Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
E 34101016
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc Ir. Jarwadi Budi Hernowo, M.Sc.F
NIP. 131 284 817 NIP. 131 685 543
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
Tanggal Lulus :
ABSTRAK
Burung merupakan salah satu jenis satwaliar yang banyak dimanfaatkan oleh
manusia. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingginya penggunaan
jenis burung, tekanan terhadap spesies dan habitat alami burung semakin meningkat.
Hutan Lindung Gunung Lumut merupakan salah satu kawasan lindung di
Kalimantan Timur yang dapat diproyeksikan sebagai habitat alternatif bagi burung.
Untuk mengetahui potensi dan keanekaragaman jenis burung serta habitatnya, perlu
dilakukan studi ilmiah dan inventarisasi, yang dapat digunakan untuk mendukung
implementasi rencana pengelolaan HLGL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
keanekaragaman, kelimpahan, keterkaitan vegetasi dengan burung dan penggunaan
ruang secara stratifikasi oleh burung.
Penelitian dilakukan di Hutan Lindung gunung Lumut (HLGL) Kalimantan
Timur. Peralatan yang digunakan adalah binokuler, perekam dan pita kaset, kamera,
kompas “Engginer”, jam, alat tulis dan tallysheet, meteran, Global Positioning
Sistem (GPS ”Magellan 315”), buku panduan pengenalan tumbuhan dan pengenalan
burung. Obyek yang digunakan adalah burung dan habitatnya. Pengambilan data
burung di lapangan dilakukan dengan inventarisasi menggunakan metode IPA
(Indices Ponctuels d’Abondence). Dalam metode ini, pengamat berhenti pada suatu
titik pangamatan dan menghitung semua burung yang terdeteksi selama selang waktu
20 menit. Pengamatan dimulai pada pagi hari pukul 06.00-09.00 WITA dan sore
hari pukul 15.30-16.30 WITA. Pada setiap lokasi pengamatan di buat 6 titik
pengamatan dan jarak antar titik adalah 200 m dengan pengulangan sebanyak 5 kali
setiap lokasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekayaan jenis burung yang ditemukan di
Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) tergolong cukup tinggi, yaitu sebanyak 150
jenis yang termasuk kedalam 34 suku, dengan jenis endemik sebanyak empat.
Seluruh jenis burung yang dijumpai tersebar di berbagai lokasi pengamatan.
Pada setiap lokasi pengamatan hanya menemukan sebagian jenis burung. Lokasi
dengan penemuan jenis burung paling banyak adalah pada Jalur jalur HT1 dengan 71
jenis (180 individu) pada pagi hari serta 41 jenis (87 individu) pada pengamatan sore
hari. Lokasi dengan penemuan paling sedikit pada pengamatan pagi hari yaitu SU2
dengan 30 jenis (72 individu) serta pengamatan sore hari pada JL2 dengan 23 Jenis
(82 individu).
Penyebaran jenis burung paling luas, yang tercatat di seluruh tipe habitat adalah
jenis Pycnonotus simplex, Irena puella, Orthotomus ruficeps, Arachnothera
longirostra dan Dicaeum trigonostigma. Jenis-jenis tersebut dapat ditemukan di
seluruh tipe habitat dimungkinkan karena jenis tersebut memiliki rentang habitat
yang luas, sehingga mampu beradaptasi dengan tipe habitat yang berbeda. Penemuan
jenis pada pagi dan sore hari menunjukkan perbedaan karena pada umumnya jenis
burung yang dijumpai merupakan jenis diurnal yang aktif pada pagi dan siang hari.
Berdasarkan uji t student didapatkan bahwa pangamatan antara pagi dan sore hari
menunjukkan perbedaan keanekaragaman burung pada HT1, JL1 dan SU1 serta
menunjukkan tidak ada perbedaan keanekaragaman burung pada HT2, JL2 dan SU2.
Sifat kunjungan jenis burung dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok penetap dan pendatang musiman. Sebanyak 146 jenis merupakan penetap
dan empat jenis adalah pendatang musiman. Jenis pendatang musiman ini tercatat
empat jenis yaitu Hirundo rustica, Motacilla cinerea, Muscicapa daurica dan Lanius
cristatus.
Menurut komposisi pakannya, jenis burung yang paling dominan di HLGL
adalah kelompok burung pemakan serangga (insectivora). Serangga dimanfaatkan
oleh 139 jenis burung (92,67%) dan 67 jenis diantaranya (48,20%) merupakan
pemakan serangga sejati. Pemakan serangga sejati merupakan murni pemakan
serangga tanpa mengkonsumsi jenis pakan lain
Jenis burung yang memiliki status dilindungi oleh pemerintah Indonesia tercatat
sebanyak 32 jenis, 6 kelompok pada tingkat suku yaitu suku Accipitridae, suku
Psittacidae, suku Trogonidae, suku Alcedenidae, suku Bucerotidae dan suku
Nectariniidae serta 4 jenis pada tingkat jenis yaitu Argusianus argus, Pitta guajana,
Rhipidura javanica dan Gracula religiosa. Jenis dilindungi tersebut yang masuk
Appendix II CITES sebanyak 12 jenis (3 suku dan 3 jenis).
Kelimpahan tertinggi jenis burung yang juga dominan pada pengamatan pagi
dan sore hari di HLGL adalah Pycnonotus simplex, Lonchura fuscans, Dicaeum
trigonostigma dan Rhapidura leucopygialis. Jenis ini memiliki kelimpahan tinggi
karena mampu memanfaatkan potensi pakan dan habitat di HLGL.
Nilai indeks keanekaragaman terbesar pada lokasi pengamatan adalah pada
habitat HT1, sedangkan nilai terendah diperoleh pada JL2. Nilai indeks
keanekaragaman tersebut berkisar antara 3.116-4.068. Nilai ini menunjukkan nilai
keanekaragaman yang cukup tinggi di suatu kawasan. Sedangkan indeks kemerataan
yang diperoleh dari HLGL menunjukkan nilai yang cukup tinggi, yaitu berkisar
antara 0.845-0.938. Nilai tertinggi tersebut diperoleh dari habitat HT2 sedangkan
terendah pada JL2. Nilai yang tinggi ini menunjukkan bahwa penyebaran individu
jenis burung pada satu komunitas sangat merata.
Vegetasi yang paling banyak dimanfaatkan oleh jenis burung adalah Ara (Ficus
sp.) di HT1, Meranti (Shorea sp.) di HT2, Marunjala di HT1, Nangsang (Macaranga
sp.) di JL1 dan SU2, Sungkai (Peronema canescens) di JL1 dan JL2, Mayas
(Duabanga moluccana) di SU1, Bekokal danum di SU2 dan semak belukar di HT1,
JL1, JL2, SU1 dan SU2. Sedangkan penggunaan ruang vertikal oleh burung pada
HLGL didominasi oleh penggunaan strata bagian atas. Pada habitat HT1 dan HT2
didominasi oleh penggunaan strata IV dan V. Sedangkan habitat lain, dominan
menggunakan strata III dan IV.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
ini berjudul “Keanekaragaman Jenis Burung Pada Beberapa Tipe Habitat di
Hutan Lindung Gunung Lumut, Kalimantan Timur”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain :
1. Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti M.Sc dan Ir. Jarwadi Budi Hernowo MSc.F sebagai
pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan arahan, nasihat dan
bantuan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Lina Karlinasari S. Hut, MSc dan Dr. Ir. Cahyo Wibowo MSc sebagai dosen
penguji dari Departemen Hasil Hutan dan Departemen Silvikultur.
3. Ayah, Ibu dan Adikku dan keluarga besar Bani Ismail atas dukungan dan
dorongan materi, moral dan spiritual, terutama atas doa dan bimbingannya.
6. Insan Kurnia S.Hut atas bantuan, dukungan dan arahannya selama penyusunan
skripsi ini berlangsung.
8. Masyarakat Adat Kampung Mului (Pak Jidan, Pak Jahan dan Pak Lindung),
Pemda Paser dan PeMA (Persatuan Masyarakat Adat) atas bantuan tenaga dan
izinnya.
Latar Belakang
Burung merupakan salah satu jenis satwaliar yang banyak dimanfaatkan oleh
manusia sebagai bahan makanan, binatang peliharaan, pemenuhan kebutuhan
ekonomi dan estetika. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingginya
penggunaan jenis burung oleh manusia, mengakibatkan terjadinya tekanan spesies
dan habitat alami burung. Dengan banyaknya manfaat yang dimiliki, manusia
berupaya ingin memanfaatkan baik langsung maupun tidak langsung sehingga
kelestarian spesies burung ini dapat terancam.
Burung merupakan salah satu keanekaragaman hayati yang harus dijaga
kelestariannya dari kepunahan maupun penurunan keanekaragaman jenis. Menurut
Sujatnika et al. (1995), keberadaan suatu jenis burung dapat dijadikan sebagai
indikator keanekaragaman hayati, karena kelompok burung memiliki sifat-sifat yang
mendukung, yaitu hidup di seluruh habitat, peka terhadap perubahan lingkungan dan
taksonomi serta penyebarannya telah cukup diketahui.
Konservasi burung di Indonesia saat ini masih terpusat pada kawasan
konservasi seperti cagar alam, suaka margasatwa dan taman nasional. Burung
merupakan satwaliar yang memiliki tingkat mobilitas yang tinggi dan mampu
berdaptasi pada berbagai tipe habitat yang luas (Welty, 1982), sehingga upaya
konservasi juga perlu dilakukan di kawasan lain, salah satunya adalah di hutan
lindung.
Menurut UU no 41 tahun 1999, hutan lindung ialah kawasan hutan yang karena
keadaan sifat alamnya diperuntukkan guna mengatur tata air, pencegahan bencana
banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. Gunung Lumut adalah salah
satu kawasan yang ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan
No.24/Kpts/Um/1983 sebagai hutan lindung di Kalimantan Timur. Dengan status
tersebut, diharapkan Hutan Lindung Gunung Lumut dapat memberikan manfaat
sesuai dengan peruntukannya.
