Вы находитесь на странице: 1из 11

Bab 1

Ruang lingkup
akuntansi biaya
A. Pendahuluan
Akuntansi biaya adalah proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya produksi dan
penjualan produk/jasa, dengan cara-cara yang kritis dan
sistematis, serta melakukan interpretasi terhadapnya (Mulyadi,
2014, p. 23). Akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan
informasi mengenai biaya, untuk digunakan sebagai
pertimbangan untuk mengambil keputusan oleh pihak-pihak
yang berkepentingan.
B. Akuntasi Biaya, Akuntasi Keuangan, dan Akuntansi Manajemen
Sejauh ini akuntansi terbagi menjadi dua tipe yakni
akuntansi keuangan, dan akuntansi manajemen. Seperti
namanya, akuntansi keuangan menyajikan informasi-informasi
yang berhubungan dengan keuangan, sedangkan akuntansi
manajemen menyajikan informasi yang berhubungan dengan
manajemen perusahaan. Kedua akuntansi ini pasti dijumpai
dalam satu peusahaan, oleh karena itu, seorang akuntan
perusahaan dituntut untuk bisa menyajikan dua macam laporan,
yaitu laporan keuangan (financial statement) dan laporan untuk
pihak manajemen.
Akuntansi biaya merupakan bagian dari dua tipe
akuntansi tersebut. Pada satu sisi akuntansi biaya diperlukan
untuk menyusun laporan keuangan, namun di sisi lain akuntansi
biaya merupakan bahasan yang paling menarik bagi pihak
manajemen. Jadi singkatnya, akuntansi biaya merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari dua tipe akuntansi, yaitu akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen, karena baik dalam
penyusunan laporan keuangan maupun laporan manajemen
akuntansi biaya sangat dibutuhkan.
C. Akuntansi Biaya dan Objeknya
Objek utama dalam akuntansi biaya adalah biaya (cost).
Bisa dikatakan bahwa biaya adalah objek yang dicatat,
digolongkan, diringkas, lalu kemudian disajikan. Oleh karena itu,
pengetahuan mengenai biaya sangat diperlukan.
Dalam praktiknya, biaya yang harus ditanggung oleh
sebuah perusahaan sangat banyak jenisnya. Selain banyak
jenisnya, biaya-biaya yang ditanggung oleh perusahaan harus
dipertanggungjawabkan dalam laporan laba rugi. Karena hal itulah
akuntansi biaya hadir. Tugas dari akuntansi biaya memberikan
pos-pos untuk golongan-golongan biaya tententu secara
sistematis, agar mudah dalam interpretasinya.
Selain tujuan penyajian, akuntansi biaya juga mengemban
fungsi pengendalian. Biaya yang sangat banyak jenisnya tadi juga
harus dievaluasi dan dikendalikan agar terjadi efisiensi biaya
dalam perusahaan. Karena alasan-alasan itu, peran akuntansi
biaya dalam sebuah perusahaan sangat penting. Bahkan tak
jarang pula perushaan yang sengaja mempekerjakan orang-orang
yang khusus menangani akuntansi biaya dalam perusahaannya.
Bab 2

BIAYA, klasifikasi, dan


Pengumpulannya
A. Pengertian Biaya
Biaya (expense) dapat diartikan secara luas sebagai
pengorbanan sumber ekonomi, dinyatakan dalam satuan uang,
yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk
tujuan tertentu (Mulyadi, 2014, p. 8). Dalam akuntansi juga
dikenal istilah kos (cost), yaitu pengorbanan sumber ekonomi
yang digunakan untuk memperoleh aktiva (Mulyadi, 2014, p. 9).
Pada akhinya kos akan menjadi biaya ketika aktiva itu digunakan
untuk kegiatan perusahaan, karena terdepresiasi. Jadi, yang
sesungguhnya menjadi biaya hanya aktiva yang terdepresiasi itu
saja, bukan keseluruhan aktiva. Untuk lebih jelasnya perhatikan
skema berikut:

Terdepresiasi
Kos 3 jt
5.000.000
5.000.000

Membeli
mesin.

