Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB XII
REKLAMASI DAN PASCATAMBANG
Gambar 12.1
Tata Guna Lahan Kalimantan Timur
Gambar 12.2
Jenis Lahan Kutai Timur
Karena struktur, komposisi dan riapnya tidak akan pernah stabil, sulit
merencanakan pemasaran hasilnya
Jenis-jenis penyusun hutan sekunder di Karangan Kutai Timur adalah
jenis-jenis pohon yang cepat tumbuh, namun berusia tidak seberapa panjang.
Banyak di antaranya berasal dari sukuEuphorbiaceae, Rubiaceae, Moraceae.
Beberapa contohnya, di antaranya Bellucia pentamera, Campnosperma
auriculatum, Caryota mitis, Dillenia suffruticosa, Ficus septica, Macaranga
gigantea, Macaranga tanarius, Macaranga triloba, Mallotus paniculatus,
Neolamarckia cadamba, Schima wallichii, dan Trema orientalis.
Gambar 12.3
Jenis tanaman hutan kering sekunder sebelum penambangan
Rehabilitasi segera dimulai jika lahan yang terbuka sudah mulai ada yang
dilakukan penutupan dan siap ditanami untuk mengurangi lahan terbuka selama
kegiatan penambangan. Penghijauan dilakukan dengan penanaman tanaman
234
seperti mangga dan kakao. Kegiatan reklamasi ini adalah kegiatan yang bertujuan
memperbaiki atau menata kegunaan lahan terganggu sebagai akibat kegiatan
usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya.
Tabel 12.1
Status Kawasan Kalimantan Timur
Gambar 4.1
Desain Jenjang
Gambar 12.4
Desain Lereng
Gambar 12.5
Penebaran Top Soil
D. Revegetasi
Kondisi lahan yang marginal termasuk masalah fisik, kimia (nutriens dan
toxicity), dan biologi tanah menjadi kendala utama dalam melakukan kegiatan
revegetasi pada lahan-lahan terbuka pasca penambangan. Untuk dapat mengatasi
masalah ini maka upaya memilih jenis tanaman yang tepat, serta perlakuan
teknik agrikultur yang benar perlu diterapkan.
Berikut ini tahapan pada kegiatan revegetasi PT. GLORY COAL.
a. Pemilihan jenis
Revegetasi pada areal bekas penambangan PT. GLORY COAL ini
direklamasi menggunakan jenis yang dianggap potensial dan memiliki nilai
ekonomi yang tinggi.
b. Pengadaan bibit tanaman
1. Pengadaan bibit coper crop
Jenis tanaman penutup (cover crop) merupakan kombinasi CM
(Calopogonium Muconoides) dan CP (Centrocema Pubescens).
241
Gambar 12.6
Centrocema Pubescens
Gambar 12.7
Bibit Pohon Jati
c. Penanaman bibit
Penanaman bibit pada area reklamasi bertujuan untuk membentuk vegetasi
baru dan mengembalikan kondisi lahan mendekati kondisi semula. Tujuan
lainya adalah untuk menjaga kestabilan lahan dan mecegah terjadinya aliran
run off yang tinggi terhadap permukaan lahan.
242
Tabel 12.2
Luas Area Reklamasi Dan Jumlah Penanaman Pohon
LUAS AREA REKLAMASI
Area Luas (Ha) jarak (3x3) m² Ha Jumlah Pohon
PIT 36,66 9 0,0009 40733
DISPOSAL OB 2 9 0,0009 2222
DISPOSAL
1 9 0,0009 1111
SOIL
STOCKPILE 2 9 0,0009 2222
SETTLIND
0,17 9 0,0009 188
POND
TOTAL 41,83
Tabel 12.3
Jumlah kebutuhan pupuk
Pupuk
Tahun Luas (Ha) Pupuk/Ha (kg)
(kg)
PIT 36,66 100 3666
DISPOSAL OB 2 100 200
STOCKPILE 2 100 200
DISPOSAL
1 100 100
SOIL
SETTLIND
0,17 100 17
POND
TOTAL 41,83 4183
243
E. Pekerjaan Sipil
Pada kegiatan ini, PT. GLORY COAL pada tahun pertama melakukan
pembuatan drainase yang bertujuan untuk mengantisipasi air limpasan yang
berada di area penambangan yang telah terkontaminasi air asam tambang yang
kemudian akan dialirkan dan dinetralisir di settling pond agar tidak mencemari
lingkungan sekitar area penambangan yang merugikan.