Dalam perkembangannya, Hutan Lindung Gunung Lumut diharapkan mampu
menampung keanekaragaman jenis burung. Hutan Lindung Gunung Lumut juga
diproyeksikan sebagai habitat alternatif bagi burung, karena habitat yang ada di
sekitarnya mengalami penurunan oleh kegiatan manusia. Sehingga untuk
mengetahui potensi dan keanekaragaman jenis burung serta habitatnya, perlu
dilakukan studi ilmiah dan inventarisasi dalam rangka pelestarian dan pengelolaan
keanekaragaman jenis burung dan habitatnya di HLGL.
Tujuan Penelitian
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menyediakan data dan informasi ilmiah
mengenai keanekaragaman jenis burung dan habitatnya, serta berguna bagi upaya
pelestarian burung di Hutan Lindung Gunung Lumut.
TINJAUAN PUSTAKA
Burung
Definisi Burung
Burung termasuk dalam kelas Aves, sub Phylum Vertebrata dan masuk ke
dalam Phylum Chordata, yang diturunkan dari hewan berkaki dua (Welty, 1982).
Redaksi Ensiklopedi Indonesia (1992), menyebutkan bahwa burung telah dibagi
dalam ordo-ordo dan pembagiannya dimulai dari burung yang diperkirakan bersifat
paling primitif, lalu ditelusuri sampai tingkat perkembangan paling tinggi. Burung
dibagi dalam 29 ordo yang terdiri dari 158 famili.
Burung merupakan salah satu diantara kelas hewan bertulang belakang.
Burung berdarah panas dan berkembangbiak melalui telur. Tubuhnya tertutup bulu
dan memiliki bermacam-macam adaptasi untuk terbang. Burung memiliki
pertukaran zat yang cepat kerena terbang memerlukan banyak energi. Suhu
tubuhnya tinggi dan tetap sehingga kebutuhan makanannya banyak (Redaksi
Ensiklopedi Indonesia, 1992).
Welty (1982) mendiskripsikan burung sebagai hewan yang memiliki bulu,
tungkai atau lengan depan termodifikasi untuk terbang, tungkai belakang teradaptasi
untuk berjalan, berenang dan hinggap, paruh tidak bergigi, jantung memiliki empat
ruang, rangka ringan, memiliki kantong udara, berdarah panas, tidak memiliki
kandung kemih dan bertelur.
Burung merupakan salah satu jenis satwaliar yang memiliki banyak fungsi dan
sering dimanfaatkan oleh manusia. Manfaat dan fungsi burung secara garis besar
dapat digolongkan dalam :
a. Nilai Ekologis
Manfaat yang dijadikan penilaian adalah peran ekologis yang secara jelas dapat
dilihat dan dirasakan langsung. Peran tersebut adalah seperti membantu
penyerbukan bunga (burung sesap madu), pemakan hama (burung pemakan serangga
atau tikus) dan penyangga ekosistem (terutama jenis burung pemangsa) (Sozer,
1999). Hernowo et al. (1989) mengatakan bahwa dengan pentingnya peranan burung
bagi komponen ekosistem alam, burung dapat digunakan sebagai indikator
lingkungan, karena apabila terjadi degradasi lingkungan burung komponen alam
terdekat yang terkena dampaknya.
Menurut Welty (1982), jenis burung juga mempunya peran penting dalam
penyabaran biji tanaman. Burung yang dapat menyebarkan biji tersebut antara lain
adalah burung dari famili Anatidae, Columbidae, Picidae, Turdidae, Sittidae dan
Corvidae.
b. Nilai Ekonomis
Burung memiliki nilai ekonomis tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
makanan (daging, telur, sarang), diperdagangkan dan dipelihara oleh masyarakat.
Menurut Welty (1982), bulu burung yang indah banyak dimanfaatkan oleh perancang
mode untuk desain pakaian atau aksesori lainnya. Manfaat lain yang dapat diambil
adalah sarang burung walet. Sarang burung ini memiliki kasiat untuk
menyembuhkan beberapa jenis penyakit, sehingga memiliki harga yang sangat
mahal. Selain manfaat tersebut, daging dan telur burung merupakan salah satu
sumber protein yang sangat berguna bagi manusia.
Menurut MacKinnon (1992), burung-burung banyak diperdagangkan sebagai
binatang peliharaan. Namun karena banyaknya aktivitas perdagangan ini, beberapa
jenis burung dilaporkan hampir lenyap, seperti cucak rawa, jalak, murai batu dan
perkutut.
c. Nilai Budaya
Di daratan tinggi Kalimantan, keberadaan burung dapat dijadikan kalender.
Lahan pertanian dikerjakan lantas disemai, bertepatan dengan kedatangan dan
lewatnya burung Kicuit Motacilla yang bermigrasi. Suku Iban dan Dayak lainnya di
Kalimantan, lebih jauh lagi menggunakan kebudayaan pemakaian jenis burung ini
sebagai petunjuk bertani (MacKinnon, 1992)
Menurut Welty (1982), masyarakat Dayak Laut di Kalimantan Selatan masih
percaya bahwa ada tujuh jenis burung yang merupakan menantu dewa-dewa
penguasa. Jenis-jenis tersebut adalah satu jenis piculet, satu jenis raja udang, dua
trogon, satu jenis jay, satu jenis pelatuk dan satu jenis shama.
d. Nilai Estetika
Burung menjadi inspirasi para seniman dalam berkarya, dalam bentuk tulisan,
nyanyian maupun lukisan. Banyak cerita-cerita dan lagu yang menggambarkan
keindahan burung. Lukisan Bali, baik tradisional maupun modern banyak yang
bertemakan burung (Surata, 1993 dalam Yuda, 1995).
Welty (1982), mengatakan bahwa burung memiliki nilai estetik dan rekreasi
yang tinggi. Menyaksikan keindahan dan keelokan burung serta tingkah lakunya
yang menarik, suaranya yang merdu merupakan pemandangan yang menakjubkan.
e. Nilai Ilmu Pengetahuan
Burung dapat dijadikan hewan percobaan dalam bidang famasi dan
kedokteran. Pemahaman terhadap malaria pada manusia tidak terlepas dari
penelitian malaria pada burung. Selain itu keberhasilan pembuatan vaksin penyakit
demam Yellow fever juga tidak terlepas dari penelitian burung (Welty, 1982).
Menurut Sozer et al. (1999), burung juga memiliki kepekaan tertentu terhadap
kesehatan lingkungan dalam habitatnya, sehingga dapat digunakan sebagai indikator
kesehatan lingkungan, salah satu diantaranya adalah sebangsa raja udang.
Kelimpahan adalah istilah umum yang digunakan untuk suatu populasi satwa
dalam hal jumlah yang sebenarnya dan kecenderungan naik turunnya populasi atau
keduanya (Shaw, 1985 dalam Mahmud, 1991). Kelimpahan erat kaitannya dengan
distribusi, sehingga biasanya kedua istilah ini seringkali digunakan bersama-sama
(Andrewartha & Birch, 1954 dalam Mahmud, 1991). Kelimpahan dapat dinyatakan
juga sebagai jumlah organisme per unit area (kepadatan absolut), atau sebagai
kepadatan relatif, yaitu kepadatan dari satu populasi terhadap populasi lainnya
(Krebs, 1978). Kelimpahan relatif adalah perbandingan kelimpahan individu tiap
jenis terhadap kelimpahan (jumlah) seluruh individu dalam suatu komunitas (Krebs,
1978).
Welty (1992) mengemukakan, modifikasi lingkungan alami menjadi lahan
pertanian, perkebunan, kota, jalan raya dan kawasan industri berakibat buruk bagi
burung. Walaupun modifikasi tertentu habitat alami dapat membawa keberuntungan
bagi spesies-spesies tertentu, namun secara keseluruhan berakibat merusak
kehidupan burung
Habitat Burung
Habitat adalah kawasan yang terdiri dari beberapa kawasan, baik fisik maupun
biotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup dan
berkembangbiaknya satwaliar (Alikodra, 2002). Sedangkan menurut Sozer (1999),
habitat merupakan tempat makhluk hidup berada secara alami.
Di dalam suatu kawasan, habitat yang ada merupakan bagian penting bagi
distribusi dan jumlah burung. Bagi habitat yang tidak dilindungi, habitat mungkin
berubah, contohnya akibat penebangan hutan. Pengelolaan yang memadai sangat
bergantung pada pemahaman mengenai saling keterkaitan antara burung dan
habitatnya (Bibby et al., 2000).
Habitat terdiri dari beberapa mikrohabitat yang seringkali sangat besar
pengaruhnya terhadap satwa, karena adanya variasi iklim mikro. Untuk jenis
burung, iklim mikro tersebut erat kaitannya dengan cara penampatan sarang burung,
disamping alasan keamanan telur dan gangguan pemangsa (Welty, 1982).
Burung dapat menempati tipe habitat yang beranekaragam, baik habitat hutan
maupun habitat bukan hutan. Secara umum, burung memanfaatkan habitat tersebut
sebagai tempat mencari makan, beraktifitas, berkembangbiak dan berlindung.
Menurut Welty (1982), setiap burung yang hidup di alam membutuhkan dua
kebutuhan dasar yaitu bahan dan energi. Bahan menyediakan media untuk hidup
burung, seperti udara dan daratan, sedangkan energi didapatkan burung dari makanan
dan energi matahari.
Faktor yang menentukan keberadaan burung adalah ketersediaan makanan,
tempat untuk istirahat, main, kawin, bersarang, bertengger, dan berlindung pada
suatu habitat. Kemampuan areal menampung burung yang ditentukan oleh luasan,
komposisi dan struktur vegetasi, banyaknya tipe ekosistem dan bentuk habitat.
