Вы находитесь на странице: 1из 22

MODUL 1

TEMPERATUR

Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar_________


1. Pandangan Makroskopik
Setiap cabang khusus fisika mula-mula dipelajari dengan memisahkan bagian
materi dari lingkungan yang disebut sebagai sistem,dan segala sesuatu di luar
sistem yang mempengaruhi kelakuan sistem secara langsung disebut lingkungan.

Sebagai contoh dari sistem yaitu isi sebuah silinder mobil. Dalam analisis
kimia, sebelum mengalami pembakaran silinder berisi campuran hidrokarbon dan
udara. Setelah mengalami pembakaran maka silinder akan mengalami perubahan
komposisi, volume, tekanan, dan suhu. Komposisi mula-mula akan berubah
menjadi komposisi baru yang dapat diukur dengan memberikan zat kimia tertentu.
Komposisi tersebut akan menempati rung pada silinder sehingga dapat diukur
dengan mudah, tekanan gas saat pembakaran akan naik dan setelah pembuangan
hasil pembakaran tekanan mengecil. Suhu akan meningkat saat terjadi proses
pembakaran. Pandangan diatas disebut dengan pandangan makroskopik, yaitu
merinci beberapa kuantitas yang diacu sebagai ciri umum atau sifatnya dalam
sekala besar dan dapat diukur secara langsung. Kuantitas yang dirinci disebut
koordinat makroskopik. Koordinat makroskopik memiliki ciri khas sebagai berikut:

1. Tidak menyangkut pengandaian khhusus mengenai struktur materi


2. Jumlah koordinat sedikit
3. Koordinat dipilih melalui daya terima indra kita secara langsung
4. Pada umumnya koordinat dapat diukur secara langsung

2. Pandangan Mikroskopik
Menurut mekanika statistik, sistem diandaikan terdiri atas sejumlah besar N
molekul yang saling berinteraksi melalui tumbukan dan gaya yang ditimbulkan oleh
medan menempati ruang yang terisolasi. Konsep peluang digunakan untuk
mengetahui jumlah molekul dalam masing-masing keadaan energi molekular.

1
Pandangan ini disebut pandangan mikroskopik yang meliputi ciri khas sebagai
berikut:

1. Terdapat pengandaian melalui struktur materi, yaitu molekul dianggap ada


2. Banyak kuantitas yang haruus terperinci
3. Kuantitas yang diperinci tidak berdasarkan penerimaan indera kita
4. Kuantitas ini tidak bisa diukur

3. Makroskopik terhadap Mikroskopik


Meskipun kedua pandangan ini berbeda, namun di antara keduanya terdapat
hubungan. Bila kedua pandangan ini diterapkan dalam sistem yang sama, maka
keduanya harus menghasilkan kesimpulan yang sama. Hubungan keduanya
terletak pada beberapa sifat yang terukur langsung dari makroskopis sebenarnya
merupakan rata-rata terhadap selang waktu dari sejumlah besar ciri khas
mikroskopis. Contohnya, kuantitas tekanan adalah kuantitas makroskopis tekanan
adalah perubahan momentum rata-rata yang ditimbulkan oleh tumbukan molekular
pada bidang. Namun, tekanan adalah sifat yang dapat dirasakan oleh indera kita.

4. Ruang Lingkup Termodinamika


Dalam pembahasan mekanika benda tegar, pandangan makroskopik berkaitan
dengan keadaan eksternal sistem. Tujuan mekanika adalah menentukan hubungan
antara koordinat kedudukan dan waktu yang berdasar pada hukumgerak Newton.
Kombinasi antara kedudukan dan waktu mempentuk beberapa kuantitas
makroskopik disebut koordinat mekanis yang dipakai untuk menentukan energi
potensial dan kinetik benda secara keseluruhan.

Namun, dalam temodinamika, perhatian ditunjukan pada bagian dalam suatu


sistem. Tekanan diletakkan pada kuantitas makroskopik yang berkaitan dengan
keadaan internal sistem. Keadaan internal sistem itu disebut koordinat
termodinamik yang menentukan energi internal suatu sistem. Tujuan
termodinamika adalah mencari hubungan umum antara koordinat termodinamik

2
yang berdasar pada hukum pokok termodinamika. Sistem ini desebut sistem
termodinamik. Termodinamika fisis mencakup gas seperti udara; uap; dan
campuran, termodinamika kimiawi seperti zat padat; permukaan selaput; dan sel
listrik, ditambah dengan sistem seperti kawat yang ditarik; kapasitor listrik;
termokopel, dan zat magnetik.

