat diperoleh dengan membagi nilai F dengan m pada Persamaan 2.1
sehingga percepatan gravitasi dapat dirumuskan dengan persamaan berikut :
𝑀
𝑔 = − (𝐺 𝑟 2 ) r̂ (2.3)

Telford et al. (1990) menyatakan bahwa percepatan g sebanding dengan gaya


gravitasi per satuan massa karena pengaruh M. Jika M merupakan masssa dari bumi
Me. Maka g merupakan percepatan gravitasi dan dinyatakan sebagai :
𝑀
𝑔 = − (𝐺 𝑅 𝑒2 ) r̂ (2.4)
𝑒

Dengan Re menyatakan jari-jari dari bumi. Mengingat bentuk bumi yang tidak
bulat sempurna, serta bentuk topografi yang berbeda-beda pada permukaan bumi,
maka percepatan gravitasi pada suatu titik di permukaan bumi akan memiliki
perbedaan nilai di titik yang lain karena pengaruh jari-jari bumi. Selain itu
percepatan gravitasi juga akan dipengaruhi oleh rapat massa daerah terukur, dimana
semakin besar nilai densitas pada suatu daerah akan sebanding dengan nilai
percepatan gravitasi di daerah tersebut.
2.1.3. Potensial Gravitasi
Potensial gravitasi Ug yang dinyatakan pada hukum Newton, lebih mudah
untuk digambarkan sebagai sebuah elemen massa tunggal m pada radius rm yang
berinteraksi dengan sebuah unit massa pada suatu titik P dengan radius rp (Jacoby
& Smilde, 2009). Sehingga dari pernyataan tersebut dirumuskan persamaan sebagai
berikut :
|𝑟𝑚 −𝑟𝑝 | 1
∆g = − 𝐺 × ∆m 3 = −𝐺 × ∆m ∇ (|r ) (2.5)
|𝑟𝑚 −𝑟𝑝 | m -rp |

Blakely (1996) menjelaskan bahwa percepatan gravitasi merupakan medan


potensial, dan dapat didefinisikan sebagai gradien dari sebuah potensial skalar.
Pada buku lain percepatan gravitasi juga didefinisikan sebagai negatif gradien dari
sebuah potensial skalar, akan tetapi perbedaan definisi tersebut dijelaskan oleh
Kellogg (1929) yaitu pada dasarnya tanda negatif maupun positif tetap mengikuti
kesepakatan bahwa potensial gravitasi adalah kerja yang dilakukan oleh medan
pada suatu partikel uji dan tanda negatif berasal dari energi potensial partikel.
Sehingga potensial gravitasi dapat dinyatakan sebagai berikut :
−∇ × 𝑈𝑔 (𝑟) = 𝑔(𝑟)
1
−∇ × 𝑈𝑔 (𝑟) = −𝐺 × 𝑀𝑒 × ∇ ( )
|r0 -rp |
1
𝑈𝑔 (𝑟) = −𝐺 × 𝑀𝑒 (|r ) (2.6)
0 -rp |

dengan 𝑈𝑔 = Potensial gravitasi


r0 = Jarak titik pusat bumi
rp = Jarak titik observasi
2.2. Metode Gravitasi
Metode gravitasi merupakan salah satu metode geofisika yang didasarkan
pada pencarian perbedaan kecil medan gravitasi akibat adanya perbedaan nilai
densitas material pada bawah permukaan. Prinsip sederhana dari metode gravitasi
adalah membedakan densitas dari suatu sumber anomali terhadap densitas
lingkungan sekitarnya. Variasi densitas tersebut disebabkan adanya distribusi
massa yang tidak merata di suatu daerah yang satu dengan yang lain.
Metode gravitasi biasanya digunakan untuk survei awal dalam eksplorasi,
umumnya digunakan dalam eksplorasi minyak, yaitu digunakan untuk menemukan
struktur yang dianggap sebagai oil trap (Lutfia, 2012). Metode gravitasi mempunyai
kelebihana yaitu relatif lebih murah, non-invasive, metode yang tidak merusak dan
metode yang telah diuji pada permukaan bulan.

2.3. Pengukuran Gravitasi


Gravitasi diukur berdasarkan adanya perbedaan sifat fisik massa yang berada
diantara dua benda yang terpisah oleh jarak r. Dengan adanya rapat massa yang
berbeda menyebabkan harga gravitasi yang berbeda pada permukaan bumi. Harga
gravitasi rata-rata pada permukaan bumi dalam satuan SI adalah 9,8 m/s2. Satuan
yang lebih kecil dinyatakan dalam µm/s2 atau g.u (gravity unit). Dalam satuan cgs,
harga gravitasi dinyatakan dalam cm/s2) atau gal.