Burung merasa betah tinggal di suatu tempat apabila terpenuhi tuntutan hidupnya
antara lain habitat yang mendukung dan aman dari gangguan (Hernowo, 1985)
Profil Habitat
Suatu sketsa dari profil vegetasi sepanjang garis transek sangat berguna bagi
penelitian burung yang menempati habitat hutan. Komposisi dari suatu profil habitat
sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan tentang hubungan antara derajat
kelimpahan burung dengan tipe habitat (Alikodra, 2002).
James (1971) dalam Welty (1982) mengatakan bahwa penutupan tajuk,
ketinggian tajuk dan keragaman jenis pohon menentukan keanekaragaman jenis
burung. Menurut Bibby et.al., (2000), selain ukuran tajuk, baik pada pohon yang
selalu hijau atau pohon yang meluruhkan daun, bentuk pohon sering merupakan ciri
penting untuk memperkirakan distribusi burung-burung.
Menghubungkan distribusi burung secara langsung dengan pohon dan jenis
tumbuhan yang ada di suatu tempat memang ideal, tetapi cukup sulit. Jenis pohon
tropis sering sangat sulit diidentifikasi dan kebanyakan kepadatannya sangat rendah,
sehingga sulit sekali untuk menghubungkan secara langsung keberadaan jenis burung
dengan keberadaan jenis pohon tertentu (Bibby et al., 2000).
Akibat tingginya nilai manfaat yang dimiliki oleh burung, satwa ini sangat
rentan terhadap gangguan dan perburuan. Johnson et al. (1977) dalam Kurnia
(2003) menyatakan bahwa manusia adalah penyebab utama gangguan terhadap
burung.
Sozer et al. (1999) mengungkapkan bahwa perdagangan burung dan bagian-
bagiannya (daging, telur, tulang, opset dan bulu) merupakan penyebab dari
langkanya suatu jenis burung. Indikasi langkanya suatu jenis burung di alam adalah
langka di pasaran, sehingga harga mahal. Keadaan pasar seperti itu akan memicu
penangkapan di alam sehingga menambah jumlah jenis langka.
Salah satu penyebab gangguan pada burung adalah terjadinya tekanan dan
perubahan habitat burung. Hernowo et al. (1989) menyatakan bahwa akibat
penggunaan sumberdaya alam oleh manusia yang kurang memperhatikan aspek
kelestarian menyebabkan terjadinya penyempitan maupun perusakan habitat alami
burung yang menyebabkan merosotnya populasi burung di alam. Sedangkan
menurut MacKinnon et al. (1993), besarnya jumlah penduduk dan meningkatnya
tekanan eksploitasi terhadap semua sumberdaya yang memiliki nilai ekonomi, alam
akan mengalami kemunduran. Hutan akan didesak sampai ke puncak gunungdan
burung-burung akan diburu untuk dimakan, untuk olahraga atau dijual.
Beberapa peralatan yang sering digunakan oleh masyarakat untuk menangkap
burung adalah perangkap, lem, senapan dan jaring. Kadang-kadang anakan paruh
bengkok langsung diambil dari lubang sarangnya (WWF, 1997 dalam Soehartono,
2003). Gangguan ini akan sangat berpengaruh terhadap populasi dan keberadaan
burung di alam.
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) pada tahun 1970-an masih merupakan
areal konsesi HPH PT Telaga Mas. Sejak tahun 1983, kawasan ini ditetapkan sebagai
hutan lindung berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.24/Kpts/Um/1983. Meskipun
demikian, sampai saat ini kegiatan-kegiatan logging masih terjadi di dan sekitar
kawasan HLGL, baik oleh beberapa konsesi yang memiliki HPH dan IPK (izin
Pemanfaatan Kayu) maupun kegiatan illegal logging yang semakin marak.
Kegiatan tersebut telah memberikan tekanan dan gangguan bagi keberadaan
hutan lindung. Sejalan dengan itu, kesadaran sebagian masyarakat di dan sekitar
HLGL terhadap fungsinya masih kurang. Umumnya mereka memanfaatkan hutan
dengan mengambil rotan dan madu yang merupakan produk hutan non-kayu. Namun
sebagian masyarakat ada pula yang menebang kayu, baik untuk kebutuhan sendiri
maupun dijual (Tropenbos International (TBI) Indonesia, 2004)
Kondisi Fisik
Iklim
Kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut, berdasarkan data iklim tahun 1994-
1998 dan sistem klasifikasi Schmit dan Ferguson (1951) termasuk dalam tipe curah
hujan A atau sangat basah. Kawasan ini memiliki rata-rata curah hujan pada tahun
1982-1993 sebesar 165,83 mm/bulan dengan 8,92 hari hujan dan pada tahun 1994-
1998 rata-rata curah hujan sebesar 216,38 mm/bulan dengan 10,36 hari hujan
(Aipassa, 2004).
Hidrologi
Jenis tanah yang ada di wilayah Hutan Lindung Gunung Lumut meliputi jenis
tanah Ultisol dan Inceptisol. Jenis Ultisol berasal dari lithologi batuan sedimen yang
mengandung mineral felsic dan mineral campuran. Tekstur tanah bervariasi dari
kasar, cukup halus sampai halus dengan drainase menunjukkan kelas baik. Jenis
tanah Ultisol terdiri dari 2 kelompok besar tanah yaitu Tropudults dan Kandiudults.
Sedangkan formasi geologi yang membangun Hutan Lindung Gunung Lumut adalah
tiga formasi bauan yaitu Pemaluan Bed, Palaogene dan Pulau Balang Bed (Aipassa,
2004).
Kondisi Biologi
Keanekaragaman Flora
Keanekaragaman Fauna
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah binokuler (8x40), alat
perekam dan pita kaset, kamera, kompas, alat pengukur waktu, alat tulis dan
tallysheet, meteran, Global Positioning Sistem (GPS ”Magellan 315”), buku panduan
pengenalan tumbuhan (Kessler et al., 1999) dan buku panduan burung (Seri
Panduan Lapang Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan oleh
MacKinnon et al., 1993). Obyek yang digunakan adalah burung dan habitat yang
ada di HLGL.
Pengambilan Data
Lokasi plot pengamatan didasarkan pada tipe habitat yang ada di HLGL.
Pengamatan dilakukan pada enam habitat yang memiliki karakteristik yang berbeda,
yaitu habitat hutan yang sebagian vegetasinya pernah terbakar, habitat hutan
dipterocarpaceae, habitat bukan hutan berupa kebun campuran, habitat bukan hutan
berupa calon ladang, rumah, dan lahan terbuka, serta habitat reparian pada hutan
skunder dan habitat reparian pada ladang (Tabel 1).
Tabel 1. Lokasi pengamatan keanekaragaman jenis burung
Habitat Keterangan (Kode) Ketinggian (mdpl)
Hutan terbakar HT1 356-501
Hutan dipterocarpaceae HT2 343-461
Kebun campuran JL1 343-356
Ladang, rumah dan lahan terbuka JL2 324-339
Riparian hutan skunder SU1 50-100
Riparian pada ladang SU2 50-30
Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan perbedaan penutupan lahan secara visual,
strata vegetasi, penutupan tajuk dan pengaruh lingkungan sekitar lokasi. Pada
masing-masing lokasi, dibuat satu jalur pengamatan dengan setiap jalur dilakukan
lima kali ulangan.
Jenis Data
Jenis data yang diambil dan diperlukan dalam penelitian ini adalah :
1.1. Keanekaragaman Jenis Burung
a. Jenis burung yang diamati melalui perjumpaan langsung dan tidak
langsung (suara), dengan parameter yang dicatat mencakup (1) jenis
burung (2) jumlah burung (3) waktu (4) aktivitas dan (5) letak
burung pada sruktur tajuk.
b. Komposisi jenis (melalui pendekatan jenis dominan, subdominan dan
jenis jarang) dan struktur jenis (melalui pendekatan berdasarkan pola
makan yaitu carnivores, granivores, frugivores, nectarivores,
piscivores, insectivores atau herbivores).
c. Jenis-jenis burung yang dilindungi, endemik dan langka
1.2. Habitat burung
Jenis data habitat burung yang diambil adalah :
a. Fungsi habitat bagi burung sebagai tempat mencari makan, istirahat,
bersarang dan beraktivitas.
b. Pola penggunaan ruang secara vertikal oleh burung pada lapisan
tajuk.
c. Keanekaragaman habitat burung.
Pengolahan Data
Profil Habitat
Pengamatan burung dilakukan dengan metode point count atau IPA. Metode
Point Count atau Point Index of Abundannce adalah metode pengamatan burung
dengan mengambil sampel dari komunitas burung untuk dihitung dalam waktu dan
lokasi tertentu. Pengamatan dilakukan dengan berdiri pada titik tertentu pada habitat
yang diteliti kemudian mencatat perjumpaan terhadap burung dalam rentang waktu
tertentu (Helvoort, 1981)
Pengamatan dilakukan pada titik pengamatan yang diletakkan secara teratur
pada habitat yang diteliti, untuk memudahkan pengamatan ulang. Jumlah titik pada
setiap jalur adalah enam titik, dengan jarak masing-masing titik 200 m (Gambar 2).
200 m
1 km
Pengamatan dilakukan pada pagi hari pukul 06.00-09.00 WITA dan sore hari
pukul 15.30-17.30 WITA untuk setiap plot pengamatan. Lama waktu pengamatan
pada setiap titik adalah 20 menit. Pada setiap plot pengamatan akan dilakukan
pengulangan pengamatan sebanyak lima kali.
Pengamatan dilakukan melalui perjumpaan langsung dan tidak langsung
(suara). Parameter yang dicatat adalah jenis, jumlah yang ditemukan, aktivitas,
posisi burung pada tajuk pohon, struktur dan jenis vegetasi yang digunakan burung.
Sedangkan perjumpaan terhadap jenis burung diluar titik pengamatan tidak
diperhitungkan.
