Вы находитесь на странице: 1из 46

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Toksoplasmosis

2.1.1 Definisi Toksoplasmosis

Toksoplasmosis yaitu infeksi yang disebabkan oleh kuman Toxoplasma

gondii yaitu ada di dalam sel epitel usus kecil kucing berlangsung dan

berkembang biak didalamnya dan menghasilkan telur yang dikeluarkan bersama

tinja (Margono, 1998 ).

Para ibu hamil muda yang sedang mengandung mempunyai resiko cukup

besar mengalami keguguran (abortus) apabila berhubungan dekat dengan kucing

tertular, umumnya infeksi baru terdeteksi ketika penderita mengalami keguguran

dan dilakukan pemeriksaan laboratorium (Soeharsono, 2002).

2.1.2 Penularan

Peranan kucing sebagai penghasil utama ookista di alam ini tidak dapat

diragukan lagi kepentingannya dalam penyebaran toksoplasmosis. Ookista yang

dikeluarkan oleh kucing dan sebangsanya menjadi inefektif dalam waktu 3-5 hari

di alam bebas yang siap menginfeksi manusia maupun hewan berdarah panas

yang menelannya. Ookista bisa termakan oleh manusia karena tidak bersih

mencuci tangan setelah menangani kucing yang menghasilkan ookista atau setelah

menangani pembersihan tempat tinja kucing maupun setelah berkebun di daerah

yang terkontaminasi tinja yang mengandung ookista (Sasmita, 2006).


5

Gambar 1. Siklus hidup dan penularan Toxoplasma (Dubey dan Lappin dalam

Sasmita, 2006)

Cara ookista sampai tertelan oleh induk semang selain secara langsung

karena terkontaminasi makanan oleh ookista dapat pula melalui Arthopoda, baik

Arthopoda sebagai pemindah ookista dari tinja kucing terinfeksi ke bahan

makanan induk semang atau ookista termakan oleh Arthopoda dan Arthopoda

tersebut termakan oleh induk semang. Selain ookista tertelan langsung oleh induk

semang maupun induk semang antara dan manusia, ookista dapat pula tertelan

secara tidak langsung dibawa oleh berbagai jenis serangga. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa toksoplasmosis termasuk penyakit yang ditularkan melalui

Arthopoda.

Air susu yang berasal dari kambing yang terinfeksi toksoplasma ternyata

memungkinkan terjadinya penularan toksoplasma pada manusia yang


6

meminumnya dalam keadaan mentah. Makan daging mentah atau kurang matang

yang mengandung kista jaringan adalah cara lain penularan Toxoplasma pada

hewan maupun manusia. Semen merupakan salah satu sumber penularan

Toxoplasma sebab ternyata pada domba yang mengalami infeksi akut, semennya

mengandung stadium infektif toksoplasma.

Pekerjaan pengaruhnya besar terhadap penularan Toxoplasma. Orang yang

bekerja di rumah pemotongan hewan mempunyai resiko besar untuk terkena

toksoplasmosis sebab orang-orang tersebut setiap hari bergumul dengan daging

yang mungkin mengandung trofozoit atau takizoit bahkan kista Toxoplasma.

Tikus rumah dan tikus liar dapat menjadi pembawa dan penyebar kista jaringan di

dalam tubuhnya yang siap menginfeksi binatang lain yang memangsanya

termasuk kucing peliharaan.

Transmisi toksoplasmosis yang tidak kalah pentingnya ialah donor leukosit

yang sering diperlukan dalam penanganan penderita leukemia yang berasal dari

donor yang menderita toksoplasmosis. Dari kejadian ini dapat disimpulkan bahwa

donor darah tidak lepas dari kemungkinan sebagai tranmisi toksoplasmosis dari

donor penderita Toxoplasma ke resipien yang memerlukan darah secara tranfusi

darah.
7
8

Gambar 2. Penularan Toxoplasma (Sumber: Organon Teknika dalam Sasmita,

2006)

2.1.3 Gejala klinis (Sasmita, 2006)

Toksoplasmosis dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu toksoplasmosis

kongenital, perolehan pasca lahir, dan okuler pada mata yang dapat kongenital

atau perolehan. Ketiga macam toksoplasmosis ini terjadi pada manusia maupun

hewan. Toksoplasmosis dapat juga dibagi menjadi toksoplasmosis kronis dan

akut, toksoplasmosis simtomatis dan asimtomatis.

1. Gejala Klinis pada orang Dewasa

Gejala klinis pada orang dewasa sering tidak terjadi atau asimtomatis tetapi

tidak jarang pula terlihat gejala simtomatis pada orang dewasa. Gejala yang paling

umum terlihat adalah limfadenopati dan kelemahan tanpa ada demam.


9

Limfonodus yang sering terlihat dengan pembengkakan Toxoplasma ialah

servikal, suboksipital, supraklavikula, axilaris, dan inguinalis tetapi yang paling

sering adalah pembesaran limfonodus servikal posterior satu sisi. Pembengkakan

limfonodus terjadi 1-4 minggu setelah infeksi, tidak bernanah. Limfadenopati

biasanya dengan demam dan disertai kelemahan anggota tubuh, keseimbangan

terganggu, pusing, sakit tenggorokan, dan myalgia.

2. Toksoplasmosis Kongenital

Toksoplasmosis kongenital yang diamati menunjukkan bahwa secara

keseluruhan atau sebagian dari gejala klinis yang timbul ialah konvulsi, trabismus,

hidrosefali, hepatomegali, korioretinitis salah satu atau kedua mata,

hepatosplenomegali, mikropthalmia.

Pemeriksaan sinar X, menunjukkan klasifikasi otak. Tiga hal yang dikatakan

selalu terjadi pada toksoplasmosis kongenital adalah hidrosefalus, korioretinitis,

dan klasifikasi otak tetapi ternyata tiga hal ini hanya sebagian kecil saja dari gejala

klinis yang sangat banyak.


10

Gambar 3. Hidrosefalus/ pembesaran karena pengisian cairan dalam rongga


sehingga mendesak tulang tengkorak dan membesar, pada bayi di
Sidoarjo (Surya dalam Sasmita, 2006)

Gambar 4. Hidrosefalus sampai saat berumur empat tahun asal Probolinggo


(Surya dalam Sasmita, 2006)

Gambar 5. Hidrosefalus karena Toxoplasma (Dubey dalam Sasmita, 2006)


11

Gambar 6. Retinochorioditis juxtapapillaris mata akut karena Toksoplasmosis


(Pohle dan Remington, dalam Sasmita 2006)

Gambar 7. Retinochorioditis residif (kambuhan) toksoplasmosis mata pada


sekitar parut lama (Pohle dan Remington, dalam Sasmita 2006)

3. Gejala klinis pada Hewan


12

Infeksi Toxoplasma bersifat kosmopolitan pada hewan mamalia dan burung.