F. Pemanfaatan Lubang Bekas Tambang
Pada tahun terakhir dalam rencana reklamasi PT. GLORY COAL
meninggalkan void seluas 1,2 Ha yang dinetralkan pHnya menggunakan kapur
tohor dan tanaman eceng gondok sehingga kondisi airnya aman untuk
diperuntukkan sebagai lokasi wisata (danau).
G. Pemeliharaan
Keberhasilan hidup tanaman dan pertumbuhannya dipengaruhi oleh
berbagai faktor lingkungan yang terdapat pada tempat tumbuhnya berupa faktor
biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi semua komponen lingkungan berupa
organisme hidup yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman antara lain
patogen, parasit, serangga dan tumbuhan liar seperi gulma. Faktor abiotik meliputi
semua kondisi lingkungan yang berupa benda mati yang dapa mempengaruhi
pertumbuhan tanaman seperi iklim dan kesuburan tanah. Untuk menngkatkan
peran positif dari semua faktor lingkungan tersebut, maka pemeliharaan tanaman
sangat diperlukan agar keberhasilan hidup dan pertumbuhan tanaman menjadi
baik.
Pemeliharaan tanaman tahun ke-2 mulai dilakukan pada saat umur
tanaman satu bulan. Kegiatan pokok pemeiharaan tanaman berupa penyulaman,
penyilangan, pendangiran, pemangkasan, serta pemberantasan hama dan penyakit
tanaman.
a. Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati dengan
tanaman yang masih seumur. Dalam kegiatan ini dilakukan penggantian
terhadap tanaman mati atau tanaman sakit dengan tanaman baru yang baik
244
Tambang
- Penebaran kapur
tohor
- Penebaran eceng
gondok
- Penataan lahan
- Revegetasi disposal
dan topsoil
A. Penataan Lahan
- Reconturing
- Penebaran Tanah
Penutup
B. Revegetasi 18,33
2 PIT
- Analisis kualitas
tanah
- Pemupukan
- Penanaman
- Pemeliharaan
A. Penataan Lahan
- Reconturing
- Penebaran Tanah
Penutup DISPOSAL OB
B. Revegetasi 5
3 DISPOSAL SOIL
- Analisis kualitas
STOCKPILE
tanah
- Pemupukan
- Penanaman
- Pemeliharaan
SUB TOTAL
BIAYA TIDAK 12.025.000 1.850.000 1.850.000
LANGSUNG
TOTAL
77.025.000 11.850.000 11.850.000
BIAYA
penutupan tajuk (%), perkembangan akar (cm), produksi serasah (g/m 2),
kolonisasi spesies lokal.
d. Daya hidup semai perlu dievaluasi 1 bulan setelah tanam dan diulangi pada
umur 6 dan 12 bulan setelah tanam.
e. Hitung dan catat jumlah seedling yang gagal tumbuh (mati, stagnasi,
kekuningan dan merana), dengan mengikuti seluruh strip planting, tiap luasan
1 ha. Tancapkan ajir pada tanaman yang gagal hidup sebagai tanda untuk
penyulaman.
f. Prosentase seedling yang hidup dihitung jumlah yang ditanam (PS) - jumlah
yang gagal (FS) dibagi dengan jumlah yang ditanam x 100%.
g. Monitoring pertumbuhan tinggi dan diameter dilakukan dengan interval waktu
3,6,9 dan 12 bulan setelah tanam.
h. Revegetasi dilanjutkan sampai berhasil, oleh karena itu selama pasca tambang
dipantau juga pertumbuhan tanaman.
12.3.5 Pemantauan
A. Kestabilan Fisik Kesetabilan Lereng
Perubahan bentang alam akibat pembongkaran fasilitas tambang dan
penatagunaan lahan, di mana hasil kegiatan penambangan meninggalkan lereng
akhir yang aman berdasarkan hasil kajian geoteknik. Pemantauan dilakukan
dengan metode pengumpulan dan analisis data. Salah satunya menggunakan 2
sample tanah yang diambil dilokasi pemantauan.