B. Klasifikasi Biaya
Biaya digolongkan dengan kaidah “different cost for
different purpose”, artinya biaya itu digolongkan berdasarkan
tujuan dikeluarkannya biaya tersebut. Berdasarkan objeknya,
biaya dapat digolongkan menjadi banyak sekali. Biaya asuransi, biaya
bahan bakar, biaya bahan baku, dan lain sebagainya adalah contoh
penggolongan biaya berdasarkan objeknya.
Berdasarkan fungsinya, biaya dapat digolongkan menjadi
biaya produksi dan biaya nonproduksi. Biaya produksi ialah biaya
yang dikeluarkan untuk memproduksi barang, terdiri dari biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
Sedangkan biaya nonproduksi adalah biaya yang dikeluarkan
untuk kegiatan nonproduksi, terdiri dari biaya pemasaran, dan
biasa administrasi dan umum.
Berdasarkan hubungannya dengan objek, biaya dapat
digolongkan menjadi biaya langsung dan tidak langsung. Biaya
langsung yaitu biaya yang memiliki hubungan langsung (direct)
dengan objek, sehingga mudah ditelusuri. Contohnya biaya bahan
baku, kita pasti bisa mengestimasi besarnya biaya bahan baku
untuk segelas es teh. Itulah bukti bahwa biaya bahan baku
merupakan biaya langsung. Sedangkan biaya tidak langsung
merupakan biaya yang memiliki hubungan tidak langsung
(indirect) dengan objek yang dibiayai, sehingga sulit untu
menelusurinya. Contohnya, biaya penyusutan yang dibebankan
pada sebuah mesin pencetak di percetakan, yang kemudian kita
kenal dengan istilah biaya overhead pabrik. Kita tidak bisa tahu
berapa biaya yang dibebankan terhadap satu eksemplar buku atas
penggunaan mesin pencetak itu.
Berdasarkan pola perilaku biaya terhadap volume
produksi, biaya dibedakan menjadi tiga, yaitu biaya tetap, biaya
variabel, dan biaya campuran. Biaya tetap (fixed cost) ialah biaya
yang tidak memiliki hubungan dengan volume produksi. Berapaun
besar volume produksinya, jumlah biayanya tetap. Contoh, BIaya
pajak bumi dan bangunan, biaya depresiasi gedung, dan lain-lain.
Biaya variabel yaitu biaya yang memiliki hubungan lurus dan
proporsional dengan volume produksi. Semakin tinggi volume
produksi, semakin tinggi pula jumlah biayanya, tetapi berubahnya
secara proporsional. Contohnya, biaya bahan baku. Semakin
banyak hasil produksi yang diinginkan, semakin besar pula biaya
bahan baku yang harus ditanggung. Biaya campuran adalah biaya
yang memiliki hubungan dengan volume produksi, tetapi tidak
proporsional. Ia tetap memiliki jumlah meskipun prusahaan tidak
berproduksi, tetapi pada kondisi tertentu, ia akan bertambah
tetapi tidak proporsional. Contohnya biaya gaji biaya pemasaran,
ia tetap digaji meskipun penjualannya sedang minimun, tetapi ia
akan mendapat insentif ketika bisa memasarkan lebih banyak
produk.
Jadi, tujuan diklasifikasikannya biaya adalah untuk
memudahkan analisis dan interpretasi terhadap biaya. Dengan
digolongkannya biaya menjadi banyak golongan, pihak
manajemen akan lebih mudah mengawasi dan mengontrol biaya.
Seandainya biaya tidak dipilah-pilah, pihak manajemen akan
kebingungan ketika hendak menekan biaya karena semua biaya
menjadi satu. Ketika biaya dipilah-pilah pihak manajemen akan
lebih mudah menentukan biaya mana yang akan ditekan. Biaya
yang kurang berpengaruh terhadap kegiatan operasional
perusahaan akan dikurangi agar terjadi efisiensi biaya.
C. Metode Pengumpulan Biaya
Sebelum mengenal metode pengumpulan biaya, dalam
memproduksi dan memasarkan barang, ada dua macam kos yaitu
kos produksi, dan kos produk. Kos produk adalah seluruh
pengorbanan yang diperlukan untuk mengolah bahan baku
menjadi barang jadi. Sedangkan kos produk adalah seluruh
pengorbanan yang dilakukan oleh perusahaan dari mulai
pengolahan hingga barang tersebut laku dijual. Secara matematis,
kos produksi dan kos produksi dirumuskan sebagai berikut:
𝐾𝑜𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
𝐾𝑜𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 + 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

