Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pembimbing:
dr. Rosalia Septiana, Sp.M
Oleh:
Kevina Suwandi 11.2016.043
1
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Ibu S
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Wotan RT 07 RW 09.Wotan,Sukolilo,Pati
II. ANAMNESIS
Dilakukan Autoanamnesis pada tanggal 21 Desember 2016
Keluhan Utama:
Mata kanan kabur
2
OS memiliki penyakit kencing manis sejak 5 tahun yang lalu. Os
mengatakan jarang meminum obat dan jarang periksa ke dokter untuk kontrol.
Dari tahun 2011 sampai 2016, os hanya kontrol untuk diabetes melitusnya 3 kali
pada tanggal 09/05/2011 dengan hasil 182 mg/dl,tanggal 23/05/2015 dengan hasil
142 mg/dl, tanggal 01/08/2015 dengan hasil 182 mg/dl dengan metode
hexokinase (nilai normal 75-110).
Dari 7 bulan lalu ketika os merasa mata kabur, os sudah ke dokter. Os
didiagnosis dengan Low Tension Glaucoma pada mata kanan dan kiri. Os
mendapat obat timolol,c lyters dan asam mefenamat. Os mengatakan os rutin
kontrol untuk matanya dan rutin memakai dan meminum obatnya. Namun os
mengatakan tidak ada perubahan. Os mengatakan mata kabur nya masih sama
seperti sebelum berobat,tidak ada perbaikan.
B. STATUS OFTALMOLOGIKUS
3
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)
0,16 F3 Visus 0,25
Tidak dikoreksi Koreksi Tidak dikoreksi
Gerak bola mata normal, Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-), Bulbus okuli enoftalmus (-),
eksoftalmus (-), eksoftalmus (-),
strabismus (-) strabismus (-)
edema (-) edema (-)
hiperemis(-) hiperemis(-)
nyeri tekan (-) Palpebra nyeri tekan (-)
lagoftalmus (-) lagoftalmus (-)
ektropion (-) ektropion (-)
entropion (-) entropion (-)
edema (-) edema (-),
injeksi siliar (-) injeksi siliar (-),
injeksi konjungtiva (-) Konjungtiva injeksi konjungtiva (-),
hiperemis (-) hiperemis (-)
Putih Sklera Putih
Bulat Bulat
jernih jernih
edema (-), Kornea edema (-)
arkus senilis (+) arkus senilis (+)
4
infiltrat (-) infiltrat (-)
sikatriks (-) sikatriks (-)
Dalam, Camera Oculi Anterior Dalam,
hipopion (-), hifema (-) (COA) hipopion (-),hifema (-)
Kripta(N), atrofi (-) Kripta(N), atrofi (-)
coklat, edema(-), Iris coklat, edema(-),
synekia (-) synekia (-)
Bentuk bulat Bentuk bulat
Letak sentral, hitam Pupil Letak sentral, hitam
Diameter 3 mm Diameter 3 mm
Refleks pupil L/TL : (+/+) refleks pupil L/TL : (+/+)
Keruh Lensa Jernih
Test Shadow (+) Test Shadow (-)
Fundus refleks positif Fundus Oculi Tidak dilakukan
suram
Vitreus sedikit keruh
Atrofi papil
Mikroaneurisma
14 TIO 13
IV. RESUME
Mata kanan kabur sejak 7 bulan yang lalu. Mata kabur secara tiba-tiba. Mata tidak
merah, tidak nyeri. Sejak awal mata kabur, os sudah pernah periksa ke dokter dan rutin
kontrol. Tetapi os mengatakan keluhan mata kabur masih dirasakan. Tidak ada perbaikan.
Dari pemeriksaan fisik mata ditemukan:
Oculi Dextra Oculi Sinistra
Lensa keruh, shadow test (+) Lensa jernih, shadow test (-)
5
Mikroaneurisma, reflex fundus positif
suram
V. DIAGNOSIS KERJA
- Katarak komplikata
Dasar diagnosis:
Mata kanan kabur sejak 7 bulan yang lalu. Mata kabur secara tiba-tiba. Memiliki
penyakit diabetes melitus selama 6 tahun lalu dan tidak terkontrol.