Cara penularan yang paling sering pada hewan karnivora melalui daging yang

mengandung kista jaringan sebagai makananya atau sebagai mangsanya. Cara

penularan kedua yang penting adalah melalui makanan yang tercemar ookista

T.gondii yang dihasilkan oleh kucing dan sebangsanya. Sedangkan cara penularan

ketiga yang cukup penting ialah secara kongenital.

a. Gejala Klinis pada Kucing

Gejala klinis pada kucing yang menonjol adalah tinja menjadi lebih lembek

bahkan mencret diikuti dengan anoreksia 2-3 hari lamanya tanpa adanya kenaikan

suhu, hewan menjadi kurus karena anoreksia.

b. Gejala Klinis pada Anjing

Gejala klinis yang timbul pada anjing akibat toksoplasmosis ialah anoreksia,

kelemahan, depresi, batuk, muntah, dispnea, demam, tremor, inkoordinasi,

iritabilitas, depresi, paralisis dan gangguan saraf lainnya, kelahiran prematur dan

abortus.

c. Gejala klinis pada Babi

Seperti halnya pada hewan lain, gejala klinis pada babi tidak jelas kecuali

abortus dengan kematian fetus yang dikeluarkan. Anak babi yang baru dilahirkan

perlu dicurigai toksoplasmosis bila menunjukkan gejala kelemahan, tremor,

inkoordinasi, batuk dan demam.

4. Gejala klinis pada Kambing dan Domba


13

Toksoplasmosis domba dan kambing pada umumnya tidak menunjukkan

gejala klinis yang jelas. Abortus merupakan tanda yang terlihat pada kambing dan

domba yang terserang toksoplasmosis.

5. Gejala klinis pada hewan lain

Pada sapi yang berumur satu hari sampai enam bulan menunjukkan gejala

dispneu, batuk, bersin, eksudat dari hidung, mulut bernuih, gemetar, kepala

digoyang-goyangkan, dehidrasi dan kadang-kadang diare dengan mukus dan

darah.

2.1.4 Imunitas Toksoplasmosis

Insiden toksoplasmosis pada hewan di Indonesia oleh para pakar dengan

tehnik maupun objek hewan yang berbeda serta batas ambang titer positif yang

berbeda juga. Hampir semua jenis hewan ternak di Indonesia diperiksa terhadap

adanya titer positif terhadap toksoplasmosis (Sasmita, 2006).

1. Resistensi Alami

Resistensi alami terhadap Toxoplasma dipengaruhi oleh induk semang, umur

induk semang, dan keganasan galur Toxoplasma.

a. Jenis Induk Semang

Di antara jenis hewan percobaan, mencit, hamster, dan kelinci menunjukkan

kepekaan yang tinggi terhadap Toxoplasma, sedangkan marmot sampai pada jenis
14

primata yang berderajat lebih tinggi dan tikus menunjukkan adanya kekebalan

bawaan.

b. Umur Induk Semang

Keadaan umur induk semang sangat penting dalam infeksi Toxoplasma

dengan terjadinya pengaruh yang sangat parah pada fetus bila ibu yang

mengandungnya terinfeksi akut Toxoplasma.

c. Galur Toxoplasma

Virulensi galur Toxoplasma yang diisolasi dari alam mungkin berbeda dari

mencit percobaan.

2. Kekebalan Perolehan

Tanda adanya ketahanan kekebalan terhadap infeksi ulang T.gondii diteliti

berdasarkan pencatatan adanya penurunan kematian dan kesakitan atau

berdasarkan perpanjangan waktu hidup terhadap infeksi tantangan pada hewan

yang sudah sembuh dari infeksi pertama. Dalam hal ini dimungkinkan

mendemonstrasikan bahwa infeksi permulaan menghasilkan kekebalan yang kuat

tetapi tidak mutlak terhadap infeksi parasit.

2.1.5 Gambaran Patologi (Sasmita, 2006)

Toksoplasmosis pada manusia maupun hewan dapat terjadi karena dua hal

yaitu infeksi kongenital dan infeksi perolehan. Jalan penyakit tergantung pada

berbagai hal yaitu dosis infeksi, cara terjadinya infeksi dan terutama oleh
15

kemampuan adaptasi galur parasit terhadap jenis hewan yang diinfeksi sebagai

lingkungan yang baru sebagai akibat pasase beberapa kali atau sudah sering kali.

1. Kucing

Kucing sebagai induk semang utama Toxoplasma mendapat tempat kelainan

patologis yang istimewa sebab hanya pada kucing inilah Toxoplasma berkembang

biak secara seksual di dalam ususnya yang dikenal dengan fase enteroepitelial

dalam siklus hidupnya.

2. Anjing

Toksoplasmosis pada anjing ditandai oleh adanya nekrosis dan infiltrasi sel

mononuklear. Glikolisis di dalam otak dapat terjadi sepanjang infiltrasi

perivaskuler yang kadang-kadang melibatkan sel-sel plasma. Leptomeningitis

dapat terlihat dan foki nekrosis terjadi di dalam bahan abu-abu langsung di bawah

ependyma. Pseudokista dapat ditemukan di dalam otak.

3. Domba dan Kambing

Kebiasaan domba makan rumput dengan memotong rumput lebih dekat pada

permukaan tanah memungkinkan mudahnya terkontaminasi ookista Toxoplasma

yang ada di lapangan.

4. Sapi

Toksoplasmosis pada sapi jarang terjadi seperti terlihat dalam epidemiologi

toksoplasmosis dan selalu paling rendah atau bahkan tidak ada bila dilakukan sigi

serologis toksoplasmosis bersamaan dengan hewan lain.


16

5. Kuda

Kuda juga biasa terserang toksoplasmosis sehingga kelainan yang terjadi pada

kuda akibat toksoplasmosis seharusnya dapat juga dilihat secara mikroskopis.

6. Babi

Gambaran patologis babi yang menderita toksoplasmosis pada umumnya ialah

pneumonia, nekrosis pada hati, hidrothoraks, asites, limfadenitis, enteritis,

ensefalitis.

7. Bangsa Burung

Kelainan makroskopis pada bangsa burung ialah ensefalitis, retinokorioditis,

emasiasio, atropi otot.

8. Mencit

Mencit adalah salah satu hewan coba yang sangat peka terhadap Toxoplasma.

Mencit sebagai hewan coba yang sangat bermanfaat dalam berbagai penelitian

mengenai berbagai penyakit termasuk Toxoplasma.

2.1.6 Diagnosis Toksoplasmosis (Sasmita, 2006)

Diagnosis toksoplasmosis pada hewan maupun manusia berdasarkan

gejala klinis sering sulit karena tidak khas, sehingga diperlukan bantuan

pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang paling meyakinkan di

dalam toksoplasmosis adalah diisolasinya agen T.gondii . Isolasi Toxoplasma

dapat berasal dari tinja kucing, jaringan otak, otot, kelenjar air liur, darah maupun

air liur.
17

Cara diagnosis Toxoplasma yang lain ialah dengan pemeriksaan

histopatologis jaringan tubuh tersangka seperti otot skelet, otot jantung, otak,

limfoglandula mesenterika, mata. Di dalam cara ini ditemukan bentuk-bentuk

takizoit, bradizoit / kista jaringan dari Toxoplasma.