Dalam mengumpulkan biaya, ada dua pandangan dalam


akuntansi. Pertama berpandangan bahwa dalam menentukan kos
produk, perlu adanya pemisahan antara biaya variabel dan biaya
tetap atau lebih terkenal dengan istilah variable costing. Kedua
berpandangan bahwa tidak perlu danya pemisahan antara biaya
yang bersifat variabel maupun yang bersifat tetap (fix cost) atau
lebih terkenal dengan istilah full costing. Untuk lebih jelasnya
perhatikan skema laba-rugi berikut:

Laporan Laba-rugi Laporan Laba-rugi


Metode Full Costing Metode Variable Costing
Penjualan xx Penjualan xx
Kos produk: Total Kos (v):
Biaya ..... xx B. prod. (V) xx
Biaya ..... xx B. Nonprod (v) xx
Biaya ..... xx Total xx
Total kos produk xx Laba kontribusi xx
Laba/rugi xx Total Kos (fix):
B. Prod. (f) xx
B. Nonprod (f) xx
Total xx
Laba Bersih xx

Baik sistem biaya variabel maupun sistem biaya tetap,


keduanya akan menghasilkan saldo laba yang sama, hanya saja
dalam metode variabel costing lebih komprehensif, tetapi
terkadang menyalahi prinsip umum akuntansi (matching concept).
Sehingga, metode biaya variabel hanya digunakan untuk kalangan
intern perusahaan, untuk keperluan ekstern perusahaan akan
menggunakan metode biaya penuh.
Biaya Bahan Baku
A. Pengertian Biaya Bahan Baku
Baiaya bahan baku adalah jumlah seluruh bahan baku
yang dikorbankan untuk membuat sebuah produk. Pada
awalnya, perusahaan manufaktur membeli bahan baku, lalu
disimpan terlebih dahulu di dalam gudang diakui sebagai
persediaan, lalu ketika bahan baku tersebut digunakan untuk
memproduksi baru diakui sebagai biaya bahan baku. Sepanjang
bahan baku itu belum digunakan untuk produksi, maka belum
diakui sebagai biaya bahan baku.
B. Menghitung Biaya Perolehan Bahan Baku
Biaya perolehan bahan baku adalah biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku, termasuk biaya
angkut, dan baiaya lain selain harga faktur. Kebanyak
perusahaan lebih memilih menggunakan harga faktur menjadi
harga perolehan, daripada harus menjumlahkannya dengan
biaya-biaya lain. Selain alasan praktis, ada beberapa alasan lain
yang mendasari tidak dimasukkannya biaya lain-lain ke dalam
harga perolehan bahan baku anatara lain sebagai berikut:
1. Biaya selain harga faktur biasanya jumlahnya tidak
material untuk dimasukkan ke dalam biaya perolehan.
Bayangkan saja saat perusahaan membeli kertas seharga
Rp. 40.000.000,00 yang dibebani biaya angkut
Rp.200.000,00, hal ini justru semakin memperumit
penghitungan.
2. Biaya selain harga faktur tergolong ke dalam biaya tidak
langsung, karena biasanya biaya itu dinikmati oleh
beberapa bahan baku sekaligus. Oleh karena itu, biaya-
biaya itu bisa dimasukkan ke dalam biaya overhead pabrik,
sepanjang jumlahnya tidak maetriil.
Jadi singkatnya, dalam menentukan biaya perolehan,
perusahaan cenderung memilih harga faktur yang dijadikan
harga perolehan, sedangkan biaya lain-lainya dimasukkan ke
dalam biaya overhead pabrik.
