Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Keperawatan didefinisikan oleh Canadian Nurses Association pada tahun 1986sebagai
hubungan yang dinamik, penuh perhatian, dan pertolongan dimana perawatmembantu
klien untuk mencapai dan mempertahankan kesehatan optimalnya. Sepanjang waktu,
format dan kualitas dokumentasi telah berkembang dan terusberdampak positif terhadap
perawatan klien. Salah satu isu yang menantang dalamkeperawatan adalah bagaimana
mendokumentasikan kualitas perawatan klien dalamketerbatasan akibat berbagai sumber
baik individu perawat maupun keterbatasansecara finansial. Sistem dokumentasi yang
ideal harus memberikan informasi klienyang komprehensif, menunjukkan hasil dan
standar klien, memfasilitasipraktik keperawatan.
Komputer mulai digunakan sebagai sarana utama untukmengembangkan program-
program dokumentasi dalam rangka meningkatkankualitas asuhan keperawatan, kualitas
dokumentasi yang dilakukan, dan mengaturpola pemberian pelayanan keperawatan kepada
pasien. Beberapa rumah sakit diIndonesia mulai mengembangkan pendokumentasian
keperawatan denganmenggunakan komputer untuk meningkatkan efektifitas pekerjaan
perawat sehinggadapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan kepada klien.
1
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pendokumentasian keperawatan berbasis
komputer?
4. Untuk mengetahuimetode pendokumentasian keperawatan?
5. Untuk mengetahuipenerapan fungsi manajemen dalam dokumentasi keperawatan?
6. Untuk mengetahuikeuntungan dokumentasi keperawatan terkomputerisasi?
7. Untuk mengetahui kerugian dokumentasi keperawatan terkomputerisasi?
8. Untuk mengetahuidokumentasi keperawatan berbasis komputer model SIMBAK?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
d. Jaminan mutu (kualitas pelayanan)
Audit merupakan penilaian terhadap pencatatan (Craven & Hirnle, 2006). Penilaian ini
bertujuan sebagai penjaminan mutu dan sistem pembayaran (reimbursement). Penilaian
yang dilakukan untuk jaminan mutu bertujuan mengobersvasi secara kontinu dan
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat kepada pasien.
Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan memberikan kemudahan bagi
perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien. Selain itu, dokumentasi dapat
digunakan untuk mengetahui daya guna dan hasil guna asuhan keperawatan yang
diberikan. Hal ini akan membantu
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
e. Keuangan
Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang dan telah diberikan dicatat dengan
lengkap dan dapat digunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan.
Dokumentasi dapat menjadi acuan dalam proses pembayaran oleh pemerintah, kantor
asuransi dan institusi pembayar yang lain. Pembayaran bisa dilakukan berdasarkan
tindakan keperawatan, lama tinggal di rumah sakit, dan lain-lain.
f. Pendidikan
Isi pendokumentasian mencakup kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat
dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi
keperawatan. Mahasiswa dapat mempelajari kasus nyata yang komprehensif dari
pendokumentasian yang
tersedia. Selain itu, mahasiswa juga dapat mempelajari tindakan-tindakan keperawatan dan
hal-hal yang mempengaruhi proses penyakit pada pasien.
g. Penelitian
Data yang terdapat dalam dokumentasi keperawatan mengandung informasi yang dapat
dijadikan sebagai bahan atau objek riset danpengembangan profesi keperawatan. Rencana
tindakan pada pasien tertentu dengan masalah kesehatan yang sama dapat menjadi sumber
informasi untuk melakukan tindakan pada pasien yang lain. Riset berbasis dokumentasi
keperawatan dapat memfasilitasi profesi mengembangkan makna praktik keperawatan.
h. Akreditasi
Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Dengan demikian,
4
dokumentasi keperawatan dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pemberian
asuhan keperawatan, guna pembinaan lebih lanjut.
