Вы находитесь на странице: 1из 42

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total
maupun parsial, yang umumnya disebabkan oleh trauma.
Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung
dan trauma tidak langsung. Trauma pada wajah sering melibatkan tulang-tulang
pembentuk wajah, diantaranya mandibula.
Mandibula merupakan bagian dari tulang wajah yang sering mengalami
cedera karena posisinya yang menonjol, dan merupakan sasaran pukulan dan
benturan. Trauma yang terjadi pada mandibula sering menimbulkan farktur yang
menganggu fungsi pengunyahan.
Fraktur mandibula adalah salah satu cedera wajah yang sering ditemukan
dan biasanya disebabkan oleh trauma langsung. Penyebab utama dari fraktur di
seluruh dunia adalah kecelakaan lalu lintas dan kekerasan.
Oleh karena mandibula bagian tersering mengalami fraktur pada trauma
dibagian wajah, penting untuk mengetahui dengan tepat penanganan awal,
tindakan perbaikan serta mewaspadai komplikasi yang akan terjadi, dari teknik
yang dipilih untuk kesembuhan yang sempurna baik dari segi fungsi pengunyahan
dan estetika wajah.
Banyaknya kasus kecelakaan yang terjadi dilaporkan oleh Unit
Darurat Rumah Sakit dr.Doris Sylvanus, ternyata cidera daerah kepala cukup
tinggi. Salah satu cidera pada kepala adalah trauma maksilofasial. Trauma
maksilofasial mempunyai banyak variasi antara lain, dapat berupa patah
tulang hidung, patah tulang maksila, patah tulang mandibula, cedera jaringan
lunak sekitarnya atau kombinasinya (Thaib et al., 1985).
Juli et al., (2005) menyatakan, dari seluruh fraktur di daerah wajah,
sekitar dua pertiga adalah fraktur mandibula. Meskipun mandibula merupakan
tulang wajah yang terpadat dan terkuat, bentuk anatomis dan posisi
mandibula mengakibatkan lebih sering terjadi fraktur dibandingkan tulang muka
lain (Grabb dan Smith, dalam Julia et al., 2005). Mandibula terkena cedera
2

karena posisinya yang menonjol. Daerah mandibula yang lemah adalah daerah
subkondilar, angulus mandibula, dan daerah mentalis (Pederse n, 1996).
Beberapa faktor lain penyebab fraktur mandibula selain karena
kecelakan berkendara diantaranya adalah kecelakaan kerja, terjatuh, serangan
atau kekerasan individu, aktifitas olahraga dan sebagainya (Chang, 2008).
RSUD dr.Doris Sylvanus merupakan rumah sakit umum yang berada di
Palangkaraya merupakan rumah sakit rujukan dan merupakan salah satu rumah
sakit pendidikan di kota Palangkaraya. Berdasarkan uraian di atas, penulis
ingin menyusun studi kasus dengan Fraktur Mandibula pada An.D diruang
Dahlia RSUD. Doris Sylvanus Palangka Raya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan bagaimana penerapan
Asuhan Keperawatan pada An.D dengan Fraktur Mandibula di Ruang Dahlia
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

1.3 Tujuan Studi Kasus


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Fraktur Mandibula diruang Dahlia RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada An.D dengan Fraktur
Mandibula diruang Dahlia RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya
1.3.2.2 Mampu menegakan diagnosa keperawatan pada An.D dengan Fraktur
Mandibula diruang Dahlia RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya
1.3.2.3 Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada An.D dengan
Fraktur Mandibula diruang Dahlia RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka
Raya
1.3.2.4 Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pada An.D dengan
Fraktur Mandibula diruang Dahlia RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka
Raya
3

1.3.2.5 Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada pada An.D dengan


Fraktur Mandibula diruang Dahlia RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka
Raya
1.3.2.6 Mampu melakukan pendokumentasian terhadap pendokumentasian yang
dilakukan pada An.D dengan Fraktur Mandibula diruang Dahlia RSUD
dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Teoritis
Laporan study kasus ini sebagai bahan informasi bagi perawat untuk
meningkatkan mutu profesi keperawatan dalam melaksanakan Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan Fraktur Mandibula.
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Rumah Sakit
Sebagai bahan masukkan dalam upaya pelayanan pelaksanaan Asuhan
Keperawatan khususnya bagi perawat diruang Dahlia RSUD dr.Doris
Sylvanus Palangka Raya
1.4.2.2 Pendidikan
Sebagai referensi belajar Mahasiswa STIKES Eka Harap Palangka Raya
dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan dengan masalah Fraktur
Mandibula.
1.4.2.3 Mahasiswa
Menambah wawasan dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada
Fraktur Mandibula dan sebagai bahan acuan atau referensi bagi
mahasiswa dalam penulisan laporan studi kasus.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Fraktur Mandibula
2.1.1 Definisi
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan otot dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan
lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap
atau tidak lengkap (Price dan Wilson, 2006).

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat
total maupun sebagian. (Muttaqin, Arif. 2008)

Mandibula adalah tulang rahang bawah, tulang yang tidak teratur dan
merupakan satu-satunya tulang kepala yang dapat bergerak.

Fraktur mandibula adalah rusaknya kontinuitas tulang mandibula yang dapat


disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung.

2.1.2 Etiologi
2.1.2.1 Trauma langsung: benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat
tersebut.
2.1.2.2 Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang
jauh dari area benturan.
2.1.2.3 Fraktur patologis: fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau
tanpa trauma. Contohfraktur patologis: Osteoporosis, penyakit metabolik,
infeksi tulang dan tumor tulang.
2.1.3 Manifestasi Klinik
2.1.3.1 Tidak dapat menggunakan anggota gerak
2.1.3.2 Nyeri pembengkakan
2.1.3.3 Terdapat trauma
2.1.3.4 Gangguan fungsi anggota gerak
2.1.3.5 Deformitas
2.1.3.6 Kelainan gerak
5

2.1.4 Patofisiologi
Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah,
sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi
perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan
hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan
jaringan tulang yang mengatasi fraktur.

Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah


ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan
tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera,
tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk
bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian
merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam
pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain.

Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan


tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan
menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini
menyebabkan terjadinya edema, sehingga mengakibatkan pembuluh darah
menyempit dan terjadi penurunan perfusi jaringan.
6

2.1.5 Pathway

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


2.1.6.1 X.Ray
2.1.6.2 Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
2.1.6.3 Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
2.1.7 Penatalaksanaan Medik
2.1.7.1 Konservatif : Immobilisasi, mengistirahatkan daerah fraktur.
2.1.7.2 Operatif : dengan pemasangan Traksi, Pen, Screw, Plate, Wire
2.1.8 Komplikasi
2.1.8.1 Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
2.1.8.2 Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
2.1.8.3 Non union : tulang yang tidak menyambung kembali
7

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Pengkajian primer:
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
2.2.1.2 Pengkajian sekunder
a. Aktivitas/istirahat
 Kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
 Keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi
 Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
 Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
 Tachikardi
 Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
 Cailary refil melambat
 Pucat pada bagian yang terkena
 Masa hematoma pada sisi cedera
c. Neurosensori
 Kesemutan
 Deformitas, krepitasi, pemendekan
 kelemahan
d. Kenyamanan
 nyeri tiba-tiba saat cidera
 spasme/ kram otot
8

e. Keamanan
 laserasi kulit
 perdarahan
 perubahan warna
 pembengkakan lokal

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


2.2.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2.2.2.2 Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik
(misal:koyakan/robekan)
2.2.2.3 Kekurangan volume cairan dalam tubuh berhubungan dengan hilangannya
volume cairan secara aktif
2.2.2.4 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan rasa nyeri
2.2.2.5 Defisit perawatan diri makan berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal
9

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji ulang lokasi, intensitas 1. Mengetahui adanya tanda2
berhubungan dengan keperawatan selama 1x6 jam dan tipe nyeri infeksi
agen cidera fisik diharapkan nyeri klien berkurang 2. Pertahankan imobilisasi
atau hilang dengan kriteria hasil: bagian yang sakit dengan 2. Mengetahui adanya infeksi
- Klien Mengatakan nyerinya tirah baring kalau suhu tubuh naik
berkurang atau hilang 3. Berikan lingkungan yang 3. Untuk mempertahankan
- Skala nyeri (0-1) tenang dan berikan dorongan integritas kulit
untuk melakukan aktivitas
hiburan 4. Untuk mencegah dekubitus
4. Ganti posisi dengan bantuan 5. Mencegah kerusakan
bila ditoleransi integritas kulit
5. Dorong menggunakan tehnik 6. Untuk mencegah infeksi
relaksasi, latihan nafas
dalam, imajinasi visualisasi,
sentuhan
6. Observasi tanda-tanda vital
7. Kolaborasi : pemberian
analgetik
10

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


2. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji ulang integritas luka 1. Mengetahui adanya
jaringan berhubungan dan observasi terhadap tanda2 infeksi
keperawatan selama 1x6 jam
dengan faktor mekanik tanda infeksi
(seperti: koyakan/robekan) diharapkan integritas kulit 2. Monitor suhu tubuh 2. Mengetahui adanya
3. Lakukan perawatan kulit, infeksi kalau suhu tubuh
yang baik tetap terjaga dengan
dengan sering pada patah naik
kriteria hasil : tulang yang menonjol 3. Untuk mempertahankan
4. Lakukan alih posisi integritas kulit
- Klien mengatakan badannya
dengan sering,
bugar 5. Pertahankan seprei tempat 4. Untuk mencegah
tidur tetap kering dan dekubitus
- Luka tampak bersih
bebas kerutan 5. Mencegah kerusakan
6. Kolaborasi pemberian integritas kulit
antibiotik. 6. Untuk mencegah infeksi
11

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


3. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan catatan intake dan 1. Menjaga keseimbangan
cairan dalam tubuh keperawatan selama 1 x 6 jam, output yang akurat volume cairan
b/d hilangannya diharapkan masalah kekurangan 2. Monitor status hidrasi 2. Mengetahui kualitas
volume cairan volume cairan dalam tubuh dapat (kelembaban membran mukosa, pemasukan volume cairan
secara aktif di pertahankan dengan kriteria nadi adekuat) 3. Mendapatkan nutrisi yang
hasil : 3. Dorong keluarga untuk adekuat.
- Tekanan darah, nadi, suhu tubuh membantu pasien makan 4. Mengoptimalkan
dalam batas normal 4. Tawarkan minuman/makanan pemasukan volume cairan
- Tidak ada tanda tanda dehidrasi ringan (snack, jus buah, buah
- Elastisitas turgor kulit baik segar )
- Membran mukosa lembab
12

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


4.Gangguan perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor vital sign 1. Mengetahui perubahan sirkulasi
jaringan berhubungan keperawatan selama 1x6jam 2. Monitor adanya daerah yang 2. Mengetahui daerah yang
dengan rasa nyeri diharapkan status sirkulasi hanya peka terhadap mengalami gangguan
baik dengan kriteria hasil : panas/dingin/tajam/tumpul 3. Mengetahui adanya lesi / laserasi
- TTV dalam batas 3. Observasi kulit 4. Untuk menjaga sirkulasi darah di
normal 4. Batasi gerakan pada rahang rahang
5. Kolaborasi pemberian analgetik
13

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


5. Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kemampuan pasien 1. Untuk mengetahui cara
diri makan keperawatan selama 1x6 jam untuk makan memberikan makanan
berhubungan ADL klien dapat terpenuhi 2. Ciptakan lingkungan yang 2. Menambahkan rasa nyaman
dengan gangguan /dipertahankan dengan kriteria nyaman 3. Agar tidak terjadi aspirasi
muskuloskeletal hasil : 3. Atur posisi pasien senyaman 4. Memudahkan klien
- Klien mengatakan bisa mungkin sebelum memberi memakan makanan
makan makan 5. Agar diet terpenuhi
- Klien tampak bisa makan 4. Berikan alat bantu untuk makan, Menjaga keseimbangan
mis: sedotan, sendok. volume cairan
5. Berikan makanan sesuai anjuran
14

2.2 Konsep Dasar Nutrisi


2.2.1 Definisi Nutrisi
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makan oleh
tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh,
(A. Aziz Alimul H, 2009).
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaan dimana individu yang
mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolic
(Wilkinson Judith M. 2007).

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah intake nutrisi tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan metabolic (Nanda. 2005-2006).

Nutrisi adalah sejenis zat kimia organic atau anorganikyang terdapat


dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan fumgsinya. Enam
zat nutrisi esensial yaitu, karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air, dan mineral.