Untuk mengetahui penyebaran burung secara vertikal, posisi burung
didasarkan pada strata ketinggian. Strata ketinggian yang dipakai adalah strata
ketinggian Balen (1984).
Tabel 2. Interval penyebaran burung secara vertikal (van Balen, 1984)
No Tempat Ketinggian (m)
1 Lantai/tanah 0.00-0.15
2 Semak rendah dan sedang 0.15-1.80
3 Semak-semak tinggi 1.80-4.50
4 Pohon d ibawah tajuk 4.50-15.00
5 Pohon di atas tajuk >15.00
Pengamatan Habitat
Analisa Data
Indeks Kemerataan
Untuk menentukan proporsi kelimpahan jenis burung yang ada pada masing-
masing tipe habitat dapat digunakan indeks kemerataan dengan rumus :
H'
E =
ln S
Dimana : E = indeks kemerataan (nilai antara 0 – 1)
H’ = indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
S = jumlah jenis
Penyebaran Burung
Nilai ini digunakan untuk melihat pemanfaatan habitat atau vegetasi oleh
burung, dengan menggunakan rumus :
St
Ft = × 100%
Sp
Dimana :
Ft = Fungsi habitat atau vegetasi bagi burung
St = Jumlah jenis burung yang menggunakan habitat atau vegetasi
Sp = Jumlah keseluruhan jenis burung yang ada di lokasi penelitian
Analisis penggunaan tajuk sebagai habitat oleh burung ini (Gambar 3),
dilakukan secara diskriptif kualitatif yaitu dengan cara melihat hubungan antara
strata tajuk hutan dengan kehadiran burung di habitat tersebut. Analisis ini
digunakan untuk melihat jenis burung yang menggunakan strata tajuk dimasing-
masing tipe habitat.
2
A B A
h 3
4
Gambar 3. Bentuk tajuk pohon secara vertikal dan horizontal sebagai habitat burung
Keterangan :
A : Tepi tajuk
B : Tengah tajuk
Uji t Student
Uji t student merupakan uji statistik yang digunakan untuk mengetahui adanya
perbedaan keanekaragaman jenis burung pada berrbagai tipe habitat yang da di
HLGL. Selain itu, uji t student juga dapat digunakan untuk membandingkan
keanekaragaman jenis burung pada waktu pengamatan pagi dan sore hari pada
tingkat kepercayaan 95% dan 99%, dengan menggunakan keputusan hipotesa :
Jika thitung < ttabel, maka terima H0
Jika thitung ≥ ttabel, maka tolak H0 dan terima H1, dimana :
H0 = Tidak ada perbedaan keanekaragaman jenis burung pada tipe habitat 1
dan tipe habitat 2 atau tidak ada perbedaan keanekaragaman jenis burung
pada pengamatan pagi dan sore hari.
H1 = Ada perbedaan perbedaan keanekaragaman jenis burung pada tipe habitat
1 dan tipe habitat 2 atau tidak ada perbedaan keanekaragaman jenis
burung pada pengamatan pagi dan sore hari.
Persamaan yang digunakan berdasarkan Poole (1974) :
2
s
s
∑ pi ln pi2
− ∑ pi ln pi
i =1 + s −1
Var(H’) = i =1
N 2N 2
H '1 − H ' 2
thitung =
(var(H '1 ) + var(H '1 ))2
[var (H '1 ) + var (H ' 2 )]2
[var (H '1 )2 / N 1 + var (H ' 2 )2 / N 2 ]
df =
HASIL
Hutan Terbakar (HT1). Jalur HT1 merupakan hutan primer yang sebagian
vegetasinya pernah terbakar pada tahun 1997. Namun kebakaran tersebut tidak
begitu besar dan area yang terbakar tidak terlalu luas sehingga komposisi vegetasi
alami tidak berubah total.
Vegetasi yang ada di HT1 sangat beragam. Ditemukan 37 jenis pohon (61
individu) yang tersebar sepanjang jalur pengamatan. Jenis vegetasi yang paling
dominan adalah Ara (Ficus sp) sebesar 15.38%, sedangkan Nangsang (Macaranga
sp) sebagai tumbuhan perintis hanya tercatat sebesar 3.85%. (Gambar 4; Gambar 5,
Lampiran 1).
Pada HT1, jalur pengamatan terletak pada ketinggian 356-501 mdpl. Vegetasi
di jalur ini memiliki tinggi pohon berkisar 10-30 m dengan strata yang beragam,
meliputi strata I sampai dengan V. Tajuk pohon pada lokasi yang tidak terbakar
cukup rapat, sedangkan tempat yang pernah terbakar, penutupan tajuknya agak
terbuka. Lokasi dengan tajuk agak terbuka tersebut banyak ditumbuhi semak belukar
dan tumbuhan perintis seperti Nangsang (Macaranga sp).
Keanekaragaman vegetasi yang ada di HT1 mampu memberikan tempat untuk
hidup berbagai jenis burung. Pada tipe habitat tersebut ditemukan sebanyak 81 jenis
dan 267 individu burung.
(a) (b)
Gambar 5. Profil vegetasi di hutan primer yang pernah terbakar.
(a) Vegetasi pohon (b) Penutupan tajuk
(a) (b)
Gambar 7. Profil vegetasi di hutan Dipterocarpaceae. (a) Vegetasi poho
(b)Penutupan tajuk
Gambar 10. Profil Vegetasi pohon di ladang, perkampungan dan lahan terbuka
Keterangan :
A: Saga B: Durio sp C: Macarangan sp D: Macaranga sp
Jenis vegetasi di JL2 ini tercatat sebanyak 9 jenis dan 18 individu pohon,
dengan tinggi antara 6-10 m yang memiliki penutupan tajuk sangat terbuka. Habitat
JL2 memiliki lima strata vegetasi dengan vegetasi pohon yang dominan adalah
Sungkai (Peronema canescens, 27.78%). Jenis burung yang menempati habitat
tersebut tercatat sebanyak 40 jenis dan 207 individu burung
Gambar 11. Profil Vegetasi di Jalan 2. (a) vegetasi semak belukar (b) perkampungan
penduduk adat (c) lahan terbuka calon ladang
(a) (b)
Gambar 13. Profil Vegetasi di riparian hutan sekunder. (a) Vegetasi riparian (b)
Sungai Serari
Kekayaan jenis burung yang dijumpai selama penelitian sebanyak 150 jenis
dari 33 suku (Lampiran 2). Terdapat empat jenis yang merupakan endemik
Kalimantan yaitu Luntur kalimantan (Harpactes whiteheadi), Yuhina kalimantan
(Yuhina everetti), Pentis kalimantan (Prionochilus xantopygius) dan Bondol
kalimantan (Lonchura fuscans). Jenis burung yang dilindungi oleh pemerintah
Indonesia sebanyak 32 jenis (10 suku). Sedangkan jenis burung yang merupakan
jenis migran sebanyak empat jenis burung. Kekayaan jenis, Indeks Keanekaragaman
dan jenis dilindungi paling tinggi tercatat pada HT1. Sedangkan jenis dominan
paling banyak ditemukan di JL2 dengan 7 jenis (Tabel 3).
18 16
15
16
14
Jumlah Jenis
11
12
10 9 9 9 8
8 6 6
6 5 5 4 4 4 4 4 4 4
3 3 3 3
4 2 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1
2
0
ae
Buce ida e
da e
eida e
pepha a e
bidae
Euryl i dae
A pod e
H irun ri dae
dae
ae
ae
ida e
A ccip ida e
ae
l idae
A lce dae
Colum ae
S turn e
ida e
Hemi a cida e
M ero a e
D ica e e
P has ia ae
Mota dae
ae
Corv e
dae
pida e
Cucu e
ae
ae
Dicru e
nida
da
da
a
da
ida
dinid
Picid
aim id
dini d
rotid
gid
itri d
c ill id
id
tonid
ica pid
P itt id
arinii
La nii
li
Orioli
Sitti
ops ei
Turdi
onoti
on
Sylv
procn
Ti ma
P loic
P si tt
Trog
Capi
Nect
M usc
P ycn
Chlor
Cam
S uku
Lokasi dengan penemuan jenis burung paling banyak adalah pada jalur HT1
dengan 71 jenis (180 individu) pada pagi hari serta 41 jenis (87 individu) pada
pengamatan sore hari (Tabel 4). Lokasi dengan penemuan paling sedikit pada
pengamatan pagi hari yaitu SU2 dengan 30 jenis (72 individu) serta pengamatan
sore hari pada JL2 dengan 23 Jenis (82 individu).
Tabel 4. Penyebaran dan penemuan jenis pada pengamatan pagi dan sore hari
Pagi Hari Sore Hari Total
Habitat
∑ Jenis ∑ Individu ∑ Jenis ∑ Individu ∑ Jenis ∑ Individu
HT1 71 180 41 87 81 267
HT2 45 112 38 84 58 196
JL1 54 171 40 116 66 287
JL2 33 125 23 82 40 207
SU1 59 138 31 66 71 204
SU2 30 72 27 71 44 143
200 180 140
180 171 116
120
160
138
140 125 100 87 84 82
120 112
Jumlah
J um la h
80 66 71 ∑ Individu
100
72 60 ∑ jenis
80
71 41 38
60 54 59 40 40 31
45 23
40 33 27
30 20
20
0 0
HT 1 HT 2 JL 1 JL 2 SU 1 SU 2 HT 1 HT 2 JL 1 JL 2 SU 1 SU 2
Habitat Habitat
(a) (b)
350
287
300 267
250
196 207 204
Jumlah
200 ∑ Individu
143
150 ∑ Jenis
100 81 66
58 71
40 44
50
0
HT1 HT2 JL1 JL2 SU1 SU2
Habitat
(c)
Gambar 17. Penemuan jenis dan jumlah individu burung. (a) Pengamatan pagi hari
(b) Pengamatan sore hari, (c) Gabungan pagi dan sore hari
Pada keseluruhan pengamatan pagi dan sore hari, jenis dan jumlah individu
paling banyak ditemukan pada habitat HT1 yaitu 81 jenis (267 individu). Sedangkan
jumlah penemuan jenis terkecil adalah pada habitat JL2 (40 jenis) dan jumlah
penemuan individu terkecil pada SU2 (143 individu). (Tabel 3; Gambar 17).
