Вы находитесь на странице: 1из 9

Kaba Anggun nan Tongga

Anggun nan tongga, lahir di kampung dalam Pariaman. Ibunya meninggal saat melahirkan
bujangnya tersebut. Sehingga kemudian, nan tongga dibesarkan oleh saudara ibunya suto
suri.

Suto suri memiliki anak perempuan seumuran dengan Nan Tongga bernama Puti Gandoriah.
Keduanya tumbuh bersama. nan tongga tumbuh menjadi pemuda yang tangguh, tampan dan
pandai agama. Sedangkan Gandoriah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik.

Adat bagi seorang pendekar adalah bertaji di Gelanggang. Satu kali, nan tongga bermain di
gelanggang. Ia ingin menguji ilmu dan pengajaran yang ia dapat. Ia berhasil mengalahkan
Nangkodo baha. Namun tanpa ia sadari, saat ia asyik bermain, ia telah dikelabuhi anak buah
Nangkodo Baha yang menawan 3 mamak Nan Tongga.

Pergilah ia berlayar. Ikut bersamanya Bujang Salamaik, dan Malin Cik Ameh. Sebelum ia
berlayar, ia meminta ijin kepada kekasihnya Puti Gandoriah, Ia menyisaratkan akan
memminang Gandoriah sepulang menyelamatkan ketiga mamaknya tersebut.

Sebelum berlayar, Gandoriah meminta untuk dibawakan 120 jenis hewan langka, termasuk
didalamnya nuri yang bisa berbicara. Permintaan itupun diaminkan oleh nan tongga.

Di Pulau Binuang Sati, ia berhasil menemukan salah satu mamaknya. Setelah perkelahian
demi perkelahian dengan anak buah Nangkodo Baha. Kemudian ia menyuruh Malin Cik
Ameh membawa mamaknya pulang ke Pariaman, sedang ia dengan Bujang Salamaik akan
melanjutkan mencari 2 orang mamak lagi yang masih ditawan.

Malin Cik Ameh membawa pesan untuk Puti Gandoriah. Namun karena terpesona akan
kecantikan Puti tersebut, kemudian ia berbohong dengan mengatakan bahwa Nan Tongga
tertangkap Nangkodo Baha dan dibawa berlayar jauh. Hal itu ia lakukan agar ia bisa
menikahi Puti Bungsu. Namun Puti Bungsu menolak mentah-mentah.

Sementara itu Nan tongga menemukan salah satu mamaknya di Tanau. Kabar gembira untuk
Nan Tongga, selain ia menemukan mamak. Ia menemuan burung nuri yang bisa berbicara,
milik anak mamaknya, Putri Andami Sutan. Namun Puti itu hanya akan memberikan
burung tersebut jika nan tongga mau menikah dengannya. Nan Tongga pun menyetujui.
Makin hari, nan tongga dan puti gandoriah makin sakit menahan rindu. Kemudian keduanya
berniat untuk bertemu kembali. Nan Tongga kemudian meninggalkan istrinya Puti Andami
yang kala itu tengah hamil. Kabar tentang nan tongga pun akhirnya sampai di telinga Puti
Gandoriah lewat perantara burung nuri yang bisa bicara.

Namun sayang, setelah kemudianya dapat bertemu. Mereka harus menerima kenyataan
bahwa keduanya tidak bisa menikah. Karena keduanya adalah saudara sepersusuan. Mereka
tidak akan pernah bisa menjadi kekasih di dunia untuk selamanya. Mereka hanya bisa bisa
menjadi jodoh di akhirat.

Kemudian keduanya lari dan menghilang, Bujang Salamaik yang mengejar mereka melihat
bahwa keduanya lari ke laut dan naik ke langit.

Kisah kaba ini kemudain dilekatkan pada nama pantai di wilayah pariaman, Pantai
Gandoriah. Untuk menjadi pengingat, pemerintah setempat membangun hotel di pantai
tersebut dengan nama Nan Tongga. Sehingga memudahkan orang orang yang pergi wisata ke
sana untuk mencerna cerita cinta tersebut.
Kaba Cindua Mato

Cindua Mato dan Dang Tuangku adalah dua sahabat yang tumbuh bersamaan. Dang
Tuangku adalah putra pewaris kerajaan Pagaruyuang, sedangkan Cindua mato tumbuh
menjadi kesatria yang kelak menjadi hulubalang di kerajaan sekondannya tersebut.