2.1.2 Jenis – Jenis Nutrisi


Nutrisi adalah zat kimia organik dan anorganik yang ditemukan dalam
makanan dan diperoleh untuk penggunaan fungsi tubuh.
Nutrient terdiri dari beberapa , diantarannya :
a. Karbohidrat
Karbohidrat adalah komposisi yang terdiri dari elemen karbon, hidrogen
dan oksigen. Karbohidrat dibagi atas :
- Karbohidrat sederhana (gula) ; bisa berupa monosakarida (molekul tunggal
yang terdiri dari glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Juga bisa berupa
disakarida (molekul ganda), contoh sukrosa (glukosa + fruktosa),
maltosa (glukosa + glukosa), laktosa (glukosa + galaktosa).
- Karbohidrat kompleks (amilum) adalah polisakarida karena disusun
banyak molekul glukosa.
- Serat adalah jenis karbohidrat yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, tidak
dapat dicerna oleh tubuh dengan sedikit atau tidak menghasilkan kalori
tetapi dapat meningkatkan volume feces.
Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup,
terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya
15

pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya
selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Kebutuhan
karbohidrat 60-75% dari kebutuhan energi total.
b. Protein
Protein sangat penting untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan
tubuh. Beberapa sumber protein berkualitas tinggi adalah: ayam, ikan, daging,
babi, domba, kalkun, dan hati. Beberapa sumber protein nabati adalah: kelompok
kacang polong (misalnya buncis, kapri, dan kedelai), kacang-kacangan, dan biji-
bijian.
Protein merupakan konstituen penting pada semua sel, jenis nutrien ini
berupa struktur nutrien kompleks yang terdiri dari asam-asam amino. Protein akan
dihidrolisis oleh enzim-enzim proteolitik. Untuk melepaskan asam-asam amino
yang kemudian akan diserap oleh usus. Fungsi protein :
- Protein menggantikan protein yang hilang selama proses metabolisme
yang normal dan proses pengausan yang normal.
- Protein menghasilkan jaringan baru.
- Protein diperlukan dalam pembuatan protein-protein yang baru dengan
fungsi khusus dalam tubuh yaitu enzim, hormon dan haemoglobin.
- Protein sebagai sumber energi, kebutuhan protein 10-15% atau 0,8-1,0
g/kg BB dari kebutuhan energi total.
c. Lemak
Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan. Lemak dan minyak
terdiri atas gabungan gliserol dengan asam-asam lemak. Kebutuhan lemak 10-
25% dari kebutuhan energi total. Fungsi lemak :
- Sebagai sumber energi ; merupakan sumber energi yang dipadatkan
dengan memberikan 9 kal/gr.
- Ikut serta membangun jaringan tubuh.
- Perlindungan.
- Penyekatan/isolasi, lemak akan mencegah kehilangan panas dari
tubuh.
- Perasaan kenyang, lemak dapat menunda waktu pengosongan lambung
dan mencegah timbul rasa lapar kembali segera setelah makan.
16

- Vitamin larut dalam lemak, asam arakhidonat (AA) dan asam


dokosaheksaenoat (DHA) adalah dua asam lemak penting, khususnya
dalam masa pertumbuhan otak bayi yang berlangsung sangat pesat
selama 6 bulan kedua kehidupan. Pada periode ini, AA dan DHA
berperan besar dalam perkembangan mental dan daya lihat bayi.
Karena sebagian besar makanan sapihan mengandung sedikit AA dan
DHA, susu-lanjutan yang diperkaya dengan AA dan DHA akan
menjadi sumber penting dua asam lemak ini.
d. Vitamin
Vitamin adalah bahan organic yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan
berfungsi sebagai katalisator proses metabolisme tubuh. Vitamin dibagi dalam dua
kelas besar yaitu vitamin larut dalam air (vitamin C, B1, B2, B6, B12) dan
vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E dan K). Berikut ini rincian dari
beberapa vitamin dan penting :
- Vitamin A, vitamin ini membantu perkembangan daya lihat bayi. Juga
berperan dalam proses kerja sel tulang. Anak-anak yang kekurangan
vitamin A akan menderita rabun senja serta gangguan pertumbuhan.
Mereka juga rentan terhadap infeksi. Sumber vitamin A antara lain:
telur, keju, dan hati.
- Vitamin B-kompleks, semua vitamin B membantu produksi energi,
dan membantu terbentuknya sel-sel otak bayi. Vitamin B1 dan niasin
(salah satu anggota B-kompleks) membantu sel tubuh menghasilkan
energi. Vitamin B6 membantu tubuh melawan penyakit dan infeksi.
B12 digunakan dalam pembentukan sel darah merah. Kecukupan
vitamin B-kompleks membantu mencegah kelambatan pertumbuhan,
anemia, gangguan penglihatan, kerusakan syaraf, dan gangguan
jantung. Makanan seperti misalnya roti, padi-padian, dan hati banyak
mengandung vitamin B-kompleks. Setiap anggota vitamin B-kompleks
bersumber dari makanan tertentu misalnya: B1 dari kacang buncis dan
daging babi; B12 dari daging, ikan, telur, dan susu.
- Vitamin C, anak-anak dapat memperoleh vitamin C dari jeruk dan
berbagai sayuran. Mereka memerlukan vitamin C untuk membentuk
17

beberapa zat kimia dan menggerakkan zat kimia lain (salah satu
anggota grup vitamin B, misalnya) agar dapat digunakan tubuh.
Vitamin C juga membantu penyerapan zat besi. Mereka yang
kekurangan vitamin C bisa menderita kelemahan tulang, anemia, dan
gangguan kesehatan lainnya.
- Vitamin D, sinar matahari membantu tubuh membuat sendiri vitamin
D, kebutuhan vitamin ini sudah terpenuhi dengan bantuan sinar
matahari. Vitamin D sangat penting karena membantu kalsium masuk
ke tulang. Inilah sebabnya mengapa vitamin D kadang ditambahkan ke
dalam susu sapi. Makanan yang diperkaya vitamin D lebih baik
daripada suplemen vitamin. Anak-anak yang mengkonsumsi diet
rendah vitamin D bisa menderita ricketsia, suatu penyakit yang
melemahkan tulang atau menjadikan tulang cacat.
e. Mineral dan Air
Mineral merupakan unsure esensial bagi fungsi normal sebagian enzim,
dan sangat penting dalam pengendalian system cairan tubuh. Mineral merupakan
konstituen esensial pada jaringan lunak, cairan dan rangka. Rangka mengandung
sebagian besar mineral. Tubuh tidak dapat mensintesis sehingga harus disediakan
lewat makanan. Tiga fungsi mineral :
- Konstituen tulang dan gigi ; contoh : calsium, magnesium, fosfor.
- Pembentukan garam-garam yang larut dan mengendalikan komposisi
cairan tubuh ; contoh Na, Cl (ekstraseluler), K, Mg, P (intraseluler).
- Bahan dasar enzim dan protein, kira-kira 6% tubuh manusia dewasa
terbuat dari mineral.
Air merupakan zat makanan paling mendasar yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Tubuh manusia terdiri dari atas 50%-70% air. Pada orang dewasa
asupan air berkisar antara 1200-1500cc per hari, namun dianjurkan sebanyak 1900
cc sebagai batas optimum.
18