Pada umumnya semakin banyak jenis yang ditemukan, jumlah individu yang
tercatat juga semakin melimpah. Namun pada pengamatan sore hari di JL2, jenis
burung yang ditemukan paling sedikit tetapi memiliki jumlah individu burung yang
lebih besar dibanding dengan SU1 dan SU2.
Dari 150 jenis burung yang tercatat, 43 jenis hanya ditemukan pada pagi
hari dan 19 jenis hanya ditemukan pada sore hari. Sedangkan jenis yang ditemukan
pada pengamatan pagi dan sore hari sebanyak 88 jenis.
Penemuan jenis burung pada pagi dan sore hari memiliki perbedaan baik jenis
maupun jumlah. Frekuensi relatif pada masing-masing pengamatan dapat
menunjukkan tingkat penyebaran burung pada waktu pengamatan pagi dan sore hari,
sehingga menunjukkan perbedaan penyebaran burung pada pagi dan sore hari
(Lampiran 3 dan 4).
Jenis burung ada yang dapat dijumpai pada seluruh lokasi, sebaliknya terdapat
juga beberapa jenis burung yang hanya ditemukan pada satu lokasi saja. Lima jenis
burung yang dapat dijumpai pada seluruh lokasi yaitu Pycnonotus simplex, Irena
puella, Orthotomus ruficeps, Arachnothera longirostra dan Dicaeum trigonostigma .
Jenis burung yang hanya ditemukan pada HT1 tercatat sebanyak 15 jenis dan
yang ditemukan hanya pada hutan dipterocarpaceae (HT2) sebanyak 8 jenis.
Sedangkan jenis yang dapat ditemukan pada kedua habitat tersebut tercatat sebanyak
11 jenis burung. Pada habitat lain, burung yang hanya tercatat pada habitat terbuka
JL1 sebanyak 8 jenis dan JL 2 sebanyak 1 jenis. Jenis-jenis yang tercatat pada JL1
dan JL2 sekaligus sebanyak 2 jenis yaitu Dicrurus aeneus dan Copsychus saularis
(Tabel 5).
Pada habitat riparian, jenis burung yang hanya tercatat pada SU1 sebanyak 12
jenis dan pada SU2 sebanyak 4 jenis. Sedangkan yang tercatat pada kedua habitat
sebanyak 10 jenis. Jenis khas yang ditemukan pada habitat riparian tersebut pada
umumnya merupakan jenis burung yang menggunakan sungai sebagai tempat
beraktivitas, antara lain seperti suku Alcedinidae dan suku Turdidae (Enicurus
leschenaulti dan Motacilla cinerea). Selain penemuan jenis burung pada satu atau
dua jenis habitat, jenis burung juga dapat diklasifikasikan menurut penemuannya
berdasarkan beberapa kombinasi habitat (Tabel 5).
75
70
65
60
55
50
Jumlah Individu
45
40
35
30
25
20
15
10
0
1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
25
27
29
31
33
35
37
39
41
43
45
47
49
51
53
55
57
59
61
63
65
67
69
71
73
75
77
79
81
83
85
87
89
91
93
95
97
99
101
103
105
107
109
111
113
115
117
119
121
123
125
127
129
131
133
135
137
139
141
143
145
147
149
Jenis Burung
35
Uji Beda Keanekaragaman Jenis Burung
Gabungan pengamatan pada pagi dan sore hari memberikan nilai perbedaan
keanekaragaman jenis burung di berbagai habitat pada taraf tidak signifikan antara
HT1-SU1, HT2-JL1, HT2-SU1 dan JL2-SU1. Sedangkan perbedaan habitat yang
lain menunjukkan perbedaan keanekaragaman jenis burung yang sangat berbeda
nyata. (Tabel 8; Lampiran 9c).
Tabel 8. Matrik t hitung beberapa habitat pada pengamatan gabungan pagi dan sore
Habitat HT2 JL1 JL2 SU1 SU2
HT1 3,335** 4,309** 10,697** 1,447 TS 7,763**
HT2 1,128 TS 7,718** 1,620 TS 4,934**
JL1 6,431** 2,603** 3,802**
JL2 8,580** 1,663 TS
SU1 6,059**
Keterangan : TS = Tidak signifikan ; * = Nyata; ** = Sangat nyata
Tabel 9. Nilai t hitung antara pengamatan pagi dan sore di masing-masing habitat
Habitat HT1 HT2 JL1 JL2 SU1 SU2
t hitung 4,388** 1,291 TS 2,729** 1,499 TS 5,225** 1,081 TS
Keterangan : TS = Tidak signifikan ; * = Nyata; ** = Sangat nyata
160
139
140
120
100
Jumlah
80
58
60
40
17 13
20 8 7 6
0
Serangga Buah Daging Biji Ikan Nektar Tumbuhan
Jenis Pakan
Gambar 19. Penggunaan jenis pakan oleh burung di Hutan Lindung Gunung Lumut
Serangga merupakan jenis pakan yang paling banyak dimanfaatkan, yaitu oleh
139 jenis burung. Jenis pakan lain seperti buah dimanfaatkan oleh 58 jenis burung,
daging oleh 17 jenis burung, biji oleh 13 jenis burung, ikan oleh delapan jenis
burung, nektar oleh 7 jenis burung dan tumbuhan (daun/kuncup bunga/batang) oleh 6
jenis burung.
Berdasarkan kombinasi pakan utamanya, jenis burung dapat digolongkan
menjadi 18 kelompok. Jenis pakan yang dikonsumsi secara tunggal sebanyak empat
kelompok, kombinasi dari dua macam pakan sebanyak enam kelompok, enam
kelompok memanfaatkan tiga kombinasi pakan dan dua kelompok memanfaatkan
empat kombinasi pakan (Gambar 20; Tabel 6).
40
67
6
6
1 11 1 1 1 2 3 4 6
2 2 3 3
I FI CFI CI IP FG C FGHI IN
FGI N PIC FIN G FGHN GHI FHI IG
Status. Status jenis burung ini berhubungan dengan berbagai aspek yang
bertujuan untuk kelestarian jenis burung, yang diantaranya berkaitan dengan
penyebaran di alam (keendemikan jenis), perlindungan dan status kelangkaan.
Perlindungan ini dilakukan baik oleh pemerintah (melalui : UU No.5 th 1990, PP No.
7 th 1999, PP Binatang Liar tahun 1931, SK Mentan No 66/Kpts/UM/2/1973 dan SK
Mentan No. 421/Kpts/UM/8/1970) maupun oleh CITES (Convention of International
Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora).
Pada lokasi penelitian, jenis burung yang tercatat ada yang dilindungi pada
tingkat suku (enam suku) maupun pada tingkat jenis (empat jenis). Jenis burung
yang tercatat di lokasi penelitian dan dilindungi oleh pemerintah Indonesia sebanyak
32 jenis.
Jenis burung yang dilindungi pada tingkat suku dan jenis, diantaranya adalah
suku Accipitridae, suku Psittacidae, suku Trogonidae, suku Alcedenidae, suku
Bucerotidae dan suku Nectariniidae. Sedangkan burung yang memiliki status
dilindungi pada tingkat jenis adalah Argusianus argus, Pitta guajana, Rhipidura
javanica dan Gracula religiosa.
Pada lokasi penelitian, jenis burung yang dilindungi berdasarkan CITES masuk
dalam kategori Appendix II. CITES Appendix II merupakan spesies satwa yang
dapat diperdagangkan secara internasional dengan batasan kuota tertentu. Jenis
burung yang ada di HLGL yang termasuk dalam daftar CITES Appendix II tercatat
sebanyak 12 jenis (Tabel 11).
Tabel 11. Status jenis burung yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia dan CITES
STATUS PERLINDUNGAN
NO JENIS BURUNG
C S D B M
Accipitridae
1 Spilornis cheela V V V
2 Ictinaetus malayensis V V V
3 Spizaetus cirrhatus V V V
Psittacidae
4 Loriculus galgulus V V
Phasianidae
5 Argusianus argus V V V
Trogonidae
6 Harpactes kasumba V V
7 Harpactes diardii V V
8 Harpactes whiteheadi V
9 Harpactes duvaucelii V V
Alcedinidae
10 Alcedo meninting V V
11 Alcedo euryzona V V
12 Ceyx erithacus V V
13 Ceyx rufidorsa V V
14 Pelargopsis capensis V V
15 Actenoiedes concretus V
Bucerotidae
16 Anorrhinus galeritus V V V
17 Aceros comatus V V
18 Aceros undulatus V V
19 Anthracoceros malayanus V V V
20 Buceros rhinoceros V V V
Pittidae
21 Pitta guajana V V V
Muscicapidae
22 Rhipidura javanica V V
Sturnidae
23 Gracula religiosa V V
Nectariniidae
24 Anthreptes simplex V V
25 Anthreptes malacensis V V
26 Anthreptes singalensis V V
27 Hypogramma hypogrammicum V V
28 Aethopyga siparaja V V
29 Arachnothera longirostra V V
30 Arachnothera robusta V V
31 Arachnothera flavigaster V V
32 Arachnothera affinis V V
Keterangan :
Status : B,D,M,S,C dilindungi oleh : B = Peraturan Perlindungan Binatang Liar 1931; D = PP No. 7
Tahun 1999 dan UU No 5 Tahun 1990; M = SK Mentan No. 66/Kpts/UM/2/1973; S = SK Mentan
No. 421/Kpts/UM/8/1870; C = Apendiks II CITES
Jenis burung yang endemik Kalimantan merupakan jenis burung yang hanya
ditemukan dan memiliki sebaran hanya di Kalimantan saja. Jenis yang tercatat dan
termasuk endemik Kalimantan sebanyak empat jenis yaitu Harpactes whiteheadi,
Yuhina everetti, Prionochilus xanthopygius dan Lonchura fuscans.
