Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total
maupun parsial, yang umumnya disebabkan oleh trauma.
Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung
dan trauma tidak langsung. Trauma pada wajah sering melibatkan tulang-tulang
pembentuk wajah, diantaranya mandibula.
Mandibula merupakan bagian dari tulang wajah yang sering mengalami
cedera karena posisinya yang menonjol, dan merupakan sasaran pukulan dan
benturan. Trauma yang terjadi pada mandibula sering menimbulkan farktur yang
menganggu fungsi pengunyahan.
Fraktur mandibula adalah salah satu cedera wajah yang sering ditemukan
dan biasanya disebabkan oleh trauma langsung. Penyebab utama dari fraktur di
seluruh dunia adalah kecelakaan lalu lintas dan kekerasan.
Oleh karena mandibula bagian tersering mengalami fraktur pada trauma
dibagian wajah, penting untuk mengetahui dengan tepat penanganan awal,
tindakan perbaikan serta mewaspadai komplikasi yang akan terjadi, dari teknik
yang dipilih untuk kesembuhan yang sempurna baik dari segi fungsi pengunyahan
dan estetika wajah.
Banyaknya kasus kecelakaan yang terjadi dilaporkan oleh Unit
Darurat Rumah Sakit dr.Doris Sylvanus, ternyata cidera daerah kepala cukup
tinggi. Salah satu cidera pada kepala adalah trauma maksilofasial. Trauma
maksilofasial mempunyai banyak variasi antara lain, dapat berupa patah
tulang hidung, patah tulang maksila, patah tulang mandibula, cedera jaringan
lunak sekitarnya atau kombinasinya (Thaib et al., 1985).
Juli et al., (2005) menyatakan, dari seluruh fraktur di daerah wajah,
sekitar dua pertiga adalah fraktur mandibula. Meskipun mandibula merupakan
tulang wajah yang terpadat dan terkuat, bentuk anatomis dan posisi
mandibula mengakibatkan lebih sering terjadi fraktur dibandingkan tulang muka
lain (Grabb dan Smith, dalam Julia et al., 2005). Mandibula terkena cedera
2
karena posisinya yang menonjol. Daerah mandibula yang lemah adalah daerah
subkondilar, angulus mandibula, dan daerah mentalis (Pederse n, 1996).
Beberapa faktor lain penyebab fraktur mandibula selain karena
kecelakan berkendara diantaranya adalah kecelakaan kerja, terjatuh, serangan
atau kekerasan individu, aktifitas olahraga dan sebagainya (Chang, 2008).
RSUD dr.Doris Sylvanus merupakan rumah sakit umum yang berada di
Palangkaraya merupakan rumah sakit rujukan dan merupakan salah satu rumah
sakit pendidikan di kota Palangkaraya. Berdasarkan uraian di atas, penulis
ingin menyusun studi kasus dengan Fraktur Mandibula pada An.D diruang
Dahlia RSUD. Doris Sylvanus Palangka Raya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Fraktur Mandibula
2.1.1 Definisi
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan otot dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan
lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap
atau tidak lengkap (Price dan Wilson, 2006).
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat
total maupun sebagian. (Muttaqin, Arif. 2008)
Mandibula adalah tulang rahang bawah, tulang yang tidak teratur dan
merupakan satu-satunya tulang kepala yang dapat bergerak.
2.1.2 Etiologi
2.1.2.1 Trauma langsung: benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat
tersebut.
2.1.2.2 Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang
jauh dari area benturan.
2.1.2.3 Fraktur patologis: fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau
tanpa trauma. Contohfraktur patologis: Osteoporosis, penyakit metabolik,
infeksi tulang dan tumor tulang.
2.1.3 Manifestasi Klinik
2.1.3.1 Tidak dapat menggunakan anggota gerak
2.1.3.2 Nyeri pembengkakan
2.1.3.3 Terdapat trauma
2.1.3.4 Gangguan fungsi anggota gerak
2.1.3.5 Deformitas
2.1.3.6 Kelainan gerak
5
2.1.4 Patofisiologi
Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah,
sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi
perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan
hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan
jaringan tulang yang mengatasi fraktur.
2.1.5 Pathway
e. Keamanan
laserasi kulit
perdarahan
perubahan warna
pembengkakan lokal
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah intake nutrisi tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan metabolic (Nanda. 2005-2006).
pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya
selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Kebutuhan
karbohidrat 60-75% dari kebutuhan energi total.
b. Protein
Protein sangat penting untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan
tubuh. Beberapa sumber protein berkualitas tinggi adalah: ayam, ikan, daging,
babi, domba, kalkun, dan hati. Beberapa sumber protein nabati adalah: kelompok
kacang polong (misalnya buncis, kapri, dan kedelai), kacang-kacangan, dan biji-
bijian.