2.1.3 Etiologi
Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan pada
kebutuhan nutrisi, antara lain:
a. Intake nutrisi.
b. Kemampuan mendapat dan mengolah makanan.
c. Gangguan menelan dan sakit gigi.
d. Anoreksia.
e. Nause dan vomiter (mual dan muntah)
f. Obstruksi saluran cerna
g. Diabetes militus (DM)
h. Malabsorbsi nutrient
i. Stres dan depresi
j. Kanker
k. Pertumbuhan
l. Gaya hidup
m. Kebudayaan
n. Sumber ekonomi

2.1.4 Patofisiologi
Kondisi fisiologis yang mempengaruhi status nutrisi termasuk tingkat
aktivitas, keadaan sakit, kemampuan daya beli, dan menyiapkan makanan serta
prosedur dan pengobatan yang dilakukan.
Beberapa kondisi fisiologis dapat menyebabkan menurunkan zat makanan
tertentu, dan suatu saat akan meningkat. Penyakit ginjal dapat menurunkan
kebutuhan protein oleh protein diekskresikan diginjal .
Gangguan fisik dapat terjadi disepanjang saluran pencernaan yang
menyebabkan menurunkan asupan nutrisi. Gangguan absorbs, gangguan
transportasi, atau penggunaan yang tidak sepantasnya. Luka pada mulut dapat
menyebabkan menurunnya asupan nutrisi akibat nyeri saat makan. Diare dapat
menurunkan absorbsi nutrisi karena didorong lebih cepat.
19

2.1.5 Pathway

Pola makan tidak teratur, obat-obatan, stress,nikotin, dan alcohol

Berkurangnya pemaskan makanan

Kekosongan lambung

Erosi pada lambung

Produksi asam lambung meningkat

Reflek muntah

Intake makanan tidak adekuat

Kekurangan nutrisi

2.1.6 Manifestasi Klinis


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Kram dan nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
- Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal.
- Diare
- Kehilangan rambut berlebih
- Bising usus hiperaktif
- Tonus otot menurun
- Cepat kenyang setelah makan
- Mengeluh gangguan sensasi rasa
- Sariawan rongga mulut
- Sukar menelan
2. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
- Disfungsi pola makan
- Nafsu makan berlebih
- Aktivitas monoton
- Lipatan otot trisep >25 cm pada wanita, >15 cm pada pria
20

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Rontgen
b. USG
c. Laboratorium
2.1.8 Penatalaksanaan
a. Perbaikan gizi
b. Pendidikan kesehatan
c. Pengobatan
d. Kolaborasi
- Pemberian cairan pariental
- Pemberian obat – obatan per oral maupun pariental
- Pengaturan diet terprogram sesuai saran ahli gizi
- Penyuluhan tentang penyimpanan dan penyajian makanan
21

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Status nutrisi seseorang dapat dikaji melalui A,B,C,D yaitu:
a. A (antro pometri): untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energy.
b. B (biokimia): digunakan untuk suatu peringatan bahwa mungkin akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi
c. C (clinical sign): untuk mensurvey klinis secara cepat (tanda-tanda klinis)
d. D (dietary): makanan yang dikonsumsi
Pengkajian keperawatan terhadap masalah gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi, yaitu:
a. Data subjektif :
- Biodata
- Alasan datang
- Keluhan utama
- Riwayat kesehatan pasien dan keluarga
b. Data objektif :
- Pemeriksaan fisik umum
- Pemeriksaan fisik dengan inspeksi, palpasi, auskultasi,dan perkusi
- Pemeriksaan khusus
- Pemeriksaan penunjang
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangaan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kemungkinan berhubungan dengan:
- Efek dari pengobatan
- Mual dan muntah
- Gangguan intake makanan
- Radiasi atau kemoterapi
- Penyakit kronis
- Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
- Ketidakmampuan untuk menelan makanan
22

b. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh


Kemungkinan berhubungan dengan:
- Kelebihan intake makanan
- Gaya hidup
- Perubahan pola makan
- Perubahan kultur
- Psikologis untuk konsumsi tinggi kalori
c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
Faktor resiko:
- Mengonsentrasikan asupan makanan pada malam hari
- Disfungsi pola makan
- Terlihat gangguan makan sebagai tindakan menyenangkan
- Obesitas parental
- Gaya hidup monoton
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
a. Lakukan pendekatan pada a. Dapat tercipta hubungan yang baik
klien antara klien dan petugas
b. Tanyakan tentang pilihan b. Dapat meningkatkan nafsu makan
makanan yang sesuai
c. Tanyakan tentang riwayat c. Dapat mengidentifikasi gangguan
alergi makanan pola makan klien
d. Bantu klien makan jika tidak d. Dapat membantu klien makan
mampu e. Klien dapat mengetahui keadaan
e. Berikan penjelasan tentang dan dapat mengerti keadaannya
kondisi klien
f. Timbang berat badan setiap f. Mengetahui status nutrisi klien
hari g. Mengetahui indikator keadekuatan
g. Perhatikan tanda-tanda vital volume sirkulasi darah
h. Kolaborasi dengan tim medis h. Memberikan gizi atau diet yang
atau ahli gizi tepat pada klien dan mempercepat
proses penyembuhan
23

2.2.4 Implementasi Keperawatan


a. Melakukan pendekatan pada klien
b. Menanyakan tentang pilihan makanan yang sesuai
c. Menanyakan tentang riwayat alergi
d. Membantu klien makan jika tidak mampu
e. Memberikan penjelasan tentang kondisi klien
f. Menimbang berat badan klien
g. Memperhatikan tanda-tanda vital
h. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemenuhan nutrisi
2.2.3 Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum dapat dinilai
dalam kemampuan:
a. Meningkatkan nafsu makan ditunjukan dengan kemampuan dalam serta
adanya perubahan nafsu makan apabila kurang dari kebutuhan
b. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukan dengan tidak adanya tanda
kekurangan atau kelebihan berat badan
c. Memperhatikan nutrisi melalui oral atau parental ditunjukan dengan
adanya proses makanan yang adekuat
24

