Вы находитесь на странице: 1из 15

PENDAHULUAN

Kejang demam / Step adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan
suhu tubuh (suhu rectal di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses
ektrakranium ( = di luar rongga tengkorak). Kejang tersebut biasanya timbul pada
suhu badan yang tinggi (demam). Demamnya sendiri dapat disebabkan oleh
berbagai sebab, tetapi yang paling utama adalah infeksi. Demam yang disebabkan
oleh imunisasi juga dapat memprovokasi terjadinya kejang demam. 1

Kejang demam sangat tergantung kepada umur, 85% kejang pertama sebelum
berumur 4 tahun, terbanyak diantara 17-23 bulan. Hanya sedikit yang mengalami
kejang demam pertama sebelum berumur 5-6 bulan atau setelah berumur 5-8
tahun. Sebanyak 2-5 % anak-anak yang berumur < 5 tahun pernah mengalami
kejang disertai demam. Biasanya setelah berumur 6 tahun pasien tidak kejang
demam lagi, walaupun pada beberapa pasien masih dapat mengalami sampai
umur lebih dari 5-6 tahun.1
Etiologi terjadinya kejang demam belum diketahui secara pasti. Tapi
karena kejang demam terjadi karena diawali adanya proses peningkatan suhu
(demam), maka disini hanya dihubungkan dengan penyakit yang menunjukkan
gejala demam, yaitu: demam sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas,
radang telinga tengah, infeksi saluran cerna, infeksi saluran kemih, dan lain-lain.4

Penatalaksana medis menurut Livingston (2001) penatalaksanaan medis


ada:
a) Menghentikan kejang secepat mungkin, diberikan antikonvulsan secara
intravena jika klien masih kejang.
b) Pemberian oksigen
c) Penghisapan lendir kalau perlu
LAPORAN KASUS

Seorang anak laki-laki berusia 2 tahun 8 bulan, berat badan 11 kg, panjang
badan 81 cm, kebangsaan Indonesia, tinggal di BTN Puskud, masuk rumah sakit
tanggal 10 Mei 2014, tanggal pemeriksaan 12 Mei 2015.

ANAMNESIS (diberikan oleh ibu penderita)


Keluhan utama
Kejang

Riwayat Penyakit Sekarang


kejang terjadi 1 x sebelum masuk rumah sakit, kejang ditandai dengan mata
keatas, tangan dan kaki kaku dan tidak menangis. Kejang berlangsung sekitar 15
menit dan ini kejang pertama kali dialami. Setelah kejang pasien sadar. Sebelum
kejang anak mengalami demam, demam terjadi + 15 jam sebelum kejang. Anak
telah diberikan obat penurun panas tapi demam tidak turun. Muntah 2 kali
dirumah, batuk tidak ada, beringus tidak ada, sesak tidak ada, mimisan tidak ada,
gusi berdarah tidak ada, menggigil tidak ada. BAB dan BAK lancar.
Riwayat penyakit terdahulu
Pasien pernah mengalami panas, batuk/pilek.

Riwayat penyakit dalam keluarga


Tidak ada keluarga yang menderita penyakit dengan yang sama.

Riwayat kehamilan dan persalinan


Riwayat ANC lengkap
Riwayat sakit waktu hamil tidak ada
Riwayat hipertensi selama kehamilan tidak ada
Riwayat natal : Anak ini lahir spontan di rumah sakit bersalin swasta dengan berat
badan lahir 3200 gram sedangkan panjang badan lahir 49 cm. Saat lahir anak ini
langsung menangis, tidak ada sianosis dan gerak aktif.
Riwayat perkembangan
Tengkurap : 3 bulan
Duduk : 7 bulan
Merangkak : 9 bulan
Berdiri : 11 bulan
Berjalan : 1 tahun

Anamnesis makanan terperinci


Usia Riwayat makanan
0-3 bulan ASI
3 bulan – 6 bulan Susu Formula
6 bulan sampai – 9 bulan Bubur Susu + Susu Formula
9 bulan – 11 bulan Bubur Saring + Susu formula
11 bulan – 12 bulan Bubur + Susu
12 bulan- Sekarang Nasi + Sayur + Ikan + Susu Formula
Selama perawatan Nasi + Sayur + Ikan + Tahu + Tempe
+ Telur + Susu Formula