Beranjak dewasa, keduanya tumbuh menjadi pemuda yang tangguh dan gemar bermain di
gelangang. Suatu ketika, keduanya hadir di gelanggang perhelatan Datuk Bandaro. Dang
Tuangku hadir mewakili Bundo Kanduang , yang memimipin kerajaan Pagaruyuang masa
itu. Saat Dang Tuangku tengah bertemu dengan yang punya helat, Cindua Mato mendengar
berita miring tentang tunangan tuannya (Dang Tuangku) akan dipersunting oleh Imbang
Jayo.

Dang Tuangku bukan tak mendengar bisik-bisik di gelanggang, Ia pulang dengan marah
memuncak. Kabar itu ternyata benar adanya, setelah Bundo Kanduang menerima undangan
kenduri Imbang Jayo dan Putri Bungsu, tunangannya.

Cindua Mato kemudian diutus Bundo Kanduang untuk mengantarkan seserahan dan hadiah
pernikahan, mengingat anaknya Dang Tuangku tentu tidak mungkin bisa mengantarkan
hadiah untuk pernikahan tunangannya sendiri. Dengan berat hati Cindua Mato menaati
perintah kerajaan, Ia tak sampai hati akan nasib mandan-nya, Dang Tuangku.

Sampai di pesta pernikahan, Cindua Mato menggunakan ilmunya dan memanipulasi cuaca.
Terjadialah badai besar membawa hujan lebat sehingga membanjiri perhelatan tersebut.
Momen tersebut digunakan Cindua Mato untuk menculik Putri Bungsu, kemudian dibawa lari
ke Pagaruyung.

Tindakan Cindua Mato tentu mengundang peperangan. Benar saja, kemudian Imbang Jayo
dan pasukannya datang mengepung Pagaruyuang. Dang Tuangku, yang merencanakan
penculikan dari awal pun sudah siap menunggu pasukan perang tersebut.

Terjadilah peperangan antara dua kerajaan tersebut. Singkat cerita, Imbang Jayo tewas dalam
gencatan senjata tersebut. Kemudian untuk sama-sama meenghindari pertumpahan darah,
peperangan akan digantikan dengan duel oleh pendekar masing-masing pihak. Jadilah
kemudian Cindua Mato mewakili kerajaan Pagauyuang berhadapan dengan Tiang
Bungkuak.

Naas, kemudian Cindua Mato kalah. Ia harus membayar mahal kekalahannya, Ia kemudian
diseret menjadi budak Tiang Bungkuak, Pagaruyuang dibakar habis rata dengan tanah, Dang
Tuangku dan Bundo Kanduang lari dari Pagaruyuang.

Menjadi budak ternyata adalah salah satu trik Cindua Mato. Ia sebenarnya ingin mengetahui
kelemahan tuannya, Tiang Bungkuak. Benar saja, kemudian, dengan bantuan air sirih
penanya, diketahui bahwa satu satunya senjata yang bisa melukai Tiang Bungkuak adalah
keris milik tuannya tersebut.

Saat tuanyya tidur, cindua mato mencuri keris tersebut. Kemudian menghabisi nyawa tiang
bungkuak dalam sebuah duel. Kematian tiang bungkuak membebaskan status budak yang
melekat pada dirinya, sehingga ia bisa kembali ke kerajaan Pagaruyuang
Kaba Rambun Pamenan

Alkisah, disebuah dusun tinggalah seorang janda bernama Linduang Bulan. Setelah
kematian suaminya, Ia hidup bertiga dengan dua bujangnya, Reno Pinang dan Rambun
Pamenan. Meskipun hidupnya susah dan serba berkekurangan Linduang Bulan bersikukuh
untuk tidak menikah lagi, meskipun banyak lelaki yang meminangnya.

Selain baik budinya, Linduang Bulan juga masyhur akan kecantikan parasnya. Kabar ini
sampai juga ke telinga raja kerajaan Terusan Cermin, Rajo Angek Garang. Ia pun kemudian
mengirimkan lamaran, tapi ditolak mentah mentah oleh Linduang Bulan.