1. Uji Kulit Toxoplasma

Uji kulit toksoplasmosis adalah reaksi tipe tuberkulin dan pembacaan

dilakukan 24-48 jam kemudian. Toxoplasmin dapat diperoleh dari membran

korioallantois embrio ayam yang terinfeksi atau dari cairan eksudat peritoneal

mencit yang terinfeksi.

2. Uji Hemaglutinasi

Dasar dari uji hemaglutinasi ialah pemakaian fenomena bahwa sel darah

merah yang disensitisasi pada suatu antigen menjadi peka terhadap antibodi yang

homolog. Antigen polisakarida dapat mempengaruhi sensitisasi ini tanpa

perlakuan pendahuluan pada sel darah merah

3. Uji Hemaglutinasi tidak Langsung Behring

Dalam uji ini dibagi atas tiga tahap pengujian. Tahap pertama adalah uji

saring, tahap kedua uji kuantitatif, dan tahap ketiga kuantitatif titer tinggi.

4. Uji Fiksasi Komplemen

Uji ini bermanfaat terutama untuk mendiagnosis infeksi yang aktif walaupun

dicela bila diperbanyak. Uji fiksasi komplemen dilakukan bersamaan dengan uji
18

pewarnaan Sabin dan Feldman akan merupakan alat diagnostik yang sangat cepat

dalam menentukan diagnosis toksoplasmosis kongenital.

5. Uji Fluoresen Antibodi tak Langsung

Uji fluoresen antibodi tak langsung terhadap toksoplasmosis adalah uji

andalan lain yang cukup baik dalam menentukan diagnosis toksoplasmosis. Uji ini

dapat digunakan untuk menentukan imunoglobulin total IgG dan IgM.

2.1.7 Pengobatan Toksoplasmosis (Sasmita, 2006)

Obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan toksoplasmosis pada

manusia, merupakan hasil uji coba pengobatan pada hewan coba (in vivo) maupun

uji coba in vitro. Sampai saat ini ada empat macam obat yang diandalkan untuk

pengobatan toksoplasmosis yaitu pirimetamine, sulffonamide, spiramycine, dan

clindamycin.

1. Pengujian in Vivo

Cook menguji kemampuan adenine sulfat dan derivatnya terhadap daya

proliferasi Toxoplasma di dalam kultur jaringan ginjal kera. Adinine sulfat telah

diketahui memengaruhi trichomonas vagitalis.

2. Pengobatan Toxoplasmosis pada Hewan

Pemberian 0,02% monensin bersamaan dengan makanan kering kucing,

mampu menekan produksi ookista pada kucing. Selanjutnya selain ookista

tertekan produksinya, ternyata 10 dari 12 kucing yang tidak mengeluarkan ookista

pascainokulasi kista jaringan otak Toxoplasma terbukti menjadi imun terhadap

infeksi tantangan dengan kista jaringan yang serupa. Pengobatan lain untuk

menurunkan produksi ookista pada kucing yang menderita toksoplasmosis adalah


19

dengan koksidiostat Bay Vi 9142. Sulfadiazine dan pyrimethamine adalah obat

toksoplasmosis yang direkomendasikan.

3. Pengobatan Toxoplasmosis pada Manusia

Pengobatan toksoplasmosis pada manusia akhir-akhir ini digunakan

pyrimetamine, Sulfonamide, Spiramycin. Pada manusia dapat dikelompokkan

dalam empat kelompok yaitu toksoplasmosis kongenital, perolehan, okuler, dan

toksoplasmosis pada orang immunocompromised.

4. Pengobatan Toksoplasmosis Perolehan pada Orang

Normal

Toksoplasmosis perolehan pada orang normal yang tidak

immunocompromised umumnya asimtomatis atau subklinis atau bergejala

kesakitan limfadenopati sedang dan tidak memerlukan pengobatan yang khusus.

Dalam keadaan parah pengobatan harus dilakukan dengan pyremethamine dan

sulfadiazine selama 4-6 minggu.

5. Pengobatan Toksoplasmosis pada Infeksi Akut atau

pada saat Kehamilan

Keadaan infeksi akut dan infeksi terjadi saat kehamilan dapat mengakibatkan

toksoplasmosis kongenital 15% dalam trimester pertama, 30% dalam trimester

kedua dan 60% dalam trimester ketiga. Pengobatan dengan kombinasi

pyrimethamine dan sulfadiazine ternyata menurunkan insiden toksoplasmosis

kongenital. Pengobatan diberikan selama 2-3 minggu tanpa pengobatan sampai

dengan melahirkan.

6. Pengobatan Infeksi Kongenital Toksoplasma dan

Toksoplasmosis Kongenital
20

Toksoplasmosiskongenital dengan atau tanpa gejala klinis harus diobati untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Obat-obatnya adalah Pyrimethamin

dan Sulfadiazine.

7. Pengobatan Toksoplasmosis Okuler

Obat yang digunakan sama seperti pada penanganan infeksi Toxoplasma

lainnya, yaitu pyrimethamine dan sulfadiazine, spiramycine dan clindamicin.

2.1.8 Jenis dan Penyebab

Perlu diketahui infeksi toksoplasmosis ada yang merupakan infeksi lama

dan ada yang infeksi baru, hal ini bisa diketahui dengan pemeriksaan darah jika

dari pemeriksaan darah igG positif dan igM negatif, berarti infeksi terjadi satu

tahun terakhir, atau jika igG dan igM negatif tidak berarti terdapat infeksi baru.

Namun jika igG dan igM negarif atau samar-samar berarti meragukan.

Toksoplasmosis gondii merupakan parasit bersel satu yang hidup dan berkembang

dalam sel inang yaitu kucing, tikus dan burung. Kucing mendapatkan infeksi ini

akibat memangsa binatang, seperti tikus dan burung yang sudah terkena parasit

Toksoplasmosis gondii (Dini, 2005). Penyebabnya Toksoplasma gondii. Habitat T.

Gondii : anjing, kucing, tikus dan binatang lainnya. Penyakit ini dapat ditularkan

kepada manusia.(Mochtar, 1998).

2.1.9 Cara Infeksi Toksoplasmosis (Margono Sri, 1998)

1. Pada toksoplasmosis bawaan yang ditularkan kepada janin melalui ari-ari bila

ibunya mendapatkan infeksi langsung waktu ia hamil.


21

2. Pada toksoplasmosis yang didapat, infeksi dapat terjadi bila makan daging

mentah atau kurang matang (misalnya sate) atau dapat terjadi infeksi bila telur

yang dikeluarkan dengan tinja kucing tertelan.

3. Infeksi juga dapat terjadi di laboratorium pada orang yang bekerja dengan

binatang percobaan yang diinfeksi toksoplasmosis gondii (pencangkokan).

4. Infeksi dapat terjadi dengan transplantasi organ dari donor yang menderita

toksoplasmosis laten.

