Вы находитесь на странице: 1из 9

MODUL 7

SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN ASET TETAP

KELOMPOK :

MELISA 1301035245

M. RISKY RAHMAN 1301035248

ELISA NURMALITA 1301035263

ESTER LORENA S 1301035274

GABRIELLA A. 1301035291

NATALIA TUBUN 1301035293

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2017
KESIMPULAN DARI INTERNAL CONTROL QUESTIONNAIRE KLIEN

Setelah mempelajari Internal Control Questionnaire perusahaan klien, dapat

ditarik beberapa kesimpulan mengenai kondisi pengendalian internal perusahaan,

yaitu sebagai berikut:

1. Dalam hal penambahan dan pengurangan aset tetap, setiap mutasi atau

pemindahan secara rutin tidak dilaporkan kepada bagian Akuntansi. Hal ini

dapat menjadi celah bagi fraud action dalam perusahaan klien.

2. Dalam hal aset tetap dalam pembangunan, peralatan dan perkakas kecil

tidak terkontrol dengan cukup.

3. Metode penyusutan aset tetap sudah sesuai dengan standar akuntansi

berterima umum, namun tidak sesuai dengan undang-undang pajak,

sehingga ketika perusahaan akan menghitung jumlah pajak terhutang,

perusahaan harus melakukan koreksi terhadap laporan keuangannya,

terutama dalam hal penyusutan. Karena untuk metode penyusutan,

perusahaan klien harus memenuhi standar penyusutan berdasarkan undang-

undang pajak.

4. Perbandingan antara anggaran dan aktual tidak dilakukan, sehingga ini dapat

memunculkan celah bagi pihak yang curang untuk melakukan fraud dalam

hal anggaran.

5. Perusahaan tidak melakukan review sama sekali terhadap keberadaan aset

tetapnya, sehingga persuahaan tidak dapat mengetahui keadaan real dari

aset tetapnya, apakah masih layak, rusak, atau bahkan hilang.

Prosedur audit untuk pemeriksaan aset tetap.

Prosedur audit untuk aset tetap adalah sebagai berikut:

1) Pelajari dan evaluasi internal control atas aset tetap.

Dalam hal ini biasanya auditor menggunakan Internal Control Questionnaires

(ICQ), ciri internal control yang baik atas aset tetap adalah digunakannya

anggaran untuk penambahan aset tetap. Jika ada aset tetap yang ingin dibeli
tetapi belum tercantum di anggaran maka aset tetap tersebut tidak boleh dibeli

dahulu.

a) Setiap penambahan dan penarikan aset tetap terlebih dahulu harus

diotorisasi oleh pejabat berwenang.

b) Adanya kebijakan tertulis dari manajemen

mengenai capitalization dan depreciation policy.

c) Diadakannya kartu aset tetap atau sub buku besar aset tetap yang

mencantumkan tanggal pembelian, nama supplier, harga perolehan, metode

dan persentase penyusutan, jumlah penyusutan, akumulasi penyusutan dan

nilai buku aset tetap.

d) Setiap aset tetap diberi nomor kode.

e) Minimal setahun sekali dilakukan inventarisasi (Pemeriksaan fisik aset

tetap), untuk mengetahui keberadaannya dan kondisi dari aset tetap.

f) Bukti-bukti pemilikan aset tetap disimpan ditempat yang aman.

g) Aset tetap diasuransikan dengan jumlah Insurance Coverage (nilai

pertanggungan) yang cukup.

h) Minta kepada Klien Top Schedule serta Supporting Shedule aset tetap, yang

berisikan : Saldo awal, penambahan serta pengurangan-pengurangannya

dan saldo akhir, baik untuk harga perolehan maupun akumulasi

penyusutannya.

i) Periksa footing dan cross footingnya dan cocokkan totalnya dengan General

Ledger atau Sub-Ledger, saldo awal dengan Working Paper tahun lalu.

j) Vouched penambahan serta pengurangan aset tetap. Untuk penambahan

aset tetap, selain diperhatikan otorisasi dan kelengkapan supporting

document, harus dilihat apakah penambahan tersebut sudah tercantum di

anggaran, sedangkan untuk pengurangan aset tetap harus diperiksa Journal

Entrynya.

2) Periksa fisik dari aset tetap dan perhatikan kondisinya apakah masih dalam

keadaan baik atau sudah rusak. Mengenai pemeriksaan fisik aset tetap secara

basis test ada 2 pendapat, antara lain


 Yang dites hanya penambahan dalam tahun berjalan yang jumlahnya

besar.

 Diutamakan penambahan yang baru serta beberapa aset tetap yang lama.

Pada pendapat yang pertama memang akan lebih cepat pelaksanaannya, tetapi

ada kelemahan yaitu bila ada aset tetap yang sudah lama dibeli atau tidak dapat

dipakai lagi, maka dengan cara pertama tidak diketahui.