Dari pemeriksaan:
Penurunan visus, Lensa keruh, shadow test (+), reflex fundus positif suram
- Papilopati
Dari Pemeriksaan: terdapat atrofi papil
- Anterior Ischemic Optik Neuropathy
Dari Pemeriksaan: Penurunan visus, atrofi papil
Dari pemeriksaan:
Penurunan visus, mikroaneurisma
VII. PENATALAKSANAAN
1. Promotif
Mengedukasi pasien tentang faktor resiko yang menyebabkan katarak,retinopati diabetik
6
2. Preventif
Menjaga pola makan,berolah raga untuk mengontrol diabetes melitus. Mengkonsumsi
vitamin A
3. Kuratif
Medika Mentosa:
- Methyl Cobalamin
- Timolol 0.25% s2 dd gtt 1
- KCl
Non Medika Mentosa: Phacoemulsion + IOL, vitrektomi, laser fotokoagulasi
4. Rehabilitatif
Visus koreksi untuk mata kiri
VIII. PROGNOSIS
OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA
(OS)
Ad Vitam : Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Ad Fungsionam : Dubia ad malam Dubia ad malam
Ad Sanationam : Dubia ad malam Dubia ad malam
Ad kosmetikan : ad bonam ad bonam
KATARAK KOMPLIKATA
Definisi
Katarak merupakan keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-
duanya.1
Katarak komplikata merupakan katarak akibat adanya penyakit mata yang terjadi
akibat adanya gangguan nutrisi lensa, proses inflamasi atau degenerasi. Adapun penyakit
mata yang mendasarinya adalah iridosiklitis, koroiditis, retinitis pigmentasi, ablasio
retina, glaucoma, uveitis, iskemia ocular, nekrosis anterior segmen, buftalmos, akibat
suatu trauma dan pasca bedah mata.1
7
Katarak komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin
(diabetes melitus, hipoparatiroid, galaktosemia,dan miotonia distrofi) dan keracunan obat
(tiotepa intravena, steroid local lama, steroid sistemik, oral kontraseptik dan miotika
antikolinesterase). Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak
selamanya didaerah bawah kapsul atau pada lapis korteks, kekeruhan dapat difus,
pungtata, linear, rosete, reticulum dan biasanya terlihat vakuol.1
Epidemiologi
Menurut WHO, katarak adalah penyebab kebutaan terbesar di seluruh dunia.
Katarak menyebabkan kebutaan pada delapan belas juta orang diseluruh dunia dan
diperkirakan akan mecapai angka empat puluh juta orang pada tahun 2020. Hampir 20,5
juta orang dengan usia di atas 40 yang menderita katarak, atau 1 tiap 6 orang dengan usia
di atas 40 tahun menderita katarak.2
Di Indonesia Katarak merupakan penyebab kebutaan terbanyak. Perkiraan
insidensi katarak di Indonesia adalah 0,1 %/tahun atau 1:1000, sementara prevalensi
katarak di Indonesia mencapai 1,8% jumlah penduduk.. Indonesia memiliki
kecenderungan menderita katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan penduduk daerah
subtropics.2
Klasifikasi Katarak
Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat:
1. Primer , berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolism dasar lensa
2. Sekunder , akibat tindakan pembedahan lensa
3. Komplikasi , penyakit local maupun umum
Berdasarkan usia pasien,katarak dapat di bagi dalam:
1. Katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia dibawah 1 tahun
2. Katarak juvenile, katarak yang terlihat pada usia diatas1 tahun
3. Katarak presenil, katarak sesudah usia 30-40 tahun
4. Katarak senil, katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun
Berdasarkan lokasi:
1. katarak kortikal anterior
8
2. katarak kortikal posterior
3. katarak nuclear
4. katarak subkapsular
5. katarak total
Bentuk katarak kongenital:
1. katarak polar anterior
2. katarak polar posterior
3. katarak lamellar atau zonular
4. katarak sentral
Pasien dengan katarak dini akan menimbulkan keluhan penglihatan seperti melihat di
belakang tabir kabut atau asap,akibat terganggu oleh lensa yang keruh. Keluhan
penderita akan bertambah bila pasien melihat benda dengan melawan arah sumber
cahaya atau menghadap ke arah pintu yang terang (BUKU ABU)
PAPILOPATI DIABETIK
Papilopati diabetik adalah kelainan pada papilla nervus optikus yang berbentuk
edema papil atau atropi papil, kelainan ini hanya dapat dilihat dengan bantuan alat
khusus.
Papilledema adalah suatu pembengkakan discus saraf optik sebagai akibat
seunder dari peningkatan tekanan intrakranial. Berbeda dengan penyabab lain dari
pembengkakan discus saraf optik, pengelihatan biasanya masih cukup baik pada
papilledema akut. Papilledema hampir selalu timbul sebagai fenomena bilateral dan dapat
berkembang dalam beberapa jam sampai beberapa minggu. Istilah ini tidak dapat
digunakan untuk menggambarkan pembengkakan discus saraf optik yang disebabkan
oleh karena infeksi,infiltrative, atau peradangan.
Pembengkakkan discus saraf optik pada papilledema disebabkan oleh karena
tertahannya aliran axoplasmic dengan edema intra-axonal pada daerah discus saraf optik.