5. Kesetimbangan Temperatur
Keadaan yang dicapai oleh dua (atau lebih) sistem yang dicirikan oleh
keterbatasan harga koordinat sistem itu setelah sistem saling berinteraksi melalui
dinding diaterm.
Dinding = adiabatik atau diaterm.
Contoh:
Dua buah logam memiliki koordinat termodinamik yang berbeda (kuantitas),
dipisahkan oleh dinding diaterm, maka kedua benda / logam akan mengalami
perubahan yang pada akhirnya akan mempunyai kuantitas yang sama disebut
kesetimbangan termal. Sistem saling berinteraksi untuk mencapai kesetimbangan
melalui dinding diaterm.

Gambar 1.1 Sifat dinding adiabatic dan diatermik

Bila dua sistem A dan B yang dipisahkan oleh dinding adiabatik tetapi masing-
masing bersentuhan dengan sistem ketiga, yaitu C melalui dinding diaterm. Kedua
sistem mencapai kesetimbangan termal dengan sistem ketiga, dan tidak ada
perubahan lagi jika dinding adiabat yang memisahkan A dan B digantikan oleh
dinding diaterm.

3
6. Konsep Temperatur

Secara umum temperatur dapat diartikan sebagai ukuran suhu suatu benda.
Untuk menggambarkan hal ini, digunakan dua batang tembaga dimana batang yang
satu lebih panas dari batang lain. Jika kedua batang tersebut disentuhkan dan
diisolasi terhadap lingkungannya, maka akan terjadi interaksi termal (kalor).
Selama terjadinya interaksi ini, dapat diamati bahwa volume batang yang lebih
panas akan berkurang, sementara volume batang yang lebih panas akan berkurang,
sementara volume batang yang lebih dingin akan bertambah menurut waktu.
Perubahan volume ini akan berakhir apabila tidak lagi terdapat perbedaan panas
pada kedua batang tersebut. Dengan cara yang sama, dapat diamati terjadinya
penurunan tahanan listrik pada batang yang lebih panas dan peningkatan tahanan
listrik pada batang yang lebih dingin menurut waktu sampai kondisi tahanan listirk
tidak berubah lagi. Ketika perubahan sifat dan interaksi antara kedua batang
etrsebut berakhir, maka tercapailah kondisi kesetimbangan termal.

Berdasarkan pengamatan seperti diatas dapatlah dikatakan bahwa kedua batang


tersebut memiliki suatu sifat fisik yang menentukan apakah keduanya berada dalam
kesetimbangan termal. Sifat seperti ini disebut sebagai temperatur. Temperatur
sistem adalah suatu sifat yang menentukan apakah sistem dalam kesetimbangan
termal dengan sistem lainnya. Temperatur (suhu) sebagai perasaan “panas” atau
“dingin” bila kita menyentuh suatu benda.

Temperatur sistem meruapakan suatu sifat yang menentukan apakah sistem


dalam kesetimbangan termal dengan sistem lainnya. Isoterm adalah kedudukan
semua titik yang menggambarkan keadaan sistem dalam kesetimbangan termal
dengan suatu keadaan dari sistem lain.

4
Gambar 1.2 Isotermik dari dua system berbeda

Tinjaulah sistem A dalam keadaan Y1, X1 dalam kesetimbangan termal dengan


sistem B dalam keadaan Y’1, X’1. Jika sistem A disingkirkan dan keadaannya diubah,
maka akan didapatkan keadaan lain Y2, X2 yang dalam kesetimbangan termal
dengan semula Y’1, X’1 dari sistem B. Percobaan menunjukkan bahwa terdapat
sekumpulan keadaan Y1, X1; Y2, X2; Y3, X; dan seterusnya, yang masing-masing
dalam kesetimbangan termal dengan keadaan yang sama Y1, X1 dari sistem B dan
menurut hukum ke-nol, dalam kesetimbangan termal satu sama lain. Kita akan
menganggap bahwa jika semua keadaan seperti itu dirajah dalam diagram Y X,
letaknya pada kurva akan seperti I dalam gambar 1.2, yang kita sebut isoterm.
Isoterm adalah kedudukan semua titik yang menggambarkan keadaan sistem yang
dalam kesetimbangan termal dengan satu keadaan dan sistem lain. Kita tidak
mengambil pengendaian mengenai kemalaran isoterm, walaupun percobaan pada
sistem yang sederhana menunjukkan bahwa biasanya sekurang-kurangnya sebagian
isoterm merupakan kurva yang malar.