Protein merupakan konstituen penting pada semua sel, jenis nutrien ini
berupa struktur nutrien kompleks yang terdiri dari asam-asam amino. Protein akan
dihidrolisis oleh enzim-enzim proteolitik. Untuk melepaskan asam-asam amino
yang kemudian akan diserap oleh usus. Fungsi protein :
- Protein menggantikan protein yang hilang selama proses metabolisme
yang normal dan proses pengausan yang normal.
- Protein menghasilkan jaringan baru.
- Protein diperlukan dalam pembuatan protein-protein yang baru dengan
fungsi khusus dalam tubuh yaitu enzim, hormon dan haemoglobin.
- Protein sebagai sumber energi, kebutuhan protein 10-15% atau 0,8-1,0
g/kg BB dari kebutuhan energi total.
c. Lemak
Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan. Lemak dan minyak
terdiri atas gabungan gliserol dengan asam-asam lemak. Kebutuhan lemak 10-
25% dari kebutuhan energi total. Fungsi lemak :
- Sebagai sumber energi ; merupakan sumber energi yang dipadatkan
dengan memberikan 9 kal/gr.
- Ikut serta membangun jaringan tubuh.
- Perlindungan.
- Penyekatan/isolasi, lemak akan mencegah kehilangan panas dari
tubuh.
- Perasaan kenyang, lemak dapat menunda waktu pengosongan lambung
dan mencegah timbul rasa lapar kembali segera setelah makan.
16
beberapa zat kimia dan menggerakkan zat kimia lain (salah satu
anggota grup vitamin B, misalnya) agar dapat digunakan tubuh.
Vitamin C juga membantu penyerapan zat besi. Mereka yang
kekurangan vitamin C bisa menderita kelemahan tulang, anemia, dan
gangguan kesehatan lainnya.
- Vitamin D, sinar matahari membantu tubuh membuat sendiri vitamin
D, kebutuhan vitamin ini sudah terpenuhi dengan bantuan sinar
matahari. Vitamin D sangat penting karena membantu kalsium masuk
ke tulang. Inilah sebabnya mengapa vitamin D kadang ditambahkan ke
dalam susu sapi. Makanan yang diperkaya vitamin D lebih baik
daripada suplemen vitamin. Anak-anak yang mengkonsumsi diet
rendah vitamin D bisa menderita ricketsia, suatu penyakit yang
melemahkan tulang atau menjadikan tulang cacat.
e. Mineral dan Air
Mineral merupakan unsure esensial bagi fungsi normal sebagian enzim,
dan sangat penting dalam pengendalian system cairan tubuh. Mineral merupakan
konstituen esensial pada jaringan lunak, cairan dan rangka. Rangka mengandung
sebagian besar mineral. Tubuh tidak dapat mensintesis sehingga harus disediakan
lewat makanan. Tiga fungsi mineral :
- Konstituen tulang dan gigi ; contoh : calsium, magnesium, fosfor.
- Pembentukan garam-garam yang larut dan mengendalikan komposisi
cairan tubuh ; contoh Na, Cl (ekstraseluler), K, Mg, P (intraseluler).
- Bahan dasar enzim dan protein, kira-kira 6% tubuh manusia dewasa
terbuat dari mineral.
Air merupakan zat makanan paling mendasar yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Tubuh manusia terdiri dari atas 50%-70% air. Pada orang dewasa
asupan air berkisar antara 1200-1500cc per hari, namun dianjurkan sebanyak 1900
cc sebagai batas optimum.
18
2.1.3 Etiologi
Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan pada
kebutuhan nutrisi, antara lain:
a. Intake nutrisi.
b. Kemampuan mendapat dan mengolah makanan.
c. Gangguan menelan dan sakit gigi.
d. Anoreksia.
e. Nause dan vomiter (mual dan muntah)
f. Obstruksi saluran cerna
g. Diabetes militus (DM)
h. Malabsorbsi nutrient
i. Stres dan depresi
j. Kanker
k. Pertumbuhan
l. Gaya hidup
m. Kebudayaan
n. Sumber ekonomi
2.1.4 Patofisiologi
Kondisi fisiologis yang mempengaruhi status nutrisi termasuk tingkat
aktivitas, keadaan sakit, kemampuan daya beli, dan menyiapkan makanan serta
prosedur dan pengobatan yang dilakukan.