251
4. Hitung dan catat jumlah seedling yang gagal tumbuh (mati, stagnasi,
kekuningan dan merana), dengan mengikuti seluruh strip planting, tiap
luasan 1 ha. Tancapkan air pada tanaman yang gagal hidup sebagai tanda
untuk penyulaman.
5. Prosentase seedling yang hidup dihitung jumlah yang ditanam (PS) -
jumlah yang gagal (FS) dibagi dengan jumlah yang ditanam x 100%.
6. Monitoring pertumbuhan tinggi dan diameter dilakukan dengan interval
waktu 3,6,9 dan 12 bulan setelah tanam.
7. Revegetasi dilanjutkan sampai berhasil, oleh karena itu selama pasca
tambang dipantau juga pertumbuhan tanaman.
Selain itu tujuan pemantauan yaitu untuk memulihan kondisi vegetasi akan
memulihkan habitat satwa liar sehingga satwa dapat kembali menghuni habitatnya
dan mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan perlindungan terhadap satwa
liar. Pemantauan lingkungan terhadap dampak satwa liar dilaksanakan selama
tahap pasca operasi penambangan batuan batubara, dengan periode pemantauan
setiap 6 bulan sekali. Rencana pemantauan dengan metode pengumpulan dan
analisis data yaitu :
1. Pengamatan dilakukan terhadap jenis-jenis mamalia, aves dan reptilia.
Pengumpulan data satwa liar yang ada di wilayah studi dilakukan secara
primer dan sekunder. Untuk memperoleh data primer digunakan peralatan
bantu, yaitu kamera dengan telelens, teropong dan buku referensi jenis
hewan dan burung. Inventarisasi jenis burung dilakukan dengan
pengamatan langsung bersamaan dengan penghitungan populasi.
2. Pemantauan jenis mamalia dan reptil adalah dengan melihat langsung
jejak, kotoran dan hasil pertemuan dicatat.
3. Data sekunder diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat
setempat seperti hasil buruan dan jerat dan data dari instansi atau dinas
yang terkait dengan masalah satwa liar.
4. Mendata keanekaragaman satwa dengan pengamatan langsung dan
wawancara dengan penduduk setempat dan pekerja di daerah tambang.
255
12.3.6 Organisasi
Penanganan dan persiapan yang menyeluruh dalam perencanaan organisasi
proyek diperlukan untuk kepentingan operasi penambangan batuan batubara yang
efisien, yang akan menentukan keberhasilan pencapaian tujuan proyek
penambangan batuan batubara yang dikelola oleh PT. GLORY COAL.
Sistem organisasi proyek tambang harus mempertimbangkan kebijakan-
kebijakan yang telah berjalan. Fungsi bisnis yang direncanakan bagi PT. GLORY
COAL adalah berupa fungsi bisnis produksi dengan menjalankan operasi
penambangan batuan batubara, serta pengolahan batuan batubara dengan
mengutamakan keselamatan kerja dan perlindungan lingkungan.
Dengan adanya pembatasan sumberdaya, ruang, waktu dan finansial maka
sebagai implikasinya dalam pengelolaan sistem organisasi ini dibutuhkan
pengetahuan dan kemampuan yang komprehensif dalam penanganannya.
256
Demikian juga karena latar belakang yang heterogen, maka diperlukan aspek
koordinasi dan pemeliharaan yang berkesinambungan demi keutuhan hubungan
antar personil.
Agar manajemen operasi proyek penambangan batuan batubara dapat
mencapai tujuan yang diharapkan, maka dibutuhkan suatu organisasi proyek
untuk menanganinya. Bentuk organisasi yang direncanakan untuk melaksanakan
manajemen operasi penambangan ini adalah organisasi garis dan staf (Line and
staff organization), dengan pertimbangan:
a) Terdapat spesialisasi yang beraneka ragam yang dapat dipergunakan secara
maksimal.
b) Dalam melaksanakan kegiatan proyek, anggota garis dapat meminta
pengarahan serta informasi dari staff.
c) Pengarahan yang diberikan oleh staff dapat dijadikan pedoman bagi
pelaksana.
d) Staff mempunyai pengaruh yang besar dalam pelaksanaan pekerjaan.
