Вы находитесь на странице: 1из 11

ANALISIS PENGARUH ACTIVATOR DAN CONSEQUENCE TERHADAP

SAFE BEHAVIOR PADA TENAGA KERJA DI PT. PUPUK KALIMANTAN


TIMUR TAHUN 2013

Novita Dwitya Retnani, Denny Ardyanto


Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
E-mail: novitadwityaretnani@yahoo. com

ABSTRACT
Safe behavior is an act or acts of one or more labors to minimize the possibility of accidents. Based on the Activator-
Behavior-Consequence (ABC) model, safe behavior of labor can be influenced by activators and consequences. This
study aimed to analyze the influence of activators (management roles, K3 rules and procedures, knowledge, motivation,
awareness, and safety needs) and consequences (positive reinforcement and punishment) against the creation of safe
behavior on labor in PT. Pupuk Kalimantan Timur. This study was a cross sectional design with analytic study used a
quantitative approach. Large sample totaled 96 respondents taken by cluster sampling methods from the total population of
2016 labors. The result data obtained were analyzed statistically using Fisher’s exact test and multiple logistic regression.
The results showed that the majority of the labor in PT. Pupuk Kalimantan has made safe behavior when working.
Statistical analysis showed that the perception (p = 0.042; OR = 5.735), awareness (p = 0.008; OR: 8.171), and safety
needs (p = 0.003; OR = 13.937) as an activator had significant effect on safe behavior of labor, while the consequences
(positive reinforcement and punishment) had no significant effect on safe behavior of labor. Advices based from the result
were made a reward system that given special to labor who has made safe behavior when working, made observations of
the behavior of labor when working, and used the results of behavior on labor observation as a consideration in making
policy to improve safe behavior

Keywords: safe behavior, activator, consequence

ABSTRAK
Safe behavior adalah tindakan atau perbuatan dari seorang atau beberapa orang tenaga kerja yang dapat memperkecil
kemungkinan terjadinya kecelakaan. Berdasarkan model Activator-Behavior-Consequence (ABC), safe behavior tenaga
kerja dapat dipengaruhi oleh activator dan consequence. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh activator
(peran manajemen, peraturan dan prosedur K3, pengetahuan, motivasi, kesadaran, dan kebutuhan keselamatan) dan
consequence (positive reinforcement dan punishment) terhadap terciptanya safe behavior pada tenaga kerja di PT. Pupuk
Kalimantan Timur. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan cross sectional dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif. Besar sampel berjumlah 96 responden diambil dengan metode cluster sampling dari besar populasi
2016 tenaga kerja. Data yang diperoleh dianalisa secara statistik dengan menggunakan uji Fisher dan uji regresi logistik
ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja di PT. Pupuk Kalimantan Timur telah melakukan
safe behavior dalam bekerja. Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa persepsi (p = 0,042; OR = 5,735), kesadaran
(p = 0,008; OR: 8,171), dan kebutuhan keselamatan (p = 0,003; OR = 13,937) sebagai activator berpengaruh signifikan
terhadap safe behavior tenaga kerja, sementara consequence (positive reinforcement dan punishment) tidak berpengaruh
signifikan terhadap safe behavior tenaga kerja.

Kata kunci: safe behaviour, activator, consequence

PENDAHULUAN dapat digantikan oleh teknologi apa pun (Suma’mur,


Kecelakaan kerja merupakan masalah yang 2009).
besar bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Angka kecelakaan kerja di Indonesia
Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian menunjukkan grafik yang terus meningkat.
materi yang cukup besar namun lebih dari itu Menurut data PT. Jamsostek tahun 2007–2011
adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit mengemukakan bahwa selama tahun 2007 terjadi
jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini 83.714 kasus kecelakaan kerja, kemudian pada tahun
merupakan kerugian yang sangat besar karena 2008 naik menjadi 94.736 kasus kecelakaan. Pada
manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak tahun 2009 angka kecelakaan kerja terus meningkat

119
120 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 2, No. 2 Jul-Des 2013: 119–129

menjadi 9.314 kasus, pada tahun 2010 menjadi report yang didokumentasikan oleh Departemen
98.711 kasus dan pada tahun 2011 terjadi 99.491 Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Pupuk
kasus kecelakaan. Kaltim selama tahun 2007 sampai dengan tahun
Teori Suizer (1999) menyatakan bahwa aspek 2011 terjadi 38 kasus kecelakaan yang disebabkan
utama dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja oleh unsafe behavior maupun unsafe condition.
yaitu dengan memperhatikan aspek behavioral para Laporan terbaru tahun 2012 menyebutkan terjadi 12
pekerja. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat kasus kecelakaan yang sebagian besar disebabkan
Cooper (2009). Cooper (2001) berpendapat oleh unsafe behavior. Berdasarkan laporan
walaupun sulit untuk di kontrol secara tepat, 80- tersebut diketahui kasus kecelakaan tersebut terjadi
95% dari seluruh kecelakaan kerja yang terjadi berulang kali dengan penyebab yang hampir sama.
disebabkan oleh unsafe behavior. Pendapat Cooper Kecelakaan yang terjadi sebagian besar diakibatkan
(2009) tersebut didukung oleh hasil riset dari oleh bahaya mekanik yang menyebabkan kejadian
National Safety Council (NSC) (2011) menunjukkan seperti terkena steam, terbentur, terjepit, terpeleset,
bahwa penyebab kecelakaan kerja 88% adalah maupun kejatuhan benda.
adanya unsafe behavior, 10% karena unsafe Sebagai bentuk komitmen yang tinggi dari
condition dan 2% tidak diketahui penyebabnya. manajemen puncak dan menengah untuk mencegah
Penelitian lain yang dilakukan oleh DuPont dan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja, PT.
Company (2005) menunjukkan bahwa kecelakaan Pupuk Kaltim terus melakukan perbaikan di segala
kerja 96% disebabkan oleh unsafe behavior dan bidang, salah satunya dengan melakukan upaya
4% disebabkan oleh unsafe condition. Berdasarkan agar dapat meningkatkan safe behavior tenaga
hasil riset tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kerja ketika bekerja. Seperti yang telah dipaparkan
perilaku manusia merupakan unsur yang memegang sebelumnya, Geller (2001) mengemukakan
peranan penting dalam mengakibatkan kecelakaan pentingnya pendekatan perilaku dalam menghasilkan
kerja (Cooper, 2009). Geller (2001) mengemukakan suatu kesuksesan pencegahan kecelakaan kerja dan
agar pencapaian behavioral safety berhasil, akan akan lebih baik jika menggunakan pendekatan yang
lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang berupaya mendorong terjadinya peningkatan safe
berupaya mendorong terjadinya peningkatan safe behavior.
behavior. Upaya ini berujung pada usaha pencegahan Berdasarkan pemaparan tersebut, maka
terjadinya kecelakaan di tempat kerja. perlu diteliti lebih lanjut pengaruh activator
Mengingat safe behavior adalah suatu bentuk dan consequence terhadap Safe Behavior pada
perilaku, maka pendekatan yang dilakukan untuk tenaga kerja di PT. Pupuk Kalimantan Timur.
mengurangi atau mencegah kecelakaan adalah Adapun activator yang akan diteliti antara lain
pendekatan perilaku. Berdasarkan model Activator- peran manajemen, peraturan dan prosedur K3,
Behavior-Consequence (ABC), perilaku dipengaruhi pengetahuan, persepsi, motivasi, kesadaran,
langsung oleh Activator, yaitu suatu kondisi atau kebutuhan keselamatan (safety needs), serta
rangsangan yang mendahului terjadinya perilaku consequence yang timbul dari safe behavior tenaga
tertentu. Behavior adalah setiap hal yang dapat kerja yang terdiri dari penguatan positif berupa
diukur langsung yang dilakukan tenaga kerja, reward, serta punishment.
termasuk berbicara, bertindak, dan melakukan Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis
fungsi fisik. Consequence adalah hal yang dapat faktor yang berpengaruh terhadap terciptanya safe
menentukan perilaku tersebut akan terulang behavior pada tenaga kerja di PT. Pupuk Kalimantan
kembali. Dengan demikian, orang termotivasi oleh Timur.
consequence yang akan mereka terima atau justru
akan mereka hindari setelah melakukan perilaku
METODE
tertentu (Geller, 2001).
PT. Pupuk Kaltim adalah salah satu perusahaan Penelitian ini merupakan penelitian observasional
besar yang berlokasi di Bontang, Kalimantan analitik dengan rancang bangun cross sectional.
Timur. Seperti perusahaan taraf nasional pada Populasi penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja di
umumnya, PT. Pupuk Kaltim juga memiliki PT. Pupuk Kalimantan Timur yang memenuhi kriteria
target untuk mencapai zero accident, namun pada inklusi sebanyak 2016 tenaga kerja. Pemilihan sampel
kenyataannya masih terjadi kecelakaan kerja selama dengan cluster sampling dan diperoleh besar sampel
proses produksi berlangsung. Berdasarkan accident sebanyak 96 tenaga kerja.
Novita dan Denny, Analisis Pengaruh Activator dan… 121

