Вы находитесь на странице: 1из 35

228

BAB XII
REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

12.1 Rencana Penutupan Tambang


12.1.1 Profil Wilayah
Lokasi Izin Usaha Pertambangan PT. GLORY COAL berada di Desa
Pengadan, Kecamatan Karangan, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan
Timur. Secara astronomis. Endapan bahan galian batuan batubara terletak di
daerah perbukitan dengan ketinggian 62 - 17 mdpl dengan luas IUP yang diajukan
sebesar 221,8 Ha.

12.1.2 Deskripsi Kegiatan Penambangan


Berdasarkan hasil eksplorasi yang dilakukan, diketahui besar cadangan
yang dimiliki oleh PT. GLORY COAL adalah 197.682 serta umur tambang yang
direncanakan adalah 11 bulan.
Kondisi batuan batubara di Desa Pengadan, Kecamatan Karangan,
Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur berada sangat dekat dengan
permukaan dengan overburden yang sangat tipis. Dengan memperhatikan kondisi
permukaan serta letak dari batuan batubara yang akan ditambang itu, maka
penambangan batuan batubara akan dilakukan dengan sistem tambang terbuka,
menggunakan metode open pit.
Fasilitas penunjang yang terdapat di perusahaan PT. GLORY COAL
meliputi pos security, tempat parkir, kantor, mess karyawan, kantin, masjid,
gudang, bengkel, pabrik pengolahan, dan poliklinik.

12.1.3 Gambaran Rona Akhir Tambang


Setelah berhentinya aktivitas penambangan pada bulan ke-11 sesuai dengan
perencanaan tambang yang telah dibuat maka terciptalah kondisi bentang alam
yang baru yang berbeda dengan kondisi sebelumnya, di mana hasil kegiatan
penambangan meninggalkan lereng akhir yang aman berdasarkan hasil kajian
geoteknik. Pada areal bekas penambangan akan direncanakan revegetasi
sebagaimana rencana pascatambang.
229

Sementara itu, kualitas air yang dihasilkan akibat dari kegiatan


penambangan berada pada kondisi air yang masih layak untuk dikonsumsi karena
selalu dilakukan pemantauan setiap waktu tertentu secara kontinu. Kualitas air
tambang yang dialirkan ke sungai adalah air yang sudah bersih karena sudah
diendapkan di kolam pengendapan.

12.1.4 Hasil Konsultasi Dengan Pemangku Kepentingan


Setelah PT. GLORY COAL melakukan kegiatan penambangan, perusahaan
merencanakan untuk proses kegiatan pascatambang. Untuk itu perusahaan
melakukan pertemuan dan mengkonsultasikan dengan pihak-pihak terkait untuk
membicarakan hal ini.
Dari hasil pertemuan dan konsultasi tersebut tanggapan dan saran untuk
melakukan pascatambang berupa penggunaan lahan untuk kegiatan perkebunan.
Hal ini didasarkan atas kesepakatan bersama, kesesuaian terhadap sifat fisik dan
kimia daerah tersebut, dan mengacu pada rencana tata ruang wilayah tersebut.

12.2 Program Reklamasi


Reklamasi merupakan kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha
pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan
dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya.
Reklamasi lahan ditujukan untuk memulihkan kondisi lahan sehingga
mendekati kondisi awal sebelum penambangan. Pada tahap ini masih terdapat
areal bekas tambang yang belum selesai direklamasi atau rehabilitasi lahan
termasuk di dalamnya penanaman kembali (revegetasi). Beberapa landasan
hukum yang digunakan dalam perencanaan reklamasi yaitu :
1. Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara.
2. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 18 Tahun 2008
Tentang Reklamasi dan Pascatambang.
3. Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 Tentang Reklamasi dan Pasca
Tambang.
230

4. Peraturan Menteri Kehutanan No P.60/Menhut-II/2009 Tentang Pedoman


Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan.
5. Keputusan Menteri Pertambangan Nomor 1212.K/008/MPE/1995 Tentang
“Pencegahan dan Penanggulangan Perusakan dan Pencemaran Lingkungan
Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Umum”, Pasal 12 Ayat 1 yang
menyatakan bahwa “Reklamasi daerah bekas pertambangan harus
dilakukan secepatnya sesuai degan rencana reklamasi dan persyaratan
yang telah ditetapkan“.

12.2.1 Tata Guna Lahan Sebelum dan Sesudah Ditambang


Lahan sebelum dilakukannya penambangan pada lokasi Pertambangan PT.
GLORY COAL di Desa Pengadan, Kecamatan Karangan, Kabupaten Kutai Timur,
Kalimantan Timur adalah hutan. Setelah berhentinya aktivitas penambangan pada
bulan ke-12 sesuai dengan perencanaan tambang yang telah dibuat maka
terciptalah kondisi bentang alam yang baru yang berbeda dengan kondisi
sebelumnya. PT. GLORY COAL merencanakan untuk merehabilitasi lahan
tersebut.
231

Gambar 12.1
Tata Guna Lahan Kalimantan Timur

Bentuk lahan sebelum penambangan PT. GLORY COAL yaitu berupa


Hutan kering sekunder. Hutan Sekunder adalah hutan yang tumbuh dan
berkembang secara alami sesudah terjadi kerusakan/perubahan pada hutan yang
pertama.
232

Gambar 12.2
Jenis Lahan Kutai Timur

Hutan sekunder merupakan fase pertumbuhan hutan dari keadaan tapak


gundul, karena alam ataupun antropogen, sampai menjadi klimaks kembali. Ciri-
ciri dari hutan sekunder meliputi:
 Komposisi dan struktur tidak saja tergantung tapak namun juga tergantung
pada umur.
 Tegakan muda berkomposisi dan struktur lebih seragam dibandingkan
hutan aslinya.
 Tak berisi jenis niagawi. Jenis-jenis yang lunak dan ringan, tidak awet,
kurus, tidak laku.
 Persaingan ruangan dan sinar yang intensif sering membuat batang
bengkok.
 Jenis-jenis cepat gerowong. Riap awal besar, lambat laun mengecil.
233

 Karena struktur, komposisi dan riapnya tidak akan pernah stabil, sulit
merencanakan pemasaran hasilnya
Jenis-jenis penyusun hutan sekunder di Karangan Kutai Timur adalah
jenis-jenis pohon yang cepat tumbuh, namun berusia tidak seberapa panjang.
Banyak di antaranya berasal dari sukuEuphorbiaceae, Rubiaceae, Moraceae.
Beberapa contohnya, di antaranya Bellucia pentamera, Campnosperma
auriculatum, Caryota mitis, Dillenia suffruticosa, Ficus septica, Macaranga
gigantea, Macaranga tanarius, Macaranga triloba, Mallotus paniculatus,
Neolamarckia cadamba, Schima wallichii, dan Trema orientalis.