Beberapa kondisi fisiologis dapat menyebabkan menurunkan zat makanan
tertentu, dan suatu saat akan meningkat. Penyakit ginjal dapat menurunkan
kebutuhan protein oleh protein diekskresikan diginjal .
Gangguan fisik dapat terjadi disepanjang saluran pencernaan yang
menyebabkan menurunkan asupan nutrisi. Gangguan absorbs, gangguan
transportasi, atau penggunaan yang tidak sepantasnya. Luka pada mulut dapat
menyebabkan menurunnya asupan nutrisi akibat nyeri saat makan. Diare dapat
menurunkan absorbsi nutrisi karena didorong lebih cepat.
19
2.1.5 Pathway
Kekosongan lambung
Reflek muntah
Kekurangan nutrisi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada hari Senin, 6 November
2017 pukul 08.00 WIB didapatkan data sebagai berikut.
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : An.D
Umur : 15 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Dayak /Indonesia
Agama : Hindu
Pekerjaan : Belum Bekerja
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Belum menikah
Alamat : Teluk Samba
Tgl MRS : 27 Oktober 2017
Diagnosa Medis : Open Fraktur Mandibula
3.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama
Klien mengatakan sulit untuk makan.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pada hari Jumat, 27 Oktober 2017 klien mengalami kecelakaan motor
dengan temannya, kemudian klien langsung dibawa ke RSUD dr.Doris Sylvanus,
sampai di IGD klien diberikan terapi cairan infus ringer laktat 16 tetes per menit
terpasang di tangan sebelah kiri, injeksi ceftriaxone 1gr, injeksi ketorolac 30mg,
injeksi ranitidine 50mg. Dari igd klien dipindah ke ruang edelweis untuk
sementara sambil menunggu ruang dahlia kosong untuk dipindahkan pada
keesokan harinya.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit sebelumnya dan tidak pernah
operasi sebelumnya.
25
Keterangan :
= Laki-Laki = Garis Keturunan
= Perempuan = Tinggal Serumah
= Meninggal = Klien
Tidak ada keluhan lainnya di sistem kulit kulit rambut sehingga tidak ada
masalah keperawatan.
3.1.3.13 Sistem Penginderaan
Sistem penginderaan meliputi mata, telinga dan hidung, hasil
pemeriksaannya adalah fungsi penglihatan klien normal, bola mata bergerak
normal, visus mata kanan dan kiri tidak dikaji, sklera berwarna putih atau normal
dan kornea tampak bening. Telinga pasien tidak mengalami gangguan. Bentuk
hidung pasien pun tampak simetris, tidak terdapat adanya lesi, patensi, obstruksi,
nyeri tekan pada sinus. Septum nasal juga tidak mengalami deviasi, dan tidak
terdapat polip pada hidung.
Pada sistem penginderaan, tidak ada keluhan lain dan tidak ada masalah
keperawatan.
3.1.3.14 Leher dan Kelenjar Limfe
Pada pemeriksaan daerah leher dan kelenjar limfe, tidak ditemukan adanya
massa, tidak ada jaringan parut, kelenjar limfe dan tiroid tidak teraba, dan
mobilitas leher pasien bergerak secara bebas.
3.1.3.15 Sistem Reproduksi (Laki-laki)
Pada pemeriksaan reproduksi tidak kaji.
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit
Klien ingin cepat sembuh.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.4.2 Nutrisida Metabolisme
Pada pemeriksaan nutrisi metabolisme hasilnya adalah TB pasien 140 cm,
BB sekarang 43 kg,BB sebelum sakit 43 kg. Diet yang diberikan untuk klien
adalah diet tinggi kalori tinggi protein.
Pemeriksaan selanjutnya didapatkan hasil pola makan sehari-hari pasien
sebelum sakit 3 kali/1hari dan saat sakit 3 kali/1hari karena pasien berada si RS.
Porsi yang bisa dihabiskan pasien saat sebelum sakit adalah 1 porsi, saat sakit ½
porsi makanan. Jenis makanan yang dikonsumsi pasien sebelum sakit adalah nasi
biasa, ikan, dan sayuran, sedangkan saat sakit diberikan nasi biasa, ikan dan
sayuran juga. Jenis minuman yang biasa diminum pasien sebelum sakit yaitu air
29
putih, sedangkan saat sakit pasien minum air putih. Pasien dapat menghabiskan
jumlah minuman sebelum sakit adalah ±1500cc/24 jam, sedangkan saat sakit
adalah ±1500cc/24 jam.