Biaya perolehan bahan baku harus diketahui biaya per
unitnya agar mudah dalam menelusuri. Untuk membantu
pencatatan, baiasanya perusahaan menggunakan kartu
persediaan bahan baku yang dipegang oleh bagian gudang.
C. Menghitung Biaya Bahan Baku
Ada dua macam cara mencatat pengeluaran bahan
baku, yaitu metode perpetual, dan metode fisik. Metode
perpetual mengharuskan mencatat secara rinci setiap terjadi
pengeluaran bahan baku. Sedangkan metode fisik hanya
melakukan penghitungan fisik di akhir periode lalu
membandingkannya dengan persediaan awal. Secara sekilas
kedua metode ini persis dengan perlakuan persediaan dalam
perusahaan dagang. Dalam penerapannya, metode perpetual
lazim digunakan oleh perusahaan yang berproduksi berdasarkan
pesanan, sedangkan metode fisik lazim digunakan oleh
perusahaan yang berproduksi secara kontinyu.
Dalam menghitung biaya bahan baku juga ada 4 macam
metode, yaitu FIFO (Fisrt in First out), LIFO (Last In First Out),
Metode rata-rata bergerak, serta metode identifikasi khusus.
Jika anda sudah paham mengenai metode-metode tersebut
dalam perusahaan dagang, anda tidak akan kesulitan dalam
memahami metode menghitung bahan baku. Dalam praktiknya,
aliran bahan baku dalam pencatatan tidak harus sama dengan
aliran fisiknya. Metode-metode di atas hanyalah anggapan saja.
D. Perlakuan Akuntansi Terhadap Bahan Baku
Saat Pembelian
Persediaan Bahan Baku xxx
Utang Dagang/Kas xxx
Saat Pemakaian
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku xxx
Persediaan Bahan Baku xxx
Saat pengembalian karena kelebihan order pemakaian
Persediaan Bahan Baku xxx
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku xxx
E. Contoh Perhitungan
PT Ananda adalah perusahaan yang memproduksi sepatu. Berikut
ini adalah transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku selama
bulan Januari 2001:
1 Jan Persediaan bahan baku seharga Rp. 70 sebanyak 100 unit.
15 Jan Membeli bahan baku seharga Rp. 80 sebanyak 200 unit.
17 Jan Memakai bahan baku sebanyak 150 unit.
19 Jan Membeli bahan baku sebanyak 170 unit seharga Rp. 60.
23 Jan Memakai bahan baku sebanyak 200 unit.

Buatlah kartu persediaan yang dipegang bagian gudang PT Ananda,


jika PT. Ananda menggunakan metode perpetual, FIFO kemudian
catatlah perlakuan akuntansinya.

Pemasukan Pemakaian Sisa


Tgl.
Hrg unit Tot. Hrg. Unit Tot. Hrg Unit. Tot.
1 70 100 7.000
15 80 200 16.000 70 100 7000
80 200 16000
23.000
17 70 100 7000 80 150 12.000
80 50 4000
11.000
19 60 170 10200 80 150 12000
60 170 10200
22200
23 80 150 12000 60 120 7200
60 50 3000
15000

Jurnal
15 Jan Persediaan Bahan Baku Rp. 16.000
Utang Dagang Rp. 16.000
17 Jan Barang dlm Proses-Biaya Bahan Baku Rp. 11.000
Persediaan Bahan Baku RP. 11.000
19 Jan Persediaan Bahan Baku Rp. 10.200
Utang Dagang Rp. 10.200
23 Jan Barang dlm Proses- Biaya Bahan Baku Rp. 15.000
Persediaan Bahan Baku Rp. 15.000
Biaya Tenaga Kerja

Вам также может понравиться