2.3.1. Alat Ukur Gravitimeter


Untuk mengukur gravitasi diperlukan alat ukur yang mempunyai ketelitian
cukup tinggi, yaitu mampu membaca adanya perbedaan gravitasi dibawah 0,1 mgal.
Salah satu alat yang digunakan adalah Gravitimeter La Coste & Romberg.
Prinsip gravitimeter pada dasarnya merupakan suatu necara pegas yang
mempunyai massa yang terkena gravitasi. Perubahan berat akan menyebabkan
panjang pegas berubah, seperti pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Prinsip Gravitimeter Stabil

Berdasarkan hukum Hooke yang menyatakan bahwa perubahan panjang


pegas adalah sebanding dengan perubahan panjang gaya, maka :
𝐹 =𝑚×𝑔=𝑘×𝑠 (2.7)
dan
𝑚
∆𝑠 = ( 𝑘 ) ∆𝑠 (2.8)

dimana : m = massa benda (kg)


k = konstanta elastisitas pegas (N/m)
∆𝑠 = perubahan panjang pegas (m)
∆𝑔 = perubahan gayaberat (m/s2)
Pada Gravitimeter La Coste & Romberg didesain dengan periode yang hampir
tak terbatas. Pada gambar 2.3 terdapat pegas yang dinamakan zero length spring,
pegas ini dibuat sedemikian rupa sehingga F = k×L, dimana L adalah total panjang
pegas (Fathoni, 2011).

2.3.2. Pengukuran di Lapangan


Pengukuran dilakukan dengan membentuk suatu lintasan tertutup (loop),
yang artinya pengukuran dimulai dan diakhiri di titik yang sama, sehingga
kesalahan penutup jalur dapat dihitung. Besar kesalahan penutup dikoreksikan pada
semua data pengamatan yang terletak dijalur yang besangkuran, dengan pola
pengukuran seperti pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Pola Pengukuran Medan Gravitasi


BS = Base Station dan A,B,C, dan D = Titik Pengamatan
Dalam akuisisi terlebih dahulu dicari lokasi yang tepat untuk meletakan
stasiun utama, dimana pengukuran beda percepatan gravitasi relatif dibandingkan
dengan titik lain. Setelah itu daerah yang akan dieksplorasi dibagi untuk
memperoleh data pengamatan yang baik. Pengamatan gravitasi ini dimulai diikat
terhadap titik pangkal pokok yang telah diketahui harga mutlaknya. Untuk
menentukan lokasi titik pengamatan di lapangan diperlukan suatu peta yang sudah
diketahui kontur ketinggianya.

2.4. Reduksi dalam Metode Gravitasi


Dalam pengukuran nilai percepatan gravitasi di permukaan bumi, nilai yang
diperoleh pada suatu titik akan memiliki selisih atau perbedaan di titik yang lain.
Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi hasil dari pengukuran
tersebut. Faktor-faktor tersebut meliputi pengaruh medan disekitar titik akuisisi,
kedudukan bumi terhadap bulan, matahari, dan benda langit yang lain, serta
perubahan kondisi alat gravimeter. Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi jika
terdapat perbedaan kondisi titik pada pengamatan terhadap kondisi teoritis dan
untuk memperhitungkan pengaruh kesalahan alat.
Koreksi-koreksi yang dilakukan dalam sebuah pengolahan data gravitasi
meliputi beberapa koreksi, yaitu sebagai berikut :
a. Koreksi Pasang Surut (Tide Correction).
b. Koreksi Apungan Alat (Drift Correction).
c. Koreksi Gravitasi Normal / Koreksi Lintang (Lattitude Correction).
d. Koreksi Udara Bebas (Free Air Correction).
e. Koreksi Bouguer (Bouguer Correction).
f. Koreksi Medan (Terrain Correction).

2.4.1. Koreksi Pasang Surut (Tide Correction)


Koreksi pasang surut (koreksi tidal) dimaksudkan untuk menghilangkan
pengaruh benda langit terhadap nilai percepatan gravitasi yang terukur
dipermukaan bumi. Adanya gaya tarik-menarik antara bumi dengan bulan dan
matahari akan menyebabkan perubahan nilai medan gravitasi di permukaan bumi
secara periodik (Octonovrilna & Pudja, 2009). Longman (1959)
mengkomputasikan formula untuk percepatan tidal yang dikarenakan oleh bulan
dan matahari dengan waktu tertentu pada sebuah titik dipermukaan bumi. Formula
untuk percepatan tidal dinyatakan sebagai berikut :
r 3 r2
𝑔𝑚 = 𝐺 × 𝑀𝑚 ra3 (3cos2 θ-1) + 2 𝐺 × 𝑀𝑚 ra4 (5cos2 θ-3cosθ) (2.9)
r 3 r
𝑔𝑠 = 𝐺 × 𝑀𝑠 sa3 (3cos2 γ-1) + 2 G×Ms sa4 (5cos2 γ-3cosγ) (2.10)