Demikian juga untuk sistem B, kita dapatkan sekumpulan Y’1, X’1; Y’1, X’1; dan
seterusnya, semuanya dalam kesetimbangan termal satu keadaan dari sistem A,
sehingga juga dalam kesetimbangan termal satu sama lain. Keadaan ini dirajah pada
diagram Y’, X’ dalam gambar 1.3 dan terletak pada isoterm I’. Dari hukum ke-nol,
dapat disimpulkan bahwa semua kedaan pada isoterm Idari sistem A dalam
kesetimbangan termal dengan semua keadaan pada isoterm I, dari sistem B. Kita
akan menyebut kurva I dan I’ isoterm yang bersesuaian dari kedua sistem itu.

5
Jika percobaan yang garis besarnya diterangkan diatas diulangi dengan
koordinat awal yang berbeda, kumpulan yang klain dari keadaan sistem A, yang
terletak pada kurva II, dapat diperoleh masing-masing dalam kesetimbangan termal
dengan tiap-tiap keadaan sistem B yang terletak pada kurva II’. Dengan cara ini
keluarga isoterm I, II, III dan seterusnya dari sistem A dan keluarga yang
bersesuaian I’, II’, III’ dan seterusnya dan seterusnya dari sistem B dapat diperoleh.
Selanjutnya dengan penerapan hukum ke-nol secara berulang-ulang isoterm
bersesuaian dari sistem yang lain lagi, C, D dan seterusnya dapat diperoleh.

Konsep temperatur dapat dicapai dengan cara yang lebih nyata. Bila
sistem dengan kordinat Y, X dipisahkan dari sistem dari sistem C dengan
koordinat Y, X keempat koordinat. Keadaan akhir kesetimbangan termal yang
ditandai dengan hubungan antar koordinat ini dapat dituliskan dalam bentuk
umum fungsi

(Y, X; Y, X) = 0 (1.1)

Misalnya jika A gas dengan koordinat P (tekanan) dan V (volume) dan


memenuhi hukum Boyle, dan C gas yang serupa dengan koordinat P dan V,
persamaan (1.1) menjadi

P V – P’’V’’ = 0 (1.2)

Kesetimbangan termal antara sistem B dengan koordinat Y, X dan sistem C


dengan cara yang serupa ditunjukkan dengan hubungan

fBC (Y’, X’; Y’’, X’’) = 0 (1.3)

Dengan fBC mungkin berbeda dari fAC, tetapi juga dianggap merupakan
fungsi yang berkelakuan baik. Misalkan persamaan (1.1) dan (1.2) dipecahkan
untuk mencari Y’’, maka

Y’’ = gAC (Y, X, X’’)

Dan Y’’ = gBC (Y’, X’, X’’)

Atau gAC (Y, X, X’’)= gBC (Y’, X’, X’’) (1.4)

6
Sekarang menurut hukum ke-nol, kesetimbangan termal antara A dan C dan
antara B dan C, mengandung akibat adanya kesetimbangan antara A dan B
yang ditunjukan dengan hubungan antar sistem koordinat A dan B saja, jadi

fBC (Y, X; Y’, X’) = 0 (1.5)

Karena persamaan (1.3) juga mengungkapkan dua keadaan setimbang yang


sama, persamaan itu harus cocok dengan persamaan (1.4) ini berarti dapat
direduksi menjadi hubungan antara Y, X; Y’, X’ saja. Koordinat lebihnya X
dalam persamaan (1.3) harus dapat dikeluarkan dan persamaan itu harus dapat
direduksi menjadi

hA (Y, X) = hB ( Y’, X’)

Dengan memakai penalaran yang sama untuk sistem A dan C yang ada
dalam kesetimbangan dengan B, akhirnya kita dapatkan bahwa jika tiga sistem
dalam kesetimbangan termal, maka

hA (Y, X) = hB ( Y’, X’) = hC (Y’’, X’’) (1.6)

Dengan perkataan lain, ada fungsi untuk setiap kumpulan koordinat dan
fungsi ini sama bila sistem dalam kesetimbangan termal satu sama lain. Harga
yang sama dari fungsi ini yaitu t, ialah temperatur empiris yang sama untuk
semua sistem.

t = hA (Y, X) = hB ( Y’, X’) = hC (Y’’, X’’) (1.7)

Hubungan t = hA (Y, X) hanyalah merupakan persamaan isoterm sistem A,


seperti kurva I dalam 1.3. jika t diberi harga numerik yang berbeda kurva yang
lain diperoleh, seperti II dalam gambar 1.3. temperatur semua sistem dalam
kesetimbangan termal dapat dinyatakan dengan bilangan. Penetapan skala
temperatur tidak lain adalah pengambilan seperangkat aturan untuk memilih
bilangan pada sekumpulan isoterm yang bersesuaiandan sejumlah bilangan lain
yang berbeda pada sekumpulan isoterm bersesuaian yang lain. Konsep
temperatur juga dapat dipahami melalui ilustrasi berikut.