Ruang subarachnoid pada otak dilanjutkan langsung dengan pembungkas saraf optik.
Oleh karenanya, jika tekanan cairan cerebrospinal (LCS) meningkat, maka tekanannya
9
akan diteruskan ke saraf optik, dan pembungkus saraf optic bekerja sebagai suatu
tourniquet untuk impede transport axoplasmik. Hal ini menyebabkan
penumpukan material di daerah lamina cribrosa, menyebabkan pembengkakan yang khas
pada saraf kepala.
Atrofi papil nervus optikus adalah degenerasi nervus optik yang tampak sebagai
papil berwarna pucat akibat hilangnya pembuluh darah kapiler serta akson dan selubung
myelin nervus optikus dan digantikan oleh jaringan glia. Atrofi papil bukan merupakan
penyakit akan tetapi merupakan tanda akan kondisi yang berpotensi serius, keadaan ini
merupakan proses akhir dari suatu proses yang terjadi di retina, kerusakan yang sangat
luas dari nervus optikus akan menimbulkan atrofi papil dan dapat menimbulkan mata
menjadi buta, untuk itu diperlukan penegakan diagnosis yang cermat dan tepat sehingga
dapat segera tertangani. Penyebab atrofi pupi dapat disebabkan oleh oklusi vascular,
proses degenerasi, pasca papil edema, pasca neuritis optic, pada adanya tekanan nervus
optikus oleh apapun, glaucoma, gangguan metabolisme misalnya diabetes mellitus,
intoksikasi, kelainan kongenital, trauma, degenerasi retina.
10
pada sebagian kecil pasien.8
Penatalaksanaan
a. NOIA Arteritik: steroid sistemik prednisone 40-60 mg/hari. Bila dimulai dengan
dosis 60 mg/hari selama 2-4 minggu, tapering 10 mg tiap 2 minggu sampai 40
mg, kemudian dikurangi 5 mg tiap 1-2 minggu. Jika sudah 10 mg/hari dikurangi
1 mg tiap bulan.8
b. NOIA Nonarteritik: tidak terbukti steroid sistemik. Hiperbarik oksigen pada 2
atm 2x1 hari selama 10 hari. Pemberian steroid sistemik masih dianjurkan,
metilprednisolon 1g/hari IV, tapering lambat. Setelah 1 bulan pasien mengalami
perbaikan visus 6/9.8
Diabetic retinopati (DR) adalah suatu mikroangiopati progresif yang ditandai oleh
kerusakan dan subatan pembuluh darah halus yang meliputi arteriol prekapiler retina,
kapiler-kapiler dan vena-vena.8
Etiologi
11
- Abnormalitas serum dan viskositas darah.
Patofisiologi
1. Perubahan sedikit demi sedikit dari pada penutupan kapiler intraretinal yang
menyebabkan iskemik makular
12
interretina sehingga terbentuk zona eksudat berbentuk bundar disekitar mikroaneurisma
dan paling sering berpusat pada temporal makula.9
Gejala Klinis
Gejala subjekif yang dapat ditemui berupa:
Kesulitan membaca
Penglihatan kabur
Penglihatan tiba-tiba menurun pada satu mata
Melihat lingkaran cahaya
Melihat bintik gelap dan kelap-kelip
13
pecah dapat menimbulkan perdarahan retian, perdarahan subhialoid (preretinal)
maupun perdarahan badan kaca.
Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama daerah macula
sehingga sangat mengganngu tajam pengelihatan.
Pemeriksaan oftalmologi
Nonproliferative retinopathy
Retinopathy DM merupakan progressive microangiopathy yang
mempunyai karakteristik pada kerusakan pembuluh darah kecil dan oklusi.
Kelainan patologis yang tampak pada awalnya berupa penebalan membran
basement endotel kapiler dan reduksi dari jumlah perisit. Kapiler berkembang
dengan gambaran dot-like outpouchings yang disebut mikroaneurisma.
Perdarahan dengan gambaran flame-shaped tampak jelas.8
o Mild nonproliferative retinopathy ditandai dengan ditemukannya
minimal 1 mikroaneurisma. Pada moderate nonproliferative
retinopathy terdapat mikroaneurisma ekstensif, perdarahan intra retina,
venous beading, dan/ atau cotton wool spots. Kriteria lain juga
menyebutkan pada Mild nonproliferative retinopathy: kelainan yang
ditemukan hanya adanya mikroaneurisma dan moderate
nonproliferative retinopathy dikategorikan sebagai kategori antara
mild dan severe retinopathy DM.
o Severe nonproliferative retinopathy ditandai dengan ditemukannya
cotton-wool spots, venous beading, and intraretinal microvascular
abnormalities (IRMA). Hal tersebut didiagnosis pada saat ditemukan
perdarahan retina pada 4 kuadran, venous beading dalam 2 kuadran
atau IRMA pada 1 kuadran (Eva, Whitcher, 2007). Kriteria lain
menyebutkan proliferative diabetic retinopathy dikategorikan jika
terdapat 1 atau lebih: neovaskularisasi (seperti pada : iris, optic disc,
atau di tempat lain), atau perdarahan retina/ vitreus.