3) Pemeriksaan bukti pemilikan aset tetap

Contoh dalam hal ini harus dicocokkan nomor mesin, chasis, dan nomor polisi

kendaraan yang tercantum di BPKB dan STNK dengan yang terdapat di kendaraan.

Perhatikan juga apakah surat-surat tanah, gedung, kendaraan atas nama

perusahaan.

4) Pelajari dan periksa apakah Capitalization serta Depreciation Policy-nya

konsisten dengan tahun sebelumnya (misal perhitungan menggunakan Straigh

Line Method). Tentang Policy dan Capitalization tersebut ada beberapa

kemungkinan :

a) Berdasarkan jumlahnya, misalnya diatas Rp1.000.000 harus dikapitalisi.

b) Berdasarkan masa manfaatnya

c) Campuran antara jumlah dan masa manfaatnya.

Tentang Policy dari penyusutannya ada beberapa kemungkinan, apakah

penyusutan tersebut dimulai :

a) Pada tanggal pembelian;

b) Pada tanggal pemakaian;

c) Juga perlu diketahui masa penyusutannya, misal tanggal pembelian 1-15

dihitung satu bulan penuh sedangkan 16-30/31 dihtung setengah bulan.

d) Analisis perkiraan repair dan maintenance.

5) Periksa kecukupan Insurance Coverage, dalam artian jangan sampai terlalu kecil

atau terlalu besar. Jika terlalu kecil ada bahaya bahwa jika terjadi kebakaran,

ganti rugi perusahaan asuransi tidak mencukupi untuk membeli aset tetap
(misalkan gedung atau mesin) yang baru sehingga mengganggu kegiatan operasi

perusahaan. tentang penilaian cukup tidaknya Insurance Coverage tersebut

adalah atas dasar jumlah yang mendekati harga pasar.

6) Tes perhitungan penyusutan dan alokasi biaya penyusutan aset tetap.

Penyusutan ini biasanya dari aset tetap yang dapat disusutkan, seperti gedung

kantor dan sebagainya, sebab ada juga Fixed Assets yang tidak dapat disusutkan

seperti Tanah hak milik. Tetapi bila tanah tersebut digunakan untuk bahan baku

pembuatan batu bata atau genteng, maka dapat disusutkan biasa disebut

sebagai deplesi.

Apabila tanah tersebut merupakan tanah dengan hak guna bangunan, maka

tanah tersebut tidak dapat disusutkan. Auditor harus memeriksa akurasi dari

perhitungan penyusutan yang dibuat klien, dan ketetapan alokasi biaya

penyusutan sebagai bagian dari biaya produksi tidak langsung, biaya umum dan

administrasi serta biaya penjualan.

7) Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank, untuk

memeriksa apakah ada aset yang dijadikan jaminan atau tidak.

8) Periksa apakah ada Commitment yang dibuat oleh perusahaan untuk membeli

atau menjual aset tetap.

9) Untuk Contruction In Progress, kita periksa penambahannya dan apakah

ada Construction In Progress yang harus ditransfer ke aset tetap.

10) Jika ada aset yang diperoleh melalui leasing, periksa lease agreement dan

periksa apakah Accounting treatment-nya sudah sesuai dengan standar

akuntansi leasing.

11) Periksa apakah ada aset tetap yang dijaminkan. Jika aset tetap dijaminkan

berarti bukti pemilikan diserahkan (disimpan) di bank, sehingga auditor harus

memeriksa tanda terima penyerahan bukti-bukti kepemilikan. selain itu jika ada

aset tetap yang dijaminkan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan

keuangan.

12) Periksa penyajian aset tetap dalam laporan keuangan apakah sudah sesuai

dengan SAK/ETAP/IFRS, baik di Posisi Keuangan,(cost and accumulated

depreciation), di laba rugi (biaya penyusutan), di catatan atas laporan keuangan

(kebijakan kapitalisasi dan penyusutan,rincian garis besar aset tetap) maupun di


lampiran (rincian aset tetap). yang telah disebutkan berlaku untuk repeat

engagements (penugasan berulang) makanya dititikberatkan pada pemeriksaan

transaksi tahun berjalan (periode yang diperiksa).

Untuk First Audit (audit pertama kali) bisa dibedakan sebagai berikut :

Jika tahun sebelumnya perusahaan sudah diaudit oleh kantor akuntan lain,

saldo awal saldo aset tetap bisa dicocokkan dengan laporan akuntan terdahulu dan

kertas kerja pemeriksaan akuntan tersebut.

Jika tahun-tahun sebelumnya perusahaan belum pernah diaudit, akuntan

publik harus memeriksa mutasi penambahan dan pengurangan aset tetap sejak

awal berdirinya perusahaan, untuk mengetahui apakah pencatatan yang dilakukan

perusahaan untuk penambahan dan pengurangan aset tetap, serta metode dan

perhitungan penyusutan aset tetap dilakukan sesuai dengan standar akuntansi di

Indonesia (SAK/ETAP/IFRS). Tentu saja pemeriksaan mutasi tahun-tahun

sebelumnya dilakukan secara test basis dengan mengutamakan jumlah material.