7
Gambar 1.3. Konsep Temperatur Udara
Gambar 2 melukiskan adanya partikel udara dalam suatu wadah. Masing-
masing partikel udara mempunyai massa = m dan kecepatan = v. Partikel udara
bergerak kesana-kemari, bertumbukan dengan partikel lainnya dan
bertumbukan pula dengan dinding wadahnya. Andaikan tumbukan yang terjadi
lenting sempurna, maka kelajuan partikel udara adalah tetap, cuma arahnya
yang berubah.
Partikel udara punya massa dan bergerak dengan kecepatan tertentu,
maka partikel udara mempunyai momentum sebesar p = m v dan mempunyai
2
energi kinetik sebesar Ek = ½ m v . Andaikan jumlah total massa partikel udara

dalam wadah adalah M dan kecepatan rata-ratanya adalah vave, maka energi
2
kinetik total partikel udara dalam wadah adalah EK = ½ m vave . Akibat gerakan

partikel udara dalam wadah, maka udara mempunyai temperatur sebesar T.


Harga tempertaur ini sebanding dengan energi kinetik total partikel udara
dalam wadah, yaitu:
2
T = ⅔ EK / k = ⅓ M vave / k (1.8)

–16 –16
dengan k = konstanta Boltzmann = 1,37 x 10 erg / atom K = 1,37 x 10
–25 –23
erg /mole K = 1,36 x 10 L atm / mole K = 1,38 x 10 J / mole K. Dari
penjelasan di atas dapat diperoleh konsep temperatur.

8
Kegiatan Belajar 2: Pengukuran___________
Temperatur dan Termometer (1)
1. Pengukuran Temperatur
Untuk menetapkan skala temperatur empiris, kita memilih beberapa sistem
dengan koordinasi Y da X sebagai sistem baku yaitu termometer dan mengambil
seperangkat kaidah untuk menentukan harga numerik pada temperatur yang
berkaitan dengan masing-masing isotherm penetapan skala temperatur menyangkut
penentuan harga numerik pada isoterm sistem baku atau termometer

Gambar 1.4 Skala suhu pada keadaan isotermik yang dipilih secara standar

Kita mempunyai tiga cara yang berbeda untuk mengukur temperatur jadi
untuk gas volume tetap

P
 ( P )  273,16 K
PTP (1.9)

untuk volume tetap

R'
 ( R ' )  273,16 K
R 'TP (1.10)

untuk resistor listrik


 ( )  273,16 K
 TP (1.11)

9
untuk termokopel

(1.12)

Tabel 1.1 Perbandingan beberapa termometer

2. Thermometer Gas

Diagram skematik suatu termometer gas (volume tetap) diperlihatkan dalam


gambar di bawah ini. Gas dimasukkan ke dalam tabung B (terbuat dari platina) yang
dihubungkan oleh pipa kapiler dengan kolom air raksa M.

10
Gambar 1.5. Termometer gas volume tetap sederhana

Volume gas dipertahankan supaya tetap dengan mengatur tinggi kolom air raksa
M sampai permukaan air raksa menyentuh ujung jarum penunjuk dalam ruang
buntu. Perbedaan tinggi h diukur ketika tabung B dikelilingi oleh sistem yang akan
diukur suhunya. Seiring berjalannya waktu, saat ini termometer yang paling banyak
digunakan adalah termometer air raksa. Permukaan air raksa dibuat sedatar
mungkin dengan cara memperlebar tabung, karena ruang buntunya tidak
bergantung pada lebar. Posisi permukaan air raksa diperoleh dengan memakainya
sebagai salah satu keping kapasitor, lalu mengukur kapasitasnya dengan memakai
jembatan arus bolak-balik. Balok sukat dipakai untuk mengukur perbedaan tinggi
kedua kolom air raksa. Tekanan dapat diukur dengan tepat sampai beberapa
perpuluhribu milimeter air raksa atau beberapa perratus pascal (1 Pa = 1 N/m2 = 10
dyne cm2).
Labu tersebut kemudian direndam dalam air pada titik uap. Reservoir B
menyesuaikan diri sampai atas merkuri di kolom A lagi di skala nol, yang menjamin
bahwa volume gas adalah sama seperti ketika labu itu di kamar mandi es (maka
penunjukan "konstanta volume") . Penyesuaian reservoir B memberikan nilai
tekanan gas pada 1000C. Keduanya, nilai tekanan dan temperatur tersebut kemudian