Pencitraan
14
Angiografi fluoresensi fundus (Fundus Fluorescein Angiography (FFA))
merupakan pemeriksaan tambahan yang tidak terhingga nilainya dalam diagnosis dan
manajemen retinopathy DM :8
o Mikroaneurisma akan tampak sebagai hiperfluoresensi pinpoint yang tidak
membesar tetapi agak memudar pada fase akhir tes.
o Perdarahan berupa noda dan titik bisa dibedakan dari mikroaneurisma
karena mereka tampak hipofluoresen.
o Area yang tidak mendapat perfusi tampak sebagai daerah gelap homogen
yang dikelilingi pembuluh darah yang mengalami oklusi.
o IRMA (Intra Retinal Microvascular Abnormality) tampak sebagai
pembuluh darah yang tidak bocor, biasanya ditemukan pada batas luar
retina yang tidak mendapat perfusi.
Tes lainnya
Tes yang lain meliputi optical coherence tomography (OCT), yang
menggunakan cahaya untuk menghasilkan bayangan cross-sectional dari
retina. Uji ini digunakan untuk menentukan ketebalan retina dan ada atau tidaknya
pembengkakan di dalam retina akibat tarikan vitreomakular. Tes ini juga
digunakan untuk diagnosis dan penatalaksanaan edema makular diabetik atau
edema makular yang signifikan secara klinis.8
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Beberapa obat-obatan yang belum resmi digunakan untuk terapi retinopati
diabetik. Obat-obatan ini dimasukkan ke dalam mata melalui injeksi intravitreus.
Intravitreal triamcinolone digunakan dalam terapi edema makular diabetik.8
Uji klinis dari Diabetic Retinopathy Clinical Research Network (DRCR.net)
menunjukkan bahwa, walaupun terjadi penurunan pada edema makular setelah
triamcinolone intravitreal tetapi efek ini tidak secepat yang dicapai dengan terapi laser
fokal. Sebagai tambahan, triamcinolone intravitreal bisa memiliki beberapa efek
samping, seperti respon steroid dengan peningkatan tekanan intraocular dan katarak.8
15
Obat-obatan lain yang digunakan pada praktek klinis dan uji klinis meliputi
bevacizumab intravitreal (Avastin) dan ranibizumab (Lucentis). Obat-obatan ini
merupakan fragmen antibodi dan antibodi VEGF. Mereka bisa membantu mengurangi
edema makular diabetic dan juga neovaskularisasi diskus atau retina. Kombinasi dari
beberapa obat-obatan ini dengan terapi laser fokal sedang diinvestigasi dalam uji klinis.8
16
Menurut Mirashi dkk (2008), 87,5% dari 80 pasien mengalami regresi sempurna dari
neovaskuler setelah 6 minggu mendapatkan injeksi intravitreal bevacizumab.9
Daftar Pustaka
1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2015.
2. Ilyas, Sidarta. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Edisi Pertama cetakan kedua. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2014.
3. Lang GK. Ophthalmology a short textbook. New York: Thieme; 2000.p.170-89
4. Galloway NR. Common Eye Diseases and Their Management. Third edition. Verlag
London limited 2006. p.81-90
5. Bobrow JC. Lens and Cataract. American Academy of Opthalmology. Section 11.
Edition 2005-2006. San Francisco, USA. p. 19-23, 5-10, 91-105, 199 – 204.
6. Shock JP, Harper RA. Lensa In: Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P.
Oftalmologi Umum Edisi XIV. Jakarta: Widya Medika, 2000. P.175-83
7. James B. Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta : Erlangga;2006.p.76- 84
8. Vaughan & Asbury’s. General Ophthalmology. In: United States Of America:
McGraw-Hill; 18th ed. 2011.
9. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: systemic approach. 7th ed.
Saunders.2012
17
10. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. Anshan publishers 2007.
11. American Academy of ophthalmology Staff. Fundamental and Principles of
Ophthalmology. Section 2. Basic Clinical Science Course. San Francisco ; 2005-
2006 : p. 323-31.
12. American Academy of ophthalmology Staff. Lens and Cataract. Section 11. Basic
Clinical Science Course. San Francisco ; 2005-2006 : p. 5-9.
18