45
40
Jumlah Individu Jenis
35
30
Pagi
25
Sore
20
15
10
5
0
onostigma
ubris
australis
longirostra
aculata
Irena puella
ochromalus
scans
copygialis
laris
galeritus
itica
goiavier
atrogularis
lata
nos
simplex
us
ensis
ruficeps
xanthopygiu
us Chlorophae
mystacopha
Rhipidura per
Macronous gu
Hirundo tah
Surniculus lug
Lonchura fu
Centropus sin
Stachyris m
Megalaima
Pycnonotus
Pycnonotus
Orthotomus
Anorrhinus
Dicaeumtrig
Rhapidura leu
Arachnothera
Orthotomus
Eurylaimus
Prionochilus
Megalaima
Phaenicophae
Jenis Burung
Gambar 21. Kelimpahan Individu jenis burung pada pagi dan sore hari di HLGL
Grafik di atas juga menunjukkan bahwa sebagian besar jenis burung memiliki
kelimpahan tertinggi pada pagi hari. Dari 21 jenis yang ditampilkan, 15 diantaranya
memiliki kelimpahan tertinggi pada pagi hari dan enam jenis pada sore hari. Jenis
burung yang memiliki kelimpahan tertinggi pada sore hari adalah Stachiris maculata,
Hirundo tahitica, Orthotomus atrogularis, Centropus sinensis dan Megalaima
mystacophonos. Kelimpahan rata-rata dari jumlah kumulatif pagi dan sore hari, jenis
burung yang menunjukkan tingkat paling melimpah adalah Pycnonotus simplex,
Dicaeum Trochileum, Lonchura fuscans, Orthotomus ruficeps dan Rhapidura
leucopygialis.
Dominansi Jenis Burung
Tabel 12. Dominansi jenis burung pada pengamatan pagi dan sore hari.
Pengamatan Pagi Pengamatan Sore Pengamatan Pagi -Sore
Habitat
D S N D S N D S N
HT1 1 17 53 3 20 18 1 15 65
HT2 2 14 29 4 15 19 2 19 37
JL1 4 10 40 5 6 29 5 9 52
JL2 7 4 22 8 7 8 7 3 30
SU1 1 15 43 6 9 14 2 11 58
SU2 7 12 11 8 7 12 5 13 26
Keterangan : D = Dominan; S = Subdominan; N = Nondominan
Jenis dominan yang ditemukan pada pengamatan sore hari di HT1 sebanyak
tiga jenis yaitu Anthracoceros malayanus, Megalaima mystacophanos dan
Megalaima australis. Pada HT2, jenis dominan yang ditemukan sebanyak empat
jenis yaitu Aceros undulatus, Pycnonotus simplex, Megalaima chrysopogon dan
Rhipidura javanica. Habitat JL1 memiliki jenis dominan sebanyak lima jenis yaitu
Lonchura fuscans, Dicaeum trigonostigma, Pycnonotus goiavier, Centropus sinensis
dan Anorrhinus galeritus. Pada JL2 dan SU2 tercatat delapan jenis dominan,
sedangkan pada SU1 tercatat enam jenis dominan (Lampiran 6).
Dominansi pada gabungan pengamatan pagi-sore hari, tercatat jenis burung
yang dominan di HT1 adalah Anthracoceros malayanus. Jenis dominan pada HT 2
adalah Anorrhinus galeritus dan Pycnonotus simplex. Pada JL1, jenis dominan sama
dengan pada pengamatan pagi dengan ditambahkan Dicaeum trigonostigma. Lokasi
JL2 memiliki kesamaan jenis dominan pada pengamatan di JL2 pagi hari. Lokasi
SU1 memiliki jenis dominan Pycnonotus simplex dan Irena puella, sedangkan pada
SU2 jenis dominan yang tercatat adalah Dicaeum trigonostigma, Rhapidura
leucopygialis, Pycnonotus simplex, Motacilla cinerea dan Orthotomus ruficeps
(Lampiran 7).
Tabel 13. Indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan jenis burung di HLGL
Indeks Keanekaragaman Indeks Kemerataan
Habitat
Pagi Sore Pagi dan Sore Pagi Sore Pagi dan Sore
HT1 3.986 3.528 4.068 0.935 0.950 0.926
HT2 3.567 3.412 3.810 0.931 0.938 0.938
JL1 3.627 3.313 3.717 0.909 0.898 0.887
JL2 3.027 2.841 3.116 0.865 0.906 0.845
SU1 3.845 3.158 3.947 0.943 0.919 0.926
SU2 3.199 3.029 3.348 0.940 0.919 0.909
Indeks Kesamaan Jenis Burung
Tabel 14. Matriks indeks kesamaan jenis burung pada pengamatan pagi hari di
beberapa tipe habitat
0.201
INDEKS KESAMAAN
0.205
0.233
0.282
0.508
6
SU 1 SU 2 JL 2 JL 1 HT 1 HT 2
TIPE HUTAN
Gambar 22. Dendrogram kesamaan jenis di lokasi penelitian pada pengamatan pagi
hari
Habitat JL1 hanya memiliki tingkat kesamaan jenis 23.3% dengan habitat SU1,
SU2 dan JL1. Gabungan keempat habitat tersebut memberikan nilai kesamaan jenis
sebesar 20.5% dengan habitat HT1. Sedangkan nilai kesamaan jenis terkecil yaitu
antara habitat HT2 dengan SU1, SU2, JL2, JL1 dan HT1, hanya sebesar 20.1%.
Berdasarkan dendogram (Gambar 22) terbentuk dua kelompok komunitas burung
yaitu HT 2 membentuk satu komunitas burung dan kedua dibentuk oleh SU1, SU2,
JL2, JL1 dan HT1.
Tabel 15. Matriks indeks kesamaan jenis burung pada pengamatan sore hari di
beberapa tipe habitat
0.163
INDEKS KESAMAAN
0.166
0.212
0.274
0.400
5
JL 1 JL 2 HT 1 SU 2 HT 2 SU 1
TIPE HUTAN
Gambar 23. Dendrogram kesamaan jenis di lokasi penelitian pada pengamatan sore
hari
Tingkat kesamaan jenis tertinggi pada gabungan pengamatan pagi dan sore hari
adalah pada HT1 dan HT2 serta SU1 dan SU2 sebesar 49.4%. HT1 dan HT2
membentuk satu komunitas dengan JL1 dan JL2, dimana nilai kesamaan JL1 dengan
HT1 dan HT2 sebesar 31.9%. Ketiga habitat tersebut memiliki indeks kesamaan
dengan JL2 sebesar 27.7%. sedangkan SU1 dan SU2 membentuk komunitas sendiri
dengan nilai sebesar 49.4% (Tabel 16, Gambar 24).
Tabel 16. Matriks indeks kesamaan jenis burung pada pengamatan pagi dan sore
hari di beberapa tipe habitat.
INDEKS KESAMAAN
0.224
0.277
0.319
0.494
0.500
HT1 HT2 JL1 JL2 SU1 SU2
TIPE HUTAN
Gambar 24. Dendrogram kesamaan jenis pada pengamatan pagi dan sore hari
Jenis burung yang memanfaatkan strata atas pada HT2 tercatat 40 jenis.
Jumlah ini sangat melimpah dibandingkan dengan penggunaan strata bawah (dua
jenis) dan strata menengah (tiga jenis). Jenis yang menempati strata bawah adalah
Argusianus argus dan Pitta guajana. Sedangkan yang menempati strata menengah
adalah Harpactes duvaucelii, Orthotomus sericeus dan Dicaeum trigonostigma.
Jenis burung yang memanfaatkan strata pohon bagian atas antara lain Spizeatus
cirrhatus, Phaenicophaeus diardi, annorhinus galeritus, Aceros undulatus, Buceros
rhinoceros dan Pericrocotus flammeus (Gambar 26; Lampiran 10b).
m
Strata bawah pada JL1 dimanfaatkan oleh tujuh jenis burung. Jenis-jenis
tersebut antara lain Centropus sinensis, Prinia flaviventris, Arachnothera longirostra
dan Lonchura fuscans. Strata menengah dimanfaatkan oleh 32 jenis, diantaranya
adalah Stachyris nigricollis, Stachyris maculata, Macronous gularis, Malacopteron
magnnum, Orthotomus atrogularis, Aegithina viridissima, Pycnonotus simplex,
Pycnonotus brunneus, Eurylaimus ochromalus, Megalaima mystacophanos dan
Pycnonotus erythrophthalmos. Sedangkan strata atas ditempati oleh 29 jenis antara
lain Irena puella, Dicrurus paradiseus, Corvus enca, Corvus Macrorhynchos,
Copsychus saularis dan Gracula religiosa ( Gambar 27; Lampiran 10c).
m
Penggunaan strata pada SU1 didominasi oleh penggunaan burung pada strata
atas (26 jenis) dan strata menengah (17 jenis). Sedangkan strata bawah digunakan
oleh empat jenis burung. Jenis burung yang dapat memanfaatkan strata bawah dan
menengah secara bersamaan adalah Sasia abnormis. Sedangkan yang memanfaatkan
dua strata (menengah dan atas) sebanyak lima jenis yaitu Harpactes duvaucelii,
Pycnonotus simplex, Iole olivacea, Tersiphone paradisi dan Prionochilus
xanthopygius (Gambar 29; Lampiran 10e).
m
Strata yang paling banyak digunakan pada SU2 adalah strata atas yaitu
sebanyak 24 jenis dan strata menengah 19 jenis. Strata menengah paling sedikit
digunakan oleh burung dalam beraktivitas yaitu hanya sebanyak empat jenis. Strata
bawah digunakan oleh Lophura ignita, Orthotomus atrogularis, Macronous gularis,
Motacilla cinerea dan Lonchura fuscans. Jenis burung yang memanfaatkan strata
menengah sekaligus strata atas sebanyak enam jenis yaitu Pycnonotus simplex,
Pycnonotus brunneus, Pycnonotus erythrophthalmos, Irena puella, Orthotomus
ruficeps dan Prionochilus xanthopygius (Gambar 30; Lampiran 10f).
m
Jenis vegetasi yang banyak dimanfaatkan oleh burung di tiap tipe habitat,
antara lain Ficus sp, Marunjala, Semak belukar, Meranti (Shorea sp), Macaranga sp,
Sungkai (Peronema canescens), Waru, Mayas (Duabanga moluccana), Bekokal
danum dan Lami. Tingkat penggunaan vegetasi oleh burung di tiap tipe habitat
berkisar antara 4.7-10 % (Lampiran 11).