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada hari Senin, 6 November
2017 pukul 08.00 WIB didapatkan data sebagai berikut.
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : An.D
Umur : 15 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Dayak /Indonesia
Agama : Hindu
Pekerjaan : Belum Bekerja
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Belum menikah
Alamat : Teluk Samba
Tgl MRS : 27 Oktober 2017
Diagnosa Medis : Open Fraktur Mandibula
3.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama
Klien mengatakan sulit untuk makan.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pada hari Jumat, 27 Oktober 2017 klien mengalami kecelakaan motor
dengan temannya, kemudian klien langsung dibawa ke RSUD dr.Doris Sylvanus,
sampai di IGD klien diberikan terapi cairan infus ringer laktat 16 tetes per menit
terpasang di tangan sebelah kiri, injeksi ceftriaxone 1gr, injeksi ketorolac 30mg,
injeksi ranitidine 50mg. Dari igd klien dipindah ke ruang edelweis untuk
sementara sambil menunggu ruang dahlia kosong untuk dipindahkan pada
keesokan harinya.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit sebelumnya dan tidak pernah
operasi sebelumnya.
25

3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga


Klien mengatakan dalam keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit
keturunan seperti DM, Jantung maupun hipertensi.
Genogram Keluarga

Keterangan :
= Laki-Laki = Garis Keturunan
= Perempuan = Tinggal Serumah
= Meninggal = Klien

3.1.3 Pemeriksaan Fisik


3.1.3.1 Keadaan Umum
Klien tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, terpasang infus
NaCl 0,9% 16 tpm ditangan sebelah kiri.
3.1.3.4 Status Mental
Tingkat kesadaran klien kompos mentis, ekspresi wajah klien tampak
tenang, bentuk badan klien yaitu sedang (endomorph),klien berbaring dengan
posisi terlentang dan bergerak bebas, klien berbicara dengan lancar,penampilan
klien rapi.
Fungsi Kognitif klien terhadap orientasi waktu klien mengetahui pagi, siang,
malam. Orientasi terhadap orang, klien mengenal keluarga, perawat dan dokter,
orientasi tempat klien mengetahui bahwa sedang berada di rumah sakit. Insight
pasien baik dan untuk mekanisme pertahanan diri pasien adaptif.
3.1.3.5 Tanda-tanda Vital
Pada saat pengkajian tanda-tanda vital didapatkan hasil: suhu yang diukur di
aksila menunjukkan hasil 360C, nadi yaitu 88x/menit, pernapasan yaitu 20x/menit,
dan tekanan darah yaitu 120/80 mmHg.
26

3.1.3.6 Pernapasan (Breathing)


Pada pengkajian sistem pernapasan didapatkan: bentuk dada klien normal
simetris. Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak merokok, tidak ada batuk
darah, tidak ada sputum. Tidak ada sesak napas, tipe pernapasan dada, irama
pernapasan vesikuler, tidak terdapat suara napas tambahan. Tidak ada masalah
keperawatan
3.1.3.7 Cardiovascular (Bleeding)
Pada sistem kardiovaskular atau bleeding, tidak didapatkan masalah. Klien
juga tampak tidak pucat. Untuk CRT atau capillary refill time pada klien
didapatkan hasilnya kurang dari 2 detik. Ictus cordis pasien tidak terlihat,suara
jantung pasien pun terdengar normal (S1 dan S2 tunggal) dengan bunyi lub-dub.
Nadi teraba kuat dan teratur, akral hangat. Tidak ada keluhan lainnya
dipemeriksaan kardiovaskular dan tidak ada masalah keperawatan.
3.1.3.8 Persarafan (Brain)
Pada sistem persarafan atau brain, nilai GCS klien untuk E adalah : 4
dengan hasil klien mampu membuka mata dengan spontan, untuk V adalah 5
dengan hasil orientasi klien baik berbicara lancar, M klien bernilai 6 dengan hasil
mematuhi/mengikuti perintah dan dengan data tersebut didapatkan total nilai GSC
adalah 15 (kompos mentis). Pupil klien isokor dengan refleks cahaya untuk kanan
dan kiri adalah positif.
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I : Klien mampu mencium bau kopi
Nervus Kranial II : Klien mampu melihat dengan jelas
Nervus Kranial III : Klien mampu mengikuti arah cahaya
Nervus Kranial IV : Klien mampu menggerakan bola mata ke atas
dan kebawah
Nervus Kranial V : Klien mampu mengatupkan gigi
Nervus Kranial VI : Klien mampu menggerakan bola mata
kesamping
Nervus Kranial VII : Klien mampu tersenyum
Nervus Kranial VIII : Klien mendengar dengan baik
Nervus Kranial IX : Klien mampu menelan
27

Nervus Kranial X : Klien mampu berbicara dengan jelas


Nervus Kranial XI : Klien mampu mengangkat bahu sebelah kanan
Nervus Kranial XII : Klien mampu menjulurkan lidah
Pada pemeriksaan persyarafan, syaraf klien berfungsi dengan normal dan
tidak ada masalah keperawatan.
3.1.3.9 Eliminasi Urine (Bladder)
Produksi urine 1500 ml/24 jam, urine berwarna kuning, bau khas urine
amoniak, tidak ada masalah/ lancar.
Tidak ada keluhan lainnya dipemeriksaan eliminasi urine dan tidak ada masalah
keperawatan.
3.1.3.10 Eliminasi Alvi (Bowel)
Pada sistem eliminasi alvi, pengkajian yang didapatkan yaitu: bibir klien
tampak lembab dan tidak ada lesi; gigi klien tampak lengkap, pada gusi tidak
didapatkan adanya adanya peradangan dan perdarahan, mukosa lembab ; pada
tonsil tidak terjadi peradangan; rectum tidak ada kelainan dan pasien juga tidak
menderita haemoroid. Saat pengkajian klien mengatakan BAB klien normal
1x/sehari dengan konsistensi lunak dan warna coklat. Saat BAB pun tidak ada
masalah. Tidak keluhkan lainnya dan tidak terdapat masalah keperawatan.
3.1.3.11 Tulang-Otot-Integumen (Bone)
Sistem tulang-otot-integumen atau bone, klien mampu untuk menggerakkan
sendinya secara bebas. Ukuran otot klien simetris. Untuk uji kekuatan otot
didapatkan hasil, pada ektremitas atas atas 55 dan ektermitas bawah 55. Terdapat
perlukaan di bagian mandibula dan patah tulang dibagian mandibula. Klien
memiliki tulang belakang yang normal. Tidak ada keluhan lainnya di sistem
tulang-otot-integumen. Masalah keperawatan yang muncul adalah resiko infeksi.
3.1.3.12 Kulit-kulit Rambut
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik pada obat, makanan, dan kosmetik.
Suhu kulit pasien hangat, warna kulitnya normal, turgor baik/elastis kembali
dalam waktu 1 detik dan teksturnya halus. Pada kulit klien tidak terdapat jaringan
parut, macula, pustula, nodula, vesikula, papula dan ulkus. Tektur rambutnya
halus dan pendek, berwarna hitam dan terdistribusi secara merata. Bentuk kuku
pasien juga simetris.
28

