Вы находитесь на странице: 1из 21
3. Dinamika Produktivitas dan Kualitas Budi Daya Padi Sawah Bambang Irawan ecara nasional, sekitar 55% konsumsi kalori dan 459% konsumsi protein di tingkat ‘rumah tangga berasal dari beras. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan ‘produksi beras berperan penting dalam pemenuhan kecukupan konsumsi gizi rumah tangga dan ketahanan pangan nasional. Sekitar 90% produksi beras nasional 5.808 Sedang 8.727-5.808 endah < 5.727 Sebagian besar kabupaten di Jawa (59,7%) memiliki produktivitas potensial yang rendah pada musim hujan, sebaliknya, pada musim kemarau sebagian besar ikabupaten (64,9%) memiliki mutu usahatani rendah (Tabel 6). Hal tersebut meng- _ungkapkan bahwa permasalahan dalam rangka meningkatkan produktivitas padi berbeda ‘menurut musim tanam, Masalah mutu usahatani yang rendah lebih dominan pada musim kemarau, sedangkan masalah produktivitas potensial yang rendah lebih dominan pada ‘musim hujan. Mengacu pada kedua kondisitersebut maka pada musim hujan, program peningkatan produktivitas padi sawah hendaknya lebih difokuskan pada kegiatan introduksi benih varietas unggul,terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur, mengingat sebagian besar kabupaten di kedua propinsitersebut memiliki produktivitas potensial ‘yang tergolong rendah pada musim hujan. Sementara, upaya peningkatan mutu usahatani sebaiknya lebih dipriortas pada musim kemarau mengingat sebagian besar kabupaten i ketiga propinsi memiliki mutu usahatani yang rendah pada musim kemarau. Pada ‘musim kemarau,introduksi varietas unggul belum tentu efektif meningkatkan produk- tivitas mengingat masalah yang dihadapi petani sebenamya terletak pada mutu usahatani yang rendah, bukan pada penggunaan varietas berdaya hasil rendah. Pada prinsipnya, kegiatan introduksi varietas unggul perlu diprioritaskan pada kabupaten yang memiliki produktivitas potensial relatifrendah, sedangkan peningkatan ‘mutu usahatani dilakukan di kabupaten dengan mutu usahatani rendah. Tabel 7 ‘memperlihatkan bahwa dari 77 Kabupaten di Jawa, 5 kabupaten memilikiproduktiitas potensial dan mutu usahatani yang tergolong tinggi, baik pada musim hujan maupun kemarau. Kelima kabupaten tersebut hendaknya tidak mendapat prioritas bagi pelaksanaan program peningkatan produktivitas padi mengingat peluang yang tersedia bagi peningkatan mutu usahatani maupun produktivitas potensial relatif kecil ‘Sebaliknya, ada 15 kabupaten yang perlu dipriortaskan dalam pelaksanaan program ‘peningkatan produktivitas karena memilikitiga kasus mutu usahatani dan produktivitas 194 rewan ‘abel 6. Jumiah kabupaten menurut tingkat produktivitas potensial dan indeks mutu ‘usahatan! padi sawah pada musim hujen dan musim kemarau dl Jawa, rata-rata 1996-2000. ‘Musim hujan ‘Musim kemarau Propins! er tings) sedan rendah—_tngg)_—_—sedang—_rendanh Produkttas potensiat Jaber 13 3 4 16 4 ° Jateng, 3 3 23 9 5 35 Jatin 6 3 19 4 4 40 Total Jawa 2 9 46 39 13 25 Indeks mutu usahatani Jaber 4 a 7 ° 2 18 Jateng 2 3 5 8 6 15 Jatin 24 ° 4 7 4 a Total Jawa 49 2 16 8 2 50 Persentase Kabupaten Produltiitas potensial Jabar 650 © 15020080 20000 dateng. 203 «103793034072, Jatin 24 10779 5001438, Total Jawa 26 «147 887508) 169845 Ineks mutu usahatani Jabar 450 350 00 190900 Jateng, 403 «172-276 20,7 SALT Jatin 00 © 143250 443 OT Total Jawa 156 208 195 156 649 potensial yang tergolong rendah pada musim hujan atau kemarau, Kabupaten tersebut adalah Lebak di Jawa Barat; Blora, Kebumen, Rembang, Semarang, Demak dan Pati di Jawa Tengah; serta Gresik, Jombang, Sampang, Sidoarjo, Trenggalek, Pacitan, Pamekasan dan Sumenep di Jawa Timur. Prioritas kedua seyogianya diberikan kepada kabupaten yang memiliki dua kasus produktivitas potensial dan/atau muta usahatani tergolong rendah, Tabel 7 memperlihat- kan bahwa terdapat tiga kelompok Kabupaten yang termasuk kategori ini. Kelompok pertama yaitu kabupaten yang memiliki produktivitas potensial rendah, tetapi mutu "usahataninya tergolong tinggi atau sedang, Di kabupaten seperti ini, upaya meningkatkan produktivitas padi perlu diutamakan pada kegiatan introduksi varietas unggul karena peluang peningkatan produktivitas yang diperoleh petani melalui peningkatan mutu uusahatanirelaifterbatas. Kelompok