Murka dengan jawaban Linduang Bulan, Raja angkuh tersebut kemudian memerintahkan
anak buahnya menculik dan mengurung janda beranak dua tersebut.

Tahun berlalu, kedua bujang Linduang Bulan telah beranjak remaja. Reno Pinang dan
adiknya Rambun Pamenan tidak tahu apa-apa tentang penculikan ibunya. Hingga kemudian
tetangga yang merawat keduanya menceritakan tindakan tidak terpuji Rajo Angek Garang
tersebut.

Kedua kakak beradik tersebut kemudian mengembara mencari keberadaan ibunya.


Keterbatasan pengetahuan akan letak Kerajaan Terusan Cermin membuat mereka
mengelana jauh.

Jauh berjalan kemudian mereka bertemu seorang pengembara, Alang Bangkeh. Ia


membenarkan cerita penculikan Si Linduang Bulan oleh Raja Angek Garang.

Hal ini membakar emosi Rambun Pamenan. Ia berlatih silat lebih keras dan berjanji untuk
menyelamatkan ibunya yang disekap bertahun-tahun.

Singkat cerita, sampailah Rambun Pamenan di kerajaan Terusan Cermin. Duel sengit tidak
dapat terelakkan. Dengan mudah Rambun mengalahkan hulubalang dan prajurit istana Rajo
Angek Garang. Setelah duel sengit, Rambun berhasil melucuti pedang raja sombong
tersebut, Hingga akhirnya membuat lawannya tersebut tewas dengan tongkatnya.
Setelah membebaskan semua tahanan termasuk ibunya sendiri, Rambun Pamenan sempat
didaulat menjadi raja kerajaan terusan cermin. Namun kemudian ia menolak, Rambun
Pamenan dan Si Linduang Bulan kembali ke dusun mereka.
Kaba Sutan Pangaduan
Sutan Pangaduan adalah seorang putra mahkota di Kampung Dalam, Pariaman. Ia memiliki
dua saudara tiri. Saudara tertuanya bernama Sutan Lembak Tuah yang memiliki ibu berasal
dari rakyat biasa. Sedangkan saudara bungsunya bernama Puti Sari Makah, yang memiliki
ibu keturunan Arab.

Suatu ketika sang ayah pergi bersemayam ke Gunung Ledang meninggalkan istri dan anak-
anaknya. Pada saat bersamaan, Rajo Unggeh Layang menculik ibu Sutan Pangaduan. Hal ini
karena dendam masa lalu, saat cintanya ditolak mentah mentah oleh Puti Andam Dewi, ibu
Sutan Pangaduan.

Sang ayah tidak bisa diganggu dari persemayamannya. Kemudian naik tahta lah Sutan
Lembak Tuah, sebagai anak tertua. Meskipun sebenarnya yang lebih berhak adalah Sutan
Pangaduan, karena memang ialah putra mahkota kerajaan tersebut.

Sutan Pangaduan kemudian berkelana sambil menuntut ilmu ke kuala Pantai Cermin,
kampung asal neneknya. Hal ini ia lakukan sesuai pesan Ayahnya yang ia terima melalui
mimpi.

Setelah ilmu dan kemampuan beladirinya dirasa cukup, kemudian Sutan Pangaduan pulang
ke Kampung Dalam, rumahnya. Malang, ditengah perjalanan ia kena tipu, sehingga baju
kebesarannya harus ia relakan. Jadilah ia datang ke Kampung Dalam dengan pakaian
compang camping.

Saat itu saudaranya, Sutan Lembak Tuah tidak mengenali Sutan Pangaduan yang mengaku-
ngaku bersaudara. Kemudian teradilah perkelahian. Di tengah perkelahian barulah terbuka
kebenaran tersebut. Kemudian Sutan Lembak Tuah menerima kembali saudaranya tersebut di
istana.