dengan 𝑔𝑚 = Komponen tegak pasang surut akibat bulan


𝑔𝑠 = Komponen tegak pasang surut akibat matahari
ra = Jarak pusat bumi dan bulan
s = Jarak pusat bumi dan matahari
G = Konstanta gravitasi universal
Mm = Massa bulan
Ms = Massa matahari
θ = Sudut zenith bulan
𝛾 = Sudut zenith matahari
Sudut zenith bulan dirumuskan sebagai berikut :
cos(Im -x) cos(I -x)
cos θ= sin  sin IB sin Im + cos  [cos 2 IB 2
+ sin ω 2m ] (2.11)

Adapun sudut zenith matahari dirumuskan adalah :


cos(Is -x) cos(Is -x)
cos γ= sin  sin IM sin Is + cos  [cos 2 IM 2
+ sin ω 2
] (2.12)

dengan  = Bujur tempat pengamatan


𝛾 = Sudut geosentris Matahari
𝜃 = Sudut geosentris Bulan
𝐼𝑀 = Inklinasi Matahari
𝐼𝐵 = Inklinasi Bulan
𝐼𝑠 = Bujur orbit Matahari
𝐼𝑚 = Bujur orbit Bulan
𝑥 = right ascention

Dengan demikian, percepatan tidal total adalah :


𝑔𝑡𝑖𝑑𝑎𝑙 = 𝑔𝑚 + 𝑔𝑠 (2.13)

2.4.2. Koreksi Apungan (Drift Correction)


Koreksi apungan diperlukan untuk menghilangkan kesalahan yang
disebabkan oleh alat pengukuran. Gravimeter dirancang dengan sistem
keseimbangan pegas, dan dilengkapi massa (beban) yang bergantung bebas
diujungnya. Karena pegas tidak elastis sempurna, maka sistem pegas tidak kembali
ke kedudukan semula. Perubahan ini dianggap linier dan didistribusikan ke seluruh
titik ukur pada satu loop. Koreksi ini disebabkan oleh perubahan alat terhadap :
1. Waktu
2. Goncangan selama transportasi atau pengamatan di lapangan
Gambar 2.5 Skematik perhitungan koreksi drift (Sarkowi, 2014)

Untuk Gravitimeter LaCoste & Romberg koreksi apung tersebut tidak terlalu
besar (± mgal/bulan). Perhitungan koreksi apung dihitung pada setiap kitaran
dengan waktu terpendek setelah dikoreksi dengan koreksi pasang surut bumi.
𝑡𝑠𝑛 −𝑡𝑏
𝐷𝑐𝑛 = (𝐺𝑏′ − 𝐺𝑏 ) (2.14)
𝑡𝑏′ −𝑡𝑏

Dimana 𝐷𝑐𝑛 = Koreksi drift stasiun ke-n


𝑡𝑠𝑛 = Waktu pembacaan stasiun ke-n
𝑡𝑏 = Waktu pembacaan stasiun base pada awal loop
𝑡𝑏′ = Waktu pembacaan stasiun base pada akhir loop
𝐺𝑏 = Nilai pembacaan stasiun base pada awal loop
𝐺𝑏′ = Nilai pembacaan stasiun base pada akhir loop

2.4.3. Koreksi Gravitasi Normal / Koreksi Lintang (Lattitude Correction)


Terjadinya rotasi bumi mengakibatkan bentuk bumi cenderung
menggembung pada garis equator dan termampatkan pada daerah kutub. Pada rotasi
bumi percepatan sentrifugal memiliki nilai maksimum pada garis equator dan
bernilai minimum atau sama dengan nol pada kutub geografisnya (Telford et
al.,1990). Nilai percepatan gravitasi yang berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
antara massa bumi dengan massa pada suatu titik observasi menunjukkan bahwa
nilai percepatan gravitasi akan bernilai lebih kecil pada garis ekuator dibandingkan
pada kutub geografisnya. Dengan demikian nilai percepatan gravitasi dipengaruhi
oleh posisi lintang.
Koreksi lintang digunakan untuk mengkoreksi gravitasi di setiap lintang
geografis karena gravitasi tersebut berbeda, yang disebabkan oleh adanya gaya
sentrifugal dan bentuk ellipsoide (Faizah, 2010). Untuk menghitung koreksi lintang
digunakan rumus sebagai berikut :

𝐿𝐶 = 978031,8(1 + 0,0053024 × 𝑠𝑖𝑛2 ∅ + 0,0000059 × 𝑠𝑖𝑛2 2∅)𝑚𝐺𝑎𝑙 (2.15)


Harga ini didapat dari perhitungan teoritis harga gravitasi sebagai fungsi
besaran lintang dengan permukaan bumi dianggap sebagai permukaan ellipsoid.
Anggapan pepatan bumi adalah sebesar 1/29802,4 dan harga Gobs di ekuator =
978031,85 mgal.