Gambar 12.3
Jenis tanaman hutan kering sekunder sebelum penambangan

Rehabilitasi segera dimulai jika lahan yang terbuka sudah mulai ada yang
dilakukan penutupan dan siap ditanami untuk mengurangi lahan terbuka selama
kegiatan penambangan. Penghijauan dilakukan dengan penanaman tanaman
234

seperti mangga dan kakao. Kegiatan reklamasi ini adalah kegiatan yang bertujuan
memperbaiki atau menata kegunaan lahan terganggu sebagai akibat kegiatan
usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya.

Tabel 12.1
Status Kawasan Kalimantan Timur

Adapun kriteria keberhasilan reklamasi yang akan direncanakan adalah :


A. Penetapan Lokasi Reklamasi
B. Pelaksanaan Reklamasi
1. Pemindahan dan penebaran Top Soil
2. Pengendalian Erosi dan Sedimentasi
3. Revegetasi
1) Seleksi tanaman lokal yang potensial
2) Pengadaan bibit tanaman
a) Pengadaan bibit tanaman cover crop
b) Pengadaan bibit pohon pioneer
c) Pengadaan bibit pohon buah - buahan
d) Pengadaan bibit pohon produktif
3) Penanaman pohon yang terdiri dari :
a) Luas area penanaman
235

b) Presentase tumbuh tanaman


c) Jumlah tanaman per hektar
d) Komposisi jenis tanaman
4. Pemeliharaan dan Pemantauan
1) Pada Jenjang
1) Sediment Trap
2) Pemeliharaan tanaman Yang dilakukan yaitu kegiatan : penyulaman,
pengendalian gulma, penyiangan, pendangiran, pemupukan, serta
penyemprotan hama penyakit.
5. Pengamanan
1) Pencegahan kebakaran hutan
2) Pencegahan terhadap penggembalaan liar
3) Pengamanan terhadap penebangan liar
4) Pengamanan terhadap pemburu hewan.
C. Fauna
Ditemukan jenis satwa, jenis burung, mamalia kembali kedaerah semula
D. Air
Parameter pH, Fe, Mn, Al, Cu dalam kisaran mendekati baku mutu air.
A. Kondisi Tanah
- pH mendekati netral
- Unsur hara makro N, P, K dan kegiatan mikroorganisme berlangsung baik.
- Pertumbuhan tanaman normal

12.2.2 Rencana Pembukaan Lahan


PT. GLORY COAL mengajukan IUP sebesar 221,8 Ha pada lokasi endapan
bahan galian batuan batubara. Metode penambangan yang akan digunakan yaitu
open pit dengan target produksi 16.000 ton/bulan. Umur tambang yang
direncanakan yaitu selama 11 bulan.

12.2.3 Program Reklamasi


A. Metode Reklamasi
236

Kegiatan reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan


usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas
lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya.
Program reklamasi ini merupakan keberlanjutan dari kegiatan penambangan dari
satu sub blok ke sub blok lainnya atau pada saat lahan bekas tambang sudah
ditinggalkan. Adapun lahan yang akan direklamasi meliputi:lahan bekas
penggalian batubara, disposal top soil, dan disposal OB dengan jadwal
pelaksanaan dimulai ketika kegiatan penambangan berlangsung hingga pasca
tambang. Metode Reklamasi pada area penelitian menggunakan Metode Teras
Individu.

Gambar 4.1
Desain Jenjang

Pemilihan metode ini dikarenakan rata-rata persentase kemiringan lereng yang


akan direncankan sebesar 50%, dengan rata-rata tinggi lereng yang sebesar 45 m
dengan rata-rata dumping face angle sebesar 27º, rata-rata catch bench 22,5 m
dan rata-rata Ramp 40 m. Pengaturan ini diterapkan untuk mencapai overall
slope yang di tentukan oleh PT. GLORY COAL.
B. Lahan Yang Akan Direklamasi
237

PT. GLORY COAL merencanakan lahan yang akan direklamasi


diantaranya meliputi : lahan bekas penggalian batubara, dan waste dump dengan
jadwal pelaksanaan dimulai ketika kegiatan penambangan berlangsung hingga
pascatambang.
1. Lahan Bekas Tambang
Penambangan dilakukan dengan metode open pit. Disposal area setelah
material overburden dikembalikan pada pit penambangan, juga akan dilakukan
reklamasi dengan kegiatan revegetasi lahan dengan tanaman penutup (cover
crop) dan tanaman penghijauan yang cepat tumbuh dengan tujuan untuk
mengurangi erosi tanah.
2. Jalan Tambang Dan Fasilitas
Pada 11 bulan penambangan hingga jangka waktu 1 tahun, masih
akan dipergunakan untuk kegiatan reklamasi dan pascatambang. Sehingga
tidak dilakukan kegiatan reklamasi dan revegetasi di daerah ini. Settling
pond seluas 0,17 Ha akan direklamasi seiring dengan reklamasi bekas galian.
Kegiatan pertambangan PT. GLORY COAL berumur 11 bulan dan
untuk rencana pembongkaran fasilitas tambang akan dilakukan pada bulan
ke 12 ketika memasuki tahap pasca operasi. Oleh karena itu pada 11 bulan
operasi produksi belum ada fasilitas penunjang yang direklamasi. Kegiatan
reklamasi hanya berupa kegiatan revegetasi (penanaman pohon-pohon
berkayu) sebagai areal konservasi dan buffer zone dengan lingkungan
sekitar. Luas lahan yang akan di reklamasi adalah sebagai berikut:

C. Teknik Dan Peralatan Pengelolaan Lingkungan


1. Penatagunaan Lahan
Kegiatan penataan lahan dimaksudkan untuk menyiapakan lahan yang akan
direklamasi agar terbentuk lahan yang aman , stabil dan media penanaman
yang baik.
a. Recountouring
Kegiatan reklamasi pada area Top Soil dimulai dengan kegiatan
penataan timbunan batuan penutup yang telah final atau siap untuk
238

direklamasi dengan mengubah dumping face anglesebelumnya 24omenjadi


27º dengan tinggi vertikal timbunan (lift height) maksimal 45 meter. Setelah
tercapai lift height 45 meter, kemudian dibuat bidang olah (catch bench)
dengan lebar 22,5 meter dengan sudut kemiringan bidang olah (catch bench
crossfall) sebesar 2º.Jalan akses (ramp) akan dibuat dengan lebar 40 meter
dengan kemiringan maksimal 2º. Hal ini direncanakan dengan faktor
kestabilan dan keamanannya bertujuan agar dapat meminimalisir
terbentuknya lereng terjal yang dapat menimbulkan terjadinya longsoran
dan daya erosi yang tinggi.Dengan penambahan fasilitas tersebut,
keseluruhan sudut kemiringan lereng reklamasi menjadi 22º Karena lereng
timbunan sebelumnya menggunakan pengaturan yang sama.