Penelitian dilakukan mulai bulan Januari sampai yaitu tim, dukungan manajerial, sistem manajemen,
Agustus 2013, pengambilan data dilakukan pada komunikasi, dan pengalokasian sumber daya.
bulan Februari–April 2013. Teknik pengumpulan Berdasarkan hasil wawancara dengan manager
data dilakukan dengan wawancara menggunakan K3 PT. Pupuk Kalimantan Timur, diketahui
lembar kuesioner untuk mendapatkan data mengenai bahwa terdapat peran manajemen sebagai upaya
safe behavior, tingkat pengetahuan, motivasi, meningkatkan safe behavior tenaga kerja di PT.
persepsi terhadap bahaya, kesadaran, kebutuhan Pupuk Kalimantan Timur, antara lain adalah:
keselamatan, positive reinforcement, dan punishment, (a) membentuk tim Champion BBS; (b) Membentuk
wawancara dengan lembar panduan wawancara safety representatives di setiap unit kerja;
juga dilakukan kepada manager K3 PT. Pupuk (c) Mengadakan safety meeting setiap minggu dan
Kalimantan Timur untuk menggali informasi lebih pembahasan masalah K3 di setiap rapat harian;
dalam mengenai peran manajemen dalam upaya (d) Mengadakan inspeksi dadakan yang diadakan
membentuk dan meningkatkan safe behavior tenaga sebulan sekali untuk memeriksa kepatuhan
kerja, serta observasi menggunakan lembar observasi tenaga kerja terhadap peraturan K3 perusahaan;
critical behavior checklist juga dilakukan untuk (e) Mengadakan komunikasi K3 ke seluruh tenaga
mendapatkan data mengenai perilaku aman dan kerja melalui safety induction, situs perusahaan, dan
perilaku tidak aman tenaga kerja selama bekerja buletin K3; (f) Membuat safety campaign di seluruh
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik lingkungan kerja; (g) Mengadakan pelatihan K3 bagi
menggunakan analisis univariat, bivariat, dan tenaga kerja baru; (h) Memberikan penghargaan
multivariat. Analisis univariat dilakukan untuk kepada seluruh tenaga kerja PT. Pupuk Kalimantan
melihat distribusi frekuensi dan persentase dari Timur apabila dapat mencapai jam kerja tanpa
setiap variabel yang diteliti. Analisis bivariat kecelakaan kerja (safety record) setiap kelipatan
dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel 5 juta jam kerja; (i) Memberi penalti kepada seluruh
independen dan dependen dengan menggunakan tenaga kerja PT. Pupuk Kalimantan Timur berupa
uji Fisher. Analisis multivariat dilakukan dengan pengguguran record jam kerja yang telah dicapai
menggunakan uji regresi logistik ganda untuk apabila terjadi kecelakaan kerja, yang mengakibatkan
menganalisis pengaruh variabel independen terhadap korban harus dirawat di rumah sakit lebih dari 3x24
variabel dependen. jam pada hari kerja.
Hasil yang didapat kemudian dihubungkan Tim Champion BBS dibentuk sebagai bentuk
dengan teori yang ada untuk diambil suatu komitmen tinggi manajemen dalam menerapkan
kesimpulan. Hasil disajikan dalam bentuk teks dan program BBS (Behavior Based Safety) dalam
tabel yang kemudian dideskripsikan dan dirangkum membentuk safe behavior tenaga kerja. Tim yang
dengan berbagai variabel yang diidentifikasi dibentuk pada tahun 2012 ini terdiri dari departemen
sebelumnya. K3 dan dibantu beberapa orang dari setiap unit
kerja.
Safety representatives adalah tenaga kerja PT.
HASIL
Pupuk Kalimantan Timur yang diusulkan oleh kepala
Karakteristik Tenaga Kerja unit kerja dan diangkat melalui Surat Keputusan
Karakteristik tenaga kerja di PT. Pupuk Direksi. Adapun tugas dan tanggung jawab
Kalimantan Timur menunjukkan bahwa sebagian safety representative yaitu: (a) Membuat rencana
besar tenaga kerja berada pada kategori usia 50–59 kerja tentang program pembinaan, pemeriksaan,
tahun, berjenis kelamin laki-laki, memiliki latar inspeksi, serta penyuluhan K3 yang diperlukan;
belakang pendidikan SMA, telah bekerja selama (b) Melaksanakan program K3 yang telah disepakati;
21–30 tahun, dan bekerja di area pabrik. (c) Melaksanakan pengawasan K3 melalui piket K3
yang melibatkan semua tenaga kerja di tempat kerja;
Activator (d) Mengumpulkan data terkait masalah K3 untuk
segera ditindaklanjuti; (e) Melaksanakan koordinasi
Peranan manajemen sebagai upaya dengan Departemen K3 dalam usaha K3.
meningkatkan safe behavior tenaga kerja di Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
PT. Pupuk Kalimantan Timur dapat dilihat dari hampir seluruh responden (91,7%) dinilai patuh
keberhasilan memenuhi infrastruktur yang dalam menaati peraturan K3 tersebut. Perhatian dari
mendukung upaya meningkatkan perilaku aman atasan apabila responden tidak menaati peraturan K3
122 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 2, No. 2 Jul-Des 2013: 119–129