5. Tranfusi darah lengkap juga dapat menyebabkan infeksi.

2.1.10 Hubungan Antara Faktor Perilaku Dengan Terjadinya

Toksoplasmosis

1. Kebiasaan makan daging kurang matang.

2. Adanya kucing yang terutama dipelihara sebagai binatang kesayangan.

3. Adanya tikus dan burung sebagai hospes perantara yang merupakan binatang

buruan kucing.

4. Adanya sejumlah vektor seperti lipas atau lalat yang dapat memindahkan telur

dari tinja kucing ke makanan.

2.1.11 Hubungan Antara Faktor Kondisi Lingkungan Dengan

Toksoplasmosis

Faktor kondisi lingkungan sangat mempengaruhi terjadinya

toksoplasmosis pada ibu hamil, misalnya :

1. Dekatnya rumah dengan peternakan.

2. Pemeliharaan pada kucing.

3. Lingkungan yang kotor yang memungkinkan adanya tikus dan lalat.

2.1.12 Cara menangani dan Pencegahan (Sasmita, 2006)


22

Manusia dan hewan tertular toksoplasmosis dengan cara yang hampir

sama yaitu terutama melalui makanan yang mengandung ookista Toxoplasma,

kista jaringan Toxoplasma, dan melalui plasenta pada saat dalam kandungan.

Kadang terjadi penularan melalui tranfusi leukosit pada manusia atau kecelakaan

di laboratorium, misalnya tertusuk jarum berisi trofozoit.

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegahnya :

1. Menghindari makan daging kurang matang yang mungkin mengandung kista

jaringan.

2. Kucing jangan diberi daging mentah yang mungkin mengandung kista jaringan.

Daging harus dipanaskan dahulu sampai 150 F (66 C) untuk mematikan

kista jaringan.

3. Kucing diberi makanan kaleng untuk kucing.

4. Kucing harus diberi makan secukupnya agar tidak memangsa tikus dan

sebangsanya yang mungkin mengandung kista jaringan toxoplasma. Dalam

hal ini toksoplasmosis pada kucing tidak hanya merugikan kesehatan kucing

tetapi juga pemiliknya yang kemungkinan besar dapat terinfeksi ookista

Toxoplasma karena pergaulannya dengan kucing.

5. Kucing liar tanpa pemilik merupakan masalah tersendiri dan memegang

peranan yang penting dalam pencemaran lingkungan dengan ookista

Toxoplasma yang mungkin dihasilkannya karena makan tikus yang

mengandung kista jaringan.

6. Penangkaran kucing dan sebangsanya di kebun binatang harus dijauhkan dari

kandang kera dan kanguru yang biasanya mati terkena Toxoplasma.


23

7. Insekta pembawa ookista harus dikontrol bila tidak mungkin dimusnahkan

seperti kecoak, lalat rumah, lalat hijau, dan insekta coprophagia lain.

8. Tanah dan pasir yang terkontaminasi tinja kucing positif ookista Toxoplasma

akan tetap infeksius beberapa bulan bahkan lebih dari 1 tahun. Penyinaran

langsung dengan sinar matahari membantu pemusnahan ookista sebab ookista

mati pada suhu 66C. Pasir tempat bermain anak harus ditutupi bila tidak

dipakai, agar tidak digunakan sebagai tempat buang tinja oleh kucing.

9. Kotak tempat kotoran kucing harus dibersihkan dan diganti tiap hari.

10. Kucing yang imun terhadap Toxoplasma lebih aman sebab bila terinfeksi

Toxoplasma hanya menghasilkan ookista dalam jumlah yang jauh lebih sedikit

atau tidak sama sekali.

11. Imunisasi kucing dapat dilakukan dengan menginfeksi kucing dengan

berbagai stadium Toksoplasma dengan kemoterapi 200 mg/kg monensin.

12. Bila wabah abortus toksoplasmosis terjadi pada peternakan domba maka

untuk imunisasi anak domba yang lahir hidup, domba dara, domba dengan

kebuntingan 3 minggu, domba yang tidak abortus harus dicampurkan dengan

yang abortus.

13. Hanh dan Fayer menganjurkan pencegahan toksoplasmosis pada manusia

selain hal di atas ialah dengan cara berikut :

a. Gunakan sarung tangan atau cuci tangan segera dengan sabun setelah

berkebun di halaman, menangani daging mentah, sayuran, dan kucing.

b. Didihkan air minum yang berasal dari air sungai, kolam, danau yang

mungkin terkontaminasi kotoran kucing.


24

14. Usaha lain yang perlu dilakukan dalam menghindari penularan toksoplasmosis

pada ternak ialah sebagai berikut :

a. Rodentisida atau perangkap digunakan untuk menangkap dan membunuh

rodensia sehingga terhindar dari kucing.

b. Tempat penyimpanan makanan ternak harus ditutup, dikunci sehingga

terhindar dari masuknya kucing atau buang kotoran.

c. Kotoran kucing yang ada dalam bangunan, kandang atau sangkar harus

segera dibuang, dibersihkan dan dibakar atau ditanam untuk membunuh

ookista

d. Bila memang kucing dipelihara di dalam peternakan, sebaiknya diberi

makanan kaleng atau daging yang masak.

15. Pemeriksaan serologis pada wanita yang akan hamil ataupun yang sedang

hamil perlu dilakukan paling tidak dua kali sehari dengan interval dua minggu

untuk mengetahui adanya infeksi baru atau tidak yang harus segera ditangani

untuk menghindari terjadinya infeksi kongenital pada fetusnya.

16. Pencegahan khusus pada wanita usia subur adalah sebagai berikut :

a. Daging dimasak pada suhu  66C, diasap, atau diasinkan.

b. Saat menangani daging mentah jangan menyentuh mukosa mulut dan

mata.

c. Tangan dicuci bersih setelah menangani daging mentah.

d. Seluruh permukaan dapur tempat menangani daging mentah harus dicuci

bersih.

e. Buah dan sayur harus dicuci sebelum dimakan.

f. Pencegahan lalat, lipas, dan serangga lain hinggap di buah dan sayuran.
25

g. Hindari kontak dengan alat-alat atau pakailah sarung tangan bila

menangani barang yang berpotensi untuk penularan Toxoplasma seperti

tinja kucing, kotak tempat pasir untuk buang kotoran kucing atau bila

berkebun.

h. Desinfeksi kotak (g) selama 5 menit dengan air mendidih.

17. Pencegahan infeksi fetus

a. Identifikasi infeksi Toxoplasma pada wanita yang beresiko tinggi.

b. Pengobatan selama kehamilan yang akan mengurangi 50% bayi lahir

terinfeksi Toxoplasma.

c. Therapeutis abortus untuk mencegah kelahiran bayi hanya dalam hal

infeksi perolehan terjadi pada trimester pertama dan kedua (50% dari

kasus).