Gambar 12.4
Desain Lereng

b. Penyebaran tanah penutup


Proses penempatan Topsoil dimulai dengan pengangkutan material
dari stocksoil menuju area disposal menggunakan haul truck, kemudian
topsoil tersebut di turunkan (dumping) melalui crest. Tanah tersebut disebar
lagi secara merata ke seluruh bagian lahan dengan menggunakan
dozersampai ketebalan 2.25 m. Proses selanjutnya adalah melakukan
pemadatan (kompaksi) terhadap tanah yang disebar tersebut dengan
menggunakan Compactor JV25DW-2.
239

Gambar 12.5
Penebaran Top Soil

2. Teknik Reklamasi Waste Dump Area


Timbunan lapisan penutup Overburden dan Topsoil (waste dump
area) diluar tambang akan direklamasi dengan cara direvegetasi (penebaran
cover crop).Waste dump area ini berada pada kontur yang relatif datar
sehingga ditanami pohon jati dimana sebelumnya diawali oleh penyebaran
benih rumput dan dapat dilakukan juga dengan Cover crop (CC), kemudian
dilakukan juga pemupukan dengan nitrogen, fosfor, dan potasium/kalium,
untuk menambah unsur hara tanah sehingga menyuburkan tanaman.
Reklamasi pada area waste dump (Penanaman jati) ini dapat dilakukan pada
bulan ke 13.
3. Teknik Reklamasi Lahan Bekas Tambang
Reklamasi pada area pit, dilakukan dengan pengisian kembali
material penutup atau waste, sehingga lubang pit dapat tertutup selanjutnya
dapat dilakukan revegetasi. Teknik revegetasinya yaitu penebaran cover crop,
kemudian dilanjutkan penanaman pohon jati yang merupakan tanaman hutan
produksi. Pit akan direklamsi setelah selesainya masa operasi produksi.
4. Reklamasi Pada Bekas Sarana Dan Infrastruktur
240

Reklamasi pada bekas sarana dan infrastruktur kegiatan pertambangan


dilakukan bertahap. Mulai dari setelah stockpile dibongkar baru kemudian
dilakukan revegetasi dengan cover crop, kemudian area pengolahan
dibongkar dan ditanami dengan tanaman lokal. Untuk jalan dan fasilitas
kantor kecuali bengkel akan direklamasi pada akhir pascatambang, mengingat
fasilitas dan infrastruktur ini masih digunakan untuk menunjang kegiatan
reklamasi dan pascatambang.
5. Teknik Penanganan Air Asam Tambang
Air Asam Tambang akan diarahkan menuju settling pond, terutama
AAT dari area disposal. Teknik penanganannya pada tahap awal adalah
pembuatan saluran untuk megarahkan aliran AAT menuju settling pond
(Drainage) pekerjaan drainage ini sudah termasuk pada pekerjaan sipil.
Sedangkan untuk reklamasi (penanganan AAT) adalah dengan penebaran atau
penambahan kapur tohr untuk meningkatkan PH air. Penebaran kapur tohor
ini dilakukan pada saluran inlet, sebelum air akan masuk ke settling pond.

D. Revegetasi
Kondisi lahan yang marginal termasuk masalah fisik, kimia (nutriens dan
toxicity), dan biologi tanah menjadi kendala utama dalam melakukan kegiatan
revegetasi pada lahan-lahan terbuka pasca penambangan. Untuk dapat mengatasi
masalah ini maka upaya memilih jenis tanaman yang tepat, serta perlakuan
teknik agrikultur yang benar perlu diterapkan.
Berikut ini tahapan pada kegiatan revegetasi PT. GLORY COAL.
a. Pemilihan jenis
Revegetasi pada areal bekas penambangan PT. GLORY COAL ini
direklamasi menggunakan jenis yang dianggap potensial dan memiliki nilai
ekonomi yang tinggi.
b. Pengadaan bibit tanaman
1. Pengadaan bibit coper crop
Jenis tanaman penutup (cover crop) merupakan kombinasi CM
(Calopogonium Muconoides) dan CP (Centrocema Pubescens).
241

Gambar 12.6
Centrocema Pubescens

2. Pengadaan bibit pohon Jati


Tanaman yang cocok di tanam pada kegiatan reklamasi ini adalah pohon Jati,
karena selain mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, pohon jati juga sesuai
dengan daerah sekitar. Nantinya pohon Jati akan ditanam di daerah pit,
disposal OB, disposal soil, dan Setlind Pond. Bibit pohon Jati itu dibeli dari
toko pertanian.

Gambar 12.7
Bibit Pohon Jati

c. Penanaman bibit
Penanaman bibit pada area reklamasi bertujuan untuk membentuk vegetasi
baru dan mengembalikan kondisi lahan mendekati kondisi semula. Tujuan
lainya adalah untuk menjaga kestabilan lahan dan mecegah terjadinya aliran
run off yang tinggi terhadap permukaan lahan.
242

1. Luas area penanaman


Luas penanaman pada area tambang adalah 36,6 Ha. Dan fasilitas lainnya
seperti disposal ob dengan luas 2 Ha, disposal soil 1 Ha, dan settlindpond
dengan luas 0,17 Ha.
2. Jumlah tanaman per hektar dan kebutuhan pupuk
Jumlah tanaman per hektar yang dibutuhkan dengan jarak tanam 3m x 3m,
sedangkan lubang tanam dibuat dengan ukuran lubang 30cm x 30cm.
Seperti ditabel berikut.

Tabel 12.2
Luas Area Reklamasi Dan Jumlah Penanaman Pohon
LUAS AREA REKLAMASI
Area Luas (Ha) jarak (3x3) m² Ha Jumlah Pohon
PIT 36,66 9 0,0009 40733
DISPOSAL OB 2 9 0,0009 2222
DISPOSAL
1 9 0,0009 1111
SOIL
STOCKPILE 2 9 0,0009 2222
SETTLIND
0,17 9 0,0009 188
POND
TOTAL 41,83

Tabel 12.3
Jumlah kebutuhan pupuk
Pupuk
Tahun Luas (Ha) Pupuk/Ha (kg)
(kg)
PIT 36,66 100 3666
DISPOSAL OB 2 100 200
STOCKPILE 2 100 200
DISPOSAL
1 100 100
SOIL
SETTLIND
0,17 100 17
POND
TOTAL 41,83 4183
243