11
diplot seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.6. Garis yang menghubungkan dua
titik berfungsi sebagai kurva kalibrasi untuk suhu yang tidak diketahui. (Percobaan
lain menunjukkan bahwa hubungan linier antara tekanan dan temperatur adalah
asumsi yang sangat baik.) Untuk mengukur suhu zat, labu gas Gambar 1.5
ditempatkan dalam kontak termal dengan substansi dan tinggi waduk B disesuaikan
sampai bagian atas kolom merkuri dalam A adalah nol pada skala. Ketinggian
kolom merkuri di B menunjukkan tekanan gas; mengetahui tekanan, suhu zat
tersebut ditemukan dengan menggunakan grafik pada Gambar 1.6.
Diagram skematik suatu termometer gas volum-tetap diperlihatkan dalam
gambar dibawah ini bahannya, konstruksinya, dan ukuran termometer di berbagai
biro yang tersebar di seluruh dunia.

Gambar 1.6 Grafik khas tekanan vs suhu yang diambil dengan thermometer gas
volume konstan
Sekarang anggaplah suhu dari gas yang berbeda pada tekanan awal yang
berbeda diukur dengan termometer gas. Percobaan menunjukkan bahwa pembacaan
termometer hampir independen dari jenis gas yang digunakan selama tekanan gas
rendah dan suhu jauh di atas titik di mana gas mencair (Gambar 1.7). Perjanjian
antara termometer menggunakan berbagai gas meningkatkan ketika tekanan
dikurangi.

12
Gambar 1.7 Tekanan vs suhu untuk uji ekperimental dimana gas memiliki tekanan
yang berbeda dalam thermometer gas volume konstan
Jika kita memperpanjang garis lurus pada Gambar 1.7 terhadap suhu
negatif, kita menemukan hasil yang luar biasa: dalam setiap kasus, tekanan adalah
nol saat suhu -273.150 C. Temuan ini menunjukkan beberapa peran khusus bahwa
temperatur tertentu harus bermain. Hal ini digunakan sebagai dasar untuk skala
temperatur absolut, yang menetapkan -273.150C sebagai titik nol. Suhu ini sering
disebut sebagai absolute zero (nol mutlak). Hal ini diindikasikan sebagai nol karena
pada suhu yang lebih rendah, tekanan gas akan menjadi negatif, yang tidak berarti.
Ukuran satu derajat pada skala temperatur absolut dipilih untuk menjadi identik
dengan ukuran satu derajat pada skala Celcius. Oleh karena itu, konversi antara
suhu ini adalah:
TC = T - 273,15 (1.13)
dimana TC adalah suhu dalam skala Celsius dan T adalah suhu absolut.
Karena titik es dan uap eksperimental sulit ditiru dan tergantung pada tekanan
atmosfer, skala temperatur absolut didasarkan pada dua poin tetap baru yang
diadopsi pada tahun 1954 oleh the International Committee on Weights and
Measures (Komite Internasional tentang Berat dan Ukuran). Titik pertama adalah
nol mutlak. Kedua temperatur referensi bagi skala ini baru terpilih sebagai triple
point dari air, yang merupakan kombinasi tunggal suhu dan tekanan di mana air
cairan, air gas, dan es (air zat padat) hidup berdampingan dalam keseimbangan. Ini
titik tripel terjadi pada suhu 0.010C dan tekanan 4,58 mm air raksa. Pada skala yang

13
baru, yang menggunakan satuan kelvin, suhu air pada triple point yang ditetapkan
sebesar 273,16 kelvin, disingkat 273,16 K. Pilihan ini dibuat agar skala temperatur
absolut lama berdasarkan titik beku dan titik uap akan sesuai dengan skala baru
berdasarkan tripel point. Skala temperatur absolut baru (juga disebut skala Kelvin)
menggunakan satuan SI suhu mutlak, kelvin, yang didefinisikan sebagai 1/273,16
dari perbedaan antara nol mutlak dan suhu tripel point air.

