Вы находитесь на странице: 1из 12

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Saputra (2014), dalam jurnalnya yang berjudul Pengaruh Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT. Buran Nusa
Respati di Kecamatan Anggana Kabupaten Kukar. Terdapat pengaruh yang
signifikan dari variabel X (keselamatan kerja) terhadap variabel Y (Produktivitas
kerja karyawan). Hal tersebut dikarenakan t hitung >t tabel (7,640 > 1,992). Maka
hipotesis yang diterima adalah Hipotesis alternative (Ha).
Busyairi (2014), dalam jurnalnya yang berjudul Pengaruh Keselamatan
Kerja Dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan. Berdasarkan
analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel keselamatan kerja (X1)
(lingkungan kerja, perlengkapan keselamatan kerja, cara kerja) dan variable
kesehatan kerja (X2) (pemeriksaan kesehatan, jam istirahat, ergonomi) yang
diukur dari variable produktivitas kerja (Y), memiliki kontribusi yang positif dan
signifikan terhadap tinggi rendahnya produktivitas kerja sebesar 65,5 % dan
21,8%. Jadi variable keselamatan dan kesehatan kerja secara signifikan
berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel produktivitas. Dibuktikan
dengan hasil perhitungan SPSS 19 yang menyatakan nilai F hitung 47,085
(signifikan F = 0.000) lebih besar dari F table 3,09 atau sig.F < 5% (0,000 < 0,05)
maka H0 ditolak yang berarti program keselamatan kerja (X1) dan kesehatan kerja
(X2) secara bersama-sama berpengaruh atau memiliki kontribusi yang positif dan
signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan (Y).
Setiawan (2013), dalam jurnalnya yang berjudul Pengaruh Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Pada Departemen Jaringan PT
PLN (Persero) Area Surabaya Utara. Variabel keselamatan kerja dan kesehatan
kerja secara parisal berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas
karyawan. Variabel keselamatan kerja dan kesehatan kerja secara simultan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas karyawan. Variabel
yang paling dominan berpengaruh terhadap produktivitas karyawan adalah
keselamatan kerja daripada kesehatan kerja.

5
6

Ukhisia (2013), dalam jurnalnya yang berjudul Analisis Pengaruh


Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Dengan
Metode Partial Least Squares. Hasil penelitian tentang pengaruh keselamatan dan
kesehatan kerja terhadap produktivitas karyawan di PG Krebet Baru II Malang
dengan menggunakan metode PLS menunjukkan bahwa variabel keselamatan
kerja dengan nilai koefisien regresi 0.137 tidak berpengaruh signifikan terhadap
produktivitas karyawan. Variabel kesehatan kerja dengan nilai koefisien regresi
0.258 berpengaruh signifikan terhadap produktivitas karyawan. Pengaruh antara
keselamatan kerja terhadap kesehatan kerja adalah 0.587 yang berarti keselamatan
kerja berpengaruh signifikan terhadap kesehatan kerja. Hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa secara langsung keselamatan kerja tidak berpengaruh
signifikan terhadap produktivitas karyawan. Secara tidak langsung, keselamatan
kerja berpengaruh terhadap produktivitas karyawan melalui kesehatan kerja.
Kesehatan kerja secara langsung berpengaruh signifikan terhadap produktivitas
karyawan.
Nuswantoro (2011), dalam jurnalnya yang berjudul Pengaruh Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Dengan
Menggunakan Structural Equation Model (Studi kasus pada perusahaan PT
Petrokimia Gresik). Program Keselamatan Kerja Mempunyai pengaruh signifikan
terhadap faktor kecelakaan kerja dengan nilai koefisien sebesar -0,67. Program
kesehatan kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap faktor penyakit akibat
kerja dengan nilai koefisien sebesar -0,83.
Dewi (2016), dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi Pada
PT Mitratani Dua Tujuh Jember. Pengujian uji F diperoleh kesimpulan bahwa
variabel keselamatan kerja dan variabel kesehatan kerja secara serempak
berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Pengujian uji t
diperoleh kesimpulan bahwa variabel keselamatan kerja berpengaruh signifikan
terhadap produktivitas kerja karyawan. Variabel Kesehatan Kerja berpengaruh
tidak signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Variabel yang dominan
mempengaruhi produktivitas kerja adalah Keselamatan Kerja.
7