E. Pekerjaan Sipil
Pada kegiatan ini, PT. GLORY COAL pada tahun pertama melakukan
pembuatan drainase yang bertujuan untuk mengantisipasi air limpasan yang
berada di area penambangan yang telah terkontaminasi air asam tambang yang
kemudian akan dialirkan dan dinetralisir di settling pond agar tidak mencemari
lingkungan sekitar area penambangan yang merugikan.
F. Pemanfaatan Lubang Bekas Tambang
Pada tahun terakhir dalam rencana reklamasi PT. GLORY COAL
meninggalkan void seluas 1,2 Ha yang dinetralkan pHnya menggunakan kapur
tohor dan tanaman eceng gondok sehingga kondisi airnya aman untuk
diperuntukkan sebagai lokasi wisata (danau).
G. Pemeliharaan
Keberhasilan hidup tanaman dan pertumbuhannya dipengaruhi oleh
berbagai faktor lingkungan yang terdapat pada tempat tumbuhnya berupa faktor
biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi semua komponen lingkungan berupa
organisme hidup yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman antara lain
patogen, parasit, serangga dan tumbuhan liar seperi gulma. Faktor abiotik meliputi
semua kondisi lingkungan yang berupa benda mati yang dapa mempengaruhi
pertumbuhan tanaman seperi iklim dan kesuburan tanah. Untuk menngkatkan
peran positif dari semua faktor lingkungan tersebut, maka pemeliharaan tanaman
sangat diperlukan agar keberhasilan hidup dan pertumbuhan tanaman menjadi
baik.
Pemeliharaan tanaman tahun ke-2 mulai dilakukan pada saat umur
tanaman satu bulan. Kegiatan pokok pemeiharaan tanaman berupa penyulaman,
penyilangan, pendangiran, pemangkasan, serta pemberantasan hama dan penyakit
tanaman.
a. Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati dengan
tanaman yang masih seumur. Dalam kegiatan ini dilakukan penggantian
terhadap tanaman mati atau tanaman sakit dengan tanaman baru yang baik
244

dan sehat. Penyulaman pertama dilaakukan satu bulan setelah penanaman


dan penyulaman kedua dilakukan satu tahun setelah penanaman.
Penyulaman harus dilakukan pada waktu musim hujan sebagaimana waktu
yang layak untuk penanaman. Bibit yang digunakan adalah bibit yang
sehat, seumur dan berasal dari persemaian yang sama dengan bibit yang
ditanam terdahulu.
b. Penyiangan
Kegiatan penyiangan bertujuan untuk membebaskan tanaman dari
tumbuhan pengganggu agar ruang tumbuh menjadi lebih luas, terutama
untuk memperoleh kandungan hara, mineral dan cahaya matahari yang
dibutuhkan. Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan gulma dan
tanaman pengganggu secara total di areal tanaman, dengan cara manual
dengan menggunakan alat cangkul atau parang. Bagian gulma yang
dibersihkan dapat berbentuk piringan atau melingkar dengan diameter 1-3
meter atau berbentuk jalur dengan lebar 1-3 meter. Kegiatan penyiangan
dapat dilakukan pada musim kemarau atau musim hujan dengan frekuensi
3-4 bulan sekali dalam setahun untuk tanaman umur 1-2 tahun, frekuensi
6-12 bulan sekali untuk tanaman umur lebih dari 2 tahun hingga tampak
ada kepastian bahwa pohon tidak akan terkalahkan dalam bersaing dengan
gulma.
c. Pendangiran
Pendangiran dilakukan apabila pertumbuhan tanaman terhambat oleh
kondisi tanah yang padat atau drainase jelek atau merupakan kegiatan
penggemburan tanah di sekitar tanaman dalam upaya memperbaiki sifat
fisik tanah. Pendangiran dilakukan secara manual dengan menggunakan
cangkul pada tanah di sekitar tanaman dengan radius 25 -50 cm. Kegiatan
ini dilakukan selama tiga kali dalam satu tahun berjalan, yaitu pada umur 4
bulan, 8 bulan, dan 12 bulan.
d. Pemupukan
Pemupukan merupakan kegiatan penambahan unsur hara pada media
tumbuh tanaman untuk menyeimbangkan unsur hara yang diperlukan
terhadap pertumbuhan tanaman. Cara melakukan pemupukan dengan cara
meletakkan pupuk dalam lubang pada area tanam. Pemupukan dengan
245

NPK dapat dilakukan dengn dosis 75-100 gram/tahun/pohon. Kegiatan


pemupukan pada tahun 1 dilakukan bersamaan dengan kegiatan persiapan
lahan.
e. Singling dan Pemangkasan
Pemangkasan cabang merupakan kegiatan membuang cabang bagian
bawah untuk memperoleh batang bebas cabang yang panjang dan bebas
dari mata kayu. Pemangkasan dilakukan dengan tujuan memperkecil mata
kayu dan memperbaiki kualitas bentuk kayu singling dan pemangkasan
dalam kepentingan reklamasi tidak diperluka, karena pertumbuhan
tanaman periode pertama lebih mengutamakan fungsi ekologis bukan
ekonomis.
f. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya untuk pencegahan serangan hama
dan penyakit dengan melakukan penyemprotan segera setelah dittemukan
gejala dan tanda serangan oleh mikroorganisme atau serangga. Prakiraan
frekuensi penyemprotan dilakukan sebanyak dua kali dengan
menggunakan Dithane dan Ajodrin dengan dosis masing-masing 0,2%
atau 20 ml per 10 liter air untuk sekitar 150-200 batang tanaman.
Kegiatan pemeliharaan tahun ke-2 dimulai setelah tanaman umur lebih
dari 1 tahun atau tahun kedua penanaman meliputi kegiatan penyulaman 80%,
pembersihan, pemupukan, serta pemberantasan hama dan penyakit.
Tabel 12.4.
Program Dan Luas Area Reklamasi
Bulan ke- Nama Kegiatan Lokasi Luas Lahan (Ha)
A. Penataan Lahan
- Reconturing
- Penebaran Tanah
Penutup
B. Revegetasi
1 PIT 18,33
- Analisis kualitas
tanah
- Pemupukan
- Penanaman
Pemeliharaan
1 A. Penanganan Air Asam VOID 1,2
246

Tambang
- Penebaran kapur
tohor
- Penebaran eceng
gondok
- Penataan lahan
- Revegetasi disposal
dan topsoil
A. Penataan Lahan
- Reconturing
- Penebaran Tanah
Penutup
B. Revegetasi 18,33
2 PIT
- Analisis kualitas
tanah
- Pemupukan
- Penanaman
- Pemeliharaan
A. Penataan Lahan
- Reconturing
- Penebaran Tanah
Penutup DISPOSAL OB
B. Revegetasi 5
3 DISPOSAL SOIL
- Analisis kualitas
STOCKPILE
tanah
- Pemupukan
- Penanaman
- Pemeliharaan

12.2.4 Rencana Biaya Reklamasi


Perhitungan rencana biaya reklamasi disusun sesuai dengan Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 18 Tahun 2008 Tentang Reklamasi
dan Pascatambang yang kemudian akan diajukan kepada Menteri, Gubernur,
Bupati sesuai dengan wewenang masing-masing. Jaminan reklamasi ditetapkan
berdasarkan biaya rencana reklamasi yang telah disetujui dan harus ditempatkan
sebelum melakukan kegiatan eksploitasi/operasi produksi.
247