pun dinilai baik. Sebagian besar responden (85,4%) 5%) termasuk dalam kategori safe behavior. Safe
memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai behavior yang diukur dalam penelitian dibedakan
keselamatan kerja dan perilaku aman ketika bekerja, sesuai dengan karakteristiknya yaitu penggunaan
sementara itu hanya sebagian kecil responden APD, penggunaan dan pengoperasian alat, dan
(14,6%) yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sikap kerja. Sebagian besar responden (91,7%)
baik menggunakan APD yang sesuai dengan jenis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari pekerjaan, menggunakan dan mengoperasikan alat
separuh responden (71,9%) memiliki persepsi positif dengan benar (85,4%) dan sebagian besar responden
mengenai bahaya di lingkungan kerja dan risiko (73,9%) memiliki sikap kerja yang baik.
kecelakaan kerja di lingkungan kerja, dan kurang
dari separuh responden (28,1%) memiliki persepsi Analisis Bivariat Hubungan Activator dan
negatif mengenai bahaya di lingkungan kerja dan Consequence dengan Safe Behavior
risiko kecelakaan kerja di lingkungan kerja. Seluruh Responden yang mematuhi peraturan K3 dengan
responden (91,7%) memiliki motivasi yang baik baik cenderung lebih banyak yang berperilaku
untuk berperilaku aman ketika bekerja, dan hanya aman ketika bekerja (90,9%) daripada berperilaku
sebagian kecil responden (8,3%) memiliki motivasi tidak aman ketika bekerja (9,1%). Hasil uji Fisher
yang kurang baik untuk berperilaku aman ketika
bekerja.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Tabel 1 Hubungan Activator dan Consequence
sebagian besar responden (75,0%) memiliki dengan Safe Behavior
kesadaran yang baik untuk berperilaku aman ketika
bekerja, dan hanya sebagian kecil responden (25,0%) Behavior
memiliki kesadaran yang kurang untuk berperilaku Variabel Safe Unsafe Total p
aman ketika bekerja. Hampir seluruh responden (%) (%) (%)
(88,5%) telah terpenuhi kebutuhan keselamatannya
Peraturan K3 0,046
seperti peralatan keselamatan, ketersediaan APD,
waktu kerja yang cukup untuk bekerja dengan Patuh 90,9 9,1 100,0
aman, dan tempat kerja yang aman, sementara Kurang patuh 66,7 33,3 100,0
sisanya (11,5%) tidak terpenuhi kebutuhan Pengetahuan 0,035
keselamatannya. Baik 91,5 8,5 100,0
Kurang baik 71,4 28,6 100,0
Consequence
Persepsi 0,149
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Positif 91,3 8,7 100,0
lebih dari separuh responden (60,4%) pernah Negatif 81,5 18,5 100,0
mendapatkan positive reinforcement dalam bentuk Motivasi 1,000
reward, kenaikan pangkat, dan pujian dari atasan
Baik 88,6 11,4 100,0
sebagai konsekuensi telah berperilaku aman
ketika bekerja, dan sisanya (39,6%) tidak pernah Kurang Baik 87,5 12,5 100,0
mendapatkan positive reinforcement dalam bentuk Kesadaran 0,005
reward, kenaikan pangkat, dan pujian dari atasan Baik 94,4 5,6 100,0
sebagai konsekuensi telah berperilaku aman ketika Kurang baik 70,8 29,2 100,0
bekerja Kebutuhan Keselamatan 0,002
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Terpenuhi 92,9 7,1 100,0
lebih dari separuh responden (63,5%) pernah Tidak terpenuhi 54,5 45,5 100,0
mendapatkan punishment dalam bentuk pemberian
Positive Reinforcement 0,748
sanksi administratif, pemotongan insentif, maupun
sanksi lain yang diterapkan perusahaan sebagai Pernah 89,7 10,3 100,0
konsekuensi berperilaku tidak aman ketika bekerja Tidak pernah 86,8 13,2 100,0
Punishment 0,201
Safe Behavior Pernah 91,8 8,2 100,0
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Tidak pernah 82,9 17,1 100,0
perilaku ketika bekerja mayoritas responden (88,
Novita dan Denny, Analisis Pengaruh Activator dan… 123

menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna diterapkan perusahaan, lebih banyak yang
antara peraturan dengan safe behavior tenaga kerja. berperilaku aman ketika bekerja (91,8%) daripada
Hal ini ditunjukkan dengan nilai p (0,046) < 0,05. responden yang tidak berperilaku tidak aman (8,2%).
Responden yang memiliki pengetahuan yang baik Hasil uji Fisher menunjukkan bahwa tidak terdapat
lebih banyak yang berperilaku aman ketika bekerja hubungan bermakna antara punishment dengan safe
(91,5%) daripada berperilaku tidak aman (8,5%). behavior tenaga kerja. Hal ini ditunjukkan dengan
Hasil uji Fisher menunjukkan bahwa terdapat nilai p (0,201) > 0,05
hubungan bermakna antara pengetahuan dengan safe Berdasarkan hasil analisis bivariat terdapat
behavior tenaga kerja. Hal ini ditunjukkan dengan enam variabel yang memiliki nilai p < 0,25 yaitu
nilai p (0,035) < 0,05. peraturan K3, pengetahuan, persepsi, kesadaran, dan
Responden yang memiliki persepsi positif kebutuhan keselamatan, dan punishment. Dengan
terhadap bahaya memiliki kecenderungan untuk demikian keenam variabel tersebut masuk ke dalam
berperilaku aman ketika bekerja (91,3%) daripada model prediksi uji logistik ganda.
berperilaku tidak aman (8,7%). Hasil uji Fisher Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan pengaruh activator dan consequence terhadap safe
bermakna antara persepsi dengan safe behavior behavior tenaga kerja PT. Pupuk Kalimantan Timur.
tenaga kerja. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
p (0,149) > 0,05. responden tidak berpengaruh signifikan terhadap
Responden yang memiliki motivasi yang baik safe behavior tenaga kerja. Hal ini ditunjukkan
lebih banyak yang berperilaku aman ketika bekerja dengan nilai p (0,504) > 0,05. Hasil penelitian juga
(88, 6%) daripada berperilaku tidak aman (11,4%). menunjukkan bahwa pemberian punishment tidak
Hasil uji Fisher menunjukkan bahwa tidak terdapat berpengaruh signifikan terhadap safe behavior
hubungan bermakna antara motivasi dengan safe tenaga kerja. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
behavior tenaga kerja. Hal ini ditunjukkan dengan p (0,130) > 0,05. Tabel 2 menunjukkan bahwa
nilai p (1,000) > 0,05. ketersediaan peraturan tidak berpengaruh signifikan
Responden yang memiliki kesadaran yang baik terhadap safe behavior tenaga kerja. Hal ini
lebih banyak yang berperilaku aman ketika bekerja ditunjukkan dengan nilai p (0,205) > 0,05.
(94,4%) daripada berperilaku tidak aman (5,6%). Persepsi terhadap bahaya berpengaruh
Hasil uji Fisher menunjukkan bahwa terdapat signifikan terhadap safe behavior yang ditunjukkan
hubungan bermakna antara kesadaran dengan safe dengan nilai p (0,042) < 0,05. Nilai Odds Ratio
behavior tenaga kerja. Hal ini ditunjukkan dengan (OR = 5,735) berarti bahwa tenaga kerja yang
nilai p (0,005) < 0,05. memiliki persepsi positif terhadap bahaya
Responden yang kebutuhan keselamatannya kemungkinan akan berperilaku aman ketika bekerja
terpenuhi cenderung lebih banyak yang berperilaku 5, 735 kali lebih besar daripada tenaga kerja yang
aman ketika bekerja (92,9%) daripada berperilaku memiliki persepsi negatif terhadap bahaya.
tidak aman (7,1%). Hasil uji Fisher menunjukkan Kesadaran berpengaruh signifikan terhadap
bahwa terdapat hubungan bermakna antara safe behavior yang ditunjukkan dengan nilai
kebutuhan keselamatan dengan safe behavior p (0,008) < 0,05. Nilai Odds Ratio (OR = 8,171)
tenaga kerja. Hal ini ditunjukkan dengan nilai berarti bahwa tenaga kerja yang memiliki kesadaran
p (0,002) < 0,05. baik kemungkinan akan berperilaku aman ketika
Responden yang pernah mendapatkan positive bekerja 8, 171 kali lebih besar daripada tenaga kerja
reinforcement dalam bentuk reward, kenaikan yang memiliki kesadaran yang kurang baik.
pangkat, maupun pujian dari atasan, lebih banyak Terpenuhinya kebutuhan keselamatan
yang berperilaku aman ketika bekerja (89,7%) berpengaruh signifikan terhadap safe behavior yang
daripada berperilaku tidak aman (10,3%). Hasil uji ditunjukkan dengan nilai p (0,003) < 0,05. Nilai
Fisher menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan Odds Ratio (OR = 16,233) berarti bahwa tenaga
bermakna antara positive reinforcement dengan safe kerja yang terpenuhi kebutuhan keselamatannya
behavior tenaga kerja. Hal ini ditunjukkan dengan kemungkinan akan berperilaku aman ketika bekerja
nilai p (0,748) > 0,05. 13,937 kali lebih besar daripada tenaga kerja yang
Responden yang pernah mendapatkan tidak terpenuhi kebutuhan keselamatannya.
punishment dalam bentuk sanksi administratif, Hasil analisis multivariat secara keseluruhan
pemotongan insentif, maupun sanksi lain yang dapat disajikan dalam bentuk persamaan regresi
124 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 2, No. 2 Jul-Des 2013: 119–129