Septiana (2015), dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Keselamatan Dan


Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi Pada
Perusahaan Gagak Hitam Kabupaten Bondowoso. Variabel keselamatan kerja
berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Variabel
kesehatan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja
karyawan. Keselamatan kerja, Kesehatan Kerja, secara serempak berpengaruh
signifikan terhadap Produktivitas Kerja. Variabel yang dominan mempengaruhi
Produktivitas Kerja adalah Keselamatan Kerja.
Syafi’i (2008), dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Karyawan (K3) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di PT.
PG. Rajawali Unit PG. Krebet Baru Bululawang Malang. Berdasarkan hasil
analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa keselamatan kerja dan
kesehatan kerja mempunyai pengaruh terhadap produktivitas kerja, hasil
pengujian uji F, dapat dilihat bahwa F hitung > F table. Sehingga Ha secara simultan
diterima. Sedangkan H0 secara simultan ditolak. Berdasarkan hasil pengujian yang
dilakukan dengan analisis regresi parsial variabel keselamatan kerja memiliki t
hitung > t tabel, maka Ha diterima dan H0 ditolak. variabel kesehatan kerja memiliki t
hitung >t tabel, maka Ha diterima dan H0 ditolak, hal ini berarti ada pengaruh yang
signifikan oleh variabel keselamatan kerja dan kesehatan kerja terhadap
produktivitas kerja karyawan. Variabel yang pengaruhnya dominan terhadap
produktivitas kerja karyawan PG. Krebet Baru adalah kesehatan kerja.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Produktivitas Kerja
Menurut Manullang (2013:177), produktivitas merupakan rasio hasil yang
dicapai dibandingkan dengan suatu masukan yang diberikan. Masukan sering di
batasi dengan tenaga kerja sedangkan keluaran di ukur dalam kesatuan fisik,
bentuk dan nilai. Sedangkan menurut Atmosoeprapto (2001:2), produktivitas
adalah suatu ukuran mengenai apa yang diperoleh dari apa yang diberikan. Tidak
cukup hanya sekedar menghasilkan lebih banyak dari sejumlah sumber daya yang
diberikan. Kualitas dari apa pun yang dihasilkan harus memenuhi baku yang telah
8

ditetapkan yang diharapkan oleh konsumen. Hasil yang dicapai di pengaruhi oleh
banyak faktor, meliputi:
1. kualitas dan tersedianya bahan,
2. skala operasi dan kecepatan pemakaian,
3. tersedianya dan kapasitas dari peralatan modal,
4. sikap dan tingkat keterampilan angkatan kerja,
5. motivasi dan efektivitas manajemen.
Menurut Sedarmayanti (2009:58), pengertian produktivitas memiliki dua
dimensi, yakni efektifitas dan efisiensi. Dimensi pertama berkaitan dengan
pencapaian unjuk kerja yang maksimal, dalam arti pencapaian target yang
berkaitan dengan:
 Kualitas
Suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh telah dipenuhi berbagai
persyaratan, spesifikasi, dan harapan. Kualitas juga berkaitan dengan proses
produksi yang akan berpengaruh pada kualitas hasil yang dicapai secara
keseluruhan.
 Kuantitas
Segala bentuk satuan ukuran yang terkait dengan jumlah hasil kerja dan
dinyatakan dalam ukuran angka
 Dan Waktu
Dalam bekerja waktu di manfaatkan sebaik mungkin agar menghasilkan
suatu produk yang tepat dan cepat sesuai dengan standart waktu.
Sedangkan dimensi kedua berkaitan dengan upaya membandingkan masukan
dengan realisasi penggunaannya atau keluaran yang dihasilkan diperoleh dari
keseluruhan masukan yang ada dalam organisasi. Masukan tersebut dinamakan
sebagai faktor produksi dapat berupa tenaga kerja, kapital, bahan, teknologi dan
energi. Keluaran yang dihasilkan dicapai dari masukan yang melakukan proses
kegiatan yang bentuknya dapat berupa produk nyata atau jasa.
Menurut Siagian dalam Sutrisno (2009:103), jika karyawan diperlakukan
secara baik oleh atasan atau adanya hubungan antar karyawan yang baik, maka
karyawan tersebut akan berpartisipasi dengan baik pula dalam proses produksi,
9