3. Temperatur Gas Ideal

Gambar 1.8 Percobaan dan pembacaan menggunakan thermometer gas


volume konstan

Dari percobaan di atas, kita lihat bahwa semua gas pada suhu tertentu
memberikan nilai pv yang sama ketika tekanannya sangat rendah seperti gambar
1.8, oleh karenanya besaran pv dapat digunakan sebagai sifat termometrik untuk
mengukur suhu, tak peduli apapun gasnya. Pada tekanan yang sangat rendah, pv
berubah secara linier terhadap T. Artinya, pada termometer gas ideal, takpeduli sifat
gasnya, semua termometer gas mendekati pembacaan yang sama ketika tekanan
gasnya mendekati nol.

Apabila sejumlah gas dimasukkan ke dalam tabung (volume tetap) termometer


gas sehingga tekanannya PTP sebesar 120kPa ketika tabung itu dikelilingi oleh air

14
pada titik triplenya. Dengan mengusahakan agar V tetap, prosedur berikut ini
dilakukan

1. Tabung dimasukkan ke dalam uap yang sedang mengembun pada tekanan


atmosfer baku; tentukan tekanan gas Ps dan hitung
𝑃𝑠
𝜃(𝑃𝑠 ) = 273,16 𝐾 (1.14)
120

2. Tentukan sebagian gas, sehingga harga PTP tunrun, katakanlah 60 kPa.


Tentukan harga Ps yang baru dan hitunglah harga baru
𝑃𝑠
𝜃(𝑃𝑠 ) = 273,16 𝐾 (1.15)
60

3. Teruskan pengurangan jumlah gas dalam tabung sehingga harga PTP dan PS,
bertambah kecil, jika, harga PTP menjadi 40 kPa, 20 kPa dan seterusnya.
Pada setiap harga PTP, hitunglah 𝜃(𝑃𝑠 ) yang bersesuaian.
4. Gambarlah 𝜃(𝑃𝑠 ) terhadap PTP dan tunjukkan kurva yang diperoleh
sehingga mencapai sumbu tempat PTP = 0. Bacalah grafik tersebut

lim 𝜃(𝑃𝑠 )
𝑃𝑇𝑃 →0

Gambar 1.9 Grafik 𝜃(𝑃𝑠 ) terhadap PTP


Hasil dari beberapa pengujian seperti ini digambar dalam gambar dibawah ini
untuk tiga jenis gas, supaya dapat mengukur 𝜃(𝑃𝑠 ) tidak hanya penguapan air tetapi
juga pada temperatur yang lain. Grafik ini menyampaikan informasi bahwa
meskipun pembacaan termometer (volume tetap) bergantung pada sifat gas pada
nilai normal dari PTP, semua jenis gas menunjuk pada temperatur yang sama, ketika
PTP diturunkan mendekati nol. Jadi kita bisa mendefinisikan temperatur gas ideal 𝜃
menurut persamaan:

15
(1.16)
Walaupun skala temperatur gas ideal tak bergantung pada sifat jenis gas
teretntu, namun skala itu masih bergantung pada sifat gas umumnya. Helium adalah
gas yang paling berguna untuk terometrik karena dua alasan. Pada temperatur tinggi
helium tidak berdifusi melalui platina, sedangkan hidrogen mampu melaluinya. Di
samping itu, helium mencair pada temperatur yang lebih rendah daripada gas yang
lain, sehingga termometer helium dapat dipakai untuk mengukur temperatur lebih
rendah daripada yang biasa diukur oleh termometer gas yang lain.
Temperatur gas ideal terendah yang dapat diukur dengan termometer gas ideal
terendah yang dapat diukur dengan termometer gas ialah sekitar 0,5 K, jika kita
menggunakan 3He sebagai tekanan terendah. Pada temperatur T = 0 semua aktivitas
molekul terhenti merupakan pernyataan yang salah. Dalam mekanika statistik
diperlukan menghubungkan konsep makroskopik murni dair temperatur dengan
konsep gerak molekul, kita dapatkan bahwa mekanika statistik klasik harus
disempurnakan dengan pertolongan mekanika kuantum, sehingga molekul zat pada
nol mutlak mempunyai energi kinetik yang berhingga dan dikenal sebagai energi
titik nol.