sebagai berikut logit safe behavior = -2,363 kerja yang tidak menggunakan APD yang sesuai
+ 1,747* persepsi + 2,101* kesadaran + 2,635* dan benar, pengoperasian alat yang tidak sesuai dan
kebutuhan keselamatan. Berdasarkan persamaan benar, dan sikap kerja yang kurang baik, sehingga
tersebut, maka safe behavior tenaga kerja dapat diperlukan upaya untuk meningkatkan safe behavior
diperkirakan dengan variabel persepsi, kesadaran, tenaga kerja. Oleh karena itu, untuk mencapai
serta kebutuhan keselamatan. keselamatan kerja yang lebih baik, PT. Pupuk
Kalimantan Timur disarankan untuk melakukan
upaya-upaya yang berfokus pada peningkatan safe
PEMBAHASAN
behavior tenaga kerjanya.
Identifikasi Safe Behavior
Analisis Pengaruh Activator terhadap Safe
Menurut Geller (2001) terdapat dua pendekatan
Behaviour
dalam upaya meningkatkan keselamatan kerja baik
yang bersikap reaktif maupun proaktif. Reaktif Perilaku aman tenaga kerja ketika bekerja tidak
artinya upaya keselamatan ditelusuri dari perilaku terlepas dari peran manajemen. Menurut Cooper
tidak aman atau berisiko (at risk behavior) yang (2009) terdapat 5 jenis infrastruktur yang sebaiknya
berakibat pada kerugian. Proaktif artinya upaya disediakan oleh manajemen sebagai bentuk peran
keselamatan kerja ditelusuri dari perilaku aman manajemen dalam upaya meningkatkan perilaku
(safe behavior) yang menghasilkan suatu kesuksesan aman yang dirangkum sebagai berikut:
pencegahan kecelakaan kerja. Geller (2001) juga PT. Pupuk Kalimantan Timur memiliki dua tim
mengemukakan agar pencapaian behavioral safety untuk mengatur, mengembangkan, mendorong, dan
berhasil, akan lebih baik dengan menggunakan mendukung terciptanya safe behavior tenaga kerja.
pendekatan yang berupaya mendorong terjadinya Tim yang pertama adalah Tim Champion BBS yang
peningkatan safe behavior. Pendekatan proaktif bertugas menjalankan program BBS di perusahaan.
inilah yang mendasari dilakukannya penelitian Tim yang kedua adalah safety representatives yang
terhadap safe behavior tenaga kerja PT. Pupuk merupakan perwakilan seluruh tenaga kerja di setiap
Kalimantan Timur guna memprediksi faktor yang unit kerja. Safety representatives bertanggung jawab
dapat mendorong terjadinya peningkatan safe atas pengumpulan data perilaku aman dan perilaku
behavior. tidak aman tenaga kerja serta proses pengambilan
Upaya proaktif dinilai lebih efektif dalam tindakan korektif.
meningkatkan keselamatan kerja karena tidak Dukungan manajerial di PT. Pupuk Kalimantan
harus menunggu terjadinya unsafe behavior yang timur adalah salah satu wujud komitmen tinggi
berujung pada kerugian atau kecelakaan terlebih perusahaan dalam mencapai keselamatan kerja
dahulu. Teori tersebut didukung hasil penelitian yang lebih baik. Dukungan manajerial ini tercermin
Mulyana (2010) yang menemukan bahwa secara dari pembahasan terkait masalah K3 di setiap rapat
statistik terdapat hubungan antara safety behavior di seluruh unit kerja setiap harinya. Hasil rapat
dengan kecelakaan kerja di PT. X dan hubungan rutin yang diadakan setiap hari, permasalahan K3
tersebut bernilai negatif. Hasil penelitian Mulyana tidak pernah luput dari perhatian manajer termasuk
(2010) tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa juga mengenai safe behavior tenaga kerjanya,
safe behavior dapat mencegah atau mengurangi tindakan korektif pun segera di ambil untuk
terjadinya kecelakaan kerja. Berdasarkan hal mengatasi permasalahan K3 yang terjadi. PT. Pupuk
tersebut, safe behavior yang terbentuk pada tenaga Kalimantan Timur belum mengintegrasikan proses
kerja di PT. Pupuk Kalimantan Timur diharapkan perilaku berbasis keselamatan ke dalam arus utama
mampu mencegah atau mengurangi kecelakaan kerja sistem manajemen keselamatan.
di masa yang akan datang. Pencapaian tujuan dan keberhasilan
Berdasarkan hasil penelitian safe behavior meningkatkan perilaku aman dapat dicapai oleh
tenaga kerja PT. Pupuk kalimantan Timur diketahui PT. Pupuk Kalimantan Timur antara lain dengan
bahwa sebagian besar tenaga kerja telah berperilaku memakai hasil risk assessment atau job safety
aman. Meskipun demikian, masih ada tenaga kerja analysis untuk membuat checklist perilaku.
yang berperilaku tidak aman pada saat bekerja. Selama ini checklist yang digunakan oleh sefety
Hal ini dapat terjadi karena safe behavior belum representatives di setiap unit kerja hanya sebatas
terbentuk secara menyeluruh ke seluruh tenaga checklist untuk memeriksa kondisi lingkungan kerja,
kerja, terbukti dengan masih ditemukannya tenaga namun belum ada checklist untuk mengobservasi
Novita dan Denny, Analisis Pengaruh Activator dan… 125

perilaku aman dan perilaku tidak aman setiap tenaga bentuk teguran. Namun ketika tenaga kerja mematuhi
kerja di unit kerja secara spesifik. peraturan K3, atasan tidak pernah memberi
Langkah yang juga perlu dilakukan adalah perhatian dalam bentuk pujian atau penghargaan.
dengan memakai data mengenai hasil observasi Hal tersebut memungkinkan ketersediaan peraturan
perilaku aman dan perilaku tidak aman yang K3 dan kepatuhan tenaga kerja pada peraturan K3
dimaksud dalam poin (a.) untuk meningkatkan sistem menjadi tidak berpengaruh pada terciptanya safe
manajemen dan sistem teknis, risk assessments, job behavior tenaga kerja. Penelitian ini sejalan dengan
safety analysis dan SOP. penelitian yang dilakukan oleh Halimah (2010) yang
Hal yang juga penting dilakukan adalah dengan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
menghubungkan pelatihan keselamatan tenaga bermakna antara peraturan dengan perilaku aman.
kerja dengan catatan perilaku dan penilaian kinerja. Hasil serupa juga dikemukakan oleh Maaniya (2005)
Selama ini pelatihan dasar keselamatan tenaga dan Hendrabuwana (2007) yang menyatakan bahwa
kerja hanya dilakukan pada tenaga kerja baru tetapi tidak terdapat hubungan bermakna antara peraturan
kemudian tidak di follow up dengan catatan perilaku dengan perilaku aman dalam bekerja.
dan penilaian kinerja tenaga kerja tersebut. Hasil tersebut diperkuat oleh pendapat
Proses komunikasi sudah berjalan dengan Notoatmodjo (2012) yang mengemukakan bahwa
baik di PT. Pupuk Kalimantan Timur yang terbukti salah satu strategi perubahan perilaku adalah dengan
dengan safety campaign yang dibuat dalam bentuk menggunakan kekuatan atau kekuasaan misalnya
poster, slogan, dan logo keselamatan telah tersedia di peraturan dan perundangan yang harus dipatuhi oleh
seluruh lingkungan perusahaan. Komunikasi terkait tenaga kerja. Cara ini menghasilkan perilaku yang
permasalahan K3 juga dilakukan lewat situs PT. cepat, akan tetapi perubahan tersebut belum tentu
Pupuk Kalimantan Timur yang bisa diakses seluruh akan berlangsung lama karena perubahan perilaku
tenaga kerja dan juga melalui buletin K3 yang terbit yang terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran
setiap bulannya. sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Sumber daya yang perlu dialokasikan demi peraturan keselamatan PT. Pupuk Kalimantan Timur
terciptanya perilaku aman memiliki 2 kategori yaitu dapat membuat tenaga kerjanya bekerja dengan
manusia dan peralatan. PT. Pupuk Kalimantan Timur lebih aman namun hal tersebut tidak berpengaruh
telah mengalokasikan tenaga kerjanya dan membuat signifikan terhadap terciptanya peningkatan safe
tim yang bertugas mendorong, dan mendukung behavior dalam diri tenaga kerja karena perubahan
terciptanya safe behavior tenaga kerja. PT. Pupuk perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh
Kalimantan Timur juga selalu menyediakan kesadaran setiap tenaga kerja.
waktu untuk kepentingan safety terbukti dengan
diadakannya safety meeting setiap minggunya. Consequence
PT. Pupuk Kalimantan Timur menyediakan Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui
sumber daya peralatan yang berupa alat tulis kantor hipotesis tentang hubungan antara pengetahuan dan
dan barang elektronik kantor dan bebas digunakan safety behavior tidak terbukti. Hal ini dapat terjadi
secara cuma-cuma oleh seluruh tenaga kerja untuk karena tingkat pengetahuan yang dimiliki tenaga
keperluan kantor termasuk juga keperluan tim kerja tidak berada pada tingkatan yang paling tinggi,
Champion dan safety representatives. Tim Champion yaitu evaluasi. Bahkan mungkin tingkat pengetahuan
dan safety representatives pun tidak bekerja secara dari tenaga kerja belum sampai pada tingkatan
cuma-cuma karena telah disediakan anggaran bagi aplikasi, karena pada tingkat aplikasi tenaga kerja
upah mereka. seharusnya telah memiliki kemampuan dalam hal
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan menggunakan pengetahuan apa saja yang telah
bahwa hipotesis tidak terbukti. Hal ini dapat terjadi diketahui untuk diaplikasikan dalam kondisi atau
karena pada kenyataannya masih terdapat tenaga situasi sebenarnya dalam hal ini diaplikasikan dalam
kerja yang tidak mematuhi peraturan K3 yang telah perilaku aman saat bekerja.
ditentukan oleh perusahaan. Tenaga kerja hanya Hasil serupa juga didapatkan oleh Halimah
mematuhi peraturan karena takut terkena sanksi, (2010) yang mengemukakan bahwa tidak terdapat
tetapi belum didasari oleh kesadaran sendiri. perbedaan bermakna antara pengetahuan dengan
Perhatian dari atasan hanya dirasakan oleh tenaga perilaku aman. Pengetahuan yang baik tidak secara
kerja ketika tenaga kerja tidak mematuhi peraturan otomatis membuat tenaga kerja akan langsung
K3. Perhatian tersebut dirasakan tenaga kerja dalam menjadi berperilaku aman saat bekerja. Hal ini
126 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 2, No. 2 Jul-Des 2013: 119–129