2.3.Prinsip-Prinsip Pendokumentasian Keperawatan Berbasis Komputer
Prinsip-prinsip pendokumentasian berbasis komputer yang baik lebih mudah diterima
dan diterapkan jika perawat memahami tujuan dilakukan pencatatan. Semua data yang
masuk tidak hanya menjadi alat komunikasi antar tim kesehatan tapi juga bisa menjadi
sumber data yang dikaji secara teliti oleh mahasiswa, pengacara, agen pembayar dan
peneliti (Craven & Hirnle, 2006). Beberapa prinsip pendokumentasian yakni sebagai
berikut (Craven & Hirnle, 2006; Potter & Perry, 1997/2005):
a. Faktual
Informasi mengenai perawatan klien harus berdasarkan fakta, terutama yang
berhubungan dengan data psikososial klien. Perawat mencatat data secara objektif
berdasarkan apa yang dilihat, dirasakan, didengar dan dicium. Pencatatan tidak boleh
dilakukan berdasarkan hasil interpreatasi pribadi. Perawat sebaiknya menghindari kata:
tampak, terlihat, sepertinya, tanpa didukung dengan data subyektif yang menunjang.
Perawat lebih baik mencatat bahwa klien diam dan menjawab pertanyaan dengan satudua
kata, daripada menuliskan pasien tampak depresi atau marah.
b. Keakuratan
Data yang dicatat harus akurat. Penggunaan pengukuran harus jelas. Lebih baik
menyebutkan ukuran masukan air minum 300 ml, daripada masukan air secukupnya.
Penjelasan mengenai kondisi luka termasuk warna dapat ditunjang dengan memberikan
gambar foto lukanya.Penggunaan ejaan istilah juga perlu diperhatikan penulisannya agar
tidak terjadi salah interpretasi, misalnya disfagia dengan disfasia.
c. Kelengkapan
Tidak semua hasil observasi perlu dicatat, namun informasi tentang proses keperawatan
harus lengkap. Pencatatan yang baik adalah menyeluruh dan mengandung informasi
yang lengkap tentang klien. Pencatatan dan pelaporan yang jelas, singkat hanya
memberikan informasi yang penting dan menghindari penggunaan kata-kata yang tidak
diperlukan seperti kondisi rumah dihiasi oleh lampu yang mahal. Craven & Hirnle
(2006) menyebutkan beberapa informasi yang perlu didokumentasikan yaitu tanda-tanda
vital, kebiasaan klien, intervensi keperawatan, medikasi yang diberikan, order dokter,
pendidikan kesehatan, respon klien, semua data yang baru tentang klien serta setiap
perubahan perencanaan keperawatan yang dilakukan.
5
d. Keringkasan
Catatan yang baik adalah yang ringkas dan jelas. Catatan yang ringkas dapat menghemat
waktu perawat untuk melakukan dokumentasi sehingga lebih banyak waktu yang akan
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Penggunaan nama
lengkap pasien dapat diganti dengan inisial, namun harus tetap dapat membedakan pasien
yang
satu dengan yang lain. Beberapa institusi terkadang menggunakan singkatan dalam
pencatatan. Hal ini harus diketahui oleh semua perawat sehingga tidak terjadi salah
interpretasi terhadap pencatatan.
e. Organisasi
Perawat mengorganisasikan informasi dalam format atau urutan yang logis. Pencatatan
yang terorganisir menggambarkan kronologis kondisi perawatan klien sesuai dengan
waktu pencatatan. Pencatatan yang tidak terorganisir dapat menyebabkan kebingungan
apakah telah diberikan tindakan keperawatan yang sesuai.
f. Mudah dibaca
Catatan mudah dibaca oleh perawat yang lain, terutama pada penulisan nomor dan angka
yang berhubungan tindakan medis, seperti menuliskan frekuensi nadi 164 kali/menit
mungkin sama dengan 104 kali/menit dapat menyebabkan interpretasi yang salah bahkan
intervensi yang salah pula.
g. Tepat waktu
Dokumentasi tepat waktu dapat menghindari kesalahan. Perawat mencatat semua tindakan
tepat waktu, mencatat prosedur, tindakan dan pengkajian segera setelah dilakukan.
Pencatatan tepat waktu juga dapat menghindari kealpaan terhadap informasi yang penting.
Jika terjadi proses peradilan,hakim akan memanfaatkan pencatatan yang dibuat
berdasarkan urutan waktu (Pennels, 2001 dalam Craven & Hirnle, 2006).
h. Memperhatikan aspek legal
Aspek legal pendokumentasian keperawatan menjamin perlindungan terhadap perawat
atas data yang dimasukkan dalam pencatatan tersebut. Perawat harus mencantumkan nama
atau inisial dan tanda tangan pada setiap pencatatan yang telah dilakukan tindakan
keperawatannya. Selain itu, pencatatan yang salah, secara legalitas tidak boleh dihapus,
melainkan cukup dicoret dengan satu garis kemudian diparaf dan diberi alasan kesalahan.