2.2 Konsep Ibu Hamil

2.2.1 Definisi Ibu Hamil (Gravida)

Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang dan sebutan untuk

wanita yang sudah bersuami (Prawirohardjo, 2002). Hamil adalah mengandung

janin dalam rahim karena sel telur yang dibuahi oleh spermatozoa. Kehamilan

adalah masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. (Prawirohardjo,

2002). Kehamilan adalah masa mulai dengan konsepsi (pembuahan) dan berakhir

dengan permulaan persalinan (Sastrawinata, 1983). Masa kehamilan dimulai dari

konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40

minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir

(Prawirohardjo, 2002). Kehamilan normal adalah masa yang dimulai dari

konsepsi dan berakhir dengan permulaan persalinan yang lamanya 280 hari (40
26

minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir

(Prawirohardjo, 2002).

Gravida adalah wanita yang sedang hamil. Keadaan kesehatan ibu hamil

sangat mempengaruhi kehidupan janin. Untuk melahirkan bayi yang sehat ibu

hamil harus mempunyai kesehatan yang optimal. Menurut Manuaba (1998)

Gravida terbagi atas dua bagian yaitu:

a. Primigaravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya. Ciri – cirinya

adalah payudara tegang, puting susu runcing, perut tegang menonjol, striae

livide, perineum utuh, vulva menonjol, hymen perforatus, vagina sempit,

dengan rugae, portio runcing dan tertutup.

b. Multigravida adalah wanita yang pernah hamil dan melahirkan bayi cukup

bulan. Ciri – cirinya adalah payudara lembek dan bekas dan menggantung,

puting susu tumpul, perut lembek dan menggantung, striae livide dan

albican, perineum terdapat bekas robekan, vulva terbuka,

karunkulemirtiformis, vagina longgar tanpa rugae, portio tumpul dan terbagi

dalam bibir depan – belakang.

2.2.2 Proses Kehamilan

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri

dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot,

nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil

konsepsi sampai aterm.

2.2.3 Pembagian Trimester Ibu Hamil

Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, yaitu :

- Trimester pertama : 0 sampai 12 minggu


27

- Trimester kedua : 13 sampai 28 minggu

- Trimester ketiga : 29 sampai 42 minggu

2.2.4. Tanda dan Gejala Wanita Hamil

1. Tanda-tanda dugaan hamil

1) Amenorea

- Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan

folikel de graaf dan ovulasi.

- Mengetahui tanggal haid terakhir dengan perhitungan rumus

neagle dapat ditentukan perkiraan persalinan.

2) Mual (nausea) dan muntah (emesis)

- Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam

lambung berlebih.

- Menimbulkan mual dan muntah terutama pada pagi hari yang

disebut morning sickness. Bila mual dan muntah terlalu sering

disebut hiperemesis.

- Dalam batas fisiologis keadaan ini dapat diatasi.

- Akibat mual muntah nafsu makan berkurang

(Manuaba, 1998)

3) Ngidam

- Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu

terutama pada bulan “triwulan pertama”(Mochtar, 1998)

4) Sinkope atau Pingsan


28

- Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)

menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan

pingsan.

- Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu.

(Manuaba, 1998)

5) Payudara tegang

- Pengaruh estrogen – progesteron dan somatomamotropin

menimbulkan deposit lemak, air dan garam padu payudara.

- Payudara membesar dan tegang

6) Sering miksi

- Karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala

ini akan menghilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir

kehamilan gejala ini kembali karena kandung kemih ditekan oleh

kepala janin. (Mochtar, 1998)

7) Konstipasi / Obstipasi

- Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus

menyebabkan kesulitan untuk buang air besar (Manuaba, 1998).

8) Pigmentasi kulit

- Sekitar pipi : cloasma gravidarum

- Dinding perut

- Sekitar payudara (Manuaba, 1998)

9) Epulis

- Hipertrofi gusi disebut epulis dapat terjadi bila hamil.


29

10) Varices atau penampakan pembuluh darah vena

- Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi

penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang

mempunyai bakat.

- Penampakan pembuluh darah itu terjadi disekitar genetalia

eksterna, kaki, betis dan payudara

- Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah

persalinan. (Manuaba, 1998)

2. Tanda-tanda kemungkinan hamil

- Perut membesar

- Uterus membesar : terjadi perubahan dalam bentuk, besar dan

konsistensi dari rahim

- Tanda hegar : Hipertrofi ismus pada triwulan pertama

membuat ismus menjadi panjang dan lunak.

- Tanda Chadwick : Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan

vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (lividae)

- Tanda piscaseck : Uterus membesar ke salah satu jurusan

hingga menonjol jelas kejurusan pembesaran tersebut.

- Kontraksi-kontraksi kecil uterus bila dirangsang (Braxton-Hicks)

- Reaksi kehamilan positif

3. Tanda pasti kehamilan

Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan dengan jalan :

- Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga

bagian-bagian janin.
30

- Denyut jantung janin :

 Didengar dengan stetoskop laenec.

 dicatat dan didengar dengan alat doppler

 Dicatat dengan feto-elektro kardiogram

 Dilihat dari ultrasonografi ( USG )

- Terlihat tulang-tulang janin dalam foto-rontgen.

2.2.5 Diagnosis Banding Kehamilan

1. Hamil palsu (pseudocyesis) atau kehamilan spuria

Dijumpai tanda dugaan hamil, tetapi dengan pemeriksaan alat

canggih dan tes biologis tidak menunjukkan kehamilan.

2. Tumor kandungan atau mioma uteri

- Terdapat pembesaran rahim, tetapi tidak disertai tanda hamil

- Bentuk pembesaran tidak merata

- Perdarahan banyak saat menstruasi

3. Kista Ovarium

- Pembesaran perut, tetapi tidak disertai tanda hamil

- Datang bulan terus berlangsung

- Lamanya pembesaran perut dapat melampaui umur kehamilan

- Pemeriksaan tes biologis kehamilan dengan hasil negative

4. Hematometra

- Terlambat datang bulan yang dapat melampaui umur hamil

- Perut terasa sakit setiap bulan

- Terjadi tumpukan dalam rahim

- Tanda dan pemeriksaan hamil tidak menunjukkan hasil yang positif


31

- Sebab himen inperforata (Hymen yang tertutup)

5. Kandung kemih yang penuh

Dengan melakukan kataterisasi, maka pembesaran perut akan

menghilang.

2.2.6 Perbedaan antara Primipara dan Multípara

Tabel 2.1 Perbedaan Primipara dan Multipara


Primipara Multipara
Perut Tegang Longgar, terdapat striae

Pusat Menonjol Dapat datar

Rahim Tegang Agak lunak

Payudara Tegang, tegak Menggantung, agak lunak,


terdapat striae

Labia Mayora Bersatu Agak terbuka

Himen Koyak beberapa tempat Karunkula himenalis

Vagina Sempit dengan rugae utuh Lebar, nigae kurang

Serviks Licin, lunak, tertutup Sedikit terbuka, teraba bekas


robekan persalinan

Pembukaan Mendatar dulu diikuti Membuka bersamaan dengan


serviks pembukaan mendatar

Perineum Masih utuh Bekas luka episiotomi

2.2.7 Perubahan Anatomi dan Fisiologi pada Wanita Hamil

1. Kulit

Adanya hyperpigmentasi pada areola papila kadang juga pada muka

umumnya setelah partus akan menghilang.