2.4.4. Koreksi Udara Bebas (Free Air Correction)


Koreksi udara bebas merupakan koreksi akibat perbedaan ketinggian sebesar
h dengan mengabaikan adanya massa yang terletak diantara titik amat dengan
sferoid referensi (Faizah, 2010). Untuk mendapatkan anomali medan gravitasi di
topografi maka medan gravitasi teoritis dan medan gravitasi observasi harus sama-
sama berada di topografi, sehingga koreksi ini perlu dilakukan.
Reynolds (1997) mendefinisikan koreksi udara bebas sebagai perbedaan
antara nilai gravitasi yang diukur pada muka air laut rata-rata dengan nilai gravitasi
yang terukur pada ketinggian h meter tanpa ada batuan diantaranya. Nilai dari
koreksi udara bebas adalah sebesar 0,3086 mGal/m, bernilai positif jika ketinggian
diatas muka air laut rata-rata dan bernilai negatif jika dibawahnya sehingga koreksi
udara bebas ditambahkan dalam pembacaan medan jika kedudukan pengukuran di
atas bidang datum dan dikurangi jika dibawahnya (Telford et al., 1990).

2.4.5. Koreksi Bouguer (Bouguer Correction)


Pada koreksi udara bebas, massa diantara titik observasi dengan muka air
laut diabaikan, akan tetapi dalam koreksi Bouguer massa diantara titik observasi
dengan muka air laut ikut diperhitungkan (Blakely 1996). Koreksi Bouguer
menghitung gaya tarik gravitasi yang disebabkan oleh lempeng batuan dengan
ketebalan h dalam meter dan rata-rata densitas  (Mg/m3) (Reynolds, 1997).
𝑔𝑏 = 2𝐺ℎ (2.16)

Dengan G = Konstanta Gravitasi (6,67 x 10-8 m3 Mg-1s-2)


 = Densitas (Mg/m3)
H = Ketinggian (m)
Sedangkan untuk pengukuran pada kapal atau pengukuran di laut, persamaan
yang digunakan adalah sebagai berikut :
𝑔𝑏 = 2𝐺(𝜌𝑟 − 𝜌𝑤 )ℎ𝑤 (2.17)

Dengan 𝜌𝑟 = Densitas Batuan (Mg/m3)


𝜌𝑤 = Densitas Air (Mg/m3)
ℎ𝑤 = Kedalaman Air (m)

2.4.6. Koreksi Medan (Terrain Correction)


Koreksi ini dilakukan karena permukaan bumi disekitar titik amat tidak rata.
Adanya lembah dan bukit mengakibatkan perbedaan percepatan gravitasi di titik
amat. Adanya lembah akan mengurangi harga koreksi medan, demikian juga
sebaliknya.

Gambar 2.6 Topografi sekitar titik amat P


Keadaan topografi pada medan observasi akan mempengaruhi nilai
percepatan gravitasi yang terukur pada gravimeter. Permukaan bumi yang memiliki
bentuk tidak beraturan menyebabkan perbedaan percepatan gravitasi pada titik yang
berbeda. Nilai percepatan gravitasi yang diperoleh pada pengukuran yang
dilakukan pada daerah yang dekat dengan lereng bukit maupun lembah akan
dipengaruhi oleh gaya tarik yang ditimbulkan oleh massa topografi di sekitar titik
pengukuran (Jumransyah et al., 2014). Adanya pengaruh topografi tersebut,
selanjutnya dikoreksi dengan menggunakan koreksi medan (terrain correction).
Hammer (1939) mengajukan sistem pengukuran koreksi medan dengan membagi
medan pengukuran kedalam beberapa segmen cincin konsentrik seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.8 dan biasa dikenal sebagai Hammer chart.

Gambar 2.9 Hammer chart

Koreksi medan yang dilakukan didasarkan pada penentuan nilai percepatan


gravitasi pada pusat cincin konsentrik dengan beda elevasi z, jari-jari luar RL, dan
jari-jari dalam RD (Reynolds, 1997). Dasar pengukuran koreksi medan dinyatakan
ke dalam persamaan sebagai berikut :
2πρG
g medan = [R L -R D +√R2D -z 2 -√R2L -z 2 ] mgal (2.18)
N