6
Penggunaan tinta biru atau hitam pada pencatatan akan mempermudah pelacakan waktu
penulisan jika terjadi proses peradilan (Karbala, H. 2008)
7
f. Focus
Format ini disebut juga dengan format Data, Action, Respons (DAR). Format pencatatan
ini memungkinkan pendokumentasian segala situasi klien termasuk data, tindakan dan
respon klien. Pencatatan focus mengidentifikasi kekhawatiran klien dan tidak memberi
label pada kekhawatiran tersebut sebagai masalah. Keuntungan pencatatan ini adalah
dokumentasi
dituliskan berdasarkan pada proses keperawatan, dan kemampuan berpikir kritis perawat
diperlukan untuk mengkaji kekhawatiran klien.
g. Manajemen kasus dan jalur kritis
Tipe pendokumentasian ini memadukan pendekatan multidisiplin ilmu untuk
mendokumentasika perawatan klien. Rencana yang telah distandarkan diringkas ke dalam
jalur kritis yang merupakan rencana perawatan multidisiplin terpadu untuk masalah,hasil
yang diharapkan dari klien dengan penyakit dan kondisi fisik.Semua pemberi perawatan
menggunakan satu jalur kritis sebagai alat pemantauan dan dokumentasi.
8
institusi. Perencanaan material mencakup format atau desain dokumentasi yang akan
digunakan, mulai dari pengkajian hingga evaluasi.
b. Pengorganisasian.
Pada tahapan ini kita harus menyusun struktur organisasi serta kekuatan untuk membentuk
tim, dalam melaksanakan pembuatan dokumentasi asuhan keperawtan sesuai dengan
perencanaan. Serta menentukan siapa pelaksana dan yang bertanggungjawab langsung
dalam penerapan dokumentasi asuhan keperawatan. Mensosialisasikan tentang program
pendokumentasian asuhan keperawatan kepada semua staf yang terlibat secara langsung
dalam tim pemebrian asuhan keperawatan, serta membuat jadwal kapan dokumentasi
asuhan keperawatan akan diterapkan.
c. Directing
Fungsi directing dalam pelaksanaan pendokumentasian keperawatan dilakukan dengan
memanfaatkan fungsi kepemimpinan, memotivasi kerja perawat, koordinasi, integrasi,
sinkronisasi, simplikasi (KISS) dan komunikasi.
d. Pengendalian (Controling)
Pengendalian aktivitas-aktivitas upaya keperawatan terutama yang berhubungan dengan
pendokumentasian asuhan keperawatan, agar hal-hal yang dapat menghambat
pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dihindari seperti kurangnya pemahaman
tentang dasar-dasar dokumentasi asuhan keperawatan, kurangnya kesadaran, keterbatasan
tenaga serta format yang tesedia kurang memadai.
9
40% waktunya lebih banyak untuk berkomunikasi dengan pasien dan 34 % untuk
membantu
hygiene pasien.
d. Menunjang penggunaan proses keperawatan
Sistem dokumentsi komputer memudahkan pengkajian pada pasien hingga memilih hasil
dan intervensi. Pada saat pemulangan, banyak program yang dapat menghasilkan rencana
perawatan kumulatif yang terdiri dari semua diagnosis, hasil dan intervensi selama
pelayanan.
e. Mengurangi dokumentasi yang berlebihan
Dokumentasi terkomputerisasi mendukung penggunaan yang ekonomis dari proses
pemasukan data dengan menurunkan atau menghilangkan pencatatan yang berlebihan.
f. Catatan keperawatan terkategorisasi
Dokumentasi terkomputerisasi memungkinkan pencatatan terkategorisasi. Perawat dapat
meminta semua daftar data yang menggambarkan kondisi kulit, atau mencetak semua
catatan
penyuluhan pasien.
g. Dokumentasi sesuai dengan standar keperawatan
Banyak fasilitas kesehatan yang memasukkan kebijakan mereka dan prosedur manual
secara on-line, sehingga siap untuk dibaca, mudah mengacu pada standar perawatan dan
dokumentasinya tepat.
h. Peningkatan pengetahuan tentang hasil
Analisa data yang dikumpulkan dari beberapa catatan pasien dapat mengarah pada
kesimpulan tentang hasil yang akan dicapai. Informasi ini dapat meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan klinis dan mengarah pada perbaikan sistem.
i. Ketersediaan data
Informasi yang didapat dari sejumlah besar catatan pasien dapat meningkatkan
penggunaan riset keperawatan dan memperbaiki kualitas untuk menyoroti masalah
sistemik yang sedang terjadi. Selain itu, dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi
tentang hasil
pasien.
j. Mempermudah penetapan biaya
Dengan sistem dokumentasi komputer, dapat meningkatkan kemampuan untuk
menetapkan biaya berdasarkan perawatan yang diberikan.