Tabel 12.5 Biaya Reklamasi PT. GLORY COAL


Bulan Bulan Bulan
BIAYA
ke-1 ke-2 ke-3
Biaya Penataan
Lahan
a. Biaya
Penebaran 55.000.000
Tanah Penutup
b. Biaya
Pengendalian
10.000.000 10.000.000 10.000.000
Erosi dan
Pengelolaan air
SUB TOTAL
BIAYA 65.000.000 10.000.000 10.000.000
LANGSUNG
a. Biaya
mobilisasi dan
demobilisasi
1.625.000 250.000 250.000
alat sebsesar
2.5 % dari
biaya langsung
b. Biaya
perencanaan
reklamasi 3.250.000 500.000 500.000
sebesar 5%dari
biaya langsung
c. Biaya
administrasi
sebesar 6% 3.900.000 600.000 600.000
dari biaya
langsung
d. Biaya
supervisi
sebesar 5 % 3.250.000 500.000 500.000
dari biaya
langsung
248

SUB TOTAL
BIAYA TIDAK 12.025.000 1.850.000 1.850.000
LANGSUNG
TOTAL
77.025.000 11.850.000 11.850.000
BIAYA

12.3 Program Pasca Tambang


12.3.1 Reklamasi
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha
pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan
dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya.
Rehabilitasi segera dimulai jika lahan yang terbuka sudah mulai ada yang
dilakukan penutupan dan siap ditanami untuk mengurangi lahan terbuka selama
kegiatan penambangan. Penghijauan dilakukan dengan penanaman tanaman
manga.
Kriteria vegetasi yang akan ditanam kembali dalam areal bekas
penambangan adalah vegetasi lokal yang mempunyai daya adaptasi tinggi,
kecepatan pertumbuhan yang tinggi dan merupakan habitat yang disukai satwa
serta merupakan tanaman yang hasilnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
setempat. Vegetasi yang dianggap memenuhi kriteria tersebut adalah pohon kakao
karena sesuai dengan kondisi tanah di lokasi tersebut.

12.3.2 Pemeliharaan dan Perawatan


Pemeliharaan dan perawatan tapak bekas tambang, lahan bekas fasilitas
pengolahan dan lahan bekas fasilitas penunjang adalah sebagai berikut :
a. Membuat area pemantauan (plotting area) untuk mengetahui keberhasilan
revegetasi.
b. Inventarisasi jenis tumbuhan, menghitung jenis tumbuhan yang dapat hidup
selain yang sengaja ditanam dan dihitung nilai pentingnya.
c. Pemantauan secara garis besar meliputi daya hidup tinggi semai (>80%),
pertumbuhan tanaman dengan mengukur tinggi (cm) dan diameter (mm),
249

penutupan tajuk (%), perkembangan akar (cm), produksi serasah (g/m 2),
kolonisasi spesies lokal.
d. Daya hidup semai perlu dievaluasi 1 bulan setelah tanam dan diulangi pada
umur 6 dan 12 bulan setelah tanam.
e. Hitung dan catat jumlah seedling yang gagal tumbuh (mati, stagnasi,
kekuningan dan merana), dengan mengikuti seluruh strip planting, tiap luasan
1 ha. Tancapkan ajir pada tanaman yang gagal hidup sebagai tanda untuk
penyulaman.
f. Prosentase seedling yang hidup dihitung jumlah yang ditanam (PS) - jumlah
yang gagal (FS) dibagi dengan jumlah yang ditanam x 100%.
g. Monitoring pertumbuhan tinggi dan diameter dilakukan dengan interval waktu
3,6,9 dan 12 bulan setelah tanam.
h. Revegetasi dilanjutkan sampai berhasil, oleh karena itu selama pasca tambang
dipantau juga pertumbuhan tanaman.

12.3.4 Sosial dan Ekonomi


Program corporate social responsibility dilaksanakan secara integratif
dengan meningkatkan kemampuan masyarakat antara lain dalam bidang pertanian,
pengadaaan jasa sehingga dapat dilakukan secara berkelanjutan. Sebagai
komitmen perusahaan terhadap terciptanya pembangunan berkelanjutan di bidang
usaha pertambangan maka PT. GLORY COAL telah merencanakan program pasca
tambang. Rencana ini meliputi berbagai aspek antara lain rehabilitasi lahan bekas
tambang, pengelolaan air, pengelolaan aset dan infrastruktur, serta penanganan
sosial kemasyarakatan. Pelayanan sosial kepada masyarakat, seperti bantuan
pendidikan, bantuan kesehatan dan olah raga.
Dengan telah habisnya cadangan batubara , maka rasionalisasi tenaga kerja
akan dilakukan oleh PT. GLORY COAL sesuai peraturan yang berlaku yang telah
ditetapkan oleh Dinas Tenaga Kerja. Sebelum dilakukan pemutusan hubungan
kerja, PT. GLORY COAL akan melakukan pelatihan keterampilan kepada tenaga
kerja. Untuk itu PT. GLORY COAL akan bekerja sama dengan instansi terkait
seperti BLK (Balai Pelatihan Kerja) Dinas Tenaga Kerja untuk melaksanakan
250

kegiatan Pendidikan dan Latihan. Dengan kegiatan tersebut diharapkan tenaga


kerja dapat mandiri ataupun mampu bekerja di tempat lain dengan pengetahuan
tambahan yang diperolehnya.
Program pascatambang untuk bidang sosial dan ekonomi adalah dengan
mengefektifkan dan mengintensifkan program Corporate Social Responsibility
agar dapat dinikmati oleh masyarakat di sekitar tambang terutama program-
program yang akan memberikan kesempatan kerja dan berusaha seperti pelatihan
dan pembinaan masyarakat untuk pertanian, bantuan sarana penunjang untuk
kelompok tani, koperasi, kursus bordir kain/menjahit. Rencana pascatambang
didesain berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
1. Peruntukan lahan bekas tambang.
2. Evaluasi dampak penting pada tahap pascatambang.
Adapun program yang akan dilaksanakan sebagai bagian dari kegiatan
pascatambang antara lain :
1. Pengelolaan lahan bekas tambang.
2. Pemeliharaan, reklamasi dan revegetasi lahan bekas fasilitas
pengolahan.
3. Pemeliharaan, reklamasi dan revegetasi lahan bekas fasilitas penunjang.
4. Sosial dan ekonomi, pemeliharaan tanaman agrowisata serta pemantauan.
Diharapkan rencana kegiatan ini memberikan informasi khusus yang
berhubungan dengan pemanfaatan lahan pascatambang yang dapat diperhitungkan
baik terhadap persoalan peruntukan lahan pada pascatambang maupun terhadap
persoalan lingkungan.

12.3.5 Pemantauan
A. Kestabilan Fisik Kesetabilan Lereng
Perubahan bentang alam akibat pembongkaran fasilitas tambang dan
penatagunaan lahan, di mana hasil kegiatan penambangan meninggalkan lereng
akhir yang aman berdasarkan hasil kajian geoteknik. Pemantauan dilakukan
dengan metode pengumpulan dan analisis data. Salah satunya menggunakan 2
sample tanah yang diambil dilokasi pemantauan.
251

Pemantauan perbedaan ketinggian dengan cara mengukur ketinggian tanah


untuk membuat garis kontur di lokasi bekas bukaan tambang dengan
menggunakan alat ukur theodolit. Hasil pengukuran digambarkan pada peta
topografi dan potongan melintang kemudian dibandingkan dengan peta topografi
dan potongan melintang pada rona awal. Tingkat erosi, sedimentasi dan kekeruhan
air sungai juga akan dipantau. Periode pemantauan dilakukan setiap 6 bulan
sekali.