Dari sistem yang diterapkan tersebut maka akan tercipta suatu manajemen
dengan tingkat efisiensi yang tinggi dimana staff dan karyawan akan selalu
berpikir dan bertindak secara profesional demi kepentingan perusahaan. Kedua
unsur tersebut bisa menciptakan suatu sinergi dalam manajemen operasional.
Dengan bentuk organisasi garis dan staff, maka akan didapat beberapa manfaat,
antara lain:
a) Adanya pembagian tugas yang jelas antara unit-unit yang melaksanakan
tugas pokok dan penunjang.
b) Keputusan yang diambil biasanya telah dipertimbangkan secara matang
oleh segenap unit yang ada didalam organisasi.
c) Adanya kemampuan dan bakat berbeda-beda dari unit organisasi
memungkinkan dikembangkannya spesialisasi keahlian.
d) Adanya ahli-ahli dalam staf akan menghasilkan mutu pekerjaan yang lebih
baik.
257
Tahun
No Tahap RPT
1 2 3
1 Pembongkaran fasilitas tambang
2 Reklamasi
3 Pemeliharaan dan perawatan
4 Pemantauan
Pasal 6 :
(1) Perusahaan wajib menyusun Rencana Reklamasi dan Rencana
Penutupan Tambang.
(2) Rencana Reklamasi dan Rencana Penutupan Tambang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan AMDAL atau UKL dan
UPL yang telah disetujui, dan sebagai bagian dari studi kelayakan.
(3) Perusahaan dalam menyusun Rencana Reklarnasi dan Rencana
Penutupan Tambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mernpertimbangkan:
a. prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2;
b. peraturan perundang-undangan yang terkait; dan
c. kondisi spesifik daerah.
Pasal 7 :
(1) Rencana Reklamasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, disusun untuk
pelaksanaan setiap jangka waktu 5 (lima) tahun dengan rincian tahunan,
meliputi:
a. tata guna lahan sebelum dan sesudah ditambang;
b. rencana pembukaan lahan;
c. program reklamasi; dan
d. rencana biaya reklamasi.
(2) Dalam hal umur tambang kurang dari lima tahun, Rencana Reklamasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sesuai dengan
umurtambang.
(3) Rencana Reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
disusun sesuai dengan Pedoman Penyusunan Rencana Reklamasi
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.
(4) Perusahaan wajib menyampaikan Rencana Reklamasi periode limatahun
pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau sesuai dengan umur
tambang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Menteri,
gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangan masing-
masing sebelum memulai kegiatan eksploitasi/operasi produksi.
261
Pasal 8 :
(1) Rencana Reklamasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, disusun untuk
pelaksanaan setiap jangka waktu 5 (lima) tahun dengan rincian tahunan,
meliputi:
a. tata guna lahan sebelum dan sesudah ditambang;
b. rencana pembukaan lahan;
c. program reklamasi; dan
d. rencana biaya reklamasi.
(2) Dalam hal umur tambang kurang dari lima tahun, R.encana Reklamasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sesuai dengan umur
tambang.
(3) Rencana Reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
disusun sesuai dengan Pedoman Penyusunan Rencana Reklamasi
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.
(4) Perusahaan wajib menyampaikan Rencana Reklamasi periode lima tahun
pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau sesuai dengan umur
tambang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Menteri,
gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangan masing-
masing sebelum memulai kegiatan eksploitasi/operasi produksi.
c) Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang “Reklamasidan
Pasca Tambang”,
Pasal 2 :
(1) Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi wajib melaksanakan
reklamasi,
(2)Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi wajib
melaksanakan reklamasi dan pascatambang.
(3) Reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap
lahan terganggu pada kegiatan eksplorasi.
(4)Reklamasi dan pascatambang sebagaimana dimakdud pada ayat (2)
dilakukan terhadap lahan terganggu pada kegiatan pertambangan dengan
sistem dan metode:
262