sehingga akan berpengaruh pada tingkat produktivitas kerja. Menurut Gomes


(2003:160), produktivitas sangat dipengaruhi oleh faktor:
1. Knowledge (ilmu pengetahuan)
2. Skills (keterampilan; kecakapan)
3. Abilities (kemampuan)
4. Attitudes (sikap)
5. Behaviors (perilaku)
Menurut Ramli (2013:15), produktivitas ditopang oleh tiga pilar utama yaitu
Kuantitas (Quantity), Kualitas (Quality) dan Keselamatan (Safety). Produktivitas
hanya dapat dicapai jika ketiga unsur produktivitas di atas berjalan secara
seimbang. Setiap pekerjaan, proses dan produk memiliki persyaratan kualitas
(mutu) dan kuantitas yang ditetapkan baik dalam spesifikasi teknis, ukuran,
volume, kapasitas produksi atau waktu yang diperlukan. Produktivitas tidak
tercapai jika pekerja tersebut hanya mengejar kualitas saja, tetapi kuantitas
produksi tidak tercapai atau sebaliknya. Namun faktor kualitas dan kuantitas saja
belum mencukupi. Pekerjaan harus dilakukan dengan aman tanpa adanya
kecelakaan, pemborosan, dan kerusakan sarana produksi. Jadi keselamatan dan
kesehatan kerja berperan menjamin keamanan proses produksi sehingga
produktivitas dapat tercapai.
Menurut Saksono dalam Munir (2010:42), menurunnya tingkat produktifitas
tenaga kerja dapat dilihat dari: menurunnya presensi, meningkatnya perpindahan
tenaga kerja, meningkatnya kerusakan sarana, dan timbulnya kegelisahan,
tuntutan atau permohonan. Menurut Timpe dalam Sedarmayanti (2009:80),
Pribadi yang produktif akan lebih kreatif dalam berhubungan dengan dunia
sekitarnya dengan cara menciptakan suatu hasil karya melalui kemampuan dan
menggunakan pikiran serta perasaannya. Ciri umum pegawai yang produktif
adalah sebagai berikut:
1. Cerdas dan dapat belajar dengan cepat
2. Kompeten secara professional/teknis selalu memperdalam pengetahuan
dalam bidangnya
3. Kreatif dan inovatif, memperlihatkan kecerdikan dan keanekaragaman
10