16
Kegiatan Belajar 3: Pengukuran___________
Temperatur dan Termometer (2)
1. Skala Temperatur Celcius
Skala temperatur celcius memakai derajat yang besarnya sama dengan skala
temperatur gas ideal, tetapi titik nolnya digeser sehingga temperatur Celcius titik
tripel air ialah 0,01 derajat celcius, atau disingkat menjadi 0,01oC. Jadi jika t
menyatakan temperatur celcius,
𝑡( 𝑜𝐶) = 𝜃(𝐾) − 273,15 (1.17)
Dengan demikian temperatur celcius ts , yaitu temperatus pada waktu uap air
mengembun pada tekanan atosfer baku, ialah
𝑡𝑠 = 𝜃𝑠 − 273,15 (1.18)
Dan dari pembahasan 𝜃𝑠 dari gambar (1.9) dihasilkan
𝑡𝑠 = 373,125 − 273,15 = 99,975𝑜 C (1.19)
Pengukuran serupa yang dilakukan untuk titik beku menunjukkan bahwa
temperatur ini pada skala celcius ialah 0,00oC. Namun, perlu diperhatikan bahwa
kedua temperatur itu masih dipengaruhi ketidakpastian percobaan dalam penentuan
titik potong dengan cara penggambaran kurva. Satu-satunya temperatur Celcius
yang ditetpkan menurut definisinya ialah titik tripel.
Masing-masing skala ini didasarkan atas dua titik tetap yang dikenal dengan
titik beku air atau titik es, dan titik didih air atau titik uap. Skala ini umumnya
digunakan oleh ahli teknik dan ilmuwan. Titik beku air pada skala ini ditandai
dengan nol, dan titik didih air ditandai dengan 100. Jarak antara titik ini dibagi
dengan 100 sehingga tiap satu jarak/garis skala adalah satu derjat centigrade (ditulis
dengan 0C).

17
Table 1.2 Penentuan titik tetap

2. Termometer Hambatan Listrik


Termometer hambatan jenis dibuat berdasarkan pada perubahan hambatan jenis
suatu penghantar karena adanya perubahan temperatur. Ini berarti Thermometric
Property-nya adalah hambatan suatu konduktor, sehingga R = R ( T ). Adapun
skematis termometer hambatan listrik seperti gambar berikut.

Gambar 1.10 Skema thermometer hambatan listrik

18
Keterangan gambar.
A = ampermeter
B = benda yang akan diukur temperaturnya
E = elemen atau batu batere standar
R = hambatan atau konduktor
RG = hambatan geser
S = saklar
Hambatan listrik (R) dari berbagai konduktor atau zat berubah menurut
temperaturnya. Perubahan ini akan sangat jelas jika temperaturnya sudah mendekati
harga – 273 0C. Ini berarti, mulai suatu temperatur tertentu, hambatan listrik tiba-
tiba menjadi sangat kecil atau dapat dikatakan konduksi listriknya menjadi sangat
besar. Hal ini, dalam istilah kelistrikan disebut sebagai konduktor supra. Batas-
batas temperatur untuk menjadi konduktor supra untuk berbagai konduktor
berbeda-beda. Bahkan ada zat yang tidak dapat diketahui batas-batas temperaturnya
karena kesulitan untuk membuat temperatur rendah.

Hambatan listrik yang berubah karena perubahan temperatur ini dapat


digunakan untuk mengukur temperatur dan dalam hal ini digunakan daerah
hambatan listrik di atas konduktor supra. Secara skematis termometer hambatan
listrik seperti digambarkan dalam gambar diatas. Sesuai dengan perubahan
temperatur T, hambatan listrik R dapat berubah, sehingga untuk tegangan batere
yang standar kuat arus listriknya juga ikut berubah. Jadi kuat arus listrik menjadi
thermometric property dari termometer hambatan listrik. Untuk keperluan praktis,
kalibrasi alat ini diperlukan; karena yang berubah adalah hambatan listriknya (R),
tetapi yang terukur adalah kuat arus listriknya (I).

Menurut Callendar (1886), untuk pengukuran yang presisi (pengukuran yang


tepat dan akurat) digunakan hambatan listrik platina dengan menggunakan rumus
empiris berikut :

T = {(Rt – R0) / (R100 – R0)} 100 + δ {(T / 100) – 1} (T / 100) (1.20)

dengan T sebagai temperatur dalam 0C, sedangkan Rt , R0, dan R100 masing-
masing adalah hambatan listrik dalam ohm (Ω) untuk temperatur T, temperatur titik
es, dan temperatur titik uap air, serta δ adalah konstante yang harganya bergantung
pada karakteristik hambatan platina dan diperoleh melalui kalibrasi pada titik

19
belerang. Dengan jalan yang sama, secara teoritis, kalibrasi antara hambatan R
dengan kuat arus listrik I yang menggunakan batere standar dapat digunakan
persamaan berikut.