2. Payudara
32

Payudara akan membesar dan tegang akibat hormon estrogen,

progesteron, somatoma motropin, namun belum mengeluarkan air

susu.

3. Dinding Perut

Pada primigravida sering dijumpai garis-garis memajnag / sering pada

perut (striae gravidarum), pada primigravida warnanya membiru

disebut striae livida dan pada multi disamping ada striae livida bisa

juga striae albican.

4. Vagina

Pembuluh darah dinding vagina bertambah hingga warna selaput

lendirnya membiru (tanda chadwick), kekenyalan (elastis) vagina juga

bertambah.

5. Cervix Uteri

Jaringan ikat pada servik mengandung kolagen akibat dari kadar

estrogen yang meningkat dan adanya hipervaskularisasi membuat

konsistensi servik menjadi lunak.

6. Uterus

Pembesaran uterus dipengaruhi oleh estrogen dan progesteron yang

meningkat, dari yang besarnya 30 gram menjadi 100 gram dengan

ukuran panjang 32 cm, lebar 24 cm dan muka belakang 22 cm

7. Cervix Uteri
33

Jaringan ikat pada servik mengandung kolagen akibat dari kadar

estrogen yang meningkat dan adanya hipervaskularisasi membuat

konsistensi servik menjadi lunak.

8. Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih terdapat corpus luteum graviditas

sampai terbentuknya placenta pada kira-kira 16 minggu, corpus

berdiameter + 3 cm kemudian mengecil setelah placenta tertutup.

2.2.8 Tanda-tanda bahaya kehamilan

1. Perdarahan

2. Sakit kepala hebat

3. Penglihatan kabur

4. Pembengkakan pada wajah dan tangan

5. Rasa sakit yang hebat pada perut

6. Gerakan bayi melemah / tidak bergerak

7. Demam tinggi

8. Muntah terus menerus dan tidak mau makan

9. Air ketuban keluar sebelum waktunya.

2.3 Konsep Kehilangan dan Berduka

2.3.1 Pengertian kehilangan

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu

yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau

keseluruhan (Pastakyu, 2010). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah


34

dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu

sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali

walaupun dalam bentuk yang berbeda.

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu

kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah

dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu

yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya (Pastakyu,

2010).

Menurut Suseno dan April (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi

kehilangan, tergantung pada :

1. Arti dari kehilangan

2. Sosial budaya

Budaya sangat mempengaruhi pengungkapan rasa sakit. Di mana tipe

penduduk Amerika percaya dengan kebebasan dan otonomi individual sama

dengan kebebasan dari rasa sakit dan penderitaan, sedangkan kelompok lain

menerima penderitaan. Jangan berasumsi bahwa semua manusia memiliki

ambang rasa nyeri yang sama (Potter & Perry, 2009).

3. Kepercayaan / spiritual

4. Peran seks

5. Status sosial ekonomi

6. Kondisi fisik dan psikologi individu

2.3.2 Tipe Kehilangan


35

Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu (Suseno dan April, 2004):

1.Aktual ataunyata

Kehilangan tipe ini mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya

amputasi, kematian orang yang sangat berarti / dicintai.

2.Persepsi

Kehilangan ini hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan,

misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan

kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.

1.3.3. Jenis-jenis Kehilangan

Terdapat 5 kategori kehilangan, yaitu:

1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai

Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang

berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-

tipe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.

Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena

keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada,

kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional

yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.

2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)

Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang

mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri

sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya.

Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau
36

komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya

kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.

3. Kehilangan objek eksternal

Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau

bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang

dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan

kegunaan benda tersebut.

4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal

Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat

dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu

periode atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan

memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.

5. Kehilangan kehidupan/ meninggal

Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon

pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya.

Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian (Suseno dan April, 2004).

2.3.4 Rentang Respon Kehilangan

Rentang respon kehidupan menurut Kubler Rose, 1969 dalam Pastakyu, 2010:

1. Fase denial

a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan

b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”.


37

c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak

jantung cepat, menangis, gelisah.

2. Fase anger / marah

a. Mulai sadar akan kenyataan

b. Marah diproyeksikan pada orang lain

c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.

d. Perilaku agresif.

3. Fase bergaining / tawar- menawar.

a. Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit bukan

saya “ seandainya saya hati-hati “.

4. Fase depresi

a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.

b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.

5. Fase acceptance

a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.

b. Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah,

akhirnya saya harus operasi “.

2.3.5 Definisi berduka

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan

yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah

tidur, dan lain-lain.Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian

kehilangan (Pastakyu, 2010).


38

NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi

dan berduka disfungsional. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang

merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun

yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan

fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.

Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu

yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun

potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-

kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

2.3.6 Teori dari Proses Berduka

Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses

berduka. Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan

untuk mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga

rencana intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan

mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang

perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan

dukungan dalam bentuk empati.

1. Teori Engels

Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat

diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.

1. Fase I (shock dan tidak percaya)


39

Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri,

duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan,

diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia

dan kelelahan.

2. Fase II (berkembangnya kesadaran)

Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin

mengalami putus asa, kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan

terjadi kekosongan jiwa secara tiba-tiba.

3. Fase III (restitusi)

Seseorang berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang

hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima

perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan

kehilangan seseorang.

4. Fase IV (Idealization)

Seseorang menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan

terhadap almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang

kurang perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.

5. Fase V (Reorganization / the out come)

Seseorang kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai

diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat

menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.

2. Teori Kubler-Ross

Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah

berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:


40

1. Penyangkalan (Denial)

Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak

untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti

“Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!”

umum dilontarkan klien.

2. Kemarahan (Anger)

Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada

setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada

fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan

marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan

merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.

3. Penawaran (Bargaining)

Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau

jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari

pendapat orang lain.

4. Depresi (Depression)

Fase ini terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari

makna kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk

berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.

5. Penerimaan (Acceptance)

Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross

mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi

kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus

asa.
41

3. Teori Martocchio

Martocchio (1985) menggambarkan 5 (lima) fase kesedihan yang

mempunyai lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi

kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon

kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda

dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5

tahun.

2.4 Dukungan Sosial


2.4.1 Pengertian
Menurut Siegel (Taylor, 1999), dukungan sosial adalah informasi dari

orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai

serta merupakan bagian dari jarinngan komunikasi dan kewajiban bersama..


Dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan

kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu

tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan

anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama (Lubis,

2006).
Sheridan dan Radmacher (Suparyanto, 2011). menekankan pengertian

dukungan sosial sebagai sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan

orang lain.
2.4.2 Bentuk dukungan sosial

Menurut Sarafino (1998) dan Taylor (1999) menyebutkan bahwa bentuk

dukungan sosial terdiri dari 5 (aspek) aspek,yaitu:

a. Dukungan Emosional

Aspek emosional melibatkan kekuatan jasmani dan keinginan untuk

percaya pada orang lain sehingga individu yang bersangkutan menjadi yakin

bahwa orang lain tersebut mampu memberikan cinta dan kasih sayang kepadanya.
42

Bentuk dukungan ini membuat individu merasa nyaman, yakin, dipedulikan dan

dicintai oleh sumber dukungan social sehingga individu dapat menghadapi

masalah dengan baik.

b. Dukungan Instrumental

Aspek instrumental terdiri dari penyediaan sarana dan materi untuk

mempermudah atau menolong orang lain sebagai contohnya adalah peralatan,

perlengkapan, dan sarana pendukung lain dan termasuk didalamnya memberikan

peluang waktu, pinjaman uang dan pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat

mengurangi stress karena individu dapat secara langsung memecahkan

masalahnya yang berhubungan dengan materi.

c. Dukungan Informatif

Aspek ini berupa pemberian informasi untuk mengatasi masalah pribadi.

Aspek informatif ini terdiri dari pemberian nasehat, pengarahan, dan keterangan

lain yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan atau melibatkan pemberian

informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis

dukugan ini membantu individu untuk mengenali dan mengatasi masalah lebih

mudah.

d. Penilaian (dukungan pada harga diri)

Aspek ini terdiri atas dukungan peran sosial yang meliputi umpan balik,

perbandingan sosial, dan afirmasi. Bentuk hubungan ini juga berupa penghargaan

yang positif pada individu, pemberian semangat, persetujuan pendapat individu


43

dan perbandingan yang positif dengan individu lain. Dukungan ini dapat

membantu individu dalam membangun harga diri dan kompetensi.

e. Dukungan dari kelompok sosial

Bentuk dukungan ini menimbulkan rasa pada individu bahwa ia menjadi

anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas social

dengannya. Hal ini akan membuat individu merasa memiliki teman senasib.

2.4.3 Sumber dukungan sosial

Sumber-Sumber Dukungan Sosial (Suhita, 2005 dalam Suparyanto, 2011)

a. Suami

Hubungan perkawinan merupakan hubungan akrab yang diikuti oleh minat

yang sama, kepentingan yang sama, saling membagi perasaan, saling mendukung,

dan menyelesaikan permaslahan bersama (Wirawan, 1991)

b. Keluarga

Keluarga merupakan sumber dukungan sosial karena dalam tercipta

hubungan yang saling mempercayai. Individu sebagai anggota keluarga akan

menjadikan keluarga sebagai kumpulan harapan, tempat bercerita, tempat

bertanya, dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan bilamana individu sedang

mengalami permasalahan (Heardman, 1990).

c. Teman/sahabat

Menurut Kail dan Neilsen (Suhita, 2005 dalam Suparyanto) teman dekat

merupakan sumber dukungan sosial karena teman sejawat dapat memberikan rasa

senang dan dukungan selama mengalami suatu permasalahan. Sedangkan menurut

Ahmadi (1991) bahwa persahabatan adalah hubungan yang saling mendukung,


44

saling memelihara, pemberian dalam persahabatan dapat terwujud barang atau

perhatian tanpa unsur eksploitasi.

2.5 Makna hidup

2.5.1 Definisi

Bastaman (2007) mendefinisikan makna hidup sebagai hal-hal yang

dijadikan tujuan hidup yang berlandaskan pada peristiwa atau hal lain yang

dianggap penting, berharga dan bernilai khusus bagi seseorang. Sedangkan

Crumbaugh dan Maholick (dalam Priyanti 2008) kebermaknaan hidup seseorang

berkaitan dengan ada tidaknya kemampuan individu menyesuaiakan diri secara

efisien terhadap berbagai masalah hidupnya.

2.5.2 Sumber Makna Hidup

Adapun sumber-sumber makna hidup menurut Bastaman (2007), meliputi:

1. Creative values (nilai-nilai kreatif)


Berkarya dan bekerja dapat menciptakan makna dalam hidup.

Keterlibatan pribadi dalam penyelesaian tugas dan tanggung jawab merupakan

sarana untuk mencari makna hidup. Sikap positif dan rasa cinta terhadap

pekerjaan serta rasa cinta terhadap pekerjaan mencerminkan keterlibatan dalam

pekerjaan Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa pekerjaan merupakan sarana

untuk menemukan dan mengembangkan makan hidup.


2. Experiential values (nilai-nilai penghayatan)
Keyakinan dan penghayatan terhadap nilai-nilai kebenaran, kebajikan,

keindahan, keimanan, dan keagamaan serta cinta kasih merupakan experiential

values. Keyakinan dan penghayatan terhadap suatu nilai membantu seseorang

berarti dalam hidupnya. Tidak sedikit orang-orang yang merasa menemukan arti

hidup dari agama yang diyakininya, atau ada orang-orang yang sebagian besar

usianya untuk menekuni cabang seni tertentu.


45

3. Attitudinal values (nilai-nilai bersikap)


Nilai-nilai bersikap dapat dijelaskan sebagai menerima dengan penuh

ketabahan, kesabaran, dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak

mungkin dielakkan lagi. Contohnya: seperti sakit yang tidak dapat disembuhkan

lagi, kematian dan menjelang kematian, setelah segala upaya dan ikhtiar

dilakukan dengan maksimal. Dalam hal ini yang perlu diubah bukan keadaannya

melainkan sikap yang diambil untuk menghadapi keadaan itu. Ini berarti apabila

menghadapi keadaan yang tak mungkin diubah atau dihindari, sikap yang tepatlah

yang dapat dikembangkan. Ini berarti bahwa dalam keadaan bagaimanapun (sakit,

nista, dosa, bahkan maut) arti hidup masih tetap dapat ditemukan, asalkan dapat

mengambil sikap yang tepat menghadapinya.


2.5.3 Karakteristik Makna Hidup
Untuk mendapatkan lebih jelas perlu dipahami beberapa sifat khusus dari

makna hidup:
1. Unik, pribadi dan temporer.
Setiap manusia adalah pribadi yang unik dimana suatu hal dapat dianggap

berarti oleh seseorang namun belum tentu berarti pula bagi orang lain. Oleh

karena itu makna hidup seseorang dan apa yang bermakna bagi dirinya biasanya

sifatnya khusus, berbeda dan tak sama dengan orang lain, serta mungkin pula dari

waktu ke waktu berubah.


2. Spesifik dan nyata
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari manusia dapat menemukan makna

hidupnya. Hal ini membantu menyadari tanggung jawab, memenuhi tujuan-

tujuan hidup yang harus dicapainya dan kewajiban-kewajiban yang masih harus

dipenuhinya.
3. Memberi pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan kita
Begitu makna hidup ditemukan dan tujuan hidup ditentukan, kita seakan-

akan dipanggil untuk melaksanakan dan memenuhinya serta terpanggil untuk


46

melaksanakan dan memenuhinya, serta kegiatan-kegiatan kita pun menjadi terarah

kepada pemenuhan itu.