Penyebaran jenis burung paling luas, yang tercatat di seluruh tipe habitat
adalah jenis Pycnonotus simplex, Irena puella, Orthotomus ruficeps, Arachnothera
longirostra dan Dicaeum trigonostigma. Jenis-jenis tersebut dapat ditemukan di
seluruh tipe habitat dimungkinkan karena jenis tersebut memiliki rentang habitat
yang luas, sehingga mampu beradaptasi dengan tipe habitat yang berbeda. Selain hal
tersebut, jenis ini dapat ditemukan pada berbagai tipe habitat dikarenakan jenis ini
memiliki populasi atau jumlah individu yang cukup besar.
Jenis burung yang menyebar luas, umumnya ditemukan pada saat pengamatan
pagi maupun sore hari. Jenis yang memiliki penyebaran luas tetapi hanya ditemukan
pada pagi hari adalah jenis Irena puella. Sedangkan yang hanya ditemukan pada
pengamatan sore hari adalah Arachnothera longirostra. Menurut Hernowo (1985)
terdapat hubungan antara penyebaran jenis burung dengan tingkat dominansi jenis
burung, dimana jenis yang memiliki penyebaran dan dominasi tinggi makan jenis
tersebut akan lebih survival terhadap perubahan lingkungan yang terjadi.
Burung yang hanya ditemukan pada satu atau beberapa habitat saja
dimungkinkan karena jenis tersebut hanya mampu menempati tipe habitat tertentu
atau dikarenakan jenis tersebut memiliki populasi yang cukup rendah. Sebagai
contoh adalah Argusianus argus, Rollulus rouloul, Sitta frontalis, Yuhina everetti dan
Hypsipetes flavala.
Penemuan jenis burung terbesar pada pengamatan pagi dan sore hari adalah
pada HT1 dengan 71 jenis dan 180 individu pada pagi hari serta 41 jenis dan 87
individu pada pengamatan sore hari. Tingginya penemuan jenis pada jalur ini
dimungkinkan karena adanya keanekaragaman vegetasi, keanekaragaman strata dan
tajuk. Vegetasi yang ada berupa vegetasi semak belukar, pohon dan bukan pohon,
dengan strata vegetasi sangat bervariasi dari strata bawah sampai atas. Demikian
juga dengan penutupan tajuk vegetasi yang lebar, dapat memberikan pilihan habitat
bagi banyak burung untuk beraktivitas dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Penemuan jenis burung yang rendah pada lokasi pengamatan berkaitan dengan
berbagai hal, antara lain ketersediaan pakan, ruang untuk beraktivitas dan
pemenuhan kebutuhan hidup. Hernowo (1985) mengatakan bahwa terdapatnya jenis
burung di suatu habitat terkait dengan kondisi habitat, jenis burung dan besarnya
gangguan di tempat tersebut. Pada pengamatan pagi hari, penemuan jenis paling
rendah tercatat pada habitat SU2 dengan 30 jenis dan 72 individu serta pengamatan
sore hari pada JL2 dengan 23 Jenis dan 82 individu.
Penemuan keanekaragaman jenis yang menunjukkan perbedan tidak signifikan
pada lokasi penelitian menandakan bahwa keanekaragaman pada masing-masing
habitat tersebut relatif sama atau tidak ada perbedaan keanekaragaman jenis burung
pada masing-masing habitat. Hal tersebut ditunjukkan pada pengamatan pagi hari
oleh habitat HT1-SU1, HT2-JL1 dan JL2-SU2 dan pada pengamatan sore hari
ditunjukkan oleh habitat HT1-HT2, HT1-JL1, HT2-JL1, JL1-SU1 dan JL2-SU2.
Secara umum, semakin banyak jenis yang ditemukan pada suatu lokasi, jumlah
individu yang ditemukan juga semakin melimpah. Namun pada SU2, jenis burung
yang ditemukan paling sedikit tetapi memiliki jumlah individu yang besar. Hal ini
dikarenakan pada SU2 ditemukan jenis burung Rhapidura leucopygialis dan Hirundo
tahitica. Kedua jenis burung ini terbang berkelompok menyambar serangga sebelum
pulang ke sarangnya, sehingga ditemukan jumlah individu yang besar. Dengan kata
lain banyaknya individu yang ditemukan tersebut dikarenakan jenis burung yang
berkelompok dalam jumnlah yang cukup besar.
Habitat JL2 menunjukkan bahwa rendahnya penemuan jenis burung diduga
berhubungan dengan kemampuannya menyediakan kebutuhan pakan bagi burung.
Habitat JL2 didominasi semak belukar. Sedangkan jenis vegetasi pohon sangat
terbatas, sehinga hanya jenis burung tertentu saja yang dapat memanfaatkan jenis
habitat ini. Jenis burung yang tercatat pada habitat ini kebanyakan adalah burung
daerah terbuka seperti Prinia flaviventri, Lonchura fuscans, Centropus bengalensis
dan Hirundo tahitica.
Rendahnya penemuan jenis di SU2 ini berkaitan dengan kecocokan jenis
burung memanfaatkan habitat. Habitat sungai ini banyak dimanfaatkan burung pada
siang dan sore hari yaitu untuk minum dan mandi. Sedangkan untuk pagi hari, jenis
burung yang ditemukan hanya memanfaatkan habitat sekitar sungai, sehingga jenis
yang ditemukan sangat terbatas.
Penemuan jenis pada tiap habitat dapat dikelompokkan berdasar
penyebarannya pada habitat tertentu saja. Penyebaran jenis burung yang terbatas
pada hutan terbakar (HT1) merupakan jenis burung yang hanya ditemukan pada
habitat ini (15 jenis). Jenis-jenis tersebut merupakan jenis lapisan bawah hutan,
penghuni tajuk dan semak belukar. Sedangkan jenis burung yang terbatas pada hutan
dipterocarpaceae (HT2) sebanyak delapan jenis, didominasi oleh jenis dari suku
Picidae dan Muscicapidae. Keberadaan jenis burung suku Picidae dikarenakan jenis
burung ini menyukai habitat dengan vegetasi pohon yang digunakannya sebagai
lubang membuat sarang dan mencari makan. Menurut Holmes et al. (1999) suku
Picidae kebanyakan menyukai hutan pamah (hutan dataran rendah dengan ketinggian
0-1500 mdpl), sehingga jenis burung ini penyebarannya sekarang menjadi agak
lokal.
Pennemuan jenis burung yang terbatas pada JL1 merupakan jenis burung
habitat terbuka (delapan jenis). Jenis tersebut memanfaatkan semak belukar, tajuk
dan atas tajuk pada kebun untuk beraktivitas. Sedangkan jenis yang memiliki
sebaran terbatas pada JL2 adalah Hirundo rustica yang memanfaatkan atas tajuk
untuk menyambar serangga dan beraktivitas. Jenis ini ditemukan pada sore hari
sebanyak satu kali dengan jumlah tiga individu.
Jenis burung yang khas ditemukan dan menyebar pada habitat riparian (SU1
dan SU2) sebanyak sepuluh jenis. Jenis yang khas habitat riparian yang hanya
ditemukan pada SU1 adalah Enicurus ruficapillus, serta pada SU2 adalah
Pelargopsis capensis dan Motacilla cinerea. Sedangkan jenis yang ditemukan di dua
lokasi adalah Alcedo meninting, Alcedo euryzona, Ceyx erithacus, Ceyx rufidorsa,
Enicurus leschenaulti dan Motacilla cinerea. Jenis-jenis tersebut menempati habitat
riparian terkait dengan ketersediaan makan dan tempat untuk bersarang dan
beraktivitas yang mampu diberikan oleh habitat riparian. Sedangkan jenis lain yang
ditemukan di lokasi tersebut juga memanfaatkan habitat sebagai tempat mencari
makan, mandi dan aktivitas lainnya.
Keanekaragaman jenis burung pada HLGL, berdasarkan uraian diatas dapat
dikategorikan sebagai berikut :
1. Burung hutan. Jenis burung ini memiliki kriteria yaitu penghuni habitat
hutan yang memanfaatkan vegetasi hutan (strata serta ruang tajuk) dan lantai
hutan untuk melakukan aktivitas hidupnya dan hanya ditemukan di tipe
habitat hutan. Jenis burung hutan yang ditemukan di HLGL sebanyak 21
jenis, antara lain : Rollulus rouloul, Argusianus argus, Loriculus galgulus,
Harpectes whiteheadi, Phaenicophaeus diardi, suku Bucerotidae, Blytipicus
rubiginosus, Pitta guajana, Pycnonotus squamatus, Criniger finschii,
Hypsipetes flavala, Pomatorhinus montanus, Macronous ptilosus, Alcippe
brunneicaeuda, Yuhina everitii, Eumyias indigo dan Culicicapa ceylonensis
2. Burung habitat terbuka, semak belukar dan lahan budidaya. Jenis burung ini
merupakan jenis burung yang mampu memanfaatkan habitat terganggu dan
lahan bididaya sebagai tempat beraktivitas serta hanya ditemukan pada
habitat terbuka. Jenis burung yang ditemukan sebanyak 15 jenis, antara lain :
Treron olax, Corvus macrorhynchos, Collacalia esculenta, Rhapidura
leucopygialis, Cypsiurus balasiensis, Pycnonotus goiavier, Stachiris
erithroptera, Stachiris maculata, Hirundo rustica, Hirundo tahitica,
Orthotomus atrogularis, Orthotomus rificeps, Orthotomus sericeus, Prinia
flaviventris dan Lonchura fuscans.