Dengan N = Jumlah segmen


 = Densitas batuan

2.5. Anomali Gravitasi (Bouguer Anomaly)


Hasil akusisi pembacaaan gravitasi dilapangan yang telah direduksi melalui
tahapan-tahapan koreksi, menghasilkan harga yang terkorelasi terhadap keadaan
sekitar (struktur geologi) di bawah permukaan yang disebut Anomali Gravitasi.
Harga anomali ini sebenernya merupakan penyimpangan dari nilai teoritis, anomali
yang didapat disebut Bouguer Anomaly.
Penggunaan metode gravitasi untuk eksplorasi sumber daya alam, studi
keilmuan dan maksud lainnya dilakukan dengan menerapkan konsep Anomali
gravitasi, yaitu perbedaan nilai gravitasi terukur dengan nilai gravitasi acuan (nilai
gravitasi teoritis untuk suatu model teoritis Bumi). Perbedaan tersebut
merefleksikan variasi rapat massa yang terdapat pada suatu daerah dengan daerah
sekelilingnya kearah lateral, maupung kearah vertikal (Sarkowi, 2014).
Anomali Bouguer lengkap merupakan selisih antara nilai gravitasi
pengamatan dengan gravitasi teoritik yang didefinisikan pada titik pengamatan
bukan pada bidang referensi, baik elipsoid maupun muka laut rata-rata. Anomali
Bouguer dinyatakan sebagai (Sarkowi, 2009) :

∆g( x,y,z) = gobs – (g(φ) – FAC + BC – TC) (2.19)


∆g( x,y,z) = gobs – (0,308765 – 0,04193𝜌) h + C3∆h (2.20)

Dengan ∆g( x,y,z) = anomali Bouguer lengkap


gobs = gayaberat observasi
g(φ) = gayaberat teoritis pada lintang φ
FAC = koreksi udara bebas
BC = koreksi Bouguer
TC = koreksi medan
𝜌 = rapat massa
H = tinggi
∆h = beda tinggi titik amat
Jacoby & Smilde (2009) menjelaskan bahwa anomali Bouguer dibagi
kedalam dua bagian yaitu anomali Bouguer sederhana (simple Bouguer anomaly)
dan anomali Bouguer sempurna (complete Bouguer anomaly). Anomali Bouguer
sederhana didefinisikan sebagai anomali Bouguer saat koreksi medan diabaikan.
Sedangkan anomali Bouguer sempurna akan diperoleh dengan menambahkan
koreksi medan pada koreksi percepatan gravitasi.

2.6. Anomali Regional dan Residual


Anomali gravitasi yang terukur dipermukaan merupakan penjumlahan dari
semua kemungkinan sumber anomali yang ada di bawah permukaan dimana salah
satunya merupakan target ‘event’ dari eksplorasi. Untuk kepentingan interpretasi,
target ‘event’ harus dipisahkan dari ‘event’ lainnya. Jika target ‘event’ adalah
anomali residual, maka ‘event’ lainnya adalah Noise dan Regional. Secara
sederhana, dari segi lebar Anomali, Noise akan mempunyai lebar anomali lebih
kecil dari target (residual), sedangkan Regional lebih besar dari Residual dari
kedalaman, Noise lebih dangkal dari residual sedangkan Regional lebih dalam
(Sarkowi, 2014). Anomali regional bersifat smooth dan biasanya disebabkan oleh
batuan-batuan dangkal (Faizah, 2010).
Peta anomali bouguer memberikan gambaran menyeluruh mengenai massa
penyebab anomali, karena merupakan gabungan dari berbagai variasi dapat massa
penyebab anomali, karena merupakan gabungan dari berbagai variasi rapat massa
yang terdistribusi baik secara vertikal maupun horizontal. Bisa juga dikatakan
bahwa anomali bouguer merupakan superposisi dari massa penyebab lokal dan
regional. Jika massa penyebab makin dalam, anomali menjadi lebih menyebar dan
amplitudonya menurun. Panjang gelombang anomal juga proporsional dengan
kedalaman dari perubahan densitas arah lateral.
Anomali lokal atau residu mencerminkan kondisi geologi daerah penelitian
yang bersifat lokal dan dangkal, yang dicirikan oleh anomali yang mempunyai
frekuensi tinggi. Anomali regional dilain pihak, memberikan gambaran kondisi
geologi secarah lebih luas (regional) pada daerah yang dalam dengan dicirikan oleh
anomali yang berfrekuensi rendah.
Sifat-sifat demikian dapat dipakai sebagai bahan bantu saat melakukan
interpretasi guna memperoleh informasi mengenai kondisi, jenis, maupun bentuk
geometri dan letak (kedalaman) dari massa batuan penyebab anomali. Hal ini
berarti bahwa anomali bouguer terlebih dahulu harus dipisahkan menjadi anomali
residu (lokal).
Masalah utama dalam interpretasi gravitasi adalah bagaimana memisahkan
anomali dari efek tumpang tindih oleh penyebab lain. Pemisahan umumnya tidak
lengkap, keduanya baik anomali regional maupun residu saling terdistorsi oleh
efeknya masing-masing. Karena kedua anomali tersebut mempunyai fungsi yang
berlainan, maka keduanya harus dipisahkan untuk mendapatkan manfaatnya secara
optimum. Untuk memisahkan anomali regional dan anomali residual dilakukan
dengan beberapa metode, yaitu metode moving average, metode polynomial, dan
metode inversi