Keterangan Ref. Per Klien PARE Per Audit 31 Per Audit 31
31 Des Des 2012 Des 2011
2012
KK D K

Harga Perolehan

Tanah 775,000,000 775,000,000

Bangunan dan 650,000,000 650,000,000


Prasarana

Peralatan kantor 38,500,000 126,000,000 21,000,000 143,500,000 19,500,000

Kendaraan 288,500,000 87,200,000 375,700,000 288,500,000

Akumulasi Penyusutan

Bangunan dan 23,125,000 6,750,000 29,875,000 67,708,300


Prasarana

Peralatan Kantor 2,300,400 10,275,000

Kendaraan 59,500,000 104,016,600

Nilai Buku

Tanah 775,000,000 775,000,000

Bangunan dan 559,166,700 582,291,700


Prasarana

Peralatan Kantor 25,924,600 9,225,000

Kendaraan Bermotor 124,983,400 184,483,400

Klien: PT PETA Dibuat Oleh: Diperiksa Oleh: Indeks: J

Kelompok 3 Kelompok 3

Skedul: Aset tetap Tanggal: Tanggal: 05/12/2012 Periode :


04/12/2017 31/12/2012
KERTAS KERJA PEMERIKSAAN

Catatan Pemeriksaan:

1. Kebijakan Akuntansi

Aset tetap dicatat berdasarkan harga perolehan,. Penyusutan aset tetap menggunakan metode garis lurus

tanpa nilai residu, dengan taksiran umur ekonomis sebagai berikut:

Bangunan dan prasarana 20 Tahun

Kendaraan 10 Tahun

Peralatan Kantor 5 Tahun

2. Kami telah melakukan pemeriksaan fisik atas aset tetap bersama dengan staf bagian umum. Setelah

dilakukan pemeriksaan fisik ditemukan bahwa aset tetap belum diberikan kode aset tetap.

3. Kami telah melakukan pemeriksaan terhadap beban penyusutan aset tetap.

4. Berdasarkan laporan keuangan yang telah kami audit, terdapat beberapa hal yang perlu kami koreksi

terkait dengan jurnal aset tetap yang telah dibuat oleh perusahaan klien. Diantaranya sebagai berikut:

5. Pembelian filling cabinet, koreksi yang kami berikan:

Peralatan Kantor (filling cabinet) Rp. 1.000.000

Laba Ditahan Rp. 1.000.000

b. Pertukaran Aset, koreksi yang kami berikan adalah:

Peralatan kantor baru Rp. 25.000.000

Akumulasi Penyusutan Rp. 6.750.000

Rugi Pertukaran Rp. 1.354.000

Peralatan Lama Rp. 15.000.000

Bank Bini Rp. 18.104.000

c. Pembelian mesin photo copy yang belum dicatata:

Peralatan Kantor Rp. 10.000.000

Bank Bini Rp. 10.000.000

Laba ditahan Rp. 166.667

Akumulasi Penyusutan Rp. 166.667

d. Reparasi kendaraan yang menambah nilai tambah

Kendaraan Rp. 12.500.000

Laba Ditahan Rp. 12.500.000

5. Berdasarkan pengamatan kami sebagai auditor, terkait dengan akun sewa guna usaha, perusahaan
telah melakukan kekeliruan dalam melakukan penjurnalan. Oleh karena itu, jurnal koreksi yang kami berikan

adalah:

a. Sewa guna Usaha

Truk Fuso Rp. 74.700.000

Kas Rp. 14.940.000

Hutang Rp. 59.760.000

Laba ditahan Rp. 22.410.000

Hutang Bunga Rp. 22.410.000

(untuk mencatat beban bunga yang belum dicatat)

b. Pencicilan pokok sewa dan beban bunga

30/10

Hutang Bunga Rp. 622.500

Hutang Pinjaman Rp. 1.660.000

Kas Rp. 2.282.500

30/11

Hutang Bunga Rp. 622.500

Hutang Pinjaman Rp. 1.660.000

Kas Rp. 2.282.500

30/12

Hutang Bunga Rp. 622.500

Hutang Pinjaman Rp. 1.660.000

Kas Rp. 2.282.500

Kesimpulan Pemeriksaan:

Menurut pendapat kami, saldo aset tetap telah disajikan secara wajar dan sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan yang berlaku umum.

Klien: PT.PETA Dibuat Oleh: Diperiksa Oleh: Indeks:

Kelompok 3 Kelompok 3 j

Skedul: Aset Tetap Tanggal: Tanggal: Periode:

04/12/2017 05/12/217 31/12/2012

Вам также может понравиться