B. Peningkatan erosi dan sedimentasi


Peningkatan debit air limpasan (surface run off) sehingga partikel tanah
yang subur akan dihanyutkan dan diendapkan ke perairan sekitarnya yang
menimbulkan sedimentasi. Terjadinya kegiatan pembersihan lahan pada tahap
konstruksi yang mengakibatkan peningkatan nilai koefisien run off, sehingga
intensitas air limpasan meningkat dan mampu mengerosi tanah, humus dan
material lainnya pada daerah aliran yang selanjutnya akan menyebabkan
meningkatnya kekeruhan dan sedimentasi di sungai-sungai sekitar kegiatan.
Parameter lingkungan hidup yang dipantau yaitu seberapa banyak alur erosi
yang terbentuk pada permukaan tanah (lahan terbuka) serta tingkat sedimentasi
pada saluran pembuangan air dan sungai.
Dengan untuk menekan laju erosi dan sedimentasi. Rencana Pemantauan
Lingkungan Hidup yaitu :
1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data
a) Mengamati jenis erosi yang terjadi (lembar, alur, parit) dan mengukur
lebar alur erosi.
b) Memantau sistematika pembukaan lahan penambangan dan meneliti
pengaruh jenis material, luas tangkapan hujan, dll terhadap tingkat
erosi.
c) Memantau kegiatan reklamasi lahan bekas tambang yang sesuai agar
kecepatan air limpasan dapat diperkecil (dikurangi).
d) Mengamati sedimentasi yang terjadi di saluran penirisan, kolam
pengendapan dan sungai.
252

2. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup


a) Lokasi bekas tambang, daerah penimbunan.
b) Jangka waktu/Frekuensi Pemantauan Lingkungan Pemantauan
terhadap erosi dilakukan setiap 6 bulan sekali, bergantung pada
intensitas hujan yang jatuh di lokasi tambang.

C. Air Permukaan dan Air Tanah


Aspek kualitas air dengan tolak ukur dampak yang digunakan untuk
peningkatan kadar parameter zat padat tersuspensi (TSS), kekeruhan, pH, sulfat,
COD, BOD dan Fe. Tujuan pemantauan yaitu :
1. Memonitor kualitas air permukaan sehingga dapat mengetahui efektivitas
upaya pengelolaan yang telah dilakukan.
2. Mengetahui dampak terhadap kualitas air sungai dan luas persebarannya.
Rencana Pemantauan dengan metode pengumpulan dan analisis data yaitu
pengambilan contoh air dilakukan menggunakan water sampler di lokasi
pemantauan yang telah ditentukan kemudian contoh air dimasukkan ke dalam
botol polipropylene. Selanjutnya contoh air ini dianalisis di laboratorium yang
telah ditunjuk. Secara ringkas pengukuran parameter adalah sebagai berikut:
1. pH diukur langsung di tempat pengambilan contoh.
2. Kekeruhan dengan metode formazin turbidimetrik dengan alat
spektrofotometrik atau alat turbidimeter (FTU), pengukuran kekeruhan air
dan muatan padatan tersuspensi ini dilakukan kurang dari delapan jam
setelah pengambilan contoh air.
3. Kadar sulfat dengan cara kolorometrik (mg/l).
4. Padatan tersuspensi dengan cara menentukan kandungan padatan
tersuspensi (mg/l) dalam air secara gravimetrik dengan menggunakan alat
timbang analitik.
5. Pengukuran kadar logam besi (Fe) dilakukan dengan menggunakan alat
AAS (Atomic Absorption Spectrofotometer). Pengukuran parameter
tersebut harus sesuai dengan buku pedoman Standard Methods for
Examination of Waste Water, APHA.
253

6. Analisis COD dilakukan secara titrimetrik dengan K2Cr2O7 dan indicator


feroin.

Hasil analisis kualitas air yang terpengaruh oleh kegiatan pascatambang


kemudian dibandingkan dengan kriteria baku mutu kualitas air sungai atau
mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang pemantauan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
Jangka waktu/Frekuensi dilakukan sejak dimulainya kegiatan tahap pasca
operasi dan dilakukan setiap 6 bulan sekali. Untuk parameter pH, pengukuran
dilakukan setiap hari. Untuk menghitung kualitas air digunakan 2 sample air yang
diambil dari lokasi pemantauan yang nantinya akan dibawa ke laboratorium untuk
di uji.

D. Flora dan Fauna


Tujuan pemantauan yaitu untuk Mengetahui efektifitas pengelolaan
lingkungan yang diterapkan dalam mengatasi kerusakan vegetasi di lahan yang
akan ditambang. Jangka waktu/Frekuensi Pemantauan Lingkungan dilakukan 6
bulan sekali selama kegiatan pasca tambang berlangsung.
Rencana Pemantauan dengan metode pengumpulan dan analisis data yaitu :
1. Membuat area pemantauan (plotting area) untuk mengetahui keberhasilan
revegetasi dengan cara menghitung jumlah tumbuhan hasil revegetasi yang
hidup dan yang mati, umur tumbuhan dan penyulaman yang telah
dilakukan. Arahan penempatan plot serta jumlah dan letak plot
pengamatan vegetasi harus sama dengan plot pengamatan tanah. Hasil
pengamatan dibuat tabulasinya sehingga dapat dilihat dengan mudah.
2. Inventarisasi jenis tumbuhan, menghitung jenis tumbuhan yang dapat
hidup selain yang sengaja ditanam dan dihitung nilai pentingnya.
3. Daya hidup semai perlu dievaluasi 1 bulan setelah tanam, dan diulangi
pada umur 6 dan 12 bulan setelah tanam. Survey harus dilakukan pada
seluruh tanaman.
254

4. Hitung dan catat jumlah seedling yang gagal tumbuh (mati, stagnasi,
kekuningan dan merana), dengan mengikuti seluruh strip planting, tiap
luasan 1 ha. Tancapkan air pada tanaman yang gagal hidup sebagai tanda
untuk penyulaman.
5. Prosentase seedling yang hidup dihitung jumlah yang ditanam (PS) -
jumlah yang gagal (FS) dibagi dengan jumlah yang ditanam x 100%.
6. Monitoring pertumbuhan tinggi dan diameter dilakukan dengan interval
waktu 3,6,9 dan 12 bulan setelah tanam.
7. Revegetasi dilanjutkan sampai berhasil, oleh karena itu selama pasca
tambang dipantau juga pertumbuhan tanaman.