Riwayat Imunisasi
Lengkap yaitu:
BCG: 1 kali (usia 2 bulan)
Polio: 4 kali (usia 0,2,4,6 bulan)
DTP: 3 kali (usia 2,4,6 bulan)
Campak: 1 kali (usia 9 bulan)
Hepatitis B: 3 kali (usia 0,1,6 bulan)
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Sakit Sedang, kesadaran kompos mentis


Status Gizi : BB=11 kg
PB = 81 cm
TB= PB-0.5 cm= 99.5%
BB/U%= 11/12 x 100%= 93.33%  Gizi Baik
TB/U%= 81/84 x 100%= 96,42%
Tanda Vital : Nadi = 106x/menit
Respirasi = 28x/menit
Suhu = 38.7°c
Kepala : Normocephal
Muka : Simetris Kiri=Kanan
Rambut : Hitam, sukar dicabut
Telinga : Sekret tidak ada
Mata : Konjungtiva tidak anemis kiri dan kanan
Sklera tidak ikterik kiri dan kanan
Pupil isokor
Hidung : Tidak ada sekret
Mulut : Bibir biasa, sianosis dan pucat tidak ada. Lidah kotor tidak
ada
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Tidak ada pembesaran tiroid
JVP R5+1 cm H2O
Massa lain tidak ada
Paru-paru : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, retraksi sela iga tidak
ada, palpasi tidak teraba massa, perkusi sonor, auskultasi
broncovesikuler, ronki dan wheezing tidak terdengar.
Jantung : Iktus kordis tidak terlihat dan teraba pada ICS V linea mid
clavicularis sinistra, batas jantung normal, BJ I & II murni
reguler.
Abdomen : Bentuk kesan cembung, mengikuti gerak napas, peristaltik
terdengar kesan normal, perkusi tympani, hati dan lien
tidak teraba.
Genitalia : Edema tidak ada
Anggota Gerak : Atas : tidak ada edema, tonus otot normal, akral hangat
Bawah : tidak ada edema, tonus otot normal, akral hangat

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
DL Tgl 10/05/2014 Tgl 13/05/2014
WBC 8.9 x 103/mm3 5.8 x 103/mm3
HGB 11.1 mg/dl 13.3 mg/dl
HCT 33.8 % 30.3 %
PLT 258 x 103/mm3 394 x 103/mm3

Diagnosis Kerja: Diare Tanpa Dehidrasi

Penatalaksanaan :
a. Non-medikamentosa:
 Edukasi orang tua agar memposisikan anak miring dengan leher ekstensi
sehingga secret dapat keluar melalui mulut saat kejang.
 Edukasi orang tua agar melakukan pendinginan dengan melepas pakaian
dan selimut yang terlalu tebal saat anak kejang
 Edukasi orang tua agar waspada saat anak mulai demam

b. Medikamentosa:
 IVFD RL 20 tetes/menit
 Inj Ceftriaxone 500mg/12j/iv (Skin Test Cocok)
 Inj Dexamethasone ½ ampul/8j/iv
 PCT 4 x 1 cth (Kalau perlu)
 Stesolid Syrup 3x ½ cth (Kalau perlu)
 B-comp 2x1 tab
Pada pasien ini didiagnosis kejang demam sederhana karena terdapat demam
sebelum kejang terjadi. Kejang terjadi selama < 15 menit (+ 3 menit), kejang
ditandai dengan mata tinggi dan kedua tangan dan kaki menguat. Kejang hanya
satu kali di rumah. Kejang ini pertama kali dialami oleh anak. Kejang demam
sederhana adalah kejang yang ditandai dengan kejang yang berlangsung < 15
menit, kejang bersifat umum tonik dan atau klonik, kejang timbul dalam 16 jam
pertama setelah timbulnya demam, pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah
kejang normal, pemeriksaan EEG yang dibuat setelah 1 minggu sesudah suhu
normal tidak menunjukkan kelainan, dan frekuensi bangkitan kejang dalam 1
tahun tidak melebihi 4 kali. Sedangkan kejang demam kompleks adalah kejang
yang terjadi > 15 menit, kejang berulang dalam 24 jam (diantara 2 bangkitan
kejang anak sadar), Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum di
dahului kejang parsial.1,2,3

Etiologi terjadinya kejang demam belum diketahui secara pasti. Tapi


karena kejang demam terjadi karena diawali adanya proses peningkatan suhu
(demam), maka disini hanya dihubungkan dengan penyakit yang menunjukkan
gejala demam, yaitu: demam sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas,
radang telinga tengah, infeksi saluran cerna dan infeksi saluran kemih.4 Pada
kasus ini terjadinya demam karena adanya infeksi yang ditandai dengan hasil
laboratorium leukosit yang tinggi.