Sutan Pangaduan kemudian menyampaikan niatnya untuk membebaskan Puti Andam Dewi,
ibunya, dari sekapan Rajo Unggeh Layang. Hal ini kemudian didukung oleh Sutan Lembak
Tuah dan adik perempuannya Puti Sari Makah.
Singkat cerita, tiga saudara tersebut berhasil membebeaskan Puti Andam Dewi. Sebelum
kembali, Sutan Pangaduan menyelematkan seorang perempuan, yang kemudian ia jadikan
istri.

Pernikahan Sutan Pangaduan tidak sepenuhnya didukung oleh ibu dan saudaranya. Karena
perempuan yang ia selamatkan dan peristri itu adalah anak gadis Rajo Unggeh Layang.

Benar saja, tak lama kemudian ibunya, Puti Andam Dewi kembali diculik akibat tipu daya
dari istri Sutan Pangaduan. Kemudian Sutan Pangaduan dan dua sauranya kembali berangkat
untuk menyelamatkan ibunya. Sayang, selama ini ia sudah termakan racun dari istrinya
sehingga kesaktiannya banyak berkurang. Ketiga saudara tersebut dapat dikalahkan dengan
mudah. Mereka dipenjarakan, sama dengan Puti Andam Dewi.

Pad suatu malam purnama, terdengar petir yang sangat besar menggelegar. Hal ini menjadi
pertanda bahwa putra Sutan Pangaduan sudah lahir. Anak laki-lakinya inilah yang kemudian
dikisahkan menyelamatkan ayah, paman, bibi dan neneknya
Kaba Sabai Nan Aluih

Di suatu tempat di daerah Padang hiduplah sepasang suami istri dan kedua anaknya.
Sepasang suami istri itu adalah Rajo Babanding dan Sadun Saribai. Mereka mempunyai anak
laki-laki dan perempuan yang bernama Mangkutak Alam dan Sabai Nan Aluih. Kedua anak
ini mempunyai sifat yang berbeda. Sabai seringkali membantu ibunya di rumah, sedangkan
Mangkutak seringkali bermain layang-layang hingga kulitnya berwarna hitam karena sinar
matahari. Berbeda dengan penampilan adiknya, Sabai mempunyai paras yang cantik dan
rupawan. Bahkan kecantikannya diketahui oleh semua orang, termasuk Raja Nan Panjang.
Raja Nan Panjangan adalah seorang yang sangat disegani di kampung Situjuh. Raja Nan
Panjang mengirimkan pengawalnya ke rumah Raja Babanding untuk melamar Sabai Nan
Aluih. Namun, lamaran itu ditolak dan Raja Babanding bahkan menantang Raja Nan Panjang
untuk bertarung.

Raja Nan Panjang pun menerima tantangan itu. Ia pun datang dengan pengawalnya dan
perkelahian pun berlangsung. Perkelahian itu rupanya berlangsung lama, namun para
pengawal telah tumbang lebih dulu. Raja Babanding dan Raja Nan Panjang masih terus
berkelahi sampai akhirnya Raja Babanding terkena peluru oleh salah satu pengawal dari Raja
Nan Panjang yang muncul secara tiba-tiba dari semak-semak. Raja Babanding pun tergeletak
dan tak bergerak Kejadian ini dilihat oleh seorang gembala.

Gembala ini kemudian pergi ke rumah Raja Babanding untuk memberitahukan kejadian
tersebut kepada keluarga Raja Babanding. Sesampainya di rumah Raja Babanding, gembala
itu bertemu dengan Sabai dan memberitahu kejadian itu.Sabai pun berlari ke tempat kejadian.
Di tengah jalan, Sabai bertemu dengan Raja Nan Panjang dan pengawalnya. Sabai bertanya
tentang kecurangan Raja Nan Panjang, tetapi Raja Nan Panjang hanya tertawa seakan-akan
mengejek kematian Raja Babanding. Sabai pun tidak bisa menahan amarahnya. Saat itu jua
Sabai langsung menarik pelatuk senapan yang ia bawa dari rumah.

Peluru mengenai dada Raja Nan Panjang dan ia langsung terjatuh dari kuda.Pengawal Raja
Nan Panjang pun langsung berlari.Sabai pun berlari menuju tempat ayahnya.Ia sangat sedih
ketika mengetahui bahwa ayahnya sudah tidak bernyawa lagi.

Вам также может понравиться