2.2.2 Keselamatan Kerja


Menurut Ramli (2013:6), Keselamatan pada dasarnya adalah kebutuhan
setiap manusia. Manusia berusaha mempertahankan hidup di tengah berbagai
bahaya dengan bermacam cara. Berbagai alat dan tekhnologi buatan manusia
disamping bermanfaat juga dapat menimbulkan bencana atau kecelakaan.
Penggunaan mesin, alat kerja, material dan proses produksi telah menjadi sumber
bahaya yang dapat mencelakakan. Ternyata keselamatan berhubungan erat dengan
tingkat kesejahteraan dan kebutuhan hidup manusia. Menurut Sucipto (2014:9),
keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya
serta cara-cara melakukan pekerjaan. Sedangkan menurut Kasmir (2016:266),
keselamatan kerja adalah merupakan aktivitas perlindungan karyawan secara
menyeluruh. Artinya perusahaan berusaha untuk menjaga jangan sampai
karyawan mendapat suatu kecelakaan pada saat menjalankan aktivitasnya.
Menurut Barthos (2012:140), penyebab kecelakaan kerja yang terbesar
adalah faktor manusia, yaitu kurangnya kesadaran pengusaha dan tenaga kerja
sendiri terutama dalam melaksanakan berbagai peraturan perundangan sehingga
dapat mengakibatkan timbulnya acuh tak acuh, dapat menurunkan produktivitas
kerja, kenyamanan dan rasa aman dalam bekerja. Menurut Hanggraeni
(2012:177), ada beberapa tipe kecelakaan yang terjadi di lapangan kerja seperti
terbentur dengan benda tajam atau benda keras, terjatuh dari ketinggian, serta
masuknya bahan atau zat berbahaya ke dalam tubuh. Sehingga setiap perusahaan
harus mempunyai sistem keselamatan kerja yang sesuai dengan ketentuan standar
yang berlaku, seperti:
1. Investigasi lengkap semua kecelakaan yang terjadi
2. Pelaporan atas setiap kecelakaan secara tertulis jenis kecelakaan, waktu, dan
korbannya
3. Langkah penanganan.
Menurut Fajar dan Heru (2010:207), hal terpenting dari program
keselamatan adalah melakukan pencegahan terjadinya kecelakaan. Beberapa
11

pendekatan yang digunakan untuk membuat karyawan lebih sadar akan


keselamatan. Meliputi:
1. memberikan dukungan kepada manajemen puncak dan menengah.
2. ditetapkan secara jelas bahwa keselamatan merupakan tanggungjawab
manajer operasional.
3. Sikap yang positif terhadap keselamatan harus ada dan di jaga. Karyawan
harus yakin bahwa program keselamatan itu bermanfaat.
4. Seseorang atau departemen sebaiknya bertanggungjawab atas program
keselamatan dan bertanggungjawab untuk operasionalnya.
Menurut Marwansyah (2012:362), Program keselamatan kerja dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk kondisi kerja yang aman, antara lain:
1. Menggunakan mesin-mesin yang dilengkapi dengan alat-alat pengaman
serta menggunakan alat-alat mesin yang lebih baik agar dapat digunakan
dengan baik dan efektif saat proses produksi berlangsung.
2. Mengatur tata-letak pabrik serta peralatan kerja dengan efektif agar tidak
dapat membahayakan tenaga kerja dan tidak mengganggu berjalannya
proses produksi.
3. Memberikan penerangan sebaik mungkin agar tidak menggangu penglihatan
pekerja saat melakukan pekerjaan;
4. Menjaga agar lantai dan tangga bebas dari air, minyak, dan gemuk sehingga
tidak membahayakan tenaga kerja
5. Melakukan pemeliharaan fasilitas pabrik secara baik
6. Menggunakan petunjuk kerja untuk mengingatkan karyawan tentang apa
yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan di dalam tempat kerja.
Menurut Kasmir (2016:274), faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan
kerja karyawan yaitu:
1. Kelengkapan peralatan kerja dan Kualitas peralatan kerja
2. Kedisiplinan karyawan dan Ketegasan pimpinan
3. Semangat kerja
4. Motivasi kerja
5. Umur alat kerja
12