Mekanisme terjadinya kejang demam, terbagi atas dua proses sebagai


berikut:1,2,3

1. Mekanisme demam5
Demam merupakan suatu respon tubuh terhadap suatu benda asing atau
merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeliminasi
mikroorganisme. Demam terjadi karena terdapatnya zat pyrogen yang
menyebabkan perubahan set point di hypothalamus (pengatur suhu). Zat
pyrogen ini terdiri atas dua, yaitu zat pyrogen endogen dan zat pyrogen
eksogen. Zat pirogen endogen adalah zat yang dihasilkan sitokin pirogenik (IL-
1α, 1β, IL 6, IL-8, IL-11, INF-α, INF-γ, TNF-α, TNF-β) dan proses inflamasi,
trauma, nekrosis jaringan, kompleks Ag-Ab (produksi IL-1, TNF-α) dan/atau
IL-6 dan zat pyrogen eksogen adalah zat yang dihasilkan dari Produk mikroba,
toksin mikroba gram negatif dan Enterotoksin bakteri gram positif
(stafilokokkus aureus, streptokokkus grup A & B).

Demam terjadi jika ada mikroorganisme yang invasi ke dalam tubuh,


kemudian mikroorganisme tersebut akan di fagositosis oleh makrofag dan
menghasilkan zat pirogen eksogen. Zat pirogen tersebut akan memyebabkan
perubahan pada set point di Hypothalamus. Zat pirogen tersebut akan dibawah
menuju ke hypothalamus melalui pembuluh darah langsung ke hypothalamus,
kemudian akan menyebabkan pelepasan dari norepinephrine, kemudian
menjadi asam arachidonat yang akan menghasilkan prostaglandin yang akan
mempengaruhi pusat pengatur suhu.
2. Mekanisme kejang1,2,3,5
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari
sebuah focus kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu
keadaan patologik. Aktivitas kejang sebagian bergantung pada lokasi lepas
muatan yang berlebihan tersebut. Lesi diotak tengah, thalamus, dan korteks
serebellum dan batang otak umumnya tidak memicu kejang.
Kejang dapat terjadi karena hipoglikemia, terjadi gangguan keseimbangan
elektrolit, infeksi, hiperbilirubinemia, dan hipoxia.
3. Mekanisme kejang1,2,3,5
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari
sebuah focus kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu
keadaan patologik. Aktivitas kejang sebagian bergantung pada lokasi lepas
muatan yang berlebihan tersebut. Lesi diotak tengah, thalamus, dan korteks
serebellum dan batang otak umumnya tidak memicu kejang.
Kejang dapat terjadi karena hipoglikemia, terjadi gangguan keseimbangan
elektrolit, infeksi, hiperbilirubinemia, dan hipoxia.
Gambar 2. Mekanisme kejang5

Secara fisiologi, sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari
permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan
normal sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh kalium dan sangat sulit dilalui
oleh ion natrium dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida. Akibatnya konsentrasi
kalium dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi ion natrium rendah, sedangkan
diluar sel terjadi sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan di luar sel , maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial
membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada
permukaan sel.1,2,3

Keseimbangan potensial membran ini dapat dipengaruhi oleh:1,2,3

a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler


b. Rangsangan yang datang mendadak, misalnya mekanis, kimiawi, atau aliran
listrik dari sekitarnya.
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada kasus ini terjadi kejang demam karena terjadi peningkatan suhu dari
normal. Peningkatan suhu 10C dari normal akan menyebabkan terjadinya
peningkatan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat
20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari
seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Sehingga
ak0an mempengaruhi keseimbangan dari membran sel neuron karena kenaikan
suhu tersebut menyebabkan kekurangan energi. Terjadinya perubahan potensial
tersebut menyebabkan difusi ion kalium dan natrium terganggu. Akibatnya terjadi
pelepasan muatan potensial listrik yang abnormal (potensial listrik besar) secara
luas diseluruh sel otak dengan bantuan neurotransmiter dan terjadilah kejang.1,2,3