10
2.7.Kerugian dokumentasi keperawatan terkomputerisasi
Kerugian pendokumentasian dengan komputer terkadang masih muncul meskipun
keuntungan penggunaannya lebih banyak. Berikut ini beberapa kerugian dokumentasi
terkomputerisasi (Ilyer & Camp, 2005; Potter & Perry, 1997/2005):
a. Masalah keamanan dan kerahasiaan pasien
Rekam medis terkomputerisasi nerupakan tantangan baru etika perawat dan obligasi legal
untuk menjaga kerahasiaan informasi. Kemampuan individu untuk mengakses rekam
medis
terkomputerisasi dari jauh memerlukan tindakan keamanan yang sangat teliti. Penempatan
layar komputer perlu dipertimbangkan kaitannya dengan kedatangan pengunjung dan
klien.
b. Gangguan downtime komputer
Downtime adalah waktu ketika komputer tidak berfungsi karena perbaikan rutin atau tiba-
tiba akibat kerusakan yang tidak diinginkan. Selama waktu ini, perawat mungkin perlu
melihat kembali pada kertas. Informasi pasien kritis dapat hilang jika terjadi downtime.
c. Penerimaan yang salah terhadap informasi terkomputerisasi
Tenaga kesehatan harus mencegah pendewaan komputer. Tidak ada mesin yang dapat
menggantikan profesional kesehatan yang dapat mengevaluasi data pasien secara kritis
dan menanyakan informasi yang tidak masuk akal. Komputer merupakan alat sederhana
yang
membantu orang-orang berkualitas menyelesaikan pekerjaannya.
d. Keterbatasan komputer pada saat penggunaan memuncak
Sistem informasi keperawatan dapat dengan cepat memakai kapasitas kerangka utama
sistem, sehinngga mungkin diperlukan perluasan sistem.
e. Biaya
Biaya meliputi pembelian software dan hardware, pendidikan staf keperawatan. Biaya
perizinan perlu dipertimbangkan oleh institusi.
11
Graves &Corcoran (1989) dalam Huber (2006) mendefinisikan NI sebagai kombinasi
dari ilmu komputer, ilmu infornasi, dan ilmu keperawatan untuk membantu mengatur dan
memproses data, informasi dan pengetahuan keperawatan guna mendukung praktik
pelayanan keperawatan.
12
pada SIMBAK telah memenuhiharapan dan kebutuhan pengguna atau klien. Sedangkan
angka kepuasan klien terhdap SIMBAK secara menyeluruh adalah sebesar 5.3 dari skala
tertinggi 6 yang berarti termasuk kedalam kategori Puas (Ellys, 2008).
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pendokumentasian keperawatan berbasis komputer merupakan trend terkinidalam
pendokumentasian yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhankeperawatan
kepada pasien. Waktu yang digunakan perawat untuk dokumentasi lebih sedikit sehingga
lebih banyak waktu yang akan digunakan perawat untuk melakukan asuhan keperawatan
kepada pasien.
3.2. Saran
Rumah sakit hendaknya mulai mengembangkan pendokumentasian
keperawatanberbasis komputer yang komprehensif mulai dari pengkajian hingga evaluasi
sebagai bagian dari sistem informasi manajemen di rumah sakit. Halm ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang nantinya akan meningkatkan mutu
layanan kesehatan rumah sakit.
Perawat sebaiknya mulai membuka wawasan dan meningkatkan pemahaman
mengenai pentingnya pendokumentasian keperawatan yang komprehensif. Hal ini dapat
dilakukan dengan memanfaatkan teknologi komputer untuk meningkatkan asuhan
keperawatan kepada pasien.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.Dokumentasi-Keperawatan-Berbasis-Komputer.pdf
Fundamental Keperawatan : konsep, proses dan praktik. (Edisi 4) : ECG
Haryati, R.T. (2006). Sistem informasi keperawatan berbasis komputer
15