kedua adalah kabupaten dengan mutu usahatani tergolong rendah tetapi memiliki produktivitas potensial yang tergolong tinggi atau sedang. Mengacu pada permasalahan tersebut maka upaya meningkatkan produktivitas Dinamika Produkthitas dan Kualitas Budi Daya Pad Sawah 195 ‘abel 7. Kabupaten di Jawa yang momilki produktivtas potensial dan/atau indeks mutu ‘usahatanl pal sawah tergolong rendah menurut musim tanam. Proauntvtas Mutu potensia! usahatani__Propins! Kabupaten MH OMK MH MK 1 4 0 1—_Jateng_ ‘Bora, Kebumen, Rembang, Semarang Jatim Gres, Jombang, Sampang, Sidoaro, Trenggaiek 1 0 1 1 Jabar—Lebak Jareng —Demak, Pat Jatin” Pacitan Jatin Pamekasan, Sumenep Jaber Pandegalng, Serang, Tangerang Jateng —Boyolal, Pemalong, Sragen Jatim Bitar, Bondowoso, Jember, Nganiuk, Probotingge, Situbondo, Tuban 1 4 © —0_Jateng__—Banjamegara, Clacap, Grobogan, Kendal, laten, Kudus, Purworeo, Tegal, “Temanggung, Wonogi, Wonoscbo edit o 0 12 aber Bogor, Garut, Kuningan, Purakarta Sukabumi, Tasikmalaye Jateng —Batang, Pekalongan Jatin Lumajang 1 0 © 0 —_Jateng_Banyumas, Brebes, Keranganyor Jatim—_Banyuwang), Bojonegoro, Lamongan, ‘Madiun, Malang o 0 © 4 Jaber Bandung, Bekasi, Camis, Cianjur, Cirebon indramayu, Karawang, Subang Jateng _Jepara, Magelang, Purbalingga, Sukohario Nezwi Jatin Mojokerto, Tulungagung, Jaber Majalengta, Sumedong Jatim —_Magetan, Pasuruan, Ponorogo Keterangan: 1 rendah, 0 = sedang atau tings. ° petanisebaiknya diprioritaskan melalui peningkatan mutu usahatani daripada introduksi varietas unggul. Kelompok ketiga adalah Kabupaten dengan produktivitas potensial rendah pada musim hujan dan mutu usahatani rendah pada musim kemarau. Dalam rangka efisiensi upaya meningkatkan produktivitas padi maka pada musim hujan sebaiknya dilakukan kegiatan introduksi varietas unggul, sedangkan upaya peningkatan ‘mutu usahatani hanya dilakukan pada musim kemarau. 196 rowan Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan Kesimpulan ‘Selama 1972-2000, produktivitas padi sawah di Jawa mengalami peningkatan tetapi dengan laju yang semakin lambat. Pada periode 1996-2000, produkaivitas padi sawah di Jawa bahkan turun rata-rata 0,2%/tahun, Sementara itu, variabilitas produktivitas padi sawah akhirakhir ini cenderung naik, yang berarti ketidakpastian produktivitas wah di Jawa Semakin tinggi Sckitar 87% perlambatan laju pertumbuhan produktivitas padi sawah di Jawa disebabkan oleh laju peningkatan mutu usahatani yang lambat dan 23% akibat ‘penggunaan varictas unggu! padi yang juga lambat. Perlambatan laju peningkatan mutu usahatani terjadi karena mutu usahatani yang dilakukan petani sudah cukup tinggi sehingga suit ditingkatkan lagi, serta adanya fenomena kelelahan lahan sawah schingga respons produktivitas usahatani terhadap masukan usahatani semakin keci Mutu usahatani yang relatif tinggi umumnya terjadi pada musim hujan, dan sebaliknya pada musim kemarau, Hal ini karena kendala peningkatan produktivitas, ‘melalui peningkatan mutu usahatani relat besar pada musim kemarau, dan hal tersebut cenderung diantisipasi dengan pengeunaan varietas padi yang berdaya hasil tinggi. Oleh karena itu, dalam rangka efisiensi upaya peningkatan produktivitas padi sawah, Pendekatan yang ditempuh, hendaknya dilakukan secaraspesifik menurut musim tanam. Dikotomi pendekatan juga diperlukan antara daerah sentra produksi dan daerah lainnya, sesuai dengan permasalahan spesifik yang ada di masing-masit gdaerah. Implikasi Kebijakan Perlambatan laju pertumbuhan produktivtas padi sawah di Jawa dapat menimbulkan ‘masalah pangan di masa yang akan datang karena Jawa merupakan penyumbang terbesar produksi padi sawah secara nasional dan sebagian besar peningkatan produksi padi sawah tersebut bersumber dari peningkatan produktivitas usahatani. Dalam rangka mengantisipasi perlambatan laju pertumbukan produktivitas diperiukan beberapa kebijakan sebagai berikut: 1. Dalam jangkca panjang, kebijakan perlu diarahkan untuk menggeser sentra produksi padi dari Jawa ke luar Jawa mengingat peluang peningkatan produksi padi sawah di Jawa makin terbatas. 2. Dalam rangka efisiensi upaya peningkatan produksi padi diperlukan kebijakan spesifik antara Jawa dan luar Jawa. Dikotomi kebijakan juga diperlukan antara

Вам также может понравиться