Tidak ada keluhan lainnya di sistem kulit kulit rambut sehingga tidak ada
masalah keperawatan.
3.1.3.13 Sistem Penginderaan
Sistem penginderaan meliputi mata, telinga dan hidung, hasil
pemeriksaannya adalah fungsi penglihatan klien normal, bola mata bergerak
normal, visus mata kanan dan kiri tidak dikaji, sklera berwarna putih atau normal
dan kornea tampak bening. Telinga pasien tidak mengalami gangguan. Bentuk
hidung pasien pun tampak simetris, tidak terdapat adanya lesi, patensi, obstruksi,
nyeri tekan pada sinus. Septum nasal juga tidak mengalami deviasi, dan tidak
terdapat polip pada hidung.
Pada sistem penginderaan, tidak ada keluhan lain dan tidak ada masalah
keperawatan.
3.1.3.14 Leher dan Kelenjar Limfe
Pada pemeriksaan daerah leher dan kelenjar limfe, tidak ditemukan adanya
massa, tidak ada jaringan parut, kelenjar limfe dan tiroid tidak teraba, dan
mobilitas leher pasien bergerak secara bebas.
3.1.3.15 Sistem Reproduksi (Laki-laki)
Pada pemeriksaan reproduksi tidak kaji.
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit
Klien ingin cepat sembuh.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.4.2 Nutrisida Metabolisme
Pada pemeriksaan nutrisi metabolisme hasilnya adalah TB pasien 140 cm,
BB sekarang 43 kg,BB sebelum sakit 43 kg. Diet yang diberikan untuk klien
adalah diet tinggi kalori tinggi protein.
Pemeriksaan selanjutnya didapatkan hasil pola makan sehari-hari pasien
sebelum sakit 3 kali/1hari dan saat sakit 3 kali/1hari karena pasien berada si RS.
Porsi yang bisa dihabiskan pasien saat sebelum sakit adalah 1 porsi, saat sakit ½
porsi makanan. Jenis makanan yang dikonsumsi pasien sebelum sakit adalah nasi
biasa, ikan, dan sayuran, sedangkan saat sakit diberikan nasi biasa, ikan dan
sayuran juga. Jenis minuman yang biasa diminum pasien sebelum sakit yaitu air
29

putih, sedangkan saat sakit pasien minum air putih. Pasien dapat menghabiskan
jumlah minuman sebelum sakit adalah ±1500cc/24 jam, sedangkan saat sakit
adalah ±1500cc/24 jam.
Berdasarkan data pengkajian tersebut terdapat masalah keperawatan :
Resiko Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
3.1.4.3 Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : tidur siang ±1jam, malam 6-7 jam dan saat sakit siang ±1
jam, malam 6-7 jam , tidak ada keluhan lain dan tidak ada masalah keperawatan.
3.1.4.4 Kognitif
Keluarga Klien mengetahui bahwa klien sedang dirawat di Rs karena
penyakit yang klien derita. Tidak ada masalah keperawatan.
3.1.4.5 Konsep Diri
Gambaran diri : klien menyukai semua anggota tubuhnya.
Ideal diri : klien ingin cepat pulang dan sembuh.
Identitas diri : klien adalah seorang anak pertama.
Harga diri : klien sangat diperhatikan keluarganya.
Peran : klien adalah seorang anak.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit : klien mengatakan aktivitas sehari-hari klien membantu
orang tua .
Saat sakit : klien hanya melakukan aktivitas di tempat tidur .
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.4.7 Koping-Toleransi terhadap Stres
Jika ada masalah klien memberitahu kepada orang tuanya.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
Selama dirawat diruangan tidak ada tindakan keperawatan yang
bertentangan dengan pola keyakinan yang dianut klien.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
30

3.1.5 Sosial-Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan Berkomunikasi
Klien berkomunikasi dengan lancar
3.1.5.2 Bahasa Sehari-hari
Klien berkomunikasi sehari-hari menggunakan Bahasa Dayak
3.1.5.3 Hubungan dengan Keluarga
Baik, terlihat keluarga klien yang selalu mendampingi dan menjaga klien
selama di rumah sakit.
3.1.3.6 Hubungan dengan Teman/Petugas Kesehatan/Orang Lain
Baik, klien kooperatif dengan segala tindakan yang diberikan petugas
kesehatan.
3.1.5.7 Orang Berarti/Terdekat
Orang tua dan keluarga
3.1.5.8 Kebiasaan Menggunakan Waktu Luang
Klien menggunakan waktu luang hanya untuk beristirahat di tempat tidur.
3.1.5.9 Kegiatan Beribadah
Klien beragama Hindu dan sebelum sakit klien taat beribadah
3.1.6 Data Penunjang
Tabel 1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal No Parameter Hasil Nilai Normal
1 WBC 15,23x10^/uL 4.00-10.00
2 RBC 4.16x10^/uL 3.50-5.50
3 HGB 12,6 g/dL 11.0-16.0
27/10/2017 4 PLT 266x10^/uL 150-400
5 GDS 107 ˂200
6 Creatinin 1,06 0,7-1,5
7 HbsAg (-) (-)
8 CT 5°° 4-10 menit
9 BT 2°° 1-3 menit
31

Tabel 2. Hasil Foto Panoramik : Fraktur Mandibula


Tanggal Nama Pemeriksaan Hasil
27/10/2017 Foto Panoramik  Fraktur Mandibula

3.1.7 Penatalaksanaan Medis


Tabel 3. Terapi Medis 5 November 2017

No Nama obat Dosis Rute Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping


1 Inj. Ceftriaxone 1gr IV  Sebagai antibiotik  Memiliki hipersensitif  Bengkak, berkeringat,
mencegah infeksi atau alergi terhadap mual/muntah, sakit
antibiotik kepala, sakit perut
2 Inj. Ranitidin 50 mg IV  Menekan sekresi  Diare,mual/muntah,pusing
asam lambung  Ibu menyusui dan pasien , gatal-gatal, nyeri perut
3 Inj. Ketorolac 30mg IV  Untuk mengatasi gagal ginjal  Sakit perut, mual/muntah,
nyeri  Perdarahan saluran diare, nyeri perut,
cerna, ibu menyusui mengantuk