T = {(It – I0) / (I100 – I0)} 100 + ä {(T / 100) – 1} (T / 100) (1.21)

Termometer hambatan listrik mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:

1. Hambatan R dapat ditanam dalam benda pejal (masif) yang akan diukur
temperaturnya
2. Batas ukurnya sangat lebar, yakni dari –253 0C sampai 1200 0C (ada yang
menyatakan sampai titik lebur platina, yakni 1760 0C)
3. Ketelitian termometer hambatan listrik platina dapat mencapai 10 – 3 derajat
celcius atau 0,001 0C.

Termometer hambatan listrik dapat dibuat mini dan portable (dapat dibawa
kemana-mana dengan bobot yang ringan). Volume termometer mini ini adalah 1
mm3 dan dapat digunakan untuk mengukur temperatur dari –20 0C sampai 120 0C.
Termometer hambatan listrik dengan ukuran mini ini disebut termizet.

3. Termokopel
Termokopel adalah sensor suhu yang banyak digunakan untuk mengubah
perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik (voltase).
Termokopel yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis konektor standar
yang sama, serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauan suhu yang cukup
antara -200oC sampai 1800oC dengan batas kesalahan pengukuran kurang dari 1 °C.

Prinsip kerja termokopel secara sederhana berupa dua buah kabel dari jenis
logam yang berbeda ujungnya, hanya ujungnya saja, disatukan (dilas). Titik
penyatuan ini disebut hot junction. Prinsip kerjanya memanfaatkan karakteristik
hubungan antara tegangan (volt) dengan temperatur. Setiap jenis logam, pada
temperatur tertentu memiliki tegangan tertentu pula. Pada temperatur yang sama,

20
logam A memiliki tegangan yang berbeda dengan logam B, terjadilah perbedaan
tegangan (kecil sekali, miliVolt) yang dapat dideteksi.

Jika sebuah batang logam dipanaskan pada salah satu ujungnya maka pada
ujung tersebut elektron-elektron dalam logam akan bergerak semakin aktif dan akan
menempati ruang yang semakin luas, elektron-elektron saling desak dan bergerak
ke arah ujung batang yang tidak dipanaskan. Dengan demikian pada ujung batang
yang dipanaskan akan terjadi muatan positif.

Kerapatan electron untuk setiap bahan logam berbeda tergantung dari jenis
logam. Jika dua batang logam disatukan salah satu ujungnya, dan kemudian
dipanaskan, maka elektron dari batang logam yang memiliki kepadatan tinggi akan
bergerak ke batang yang kepadatan elektronnya rendah, dengan demikian terjadilah
perbedaan tegangan diantara ujung kedua batang logam yang tidak disatukan atau
dipanaskan. Besarnya termolistrik atau gem ( gaya electromagnet ) mengalir dari
titik hot-juction ke cold-junction atau sebaliknya. Setelah terdeteksi perbedaan
tegangan (volt). Beda tegangan ini linear dengan perubahan arus, sehingga nilai
arus ini bisa dikonversi kedalam bentuk tampilan display. Sebelum dikonversi, nilai
arus di komparasi dengan nilai acuan dan nilai offset di bagian komparator,
fungsinya untuk menerjemahkan setiap satuan amper ke dalam satuan volt
kemudian dijadikan besaran temperatur yang ditampilkan melalui layar/monitor
berupa seven segmen yang menunjukkan temperatur yang dideteksi oleh
termokopel.

4. Skala Temperatur Praktis Internasional

Pada konperensi umum ketujuh tentang bobot dan pengukuran dalam tahun
1927, skala temperatur internasional diterapkan sebagai sarana untuk melakukan
kalibrasi alat ilmiah dan industri dengan mudah dan cepat. Skala ini diperbaiki
dalam tahun 1948 dan di sempurnakan dalam tahun 1960. Dalam tahun 1975, terdiri
atas seperangkat titim tetap yang diukur dengan termometer gas volum tetap dan
seperangkat prosedur untuk menginterpolasi antara titik tetap itu. Batas temperatur

21
terendah dari IPTS-68 ialah 13,81 K, titik tripel kesetimbangan hidrogen. Di atas
titik beku mas (1337,58 K) etode optis dipakai dalam hubungannya dengan rumus
radiasi planck.

Daftar Pustaka____________________________
Dittman, RH dan MW Zemansky, 1986. Kalor dan Termodinamika, Terbitan Ke 6.
ITB: Bandung.
Hadi, Dimsiki, 1993. Termodinamika, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik,
Dirjen DIKTI. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta.
Sears, F. W dan GL Salinger, 1975. Thermodynamics, Kinetic Theory and
Statistical Mechanics. Addison-Wesley Publishing Co, Inc : Toronto

22

Вам также может понравиться