Selain itu tujuan pemantauan yaitu untuk memulihan kondisi vegetasi akan
memulihkan habitat satwa liar sehingga satwa dapat kembali menghuni habitatnya
dan mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan perlindungan terhadap satwa
liar. Pemantauan lingkungan terhadap dampak satwa liar dilaksanakan selama
tahap pasca operasi penambangan batuan batubara, dengan periode pemantauan
setiap 6 bulan sekali. Rencana pemantauan dengan metode pengumpulan dan
analisis data yaitu :
1. Pengamatan dilakukan terhadap jenis-jenis mamalia, aves dan reptilia.
Pengumpulan data satwa liar yang ada di wilayah studi dilakukan secara
primer dan sekunder. Untuk memperoleh data primer digunakan peralatan
bantu, yaitu kamera dengan telelens, teropong dan buku referensi jenis
hewan dan burung. Inventarisasi jenis burung dilakukan dengan
pengamatan langsung bersamaan dengan penghitungan populasi.
2. Pemantauan jenis mamalia dan reptil adalah dengan melihat langsung
jejak, kotoran dan hasil pertemuan dicatat.
3. Data sekunder diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat
setempat seperti hasil buruan dan jerat dan data dari instansi atau dinas
yang terkait dengan masalah satwa liar.
4. Mendata keanekaragaman satwa dengan pengamatan langsung dan
wawancara dengan penduduk setempat dan pekerja di daerah tambang.
255

E. Sosial dan Ekonomi


Pada masa berakhirnya kegiatan penambangan batuan batubara PT. GLORY
COAL akan terjadi pelepasan tenaga kerja. Hal itu akan menyebabkan penurunan
pendapatan masyarakat dan hilangnya kesempatan berusaha yang mendukung
kegiatan pertambangan batuan batubara PT. GLORY COAL.
Tujuan Pemantauan yaitu untuk mengetahui penurunan pendapatan
masyarakat baik dari hilangnya kesempatan kerja maupun berusaha. Rencana
Pemantauan dilakukan metode pengukuran bersifat kuantitatif yaitu dengan
mencatat data penduduk yang terlibat langsung kehilangan kesempatan kerja dan
berusaha sehingga menyebabkan penurunan pendapatan.
Tujuan dilakukan pemantauan lainnya yaitu untuk mengetahui penurunan
pendapatan masyarakat baik dari hilangnya kesempatan kerja maupun berusaha.
Rencana pemantauan lingkungan hidup yaitu dengan metode pengukuran bersifat
kuantitatif yaitu dengan mencatat data penduduk yang terkena pemutusan
hubungan kerja baik yang secara langsung tercatat sebagai tenaga kerja maupun
yang tidak langsung, namun terlibat dalam kegiatan PT. GLORY COAL.

12.3.6 Organisasi
Penanganan dan persiapan yang menyeluruh dalam perencanaan organisasi
proyek diperlukan untuk kepentingan operasi penambangan batuan batubara yang
efisien, yang akan menentukan keberhasilan pencapaian tujuan proyek
penambangan batuan batubara yang dikelola oleh PT. GLORY COAL.
Sistem organisasi proyek tambang harus mempertimbangkan kebijakan-
kebijakan yang telah berjalan. Fungsi bisnis yang direncanakan bagi PT. GLORY
COAL adalah berupa fungsi bisnis produksi dengan menjalankan operasi
penambangan batuan batubara, serta pengolahan batuan batubara dengan
mengutamakan keselamatan kerja dan perlindungan lingkungan.
Dengan adanya pembatasan sumberdaya, ruang, waktu dan finansial maka
sebagai implikasinya dalam pengelolaan sistem organisasi ini dibutuhkan
pengetahuan dan kemampuan yang komprehensif dalam penanganannya.
256

Demikian juga karena latar belakang yang heterogen, maka diperlukan aspek
koordinasi dan pemeliharaan yang berkesinambungan demi keutuhan hubungan
antar personil.
Agar manajemen operasi proyek penambangan batuan batubara dapat
mencapai tujuan yang diharapkan, maka dibutuhkan suatu organisasi proyek
untuk menanganinya. Bentuk organisasi yang direncanakan untuk melaksanakan
manajemen operasi penambangan ini adalah organisasi garis dan staf (Line and
staff organization), dengan pertimbangan:
a) Terdapat spesialisasi yang beraneka ragam yang dapat dipergunakan secara
maksimal.
b) Dalam melaksanakan kegiatan proyek, anggota garis dapat meminta
pengarahan serta informasi dari staff.
c) Pengarahan yang diberikan oleh staff dapat dijadikan pedoman bagi
pelaksana.
d) Staff mempunyai pengaruh yang besar dalam pelaksanaan pekerjaan.

Dari sistem yang diterapkan tersebut maka akan tercipta suatu manajemen
dengan tingkat efisiensi yang tinggi dimana staff dan karyawan akan selalu
berpikir dan bertindak secara profesional demi kepentingan perusahaan. Kedua
unsur tersebut bisa menciptakan suatu sinergi dalam manajemen operasional.
Dengan bentuk organisasi garis dan staff, maka akan didapat beberapa manfaat,
antara lain:
a) Adanya pembagian tugas yang jelas antara unit-unit yang melaksanakan
tugas pokok dan penunjang.
b) Keputusan yang diambil biasanya telah dipertimbangkan secara matang
oleh segenap unit yang ada didalam organisasi.
c) Adanya kemampuan dan bakat berbeda-beda dari unit organisasi
memungkinkan dikembangkannya spesialisasi keahlian.
d) Adanya ahli-ahli dalam staf akan menghasilkan mutu pekerjaan yang lebih
baik.
257

e) Disiplin para anggota organisasi tinggi karena tugas yang dilaksanakan


oleh unit organisasi sesuai dengan bidang keahlian, pendidikan dan
pengalamannya.
f) Staf dan karyawan akan loyal ke perusahaan, sehingga bisa meminimalkan
keluar masuknya karyawan dimana mereka merasa selalu terjamin
kehidupan dan kesejahteraannya.

Gambar 12.8 Bagan Struktur Organisasi Pascatambang


12.3.7. Jadwal Pelaksanaan Pascatambang
Pasca tambang adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata
kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat dihentikannya kegiatan
penambangan untuk memenuhi kriteria sesuai dengan dokumen rencana
pascatambang. Proses pascatambang akan berlangsung sampai kegiatan revegetasi
berhasil, antara lain tanaman dapat hidup dengan baik dan kualitas air sudah pulih
ke kondisi semula. Umumnya sekitar 3 tahun beberapa jenis tanaman dapat
tumbuh dengan baik. Selama proses kegiatan pascatambang berlangsung, kegiatan
pemantauan lingkungan hidup tetap berjalan. Pemantauan lingkungan hidup yang
tetap berlangsung terutama terhadap kualitas air, erosi tanah, kesuburan tanah,
vegetasi, satwa liar dan persepsi masyarakat. Pemantauan kualitas air dan tanah di
lakukan di dua tempat dengan jangka waktu enam bulan sekali selama dua tahun.
258

Kegiatan pascatambang dikatakan berhasil bila memenuhi kriteria keberhasilan


yang dan meraih total nilai indikator keberhasilan reklamasi dan pascatambang ≥
80. Berikut ini adalah jadwal pelaksanaan pascatambang.