4 Cairan NaCl 500ml IV  Pengganti cairan  Hipertermia,Asidosis,  Trombosis vena/flebitis,


0,9% , elektrolit Hipokalemia timbul panas/infeksi pada
16tpm area penusukan
Palangka Raya, 6 November 2017
Mahasiswa,

Debby Fitri Handayani

NIM : 2015.C07a.0643
32

ANALISA DATA
DATA OBYEKTIF DAN
KEMUNGKINAN
DATA MASALAH
PENYEBAB
SUBYEKTIF
DS : - Klien mengatakan sulit Kecel akaan l al u l i nt a s Resiko perubahan
untuk mengunyah. nutrisi
Fraktur Mandibula Kurang dari
DO : - BB Sehat : 43kg, BB kebutuhan
Sakit : 43kg Terjadi penurunan
TB: 140cm kemampuan mnegunyah
- IMT = 21
- Hasil Laboratorium Intake oral tidak adekuat
WBC=15,23
RBC=4.16 Resiko perubahan nutrisi
HGB=12.6 Kurang dari kebutuhan
PLT=266
GDS=107
Creatinin=1.06
- Kesadaran kompos
mentis
- Diet tinggi kalori
tinggi protein
- Klien
menghabiskan
makanannya ½
porsi

DS : - Klien mengatakan pagi Kecelakaan Lalu Lintas


ini perban lukanya Resiko Infeksi
belum diganti Fraktur Mandibula
DO : - Terdapat luka post
operasi didagu ±8cm Tindakan bedah
- Karakteristik luka
kering Luka Insisi
- Leukosit = 15,23
Resiko Infeksi
33

Prioritas Masalah

Berdasarkan analisis data di atas maka dapat diprioritaskan masalah


keperawatan adalah sebagai berikut.
1. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan fraktur
mandibula
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi post operasi
34
35

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


1. Resiko perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan kien 1. Untuk mengetahui
kurang dari kebutuhan selama 1x6 jam diharapkan untuk mengunyah kemampuan mengunyah
berhubungan dengan fraktur nutrisi klien dapat 2. Anjurkan klien untuk 2. Agar meningkatkan intake
mandibula dipertahankan dengan kriteria makan sedikit tapi sering nutrisi
hasil : 3. Berikan pendidikan 3. Untuk menambah
- Klien mampu kesehatan tentang nutrisi informasi bagi keluarga
menghabiskan 4. Kolaborasi dengan ahi gizi dan klien
makanannya 1 porsi dalam pemenuhan diet 4. Untuk menentukan diet
- Berat badan yang tepat
dipertahankan

2. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui keadaan
dengan luka insisi post operasi selama 1x6 jam diharapkan 2. Ganti perban luka klien umum klien
tidak terjadi tanda-tanda infeksi 2. Untuk memberi rasa
dengan kriteria hasil: nyaman dan mencegah
- Tidak ada peradangan infeksi
- Luka mulai mengering
- TTV dalam batas normal
TD : 120/80mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit, S : 36°C
36

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal,Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda Tangan


Senin, 6 Oktober 2017
08.30 wib 1. Mengkaji kemampuan S : Klien mengatakan sulit untuk makan
klien untuk mengunyah O : - Klien tampak mengunyah makanannya dengan pelan
08.32 wib 2. Menganjurkan makan - Klien menghabiskan makanannya ½ porsi
sedikit tapi sering - Klien dan keluaga semakin mengetahui informasi
08.35 wib 3. Memberikan penkes tentang nutrisi
tentang nutrisi - Diet klien tinggi kalori tinggi protein
08. 45 wib 4. Berkolaborasi dengan A : Masalah belum teratasi
ahli gizi dalam P : Lanjutkan Intervensi
pemenuhan diet

Senin, 6 Oktober 2017


08.00 wib 1. Mengobservasi tanda- S : Klien mengatakan merasa nyaman
tanda vital O : - Luka klien tampak sudah mengering
08.10 wib - Klien tidak mengeluh nyeri
2. Mengganti perban luka - Tidak terlihat adanya peradangan
klien - TTV : TD : 120/80mmHg
N : 88x/menit
RR : 20x/menit
S: 36°C
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
37

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Pada BAB IV ini merupakan pembahasan mengenai asuhan keperawatan
pada An.D dengan diagnosa Fraktur Mandibula di Ruang Dahlia RSUD dr.Doris
Sylvanus Palangkaraya. Pembahasan ini penulis membandingkan antara teori
dengan asuhan keperawatan dalam kasus melihat kesenjangan-kesenjangan yang
ada. Adapun pembahasan kasus ini meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
4.1.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan,
proses sistematis dari pengumpulan, dan komunikasi dengan klien. Pengumpulan
data harus berhubunan dengan masalah kesehatan tertentu sehingga data
pengkajian harus relevan seperti yang ditampilkan. Fase proses keperawatan ini
mencakup dua langkah yaitu dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder
(keluarga, tenaga kesehatan), dan analisa data sebagai dasar untuk diagnosa
keperawatan (Potter & Perry,2005).
Penulis mengumpulkan data menggunakan metode wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan dokumentasi pelayanan kesehatan. Selama pengkajian,
penulis mendapatkan data subyektif dan objektif. Data subjektif adalah persepsi
klien tentang masalah kesehatan mereka, klien yang dapat memberikan informasi
tersebut. Data obyektif adalah pengamatan yang dibuat olehpengumpul data
(Potter 2005)
Asuhan keperawatan pada An.D dilakukan pada tanggal 6 November 2017
jam 08.00 WIB . Pengkajian didapatkan data klien mengeluh sulit untuk makan,
klien tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, terpasang infus NaCl 0,9%
16 tpm ditangan sebelah kiri, ekspresi wajah klien tampak tenang, bentuk badan
klien yaitu sedang (endomorph), klien berbaring dengan posisi terlentang dan
bergerak bebas, klien berbicara dengan lancar,penampilan klien rapi.
Pada saat pengkajian tanda-tanda vital didapatkan hasil: suhu yang diukur di
aksila menunjukkan hasil 360C, nadi yaitu 88x/menit, pernapasan yaitu 20x/menit,
dan tekanan darah yaitu 120/80 mmHg.
38

4.1.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang menguraikan respon
aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai
ijin dan berkompeten untuk mengatasinya (Potter & Perry 2005). Diagnosa yang
penulis angkat adalah Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan fraktur mandibula dan Resiko infeksi berhubungan dengan
luka insisi post operasi.

Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan data yang ditemukan pada saat


pengkajian diagnosa pertama yaitu data subyektif : klien mengatakan sulit untuk
mengunyah, data obyektif : - BB Sehat : 43kg, BB Sakit : 43kg TB: 140cm, IMT
= 21, Hasil Laboratorium : WBC=15,23, RBC=4.16, HGB=12.6, PLT=266,
GDS=107, Creatinin=1.06, Kesadaran kompos mentis, Diet tinggi kalori tinggi
protein, Klien menghabiskan makanannya ½ porsi. Diagnosa kedua data subyektif
: Klien mengatakan pagi ini perban lukanya belum diganti, data obyektif terdapat
luka post operasi didagu ±8cm, karakteristik luka kering, leukosit = 15,23

Penulis meprioritaskan diagnosa keperawatan Resiko perubahan nutrisi


kurang dari kebutuhan berhubungan dengan fraktur mandibula berdasarkan data
klien mengeluh sulit untuk mengunyah, klien menghabiskan makanannya ½ porsi.
Diagnosa kedua yaitu Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi post operasi
karena berdasarkan data pasien yaitu di tandai dengan luka tertutup balutan kasa,
luka tampak kering, tidak ada pus di luka, tanda-tanda vital S:360C, N:88x/menit,
RR:20x/menit, TD: 120/80 mmHg.

Mengenai diagnosa yang lain tidak diangkat karena tidak ditemukan gejala
dan data-data yang mendukung diagnosa tersebut dan keadaan klien sudah mulai
membaik.
4.1.3 Intervensi
Perencanaan adalah langkah ketiga dalam proses keperawatan (Doengoes,
2000). Perencanaan tindakan terhadap pasien An.D disusun berdasarkan prioritas
masalah, konsep dan teori yang telah disusun disesuaikan dengan literatureyang
ada, tetapi tidak semua dimasukan dalam kasus pasien ini. Pada kasus ini rencana
keperawatan yang akan dilaksanakan pada pasien An.D adalah :
39

1. Resiko Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Berhubungan Dengan


Fraktur Mandibula.
Perencanaan untuk diagnosa pertama yaitu sesuai dengan teori adalah Kaji
kemampuan kien untuk mengunyah, Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi
sering, Berikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi, Kolaborasi dengan ahi gizi
dalam pemenuhan diet.
Faktanya pada An.D rencana tindakan keperawatan yang telah dibuat dan
akan dilakukan sama dengan teori. Alasanya mengapa ada kesamaan antara teori
dan fakta karena apa yang kita kemukakan dalam rencana keperawatan haruslah
berdasarkan teori yang jelas dan menggunakan bukti dan sumber yang ada
sehingga tidak ditemukan perbedaan antara teori dan fakta rencana.
2. Resiko Infeksi Berhubungan Dengan Luka Insisi Post Operasi
Perencanaan untuk diagnosa kedua yaitu sesuai dengan teori adalah kaji
tanda-tanda infeksi pada pasien, lakukan perawatan luka, jaga luka agar tetap
steril, informasikan kepada keluarga pasien untuk tidak membuka balutan luka
atau terkena basah, menjaga luka agar tetap kering.
Sedangkan pada kasus An.D perencanaan yang diberikan yaitu seperti
observasi tanda-tanda vital, lakukan perawatan luka.
4.1.4 Implementasi
Implementasi/Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap Intervensi. Impelementasi
yang penulis lakukan telah penulis sesuaikan dengan diagnosa yang timbul. Pada
pelaksanaan keperawatan yang penulis lakukan hampir sama secara umum dengan
landasan teoritis, tetapi dilakukan penyesuaian dengan masalah pasien dan kondisi
rumah sakit/ruangan. Pada An.D pelaksanaan asuhan keperawatan yang dikelola
sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun.

4.1.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah mengukur dari rencana dan pelaksanaan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Pada
evaluasi masalah belum teratasi adalah kebutuhan nutrisinya masih belum
terpenuhi dari hasil evaluasi klien mengatakan masih sulit untuk makan dan
mengunyah.
40

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah membahas secara keseluruhan tentang asuhan keperawatan pada
An.D dengan diagnosa Fraktur Mandibula, maka pada bab ini akan disampaikan
kesimpulan sebagai berikut :
Pada tahap pengkajian didapatkan data melalui wawancara, status klien dan
pemeriksaan fisik..
Diagnosa keperawatan yang diangkat ada 2 diagnosa yaitu Resiko perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan fraktur mandibula dan Resiko
infeksi berhubungan dengan luka insisi post operasi.
Pada tahap perencanaan dibuat prioritas masalah keperawatan tindakan,
tujuan dan waktu secara spesifik sesuai dengan waktu yang diberikan. Pada
diagnosa satu dan dua semua rencana tindakan keperawatan sudah dilakukan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien.
Pada tahap pelaksanaan semua tindakan keperawatan dapat dilakukan
dengan rencana diagnosa satu dan dua semua pelaksanaan sudah dilakukan sesuai
kondisi dan kebutuhan klien.
Pada tahap evaluasi dari kedua diagnosa, pertama diagnosa keperawatan
belum teratasi dan diagnosa kedua belum teratasi, hal ini karena faktor
pendukung dari klien, keluarga klien, dan perawat ruangan.
5.2 Saran
Setelah melakukan secara langsung Asuhan keperawatan pada klien dengan
Fraktur Mandibula di ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya,
maka ada beberapa saran yang sekiranya perlu diperhatikan dalam rangka
meningkatkan mutu asuhan keperawatan, sasaran tersebut antara lain :
5.2.1 Bagi Akademik
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKES Eka Harap Palangka Raya
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan dimasa yang akan
datang.
41

5.2.2 Bagi Rumah Sakit


Sebagai bahan masukan bagi perawat RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya untuk mengambil langkah dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan pada klien, khususnya bagi penderita fraktur mandibula.
5.2.3 Bagi Klien Dan Keluarga
Dapat meningkatkan pengetahuan klien dan kelurga tentang perawatan,
pencegahan dan penanganan fraktur mandibula.
5.2.4 Bagi Tenaga Keperawatan
Sebagai suatu referensi dan sumber pengetahuan bagi tenaga keperawatan
untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan secara menyeluruh, sehingga
berimplikasi pada peningkatan kualitas kesehatan klien.
5.2.5 Bagi Penulis
Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan
keperawatan khususnya bagi klien fraktur mandibula.
42

DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Alimul, Aziz H. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika
Mubarak, Iqbal Wahit. 2007. Kebutuhan Dasar ManusiaI: Teori dan Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta :EGC
Nanda . 2005-2006. 2005. Paduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima
Medika.
Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi
3.Jakarta :Salemba Medika
Wilkinson, Judith M. 2007. Diagnose Keperawatan. Jakarta : EGC.

Вам также может понравиться