juga terjadi pada pekerja konstruksi proyek Tiffany aman juga harus didukung perusahaan dengan
Apartemen yang diteliti oleh Annishia (2011). Para menciptakan lingkungan yang memfasilitasi
pekerja konstruksi tersebut dinilai sudah cukup terjadinya perilaku aman di tempat kerja.
memiliki pengetahuan yang baik mengenai perilaku Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
aman saat bekerja, tetapi tetap saja masih ditemukan hipotesis tidak terbukti. Hal ini dapat terjadi
para pekerja yang berperilaku tidak aman saat mungkin karena tidak terdapat dukungan dari
bekerja. perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang
Hasil penelitian menghasilkan suatu kesimpulan memfasilitasi terjadinya perilaku aman tersebut. Hal
bahwa peningkatan pengetahuan tidak berpengaruh ini juga dimungkinkan karena tenaga kerja gagal
signifikan terhadap safe behavior tenaga kerja, tetapi dalam memenuhi rasa puas terhadap faktor intrinsik
pengetahuan secara positif berhubungan dengan seperti keberhasilan mencapai sesuatu, diperolehnya
perilaku aman tersebut. Hasil penelitian ini diperkuat pengakuan, rasa tanggung jawab, kemajuan karier,
oleh pendapat Green (1980) yang menyatakan bahwa rasa profesionalitas dan intelektual. Motivasi yang
peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan tinggi tanpa dukungan perusahaan dan kemampuan
perubahan perilaku. Pengetahuan merupakan sesuatu dalam memenuhi faktor intrinsik akan sekedar
yang perlu tetapi bukan merupakan faktor yang menjadi motivasi tanpa aktualisasi yang dapat
cukup kuat sehingga seseorang berperilaku sesuai meningkatkan terciptanya safe behavior.
dengan pengetahuannya. Pendapat tersebut juga Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan
didukung oleh Notoatmodjo (2007) yang menyatakan hasil penelitian Halimah (2010) yang menyatakan
bahwa perubahan pengetahuan dan sikap seseorang bahwa terdapat hubungan bermakna antara motivasi
belum menjamin terjadinya perubahan perilaku. dengan perilaku aman. Selain itu, penelitian yang
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dilakukan oleh Karyani (2005) juga didapatkan
terdapat pengaruh signifikan antara persepsi terhadap hubungan bermakna antara motivasi dengan perilaku
bahaya dan risiko kecelakaan terhadap safe behavior aman dalam bekerja, di mana motivasi tenaga kerja
tenaga kerja. Hal ini dapat terjadi karena tenaga yang tinggi mempunyai peluang tiga kali lebih
kerja memiliki persepsi yang tepat terhadap bahaya besar untuk berperilaku aman dibanding dengan
dan risiko kecelakaan di lingkungan kerja mereka tenaga kerja yang mempunyai motivasi yang rendah.
sehingga tenaga kerja berperilaku aman untuk Demikian halnya penelitian yang dilakukan oleh
menghindari bahaya dan risiko kecelakaan kerja Haqi (2013) yang mengungkapkan bahwa tenaga
sebagaimana yang mereka persepsikan. Sebaliknya kerja yang memiliki motivasi yang kurang baik
apabila tenaga kerja memiliki persepsi yang tidak dalam mendukung upaya K3 berpengaruh terhadap
tepat, tenaga kerja hanya akan memikirkan pekerjaan terjadinya unsafe actions.
mereka dapat terselesaikan dengan cepat tanpa Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
memikirkan risiko dan bahaya kecelakaan, sehingga kesadaran berpengaruh signifikan terhadap safe
hal tersebut dapat berdampak pada terciptanya behavior tenaga kerja. Hal tersebut dikarenakan
perilaku tidak aman. tenaga kerja di PT. Pupuk Kalimantan telah memiliki
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat keinginan kuat untuk berperilaku aman yang timbul
Petersan (1998) yang mengemukakan bahwa seorang dari dalam diri mereka sendiri tanpa adanya paksaan
tenaga kerja cenderung melakukan perilaku tidak atau intervensi pihak lain. Kesadaran tersebut
aman dikarenakan beberapa hal antara lain adalah (1) membuat tenaga kerja berperilaku aman dalam
Tingkat persepsi yang buruk terhadap adanya bahaya bekerja dengan sendirinya, tanpa perlu pengawasan
atau risiko bahaya di tempat kerja; (2) Menganggap atau peringatan. Perilaku aman yang timbul akibat
remeh kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja; (3) kesadaran yang baik membuat perilaku tersebut
Menganggap remeh biaya yang harus dikeluarkan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila tenaga kerja
jika terjadi kecelakaan kerja. memiliki kesadaran yang kurang, perilaku aman
Menurut Sialagan (2008), faktor yang tenaga kerja tersebut hanya bersifat sementara
mendorong motivasi tenaga kerja adalah pemenuhan karena tenaga kerja masih merasa terpaksa dalam
rasa puas tenaga kerja terhadap faktor intrinsik berperilaku aman.
seperti keberhasilan mencapai sesuatu, diperolehnya Hasil penelitian tersebut senada dengan pendapat
pengakuan, rasa tanggung jawab, kemajuan karier, Notoatmodjo (2007), di mana perilaku yang didasari
rasa profesionalitas dan intelektual. Motivasi yang oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif
telah ada dalam diri tenaga kerja untuk berperilaku akan membuat perilaku tersebut bersikap langgeng.
Novita dan Denny, Analisis Pengaruh Activator dan… 127

Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari tempat kerja yang aman. Pemenuhan kebutuhan
oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku keselamatan tersebut terbukti berpengaruh signifikan
tersebut tidak akan berlangsung lama. Reason terhadap safe behavior tenaga kerja PT. Pupuk
(1997) juga mengemukakan bahwa tenaga kerja Kalimantan Timur.
hendaknya memiliki kesadaran untuk berperilaku Menurut Geller (2001), penghargaan atau
aman ketika bekerja sehingga risiko terjadinya reward merupakan penguatan positif yang diterima
kecelakaan kerja dapat diminimalisasi. Kesadaran tenaga kerja ketika melakukan perilaku seperti
untuk berperilaku aman ketika bekerja dapat yang diharapkan, sehingga tenaga kerja akan
diwujudkan dengan menggunakan perlengkapan cenderung melakukan perilaku yang diharapkan
keselamatan kerja dengan baik dan benar, menaati ketika mengetahui konsekuensi yang akan muncul.
peraturan dan prosedur yang berlaku, dan bekerja Tenaga kerja lebih memiliki perasaan positif jika ia
sesuai dengan tanggung jawabnya. Sering kali bekerja dengan tujuan untuk memperoleh sesuatu
tenaga kerja melakukan kesalahan dengan tidak ketimbang menghindari kesalahan atau hukuman.
menggunakan perlengkapan keselamatan, menyalah Hal ini didukung oleh Notoatmodjo (2010)
gunakan perlengkapan keselamatan, dan mengambil yang mengemukakan bahwa perubahan perilaku
jalan pintas dengan mengabaikan peraturan dan cenderung mudah terjadi jika dapat memberikan
rambu yang ada. keuntungan bagi individu yang bersangkutan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui pula Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
bahwa terpenuhinya kebutuhan keselamatan hipotesis tidak terbukti, yaitu pemberian positive
berpengaruh signifikan terhadap safe behavior reinforcement tidak berpengaruh signifikan
tenaga kerja. Hal ini dapat terjadi karena kebutuhan terhadap terciptanya safe behavior tenaga kerja
keselamatan tenaga kerja seperti peralatan di PT. Pupuk Kalimantan Timur. Hal ini mungkin
keselamatan, ketersediaan APD, waktu kerja yang dikarenakan tidak ada reward khusus apabila tenaga
cukup, dan tempat kerja yang aman telah terpenuhi, kerja berperilaku aman. Reward yang diberikan
sehingga kebutuhan yang telah terpenuhi tersebut oleh PT. Pupuk Kalimantan Timur kepada tenaga
membuat tenaga kerja merasa terlindungi dari kerja hanya diberikan jika tenaga kerjanya mampu
bahaya kecelakaan kerja di lingkungan kerjanya. mempertahankan safety record lima juta jam kerja
Perasaan terlindungi dari bahaya kecelakaan tanpa kecelakaan. Reward yang diberikanpun
kerja, yang akhirnya mendorong tenaga kerja tidak pasti yaitu menyesuaikan dengan keuangan
untuk berperilaku aman ketika bekerja untuk perusahaan. Dengan demikian, PT. Pupuk
mencapai tujuan keselamatan kerja yang lebih baik. Kalimantan Timur disarankan untuk membuat suatu
Sebaliknya tenaga kerja tidak dapat mewujudkan sistem penghargaan yang khusus diberikan apabila
perilaku aman yang diharapkan untuk mencapai tenaga kerja berperilaku aman ketika bekerja,
tujuan keselamatan kerja yang lebih baik karena sehingga tenaga kerja akan cenderung melakukan
tenaga kerja tidak merasa terlindungi dari bahaya perilaku yang diharapkan ketika mengetahui
kecelakaan kerja di lingkungan kerjanya akibat konsekuensi yang akan muncul.
kebutuhan keselamatannya tidak terpenuhi. Perasaan Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
tidak terlindungi dari bahaya kecelakaan kerja penelitian Helliyanti (2009) yang mengungkapkan
tersebut akhirnya membuat hilangnya dorongan bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan
untuk mewujudkan perilaku aman ketika bekerja. bermakna antara adanya reward dan tidak adanya
Hasil tersebut menunjukkan kesesuaian dengan reward terhadap perilaku tidak aman. Hasil
teori yang dikemukakan oleh Robbins dan Coulter ini bertolak belakang dengan penelitian yang
(2007) bahwa perilaku tertentu dapat terwujud dilakukan oleh Syaaf (2008) yang menghasilkan
ketika seseorang telah memenuhi kebutuhannya. kesimpulan bahwa pengaruh penghargaan dalam
Sehingga untuk mewujudkan perilaku aman dalam membentuk perilaku aman cukup kuat, hal tersebut
bekerja, perusahaan harus melakukan hal atau dikarenakan dengan adanya sistem penghargaan
upaya yang dapat memenuhi kebutuhan keamanan maka akan menjadi suatu motivasi tenaga kerja
dan keselamatan kerja setiap tenaga kerjanya. PT. untuk berperilaku aman dan melaksanakan pekerjaan
Pupuk Kalimantan Timur telah memenuhi kebutuhan dengan senang.
keselamatan setiap tenaga kerjanya dalam bentuk Menurut Roughton (2002) hukuman tidak hanya
peralatan keselamatan, ketersediaan APD, waktu berorientasi untuk menghukum tenaga kerja yang
kerja yang cukup untuk bekerja dengan aman, dan melanggar peraturan, melainkan sebagai control
128 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 2, No. 2 Jul-Des 2013: 119–129