Berdasarkan data pengkajian tersebut terdapat masalah keperawatan :
Resiko Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
3.1.4.3 Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : tidur siang ±1jam, malam 6-7 jam dan saat sakit siang ±1
jam, malam 6-7 jam , tidak ada keluhan lain dan tidak ada masalah keperawatan.
3.1.4.4 Kognitif
Keluarga Klien mengetahui bahwa klien sedang dirawat di Rs karena
penyakit yang klien derita. Tidak ada masalah keperawatan.
3.1.4.5 Konsep Diri
Gambaran diri : klien menyukai semua anggota tubuhnya.
Ideal diri : klien ingin cepat pulang dan sembuh.
Identitas diri : klien adalah seorang anak pertama.
Harga diri : klien sangat diperhatikan keluarganya.
Peran : klien adalah seorang anak.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit : klien mengatakan aktivitas sehari-hari klien membantu
orang tua .
Saat sakit : klien hanya melakukan aktivitas di tempat tidur .
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.4.7 Koping-Toleransi terhadap Stres
Jika ada masalah klien memberitahu kepada orang tuanya.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
Selama dirawat diruangan tidak ada tindakan keperawatan yang
bertentangan dengan pola keyakinan yang dianut klien.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
30
3.1.5 Sosial-Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan Berkomunikasi
Klien berkomunikasi dengan lancar
3.1.5.2 Bahasa Sehari-hari
Klien berkomunikasi sehari-hari menggunakan Bahasa Dayak
3.1.5.3 Hubungan dengan Keluarga
Baik, terlihat keluarga klien yang selalu mendampingi dan menjaga klien
selama di rumah sakit.
3.1.3.6 Hubungan dengan Teman/Petugas Kesehatan/Orang Lain
Baik, klien kooperatif dengan segala tindakan yang diberikan petugas
kesehatan.
3.1.5.7 Orang Berarti/Terdekat
Orang tua dan keluarga
3.1.5.8 Kebiasaan Menggunakan Waktu Luang
Klien menggunakan waktu luang hanya untuk beristirahat di tempat tidur.
3.1.5.9 Kegiatan Beribadah
Klien beragama Hindu dan sebelum sakit klien taat beribadah
3.1.6 Data Penunjang
Tabel 1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal No Parameter Hasil Nilai Normal
1 WBC 15,23x10^/uL 4.00-10.00
2 RBC 4.16x10^/uL 3.50-5.50
3 HGB 12,6 g/dL 11.0-16.0
27/10/2017 4 PLT 266x10^/uL 150-400
5 GDS 107 ˂200
6 Creatinin 1,06 0,7-1,5
7 HbsAg (-) (-)
8 CT 5°° 4-10 menit
9 BT 2°° 1-3 menit
31
NIM : 2015.C07a.0643
32
ANALISA DATA
DATA OBYEKTIF DAN
KEMUNGKINAN
DATA MASALAH
PENYEBAB
SUBYEKTIF
DS : - Klien mengatakan sulit Kecel akaan l al u l i nt a s Resiko perubahan
untuk mengunyah. nutrisi
Fraktur Mandibula Kurang dari
DO : - BB Sehat : 43kg, BB kebutuhan
Sakit : 43kg Terjadi penurunan
TB: 140cm kemampuan mnegunyah
- IMT = 21
- Hasil Laboratorium Intake oral tidak adekuat
WBC=15,23
RBC=4.16 Resiko perubahan nutrisi
HGB=12.6 Kurang dari kebutuhan
PLT=266
GDS=107
Creatinin=1.06
- Kesadaran kompos
mentis
- Diet tinggi kalori
tinggi protein
- Klien
menghabiskan
makanannya ½
porsi
Prioritas Masalah
INTERVENSI KEPERAWATAN
2. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui keadaan
dengan luka insisi post operasi selama 1x6 jam diharapkan 2. Ganti perban luka klien umum klien
tidak terjadi tanda-tanda infeksi 2. Untuk memberi rasa
dengan kriteria hasil: nyaman dan mencegah
- Tidak ada peradangan infeksi
- Luka mulai mengering
- TTV dalam batas normal
TD : 120/80mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit, S : 36°C
36
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Pada BAB IV ini merupakan pembahasan mengenai asuhan keperawatan
pada An.D dengan diagnosa Fraktur Mandibula di Ruang Dahlia RSUD dr.Doris
Sylvanus Palangkaraya. Pembahasan ini penulis membandingkan antara teori
dengan asuhan keperawatan dalam kasus melihat kesenjangan-kesenjangan yang
ada. Adapun pembahasan kasus ini meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
4.1.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan,
proses sistematis dari pengumpulan, dan komunikasi dengan klien. Pengumpulan
data harus berhubunan dengan masalah kesehatan tertentu sehingga data
pengkajian harus relevan seperti yang ditampilkan. Fase proses keperawatan ini
mencakup dua langkah yaitu dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder
(keluarga, tenaga kesehatan), dan analisa data sebagai dasar untuk diagnosa
keperawatan (Potter & Perry,2005).