Penatalaksanaan kejang demam pada anak ini terdiri dari 3 faktor yang
perlu dikerjakan:2,3

a. Pengobatan fase akut


Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi, usahan
jalan napas bebas agar oksigenasi terjamin, perhatikan tanda vital seperti
kesadaran, tekanan darah, nadi, pernapasan, dan fungsi jantung. Suhu tubuh
yang tinggi harus diturunkan dengan kompres air hangat dan pemberian obat
antipiretik (asetaminofen 10-15 mg/kgbb/hari setiap 4-6 jam).2,3
Obat antikejang pilihan utama adalah diazepam intravena atau rektal. Efek
terapeutik diazepam sangat cepat 30 detik – 5 menit dan efek toksin yang
serius tidak ditemukan jika diberikan secara perlahan dan dosis tidak melebihi
50 mg/suntikan. Dosis obat diazepam intravena dan rektal berdasarkan berat
badan. Diazepam intravena dosis rata-rata yang digunakan adalah 0,3-0,5
mg/kgbb/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg.
Bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu
sebentar dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut.2,3
Dosis obat diazepam rektal untuk anak yang berat badan < 10 kg = 5 mg
dan untuk anak yang > 10 kg = 10 mg atau 0,5-0,75 mg/kgbb. Kemasan terdiri
atas 5 mg dan 10 mg rektoil. Bila kejang tidak berhenti dengan dosis rektal
pertama dapat diulangi dalam 5 menit dengan dosis yang sama dan bila tidak
berhenti lagi dalam 5 menit dapat diberikan secara intravena 0,5 mg/kgbb. Jika
tidak berhenti juga berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgbb secara
intravena perlahan-lahan 1 mg/kgbb/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus
dilakukan pembilasan dengan NaCl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan
dapat menyebabkan iritasi vena.3
Apabila diazepam tidak tersedia dapat diberikan fenobarbital secara
intramuskular dengan dosis awal untuk neonatus 30 mg/kali, anak berumur 1
bulan – 1 tahun = 50 mg/kali dan umur > 1 tahun ke atas 75 mg/kali. Bila
kejang tidak berhenti dalam waktu 15 menit, dapat diulangi suntikan
fenobarbital untuk neonatus 15 mg, anak 1 bulan – 1 tahun 30 mg dan anak > 1
tahun 50 mg secara intramuskular. Hasil yang terbaik adalah jika tersedia
fenobarbital yang dapat diberikan secara intravena dengan dosis 5 mg/kgbb
pada kecepatan 30mg/menit.2
Bila kejang sudah berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan
fenobarbital yang langsung diberikan setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk
neonatus 30 mg/IM, bayi 1 bulan – 1 tahun 50 mg/IM, dan > 1 tahun 75
mg/IM. 4 jam kemudian diberikan fenobarbital/asam valproat rumatan.2
b. Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang demam baik yang sederhana dan kompleks biasanya
disebabakan oleh infeksi saluran pernapasan atas, radang telinga tengah,
infeksi saluran cerna dan infeksi saluran kemih. Pemberian antibiotik yang
tepat dan adekuat perlu untuk mengobati infeksi tersebut.2
Secara teoritis, pada anak dengan kejang demam yang datang untuk
pertama kalinya sebaiknya dilakukan pemeriksaan pungsi lumbal. Hal ini perlu
untuk menyingkirkan faktor infeksi di dalam otak misalnya meningitis.2
Apabila mendapat pasien dengan kejang demam lama, pemeriksaan secara
intensif perlu dilakukan, yaitu pemeriksaan pungsi lumbal, darah lengkap,
misalnya gula darah, kalium, magnesium, kalsium, natrium, nitrogen, dan faal
hati. Dan jika belum mendapat penyebab pasti dapat dilakukan pemeriksaan
khusus, yaitu X-foto tengkorak, elektroensefalogram, ekoensefalografi,
pneumoensefalografi, dan arteriografi.2
c. Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam
Pengobatan ini terbagi atas 2 bagian, yaitu:

1) Profilaksis intermiten
Untuk mencegah terulangnya kembali dikemudian hari, penderita yang
menderita kejang demam sederhana diberikan diazepam secara oral untuk
profilaksis intermiten dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3
dosis saat pasien demam. Diazepam juga dapat diberikan secara intrarectal
tiap 8 jam sebanyak 5 mg (BB < 10 kg) dan 10 mg (BB > 10 kg) setiap
pasien menunjukkan suhu lebih dari 380 C.3
Profilaksis intermiten ini sebaiknya diberikan sampai kemungkinan anak
untuk menderita kejang demam sederhana sangat kecil, yaitu sampai sekitar
umur 4 tahun.3
2) Profilaksis jangka panjang
Profilaksis jangka panjang atau pengobatan rumatan diberikan untuk
menjamin terdapatnya dosis terapeutik yang stabil dan cukup didalam darah
penderita untuk mencegah terulangnya kejang demam berat yang dapat
menyebabkan kerusakan otak tetapi tidak dapat mencegah terjadinya
epilepsi dikemudian hari. Profilaksis diberikan dengan dosis untuk 2 hari
pertama diberikan dosis 8 – 10 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis. Untuk
hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis.
Selama keadaan belum membaik, obat diberikan secara suntikan dan setelah
membaik peroral.3
Obat lain yang dapat digunakan adalah asam valproat dengan dosis 15-40
mg/kgbb/hari. Pengobatan rumatan terus-menerus diberikan selam 1 tahun
bebas kejang dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan. Harus diperhatikan
bahwa dosisfenobarbital total tidak boleh melebihi 200 mg/hari karena efek
sampingnya adalah hipotensi, penurunan kesadaran, dan depresi pernafasan.
Pada pasien ini, anak tiba di rumah sakit sudah tidak dalam keadaan
kejang (pasien hanya kejang satu kali di rumah selama + 15 menit) dan pasien
datang dengan demam tinggi (38,40 C) . Jadi, penatalaksanaan pada pasien ini
hanya diberikan antipiretik (untuk menurunkan suhu tubuh), antibiotik (untuk
mengobati penyebab peningkatan suhu/demam), dan pemberian obat anti kejang
untuk mencegah terjadi kejang kembali (pengobatan profilaksis intermiten).
Pengobatan profilaksis intermiten diberikan pada pasien ini karena pasien masih
berumur 2 tahun 3 bulan yang artinya masih sangat berisiko terjadi kejang
kembali dan suhu tubuh yang masih di atas normal atau pasien masih demam
yang merupakan indikasi pemberian pengobatan profilaksis intermiten.3

Pada pasien ini tidak diberikan pengobatan rumatan karena pasien hanya
kejang 1 kali dirumah + 15 menit, kejang tidak berulang dalam 24 jam, setelah
kejang anak sadar, dan anak tidak ada mengalami gangguan neurologi yang nyata
setelah maupun sebelum terjadinya kejang. Indikasi pemberian pengobatan
rumatan jika ada 2 kriteria yang memenuhi. Indikasinya sebagai berikut:1,3

a. Kejang terjadi > 15 menit, kejang bersifat fokal, atau diikuti dengan kelainan
neurologis sementara atau menetap
b. Sebelum kejang yang pertama sudah ada kelainan neurologis atau
perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal, retardasi mental,
hidrosefalus)
c. Ada riwayat kejang tanpa demam pada orang tua atau saudara kandung
d. Kejang terjadi pada anak usia < 12 bulan
e. Kejang berulang dalam 24 jam dan kejang demam > 4x/tahun
Bila hanya memenuhi 1 kriteria saja dan ingin memberikan pengobatan
jangka panjang, maka berikan profilaksis intermiten saja jika anak demam (suhu >
38,50C).
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
berulangnya kejang demam adalah:1

1. Riwayat kejang demam dalam keluarga

2. Usia kurang dari 12 bulan

3. Temperatur yang rendah saat kejang

4. Cepatnya kejang setelah demam

Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam


adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan
berulangnya kejang demam hanya 10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang
demam paling besar pada tahun pertama.1

Prognosis kejang demam baik dan tidak menyebabkan kematian jika


ditandangani dengan cepat dan tepat. Menurut penelitian frekuensi terulangnya
Mkejang berkisar antara 25%-50%, yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama.
Yaitu tergantung dari faktor resiko:2,3

1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga


2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita
kejang demam
3. Kejang yang berlangsung lama atau fokal
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor resiko di atas, maka dikemudian
hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13%, dibanding bila
hanya terapat 1 atau tidak sama sekali faktor resiko diatas. Serangan kejang tanpa
demam hanya 2-3% saja.2,3

Pada kasus ini prognosis anak baik karena tidak ada faktor resiko yang
seperti disebutkan diatas. Pada pasien ini kejang terjadi sebentar, kejang terjadi
secara umum, dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam pada keluarga. Hanya
saja pada pasien ini kecenderungan untuk terjadi kejang demam lagi masih ada
karena usia anak masih berada dalam kelompok umur yang masih sering terjadi
kejang demam menurut epidemiologi. Konseling untuk ibu pada pasien ini harus
dilakukan karena anaknya kemungkinan untuk terjadi kejang demam masih ada
dan anjurkan pada ibu untuk selalu siap antipiretik dan antikejang dirumah.

Вам также может понравиться