Tabel 12.6. Jadwal Pelaksanaan Pascatambang

Tahun
No Tahap RPT
1 2 3
1 Pembongkaran fasilitas tambang
2 Reklamasi
3 Pemeliharaan dan perawatan
4 Pemantauan

12.3.8 Rencana Biaya Pascatambang


Tabel 12.7. Rencana Biaya Pascatambang

LUAS LUAS JENIS TOTAL


NO KEGIATAN PUPUK
m2 Hektar TANAMAN HARGA (Rp)
1 PEMBONGKARAN
LUAR PIT : 409 0,0409
- Mess 100
- Kantor 100 10.000
- Work Shop 100 .000
- Pos Satpam 9
- Gudang Handak 100
2 PENIMBUNAN
LUAR PIT : 1909 0,1909
- Mess 100
- Kantor 100
- Work Shop 100
5.000.000
- Pos Satpam 9
- Gudang Handak 100
- Crusher Plan 900
- Stock Pile 600
3 PENATAAN
LUAR PIT 1909 0,1909 5.00
- Mess 100 0.000
- Kantor 100
- Work Shop 100
- Pos Satpam 9
- Gudang Handak 100
259

- Crusher Plan 900


- Stock Pile 600
4 PENANAMAN
Mangga 250
LUAR PIT 2309 0,2309 Btg /Ha
- Mess 100
- Kantor 100
- Work Shop 100 46
- Pos Satpam 9 1.800
- Gudang Handak 100
- Crusher Plan 900
- Stock Pile 600
- Disposal Area 400
5 PERAWATAN
PIT 7227 0,7227 50 Kg 250.000
LUAR PIT 2309 0,2309 20 Kg 100.000
6 SOSIALISASI
- Masyarakat 5.000.000
- Pekerja 3.000.000
MOBILISASI
7 PERALATAN
- Peralatan Tambang 75.000.000
TOTAL 98.810.800

12.4. Jaminan Reklamasi dan Pasca Tambang


Menurut Permen ESDM No. 7 Tahun 2014 Jaminan Reklamasi dan
Pascatambang adalah dana yang disediakan oleh Pemegang Izin Usaha
Pertambangan atau Izin Usaha Pertambangan Khusus sebagai jaminan untuk
melakukan kegiatan Reklamasi dan Pascatambang. Presentase biaya jaminan
Pascatambang di atur dalam Permen ESDM No. 18 Tahun 2008..
PeraturanMenteriNomor 18 Tahun 2008 tentang“Reklamasi dan Penutupan
Tambang”,
Pasal 2 :
Perusahaan dalam melaksanakan Reklamasi dan Penutupan Tambang
wajib memenuhi prinsip-prinsip Iingkungan hidup, keselamatan
dankesehatan kerja, serta konservasi bijih.
260

Pasal 6 :
(1) Perusahaan wajib menyusun Rencana Reklamasi dan Rencana
Penutupan Tambang.
(2) Rencana Reklamasi dan Rencana Penutupan Tambang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan AMDAL atau UKL dan
UPL yang telah disetujui, dan sebagai bagian dari studi kelayakan.
(3) Perusahaan dalam menyusun Rencana Reklarnasi dan Rencana
Penutupan Tambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mernpertimbangkan:
a. prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2;
b. peraturan perundang-undangan yang terkait; dan
c. kondisi spesifik daerah.
Pasal 7 :
(1) Rencana Reklamasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, disusun untuk
pelaksanaan setiap jangka waktu 5 (lima) tahun dengan rincian tahunan,
meliputi:
a. tata guna lahan sebelum dan sesudah ditambang;
b. rencana pembukaan lahan;
c. program reklamasi; dan
d. rencana biaya reklamasi.
(2) Dalam hal umur tambang kurang dari lima tahun, Rencana Reklamasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sesuai dengan
umurtambang.
(3) Rencana Reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
disusun sesuai dengan Pedoman Penyusunan Rencana Reklamasi
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.
(4) Perusahaan wajib menyampaikan Rencana Reklamasi periode limatahun
pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau sesuai dengan umur
tambang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Menteri,
gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangan masing-
masing sebelum memulai kegiatan eksploitasi/operasi produksi.
261

Pasal 8 :
(1) Rencana Reklamasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, disusun untuk
pelaksanaan setiap jangka waktu 5 (lima) tahun dengan rincian tahunan,
meliputi:
a. tata guna lahan sebelum dan sesudah ditambang;
b. rencana pembukaan lahan;
c. program reklamasi; dan
d. rencana biaya reklamasi.
(2) Dalam hal umur tambang kurang dari lima tahun, R.encana Reklamasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sesuai dengan umur
tambang.
(3) Rencana Reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
disusun sesuai dengan Pedoman Penyusunan Rencana Reklamasi
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.
(4) Perusahaan wajib menyampaikan Rencana Reklamasi periode lima tahun
pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau sesuai dengan umur
tambang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Menteri,
gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangan masing-
masing sebelum memulai kegiatan eksploitasi/operasi produksi.
c) Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang “Reklamasidan
Pasca Tambang”,
Pasal 2 :
(1) Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi wajib melaksanakan
reklamasi,
(2)Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi wajib
melaksanakan reklamasi dan pascatambang.
(3) Reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap
lahan terganggu pada kegiatan eksplorasi.
(4)Reklamasi dan pascatambang sebagaimana dimakdud pada ayat (2)
dilakukan terhadap lahan terganggu pada kegiatan pertambangan dengan
sistem dan metode:
262

a. penambangan terbuka; dan


b. penambangan bawah tanah.
Pasal 3:
(1) Pelaksanaan reklamasi oleh pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK
Eksplorasi wajib memenuhi prinsip:
a. perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
pertambangan; dan
b. keselamatan dan kesehatan kerja.
(2) Pelaksanaan reklamasi dan pascatambang oleh pemegang IUP
Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi wajib memenuhi
prinsip:
a. perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan;
b. keselamatan dan kesehatan kerja; dan
c. konservasi mineral dan batubara.
d) Peraturan Menteri Nomor 7 Tahun 2014 tentang “Pelaksanaan Reklamasi Dan
Pascatambang Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara”

Sebagai Pemegang IUP Operasi Produksi, PT. GLORY COAL


bertanggung jawab memberikan jaminan reklamasi sebagai syarat dilakukannya
kegiatan pertambangan. Oleh karena itu kami melampirkan Jaminan Reklamasi
pertambangan batubara PT. GLORY COAL di Desa Pengadan Kecamatan
Karangan Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur di bawah ini.

Вам также может понравиться