terhadap lingkungan kerja sehingga tenaga kerja berada pada kategori usia 50–59 tahun, berjenis
terlindungi dari insiden. Menurut Geller (2001), kelamin laki-laki, memiliki latar belakang pendidikan
hukuman yang baik adalah konsekuensi yang SMA, telah bekerja selama 21–30 tahun, dan bekerja
bersifat soon-certain-negative. Hal ini berarti di area pabrik. Hasil penelitian juga menunjukkan
efek dari hukuman dapat langsung dirasakan oleh bahwa terdapat peran manajemen dalam memenuhi
tenaga kerja ketika tidak berperilaku seperti yang infrastruktur yang mendukung upaya meningkatkan
diharapkan. perilaku aman, sebagian besar tenaga kerja patuh
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terhadap peraturan K3, memiliki persepsi positif
hipotesis tidak terbukti, yaitu punishment yang mengenai bahaya dan risiko kecelakaan kerja di
diberikan oleh PT. Pupuk Kalimantan Timur lingkungan kerja, memiliki tingkat pengetahuan,
kepada tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan motivasi, dan kesadaran yang baik, serta telah
terhadap safe behavior tenaga kerja. Hal ini terpenuhi kebutuhan keselamatannya. Sebagian
dimungkinkan karena punishment tersebut tidak besar tenaga kerja pernah mendapatkan positive
dapat langsung dirasakan oleh tenaga kerja ketika reinforcement dan punishment sebagai konsekuensi
tenaga kerja tersebut tidak berperilaku aman. PT. berperilaku aman dan tidak berperilaku aman dalam
Pupuk Kalimantan Timur mengetahui tenaga kerja bekerja.
yang berperilaku tidak aman dari hasil inspeksi Sebagian besar tenaga kerja di PT. Pupuk
mendadak yang dilakukan sebulan sekali. Tetapi Kalimantan Timur telah melakukan safe behavior
PT. Pupuk Kalimantan Timur belum melakukan dalam bekerja. Activator yang berpengaruh
observasi secara mendalam dan terus menerus signifikan terhadap safe behavior tenaga kerja yaitu
terhadap perilaku tenaga kerja ketika bekerja setiap persepsi terhadap bahaya dan risiko kecelakaan kerja
harinya. Sehingga kemungkinan tenaga kerja yang di lingkungan kerja, kesadaran untuk berperilaku
berperilaku tidak aman namun luput dari pemberian aman ketika bekerja, dan kebutuhan keselamatan
punishment akan semakin besar. Oleh karena itulah (safety needs), sementara consequence (positive
punishment yang telah diatur oleh perusahaan tidak reinforcement dan punishment) tidak memiliki
dapat dirasakan langsung oleh tenaga kerja yang pengaruh signifikan terhadap safe behavior tenaga
berperilaku tidak aman ketika bekerja. Dengan kerja.
demikian, PT. Pupuk Kalimantan Timur disarankan
untuk mengadakan observasi terhadap perilaku
DAFTAR PUSTAKA
tenaga kerja ketika bekerja secara konsisten dan
terus-menerus, sehingga apabila ditemukan tenaga Annishia, F.B. 2011. Analisis Perilaku Tidak Aman
kerja yang berperilaku tidak aman ketika bekerja Pekerja Konstruksi PT. PP (Persero) di Proyek
dapat merasakan langsung konsekuensi dari Pembangunan Tiffany Apartemen Jakarta Selatan
perilakunya. Hal ini ditujukan agar tenaga kerja Tahun 2011. Skripsi. Jakarta; FKIK UIN
tidak mengulangi lagi perilaku tidak aman ketika Cooper, D. 2009. Behavioral Safety A Framework
bekerja karena merasakan langsung punishment for success. Indiana: BSMS Inc.
yang diterima akibat tidak berperilaku aman. DuPont Company. 2005/Not Walking The Talk:
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil DuPonts’s Untold Safety Failures. http://assets.
penelitian Helliyanti (2009) yang mengungkapkan usw. org/resources/hse/resources/Walking-the-
bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan Talk-Duponts-Untold-Safety-Failures. pdf. (sitasi
bermakna antara adanya punishment dan tidak tanggal 16 Juni 2013)
adanya punishment terhadap perilaku tidak Geller, E.S. 2001. The Psychology of Safety
aman. Hasil yang sama juga didapatkan oleh Handbook. USA: Lewis Publisher
Syaaf (2008) yang mengemukakan bahwa sanksi Green, L. 1980. Health Education Planning, A
yang diberlakukan oleh pihak unit usaha tidak Diagnostic Approach. California: Mayfield
berpengaruh signifikan terhadap perilaku tidak aman Publishing
tenaga kerja. Halimah, S. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Aman Karyawan di Area Produksi PT.
SIM Plant Tambun II Tahun 2010. Skripsi.
KESIMPULAN
Jakarta; FKIK UIN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat Haqi, D.N. 2013. Analisis Penyebab Unsafe Action
disimpulkan bahwa sebagian besar tenaga kerja dengan Pendekatan Human Factor Analysis and
Novita dan Denny, Analisis Pengaruh Activator dan… 129

Classification System. Tesis. Surabaya; FKM Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Universitas Airlangga Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Helliyanti, P. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan Petersan, D. 1998. Safety Management A Human
dengan Perilaku Tidak Aman di Departemen Approach. New York: Profesional and Academic
Utility and Operation, PT. Indofood Sukses Publisher Gohsen Aloray Inc.
Makmur Tbk. Divisi Bogasari Flours Mills Tahun Reason, J. 1997. Managing The Risks of Organizational
2009. Skripsi. Depok: FKM UI Accident. Brookfield, VT: Ashgate
Hendrabuwana, L.O. 2007. Faktor-Faktor yang Robbins, S.P., and Coulter M. 2007. Manajemen,
Berhubungan dengan Perilaku Bekerja Selamat Edisi Kedelapan. Jakarta: PT Indeks
Bagi Pekerja di Departemen Cor PT. Pindad Roughton, J. 2002. Developing on Effective
Persero Bandung Tahun 2007. Skripsi. Depok; Safety Culture: A Leadership Approach. USA:
FKM UI Butterworth Heinnemann
Karyani, 2005. Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sialagan, Togar, 2008. Analisis Faktor-faktor yang
Perilaku Aman (Safe behavior) di Schlumberger Berkontribusi pada Perilaku Aman di PT - EGS
Indonesia Tahun 2005. Tesis. Depok; FKM UI Indonesia Tahun 2008. Tesis. Depok: FKM UI.
Maaniya, Imam, 2005. Faktor-faktor yang Suizer, A.B. 1999. Safety Behavior: Fewer Injuries?.
Berhubungan dengan Tindakan Tidak Aman Jakarta: Balai Pustaka
(Unsafe Act/Substandard Practice) Pekerja di Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan Keselamatan
Bagian Press PT. YIMM Tahun 2005. Tesis. Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV.
Depok: FKMUI. Haji Masagung
National Safety Council, 2011. Injury Facts, 2011 Syaaf, F.M. 2008. Analisis Perilaku Berisiko (At-Risk
Edition. Itasca, IL: Author Behavior) pada Pekerja Unit Usaha Las Sektor
Notoatmodjo. 2012. Pendidikan dan Perilaku Informal di Kota X Tahun 2008. Skripsi. Depok;
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta FKM UI
Notoatmodjo, 2010. Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat - Jakarta: Rineka Cipta.

Вам также может понравиться