2.2.3 Kesehatan Kerja


Menurut Kasmir (2016:266), kesehatan kerja adalah upaya untuk menjaga
agar karyawan tetap sehat selama bekerja. Artinya jangan sampai kondisi
lingkungan kerja akan membuat karyawan tidak sehat atau sakit. Sedangkan
menurut ILO/WHO dalam Sucipto (2014:9), kesehatan kerja didefinisikan sebagai
promosi dan pemeliharaan fisik, mental dan kesejahteraan sosial pekerja pada
tingkat tertinggi pada setiap pekerjaan melalui usaha preventif, mengontrol risiko
dan pengadaptasian pekerjaan ke pekerja.
Menurut Sucipto (2014 : 2) fungsi dari kesehatan kerja meliputi:
1. Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap resiko dari bahaya kesehatan
di tempat kerja serta terlibat dalam proses rehabilitas
2. Memberikan saran, informasi, pelatihan dan edukasi tentang kesehatan kerja
dan APD serta melaksanakan surveilan terhadap kesehatan kerja
3. Mengelola P3K dan tindakan darurat.
P3K dimaksudkan memberikan perawatan darurat pada korban sebelum
pertolongan yang lebih lengkap diberikan oleh dokter atau petugas lainnya.
Pengelolaan P3K dilaksanakan dengan melakukan pengawasan pada
pelaksanaan P3K di tempat kerja, meliputi fasilitas P3K dan tenaga medis.
Fasilitas P3K terdiri dari: kotak P3K; isi kotak P3K; buku pedoman; ruang
P3K; dan perlengkapan P3K (alat perlindungan, alat darurat, alat angkut,
dan transportasi). Tenaga medis yang bertanggung jawab untuk menangani
P3K terdiri dari dokter dan perawat.
Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor Per-01/Men/1979 dalam
Bangun (2012:401), Tujuan pelayanan kesehatan kerja adalah sebagai berikut :
1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri dengan
Pekerjaannya
2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul
dari pekerjaan atau lingkungan kerja.
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan fisik
tenaga kerja.
13

Menurut Fajar dan Heru (2010:209), stress ditempat kerja merupakan


kondisi yang berkenaan dengan fisik dan mental yang berasal dari ancaman
bahaya dan tekanan yang diterima. Hal potensial yang menyebabkan stress
muncul ketika situasi lingkungan menghadirkan suatu tuntutan yang melampaui
kemampuan dari sumberdaya seseorang untuk memenuhinya.
Menurut Barthos (2012:142), tenaga kerja membutuhkan makanan yang
bergizi yang dikenal empat sehat lima sempurna. Tujuannya adalah untuk
pemeliharaan kondisi tubuh yang tetap prima sehingga dapat melaksanakan
pekerjaan penuh semangat dan gairah. Gizi kerja dapat ditingkatkan melaui
pengadaan kantin/ruangan makan dan perbaikan kebutuhan kalori. Sedangkan
menurut Marwansyah (2012:373), pemeliharaan kesehatan mendorong para
karyawan untuk bergaya hidup sehat melalui kebugaran. Program kebugaran
adalah sebuah program yang disponsori oleh sebuah perusahaan untuk mencegah
munculnya masalah kesehatan pada diri karyawan dengan tujuan untuk membantu
para pekerja mewujudkan potensi fisik dan mental melalui kegiatan olah raga
dengan memanfaatkan prasarana olah raga yang disediakan perusahaan, nutrisi
yang baik dan pemantauan kesehatan.
Menurut Marwansyah (2012:357), pekerja dilindungi oleh program asuransi
perusahaan. Premi asuransi pekerja yang dibayar didasarkan atas riwayat
perusahaan dalam mengajukan klaim asuransi. Makin sering terjadi kecelakaan,
makin tinggi premi yang diminta oleh perusahaan asuransi. Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) merupakan perlindungan yang diberikan kepada
tenaga kerja dengan asuransi yang dapat dimanfaatkan oleh karyawan beserta
keluarganya untuk berobat. Program JAMSOSTEK meliputi:
1. Jaminan Hari Tua (JHT)
Program ini adalah berupa tabungan selama masa kerja yang dibayarkan
kembali pada umur 55 tahun atau atau telah memenuhi persyaratan tertentu.
2. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
Program ini memberikan kompensasi/santunan dan pengantian biaya
perawatan bagi tenaga kerja yang mengalami kematian atau cacat karena
14

kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, dimulai dari berangkat kerja
sampai kembali ke rumah atau menderita sakit akibat hubungan kerja.
3. Jaminan Kematian (JK)
Program ini memberikan pembayaran tunai kepada ahli waris dari tenaga
kerja yang meninggal dunia sebelum umur 55 tahun.
Menurut Kasmir (2016:277), kesehatan kerja karyawan dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Perusahaan juga harus mengelola faktor-faktor penyebab
tersebut, sehingga kesehatan karyawan tetap terjaga. faktor tersebut meliputi:
1. Udara, dimana kondisi udara diruangan tempat bekerja harus membuat
karyawan tenang dan nyaman
2. Cahaya, kualitas cahaya diruangan juga akan sangat memengaruhi
kesehatan karyawan
3. Kebisingan, ruangan yang terlalu berisik atau bising akan memengaruhi
kualitas pendengaran
4. Aroma berbau, ruangan yang memiliki aroma yang kurang sedap maka
kesehatan akan sangat terganggu
5. Layout ruangan , tata letak ruangan sangat memengaruhi kesehatan
karyawan.

2.3 Kerangka Proses Berfikir


Kerangka berfikir merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
mengarahkan konsep berfikir penelitian sehingga penelitian dapat sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitan. Sebagaimana terdapat pada gambar 2.1
15

Studi Teoritis Studi Empiris


 Keselamatan kerja dan  Pengaruh keselamatan
Kesehatan Kerja dan kesehatan kerja
(Bangun: 2012) terhadap produktivitas
(Barthos: 2012) kerja karyawan
(Fajar dan Heru: 2010)  Jurnal
(Hanggraeni : 2012) (Busyairi: 2014)
(Kasmir: 2016) (Nuswantoro: 2011)
(Marwansyah: 2012) (Saputra: 2014)
(Ramli: 2010) (Setiawan: 2013)
(Sucipto: 2014) (Ukhisia: 2013)
 Produktivitas Kerja  Skripsi
(Atmosoeprapto: 2001) (Dewi: 2016)
(Gomes: 2003) (Septiana: 2015)
(Manullang: 2013) (Syafi’i: 2008)
(Munir: 2010)
(Ramli: 2010)
(Sedarmayanti: 2009)
(Sutrisno: 2009)

Hipotesis :
1.Diduga Keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh secara serempak
terhadap produktivitas kerja karyawan pada PG. Wringinanom Situbondo.
2.Diduga Keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh secara parsial
terhadap produktivitas kerja karyawan pada PG. Wringinanom Situbondo.
3.Diduga Keselamatan kerja berpengaruh secara dominan terhadap
produktivitas kerja karyawan pada PG. Wringinanom Situbondo.

Kuesioner

Uji Validitas & Reliabilitas

Teknik Analisis

Analisis regresi Analisis Koefisien Uji F dan Uji


Linear Berganda Determinasi T

Keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap


produktivitas kerja karyawan pada PG. Wringinanom Situbondo

Gambar 2.1 Kerangka Proses Berfikir


16

2.4 Kerangka Konseptual


Kerangka Konseptual dalam penulisan ini dapat digambarkan secara
sistematis sebagai berikut:

Keselamatan Kerja
(X1)

Produktivitas
Karyawan

Kesehatan Kerja
(X2)

Serempak :

Parsial :

2.5 Hipotesis
2.5.1 Diduga keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh secara serempak
terhadap produktivitas kerja karyawan bagian produksi pada PG.
Wringinanom Situbondo
2.5.2 Diduga keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh secara parsial
terhadap produktivitas kerja karyawan bagian produksi pada PG.
Wringinanom Situbondo
2.5.3 Diduga keselamatan kerja berpengaruh secara dominan terhadap
produktivitas kerja karyawan bagian produksi pada PG. Wringinanom
Situbondo

Вам также может понравиться