Demikianlah makna hidup dan sifat-sifatnya yang unik, spesifik dan temporer

serta fungsinya sebagai pedoman pengarah kegiatan-kegiatan kita (Bastaman,

2007).
2.5.4 Komponen-Komponen Makna Hidup
Bastaman (2007) mengutarakan komponen-komponen yang menentukan

berhasilnya perubahan dari penghayatan hidup tak bermakna menjadi lebih

bermakna, yaitu :
1. Pemahaman diri (self insight), meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi

diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan kearah

kondisi yang lebih baik.


2. Makna hidup (meaning of life), adalah nilai-nilai penting dan sangat berarti

bagi kehidupan pribadi yang berfungsi sebagai tujuan hidup yang harus

dipenuhi dan sebagai pengarah kegiatan.


3. Pengubahan sikap (attitude change), adalah suatu proses diri yang semula

tidak tepat menjadi lebih tepat dalam menghadapi masalah, kondisi hidup

atau musibah.
4. Keikatan diri (self commitment), adalah munculnya suatu komitmen

seseorang yang ditandai dengan semakin terikat dengan makna hidup yang

ditemukan dan tujuan hidup yang telah ditetapkan.


5. Kegiatan terarah (directed activity), adalah upaya-upaya yang dilakukan

secara sadar dan sengaja berupa pengembangan potrnsi-potensi diri yang

positif, serta pemanfaatan relasi antar pribadi untuk menunjang tercapainya

makna dan tujuan hidup.


6. Dukungan sosial (social support), adalah hadirnya seseorang atau sejumlah

oranya yang akrab, dapat dipercaya dan selalu bersedia memberi bantauan

saat diperlukan.
2.5.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebermaknaan hidup
47

Menurut Frankl (dalam Koeswara, 1987) bahwa faktor yang mempengaruhi

penemuan hidup pada indivisu sebagai berikut :


a. Kehidupan keagamaan dan filsafat sekuler
Frankl mengemukakan bahwa makna hidup tidak selalu merupakan

persoalan agama, tetapi juga bisa dan seiring merupakan persoalan filsafat

hidup yang bersifat keduniaan.


b. Pekerjaan
Manusia bisa menemukan makna hidup melalui kerja. Dalam aktifitas

kerja, yang penting bukanlah lingkup atau luasnya pekerjaan melainkan

bagaimana seseorang bekerja sehingga bisa penuh lingkungan aktifitasnya

itu.
c. Keindahan
Frankl mengemukakan bahwa individu bisa menemukan makna didalam

hidupnya melalui sikap menerima atau menyerahkan diri kepada kehidupan

yang didapat dengan jalan keindahan.


d. Cinta dengan sesama
Dengan cinta seharusnya tidak membuat buta sebagaimana yang sering

diduga, tetapi membuat orang membuka mata, menjadikan orang yang

mengalaminya mampu melihat nilai-nilai. Kemampuan untuk melihat nilai-

nilai inilah yang membuat batin seseorang menjadi kaya. Pemerkaya batin

itu sendiri adalah salah satu unsur membentuk makna hidup.


e. Pengalaman tentang penderitaan
Dalam taraf psikospiritual, penderitaan itu memiliki makna yang cukup

vital. Penderitaan bertindak menjaga manusia dari apatis, atau memelihara

manusia agar tidak terjerumus kedalam kematian psikis. Kita matang dalam

penderitaan dan tumbuh karena penderitaan. Pendek kata, penderitaan bisa

membuat kita bisa lebih kaya dan lebih kuat.


2.5.6 Teknik menemukan makna hidup
Adapun teknik menemukan makna hidup menurut Bastaman (2007) yaitu
a. Pemahaman diri
48

Dengan teknik pemahaman diri ini, seseorang menjajagi sendiri beberapa

aspek kehidupannya pribadi, antara lain, mengenali kebaikan-kebaikan dan

kelemahan- kelemahan pribadi (tubuh, penampilan, sifat, bakat, pemikiran) dan

lingkungan- nya (keluarga, tetangga, pekerjaan, masyarakat) selain itu menyadari

keinginan- keinginan dimasa kecil, remaja,dewasa, masa lanjut usia dan

keinginan-keinginan pada waktu sekarang merumuskan secara lebih jelas cita-cita

dan hal-hal yang dinginkan dimasa mendatang. Disamping itu mencoba untuk

memahami kebutuhan-kebutuhan apa sebenarnya yang mendasari keinginan-

keinginan itu.
b. Bertindak positif
Dengan berfikir positif kita menanamkan dalam diri kita hal-hal yag serba

baik dan bermanfaat dengan harapan terungkap dalam perilaku nyata, sedangkan

dalam teknik bertindak positif kita benar-benar mencoba menerapkan hal-hal yang

baik dalam perilaku dan tindakan nyata sehari-hari. Dengan demikian perbedaan

antara kedua teknik itu terletak dalam penekanan saja, berfikir positif lebih

menekankan pada pikiran dan imajinasi sedangkan teknik bertindak positif

menekankan pada tindakan nyata yang mencerminkan pikiran dan sikap yang baik

dan positif.
c. Pengakraban hubungan
Teknik pengakraban hubungan menganjurkan agar seseorang membina

hubungan yang akrab dengan orang tertentu (keluarga, teman, rekan sekerja, dan

sebagainya) karena dalam hubungan yang akrablah seseorang merasa

diperlukan dan memerlikan orang lain, dicintai, dan mengasihi orang lain dengan

tulus tanpa mementingkan dirinya sendiri.


d. Pendalaman catur-nilai
Yang dimaksud dengan pendalaman catur-nila adalah usaha untuk

memahami benar-benar empoat ragam nilai yaitu, nilai berkarya (creative values)
49

kegiatan bekarya yang paling kelihatan adalah bekerja, makna dari kegiatan

bekarya lebih terletak pada sikap,cara dan hasil kerjanya yakni kecintaan dan

dedikasi terhadap pekerjaan dan kesungguhan dalam mengerjakiannya, nilai-nilai

penghayatan(experiental values) teknik ini menyarankan kepada kita untuk

mencoba,mengamati menyimak, memahami, menyakini, dan menghayati berbagai

nilai-nilai yang ada dalam kehidupan seperti keindahan, kebenaran, kebajikan,

keimanan, cinta kasih. Menghayati nilai-nilai ini dapat menimbulakan kepuasan,

ketenangan dan perasaan bermakna, nilai-nilai bersikap (attitudinal

values) pendalaman nilai-nilai bersikap pada dasarnya memeberi kesempatan

kepada seseorang untuk mengambil sikap yang tepat atas kondisi tragis dan

kegagalan-kegagalan yang terjadi dan tak dapat dielakkan lagi, dan nilai-nilai

pengharapan (hopeful values) adalah keyakinan akan terjadinya perubahan yang

lebih baik dimasa mendatang.

e. Ibadah
Ibadah adalah mendekatkan diri kepada tuhan dengan cara-cara yang

diajarkan oleh-Nya, yaitu agama. Menjalani hidup dengan norma-norma agama

memeberikan corak bahagia dan maknawi bagi kehidupan seseorang.

Вам также может понравиться