Penulis mengumpulkan data menggunakan metode wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan dokumentasi pelayanan kesehatan. Selama pengkajian,
penulis mendapatkan data subyektif dan objektif. Data subjektif adalah persepsi
klien tentang masalah kesehatan mereka, klien yang dapat memberikan informasi
tersebut. Data obyektif adalah pengamatan yang dibuat olehpengumpul data
(Potter 2005)
Asuhan keperawatan pada An.D dilakukan pada tanggal 6 November 2017
jam 08.00 WIB . Pengkajian didapatkan data klien mengeluh sulit untuk makan,
klien tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, terpasang infus NaCl 0,9%
16 tpm ditangan sebelah kiri, ekspresi wajah klien tampak tenang, bentuk badan
klien yaitu sedang (endomorph), klien berbaring dengan posisi terlentang dan
bergerak bebas, klien berbicara dengan lancar,penampilan klien rapi.
Pada saat pengkajian tanda-tanda vital didapatkan hasil: suhu yang diukur di
aksila menunjukkan hasil 360C, nadi yaitu 88x/menit, pernapasan yaitu 20x/menit,
dan tekanan darah yaitu 120/80 mmHg.
38
4.1.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang menguraikan respon
aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai
ijin dan berkompeten untuk mengatasinya (Potter & Perry 2005). Diagnosa yang
penulis angkat adalah Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan fraktur mandibula dan Resiko infeksi berhubungan dengan
luka insisi post operasi.
Mengenai diagnosa yang lain tidak diangkat karena tidak ditemukan gejala
dan data-data yang mendukung diagnosa tersebut dan keadaan klien sudah mulai
membaik.
4.1.3 Intervensi
Perencanaan adalah langkah ketiga dalam proses keperawatan (Doengoes,
2000). Perencanaan tindakan terhadap pasien An.D disusun berdasarkan prioritas
masalah, konsep dan teori yang telah disusun disesuaikan dengan literatureyang
ada, tetapi tidak semua dimasukan dalam kasus pasien ini. Pada kasus ini rencana
keperawatan yang akan dilaksanakan pada pasien An.D adalah :
39
4.1.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah mengukur dari rencana dan pelaksanaan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Pada
evaluasi masalah belum teratasi adalah kebutuhan nutrisinya masih belum
terpenuhi dari hasil evaluasi klien mengatakan masih sulit untuk makan dan
mengunyah.
40
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah membahas secara keseluruhan tentang asuhan keperawatan pada
An.D dengan diagnosa Fraktur Mandibula, maka pada bab ini akan disampaikan
kesimpulan sebagai berikut :
Pada tahap pengkajian didapatkan data melalui wawancara, status klien dan
pemeriksaan fisik..
Diagnosa keperawatan yang diangkat ada 2 diagnosa yaitu Resiko perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan fraktur mandibula dan Resiko
infeksi berhubungan dengan luka insisi post operasi.
Pada tahap perencanaan dibuat prioritas masalah keperawatan tindakan,
tujuan dan waktu secara spesifik sesuai dengan waktu yang diberikan. Pada
diagnosa satu dan dua semua rencana tindakan keperawatan sudah dilakukan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien.
Pada tahap pelaksanaan semua tindakan keperawatan dapat dilakukan
dengan rencana diagnosa satu dan dua semua pelaksanaan sudah dilakukan sesuai
kondisi dan kebutuhan klien.
Pada tahap evaluasi dari kedua diagnosa, pertama diagnosa keperawatan
belum teratasi dan diagnosa kedua belum teratasi, hal ini karena faktor
pendukung dari klien, keluarga klien, dan perawat ruangan.
5.2 Saran
Setelah melakukan secara langsung Asuhan keperawatan pada klien dengan
Fraktur Mandibula di ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya,
maka ada beberapa saran yang sekiranya perlu diperhatikan dalam rangka
meningkatkan mutu asuhan keperawatan, sasaran tersebut antara lain :
5.2.1 Bagi Akademik
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKES Eka Harap Palangka Raya
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan dimasa yang akan
datang.
41
DAFTAR PUSTAKA