2.6.1. Moving Average


Dalam metode ini harga regional disuatu tempat diestimasi dengan harga rata-
rata lokal (moving average). Rataan bergerak dilakukan dengan cara merata-ratakan
nilai anomalinya. Hasil dari rata-rata tersebut merupakan anomali regionalnya.
Sedangkan anomali residualnya didapatkan dengan mengurangkan data hasil
pengukuran gravitasi dengan anomali regionalnya (Abdelrahman, 1996). Secara
matematis persamaan metode moving average untuk 1 dimensi adalah sebagai
berikut :
(∆𝑇(𝑖−𝑛,𝑗−𝑛)+⋯+∆𝑇(𝑖,𝑗)+⋯+∆𝑇(𝑖+𝑛,𝑗+𝑛))
∆𝑇𝑟𝑒𝑔(𝑖, 𝑗) = (2.21)
𝑁

𝑁−1
Dimana 𝑛 = , dan N harus bilangan ganjil (Setyanta et al, 2010)
2
Setalah didapatkan ∆𝑇𝑟𝑒𝑔 , maka harga ∆𝑇𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢𝑎𝑙 dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut :
∆𝑇𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢𝑎𝑙 = ∆𝑇 − ∆𝑇𝑟𝑒𝑔 (2.22)

Dimana ∆𝑇𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢𝑎𝑙 = besarnya anomali residual


∆𝑇 = besarnya anomali bouguer
∆𝑇𝑟𝑒𝑔 = besarnya anomali regional

Nilai anomali regional pada sebuah titik penelitian, sangat tergantung pada
nilai anomali yang terdapat di sekitar titik penelitian. Sehingga nilai anomali
regional pada sebuah titik merupakan hasil rata-rata dari nilai anomali-anomali di
sekitar daerah penelitian (Purnomo, 2013).

2.6.2. Polynomial
Dalam metode polynomial fitting, besarnya anomali regional dapat
digambarkan sebagai suatu permukaan anomali dalam fungsi matematis.
Permukaan tersebut diperoleh dengan meminimumkan selisih anomali bouguer
dengan anomali regional hasil perhitungan dengan cara kuadrat terkecil (least
square) (Faizah, 2010).
Polynomial fitting atau sering disebut dengan metode kuadrat terkecil
yang mengasumsikan bahwa permukaan Polynomial dapat menggambarkan model
bidang regional yang lebih halus yang ditentukan oleh orde Polynomial (Jeffrey,
1992). Peta kontur anomali regional yang dihasilkan sudah cenderung tetap dan
tidak mengalami perubahan ketika orde yang diberikan semakin besar. Pada
umumnya Polynomial fitting mencakup bentuk konstan.
Orde polynomial yang lebih tinggi memungkinkan adanya bagian residual
yang masuk ke dalam regional yang digambarkan. Sebaliknya orde polynomial
yang paling rendah memungkinkan adanya bagian regional yang tergambar pada
residual. Orde yang lebih besar menegaskan noise dan error dalam data
pengamatan, yang memungkinkan adanya bagian residual yang tergambar pada
regional. Ketika orde semakin tinggi, maka residual menjadi tajam dan lebih kecil
(Nettleton, 1976).

2.6.2.1. Kurva Fitting Regresi


Proses kuantitatif ini sering dikenal dengan regresi atau curve fitting. Proses
ini digunakan untuk memperkirakan trend hasil yang diperlukan. Proses curve
fitting yang sesuai persamaan kurva pendekatan ke data observasi. Namun, curve
fitting dari jenis tertentu pada umumnya tidak baik untuk satu set data. Oleh
karena itu diperlukan kurva dengan deviasi minimal dari semua titik data yang
diinginkan. Curve fitting terbaik dapat diperoleh dengan metode kuadrat terkecil.

2.6.2.2. Metode Kuadrat Terkecil


Metode kuadrat terkecil mengasumsikan bahwa curve fitting dari jenis
tertentu adalah kurva yang memiliki jumlah dari deviasi kuadrat (error) dari
himpunan data adalah minimum. Misalkan titik-titik data adalah minimum
(Njandjock, 2003). Misalkan titik data (𝑥1 , 𝑦1 ), … , (𝑥1 , 𝑦1 ) dimana x adalah
variable independen dan y adalah variable dependen, Curve fitting f(x) memiliki
deviasi d dari setiap titik data, yaitu
𝑑1 = 𝑦1 − 𝑓(𝑥1 ), 𝑑𝑛 = 𝑦𝑛 − 𝑓(𝑥𝑛 )

Menurut metode kuadrat terkecil, curve fitting terbaik memiliki


𝜋 = 𝑑12 + ⋯ + 𝑑𝑛2 = ∑𝑛𝑖=1 𝑑12 = ∑𝑛𝑖=1[𝑦𝑡 − 𝑓(𝑥𝑡 )]2 = 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 (2.23)

Polynomial adalah salah satu jenis yang paling umum digunakan dalam
regresi kurva, berikut penjelasan lebih lanjut tentang curve fitting :

a. Kuadrat Terkecil Garis


Metode kuadrat terkecil garis menggunakan garis lurus 𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥
untuk mendekati himpunan data (𝑥1 , 𝑦1 ), … , (𝑥1 , 𝑦1 ) Dimana a dan b adalah
koefisien yang tidak diketahui, sedangkan xi dan yi diketahui. Untuk mendapatkan
error terkecil maka koefisien a dan b harus menghasilkan nol pada turunan
pertama.

b. Kuadrat Terkecil Parabola


Metode ini menggunakan kurva derajat kedua yaitu 𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥 + 𝑐𝑥 2 untuk
mendekati himpunan data (𝑥1 , 𝑦1 ), … , (𝑥1 , 𝑦1 ). a, b, dan c adalah koefisien yang
tidak diketahui, sedangkan xi dan yi diketahui. Untuk mendapatkan error terkecil
maka koefisien a dan b harus menghasilkan nol pada turunan pertama.

c. Kuadrat Terkecil Derajat ke-m


Metode ini menggunakan polynomial derajat ke-m yaitu 𝑦 = 𝑎0 + 𝑎1 x +
𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑚 𝑥 m untuk untuk mendekati himpunan data (𝑥1 , 𝑦1 ), … , (𝑥1 , 𝑦1 ).
Curve fitting terbaik memiliki error kuadrat terkecil yaitu :
𝑛
𝜋=∑ [𝑦𝑡 − 𝑓(𝑥𝑡 )]2
𝑖=1
2
= 2 ∑𝑛𝑖=1[𝑦𝑖 + 𝑎0 + 𝑎1 x + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑚 𝑥 m ] = minimum (2.24)

a0, a1, a2, ... dan am adalah koefisien yang tidak diketahui, sedangkan xi dan yi Untuk
mendapatkan error terkecil maka koefisien a0, a1, a2, ... dan am harus menghasilkan
nol pada turunan pertama.
Prinsip dasar pada penggunaan metode ini adalah mencari koefisien nilai ‘a’
pada persamaan polinomial yang digunakan. Dengan membuat turunan pertama
dari persamaan polinomial yang digunakan bernilai sama dengan nol. Sehingga
akan dapat dihitung koefisien-koefisien nilainya (a). Setelah didapatkan nilai
koefisien dari persamaan polinomial yang digunakan, maka akan dapat dihitung
nilai anomali regional dengan persamaan polinomial yang sudah diketahui nilai-
nilai koefisiennya. Kemudian akan dapat dihitung pula anomali residualnya dengan
mengurangi anomali Bouguer dengan anomali regional hasil perhitungan dengan
metode polinomial yang digunakan.
2.6.3. Inversi
Pemodelan inversi sering dikatakan sebagai kebalikan dari pemodelan ke
depan (forward) karena dalam pemodelan inversi, parameter model diperoleh
langsung dari data. Teori inversi merupakan satu kesatuan metode matematika dan
statistik untuk memperoleh informasi yang berguna mengenai suatu sistem fisika
berdasarkan observasi terhadap sistem (Menke, 1989).
Dalam pembahasan inversi, grid pengukuran bersesuaian dengan titik
tengahnya dalam permukaan (z=0) maka jumlah data adalah N = nx × ny × 1.
Dan jumlah parameter model adalah N = nx × ny × nz dimana nx,ny, dan nz
masing-masing adalah jumlah grid dalam arah x,y,z.
Dengan menggunakan data yang terdapat dipermukaan maka inversi linier
purely underdetermined (N<M) yang meminimumkan ‘norm’model menghasilkan
model data gravitasinya. Dalam metode inversi ini juga terdapat kontinuasi ke atas
Gu sebagai berikut.
𝑑 𝑢 = 𝐺 𝑢 𝑚𝑒 (2.25)

Pada kontinuasi ke atas dilakukan pada sejumlah level data yang kecil dari
data lainnya. Dengan demikian, gabungan data dipermukaan dan hasil kontinuasi
ke atas menghasilkan data dengan jumlah yang lebih besar daripada jumlah
parameter model (N>M). Untuk permasalahan inversi yang bersifat
overdetermined, dapat diselesaikan dengan solusi inversi sebagai berikut :
𝑚 = [𝐺 𝑇 𝐺]−1 𝐺 𝑇 𝑑 (2.26)

Dimana G adalah matrik kernel, sedangkan d merupakan nilai dari anomali


Bouguer. Dengan menggunakan persamaan (2.26), maka akan didapatkan nilai
koefisien m.

2.7. PEMODELAN
Pemodelan merupakan tahap lanjutan setelah memperoleh nilai anomali pada
daerah penelitian. Pada tahap ini, data anomali ditafsirkan untuk mendapatkan
gambaran struktur bawah permukaan berdasarkan distribusi rapat massa batuannya.
Secara teknik pemodelan dilakukan dengan membadingkan nilai anomali hasil
pengamatan dengan nilai anomali dari model geometri yang dibuat (Rahma, 2014).
Pemodelan tiga dimensi (3D) dianggap pemodelan yang lebih realistis
dibandingkan dengan pemodelan dua dimensi karena bentuk model geometri dibuat
dapat disesuaikan dengan bentuk benda sebenarnya yang ada di alam. Selain itu
pemodelan 3D mampu memberikan informasi yang jelas pada target survei.
Kelemahan dari pemodelan 3D adalah pada proses perhitungan yang lama. Namun
seiring perkembangan teknologi dengan bantuan komputer proses perhitungan
dapat dilakukan dengan cepat.
Daftar Pustaka

Abdelrahman. 1996. Shape and Depth Solutions From Moving Average Residual
Gravity Anomalies, Egypt : Journal of Applied Geophysics, V.36, pp 89-95.

A., Lutfia P.I., et.al. 2012. Eksplorasi Parameter Fisik Cekungan Migas di
Perairan Blok Ambalat dengan Metode Gravitasi. Jurnal Teknik Pomits
Vol.1, No.1, 1-6.

Faizah, Iiz. 2010. Interpretasi Kualitatif Medan Gravitasi Berdasrkan Hasil


Perhitungan Anomali Residu Menggunakan Metode Polynomial Fitting di
Karangsambung Jawa Tengah. Skripsi : Sarjana Sains Fisika. Jakarta :
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Hidayat, Fathoni Sukma. 2011. Penyelidikan Gaya Berat Untuk Pemetaan


Struktur Bawah Permukaan di Daerah Karanganyar Bagian Barat. Skripsi :
Sarjana Sains Fisika. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Jacoby, W., and P.L. Smilde, 2009, Gravity Interpretation - Fundamentals and
Application of Gravity Inversion and Geological Interpretation. Heidelberg:
Springer.

Jumransyah, et.al. 2007. Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Gunung Api


Kelud Berdasarkan Survei Gaya Berat. Malang: Universitas Brawijaya.

Menke, W. 1989. Geophysical Data Analysis, Discrete Inverse Theory : Academic


Press.

Njandjock, N.P. et. al. 2003. A Turbo Pascal 7 Program to Fit a Polynomial Field
Anomalies Based on the Analytic Least Squares Method. African Journal of
Science and Thechnology (AJST) Science and Engineering Series Vol 4,
No.2, pp. 1-4.

Octonovrilna, L dan Pudja, P,. Analisa Perbandingan Anomaly Gravitasi dengan


Persebaran Intrusi Air Asin (Studi Kasus Jakarta 2006-2007). Meteorologi
dan Geofisika. 10(1). 42-43.

Pandia, Suka P,. Singarimbun Alamta. 2015. Pemodelan Reservir Panasbumi


dengan Menggunakan Metode Poligon Talwani 2-D. Prosiding Simposium
Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sanins ISBN 978-602-19655-8-0 8, Juni
2015.

Purnomo, J., Koesuma, S., dan Yunianto M. 2013. Pemisahan Anomali Regional-
Residual pada Metode Gravitasi Menggunakan Metode Moving Average,
Polynomial, dan Inversion. Indonesia Journal of Applied Physics Vol.3 No.1
halaman 10 April 2013
.
Reynolds, J. M. 1997. An Introduction to Applied and Environmental Geophysics.
John Wiley & Sons Ltd, England.

Sarkowi. 2014. Eksplorasi Gaya Berat. Graha Ilmu : Yogyakarta

Serway, Raymond A. dan Jewett, John W. 2004. Physics for Scientists and
Engineers, with Phisics NOW and InfoTrac, 6th edition. Thomson
Brooks/Cole.

Setyanta et. al. 2010. Delineasi Cekungan Sedimen Sumatera Selatan Berdasarkan
Analisis Dara Gaya Berat. Bandung : Geo-Sciences Vol.20, No.20, hal 93-
106, April 2010.
Telford, W.M, Geldart, L.P. dan Sheriff, R.E. 1990. Applied Geophysics, 2nd
editoin. London: Cambridge University Press.

Вам также может понравиться