3. Burung habitat riparian. Jenis burung ini merupakan jenis burung yang
hidupnya bergantung dengan keberadaan sungai untuk mencari makan,
bermain dan aktivitas lainnya seta hanya umum dijumpai pada habitat
perairan. Jenis burung yang ditemukan sebanyak 8 jenis antara lain :
Enicurus ruficapillus, Enicurus leschenaulti, Pelargopsis capensis, Alcedo
meninting, Alcedo euryzona, Ceyx erithacus, Ceyx rufidorsa dan Motacilla
cinerea.
4. Burung di atas tajuk. Jenis burung ini merupakan jenis brung yang
menggunakan ruang di atas tajuk (udara) untuk melakukan aktivitasnya,
seperti mencari makan, berpindah tempat dan mengintai mangsa (berburu).
Jenis burung ini ditemukan sebanyak 14 jenis (5 suku) yaitu : suku
Accipitridae, suku Bucerotidae, suku Apodidae, suku Hemiprocnidae dan
suku Hirundinidae
Uji Beda Keanekaragaman Jenis Burung
Penemuan jenis burung pada masing-masing habitat pada pagi dan sore hari,
memberikan keanekaragaman jenis dan jumlah individu yang berbeda. Sedangkan
berdasarkan uji t student pada umumnya juga menunjukkan nilai beda yang sangat
nyata. Hal ini berarti bahwa pada masing-masing habitat di lokasi penelitian
memiliki keanekaragamanan jenis burung yang berbeda baik pada pengamatan pagi
maupun sore hari.
Keanekaragaman jenis burung pada gabungan pengamatan pagi dan sore hari
berdasarkan nilai uji t student menunjukkan perbedaan sangat nyata dan tidak
signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis burung pada
setiap lokasi atau habitat yang diamati memiliki keanekaragaman jenis burung yang
banyak berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan keanekaragaman jenis burung
tersebut juga mencerminkan bahwa jenis burung yang mampu memanfaatkan setiap
habitat yang ada pada lokasi penelitian sangat berbeda atau dengan kata lain, jenis
burung hanya mampu memanfaatkan tipe habitat tertentu untuk melangsungkan
aktivitas hidupnya.
Penemuan jenis burung antara pagi dan sore hari pada tiap habitat
menunjukkan data keanekaragaman jenis dan jumlah individu yang sangat berbeda.
Secara keseluruhan pengamatan, jenis burung banyak ditemukan pada pagi hari
dibandingkan pada sore hari. Hal ini dikarenakan jenis burung yang ditemukan
kebanyakan adalah jenis diurnal yang aktif pada pagi atau siang hari. Perbedaan
keanekaragaman tersebut juga diperlihatkan dengan menggunakan uji beda t student.
Dengan menggunakan uji tersebut dapat diketahui bahwa penemuan jenis burung
pada pagi dan sore hari sangat berbeda nyata pada habitat HT1, JL1 dan SU1.
Sedangkan pada HT2, JL2 dan SU2 menunjukkan bahwa penemuan jenis antara pagi
dan sore hari relatif sama atau tidak ada perbedaan keanekaragaman jenis burung
pada habitat tersebut.
Jenis dan Struktur Pakan. Pakan merupakan kebutuhan utama bagi burung.
Burung memiliki tingkat kesukaan terhadap jenis pakan tertentu, sehingga dalam
memenuhi kebutuhan pakan, burung akan mencari habitat yang mampu menyediakan
jenis pakan yang sesuai.
Jenis burung yang paling dominan di HLGL adalah kelompok burung pemakan
serangga (insectivora). Serangga dimanfaatkan oleh 139 jenis burung (92.67%) dan
67 jenis diantaranya (48.20%) merupakan pemakan serangga sejati. Pemakan
serangga sejati merupakan murni pemakan serangga tanpa mengkonsumsi jenis
pakan lain.
Jenis pemakan serangga merupakan jenis terbanyak, dikarenakan serangga
merupakan jenis pakan yang melimpah di alam sehingga mudah didapatkan oleh
semua jenis burung. Serangga yang dimakan oleh burung dapat berupa serangga air,
serangga yang hidup pada vegetasi, ulat maupun larva. Kelompok pemakan
serangga memiliki fungsi yang sangat penting bagi keseimbangan lingkungan yaitu
sebagai pengendali populasi hama serangga di alam. Menurut Sekercioglu et al.
(2002) berdasarkan contoh pakannya, serangga yang banyak dikonsumsi burung
adalah Coleoptera, Orthoptera, Formicidae dan Arachnidae.
Jenis burung pemakan buah (frugivora) memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
memanfaatkan buah dari vegetasi yang ada di kawasan HLGL. Jenis buah yang
dimanfaatkan antara lain adalah buah Ficus sp, Marunjala, Lami dan buah lendoyung
(Trema tomentosa). Pemanfaatan vegetasi berbuah ini berbeda antar jenis burung.
Untuk jenis berukuran kecil biasanya memanfaatkan buah yang juga berukuran kecil
seperti Pycnonotus simplex dan Pycnonotus brunneus yang memanfaatkan buah
lami dan marunjala yang berukuran kecil. Sedangkan untuk jenis burung suku
Bucerotidae biasanya memanfaatkan buah Ficus sp yang memiliki buah besar
dengan tajuk vegetasi lebar.
Pada lokasi penelitian, jenis burung pemakan buah tercatat sebanyak 58 jenis
burung (38.67%). Namun tidak ditemukan jenis burung pemakan buah murni. Pada
umumnya burung pemakan buah mengkombinasikan jenis pakannya dengan jenis
pakan lain seperti serangga dan biji. Menurut Blake et al. (2000) burung pemakan
buah dan pemakan serangga merupakan komponen penting pada hutan tropis,
dimana jenis ini memiliki fungsi sebaga pengendali hama dan penyebaran biji pohon
tropis.
Jenis burung pemakan daging merupakan kolompok terbanyak ketiga. Daging
dimanfaatkan oleh 17 jenis burung (11.33%) dan 3 jenis (17.65%) diantaranya
pemakan daging murni. Jenis pemakan daging murni ini adalah anggota suku
Accipitridae, yang biasa dikenal dengan sebutan burung pemangsa. Jenis pakan
burung carnivora ini berupa mamalia kecil seperti tupai, bajing, tikus, cecurut,
burung, kadal, katak, kodok dan ular kecil.
Jenis burung pemakan biji tercatat sebanyak 13 jenis (8.67%) dan 1 jenis
(7.69%) diantaranya merupakan burung pemakan biji sejati (murni). Jenis burung
pemakan biji memenuhi kebutuhan pakannya dari biji rerumputan dan vegetasi
lainnya.
Jenis burung pemakan ikan pada umumnya menggunakan habitat sungai untuk
memenuhi kebutuhan pakannya. Pada lokasi penelitian ditemukan 8 jenis (5.33%)
burung pemakan ikan. Burung ini menggunakan Sungai Serari dan Sungai Mului
untuk mencari pakan. Pakan yang damanfaatkan adalah ikan, larva ikan, dan berudu.
Jenis burung pemakan ikan yang ditemukan merupakan suku Alcedinidae, Motacilla
cinerea, Enicurus ruficapillus dan Enicurus leschenaulti.
Kelompok burung penghisap madu atau nektar memenuhi kebutuhan pakannya
dengan mengunjungi jenis vegetasi berbunga yang ada di HLGL. Burung penghisap
madu ini ditemukan 7 jenis (4.67%). Kelompok jenis ini memiliki manfaat yang
tinggi untuk membantu penyerbukan bunga yang ada di HLGL.
Kelompok burung pemakan tumbuhan (daun/kuncup bunga/batang) tercatat
sebanyak 6 jenis (4%). Jenis tumbuhan yang dimanfaatkan pada umumnya adalah
rumput dan pucuk Ficus sp. Jenis burung yang memanfaatkan tipe pakan ini adalah
suku Phasianidae (daun, bunga dan batang), Loriculus galgulus (daun dan batang),
Arachnothera affinis ( kuncup bunga) dan Pycnonotus goiavier (pucuk daun).
Keanekaragaman vegetasi yang ada di HLGL sangat mendukung ketersediaan
jenis pakan yang ada. Sehingga burung memiliki banyak piliha untuk memanfaatkan
satu atau lebih jenis pakan yang tersedia. Dengan demikian rentang habitat yang
disediakan HLGL sangat bervariasi dalam hal ketersediaan jenis pakan.
Kawasan HLGL memiliki fungsi sebagai habitat burung yang sangat penting.
Fungsi habitat yang dapat dipenuhi secara sebagian atau menyeluruh dari kawasan
ini adalah sebagai tempat hidup berbagai macam jenis burung.
Dilihat dari masing-masing habitat yang diamati, peranan habitat ini berbeda
satu dengan yang lain, tergantung dengan pola pemanfaatan jenis burung yang ada
dalam komunitas tersebut. Secara umum peranan habitat terbesar yang tercatat pada
keseluruhan habitat adalah peranannya sebagai tempat istirahat atau bertengger.
Jenis yang melakukan aktivitas ini banyak tercatat karena pada aktivitas istirahat
burung lebih mudah diamati.
Pernyataan tersebut tidak berlaku pada HT2, karena pada habitat ini aktivitas
jenis burung yang banyak tercatat adalah bersuara (64.41%). Hal ini terkait dengan
habitat yang ada di HT2 berupa hutan dipteocarpaceae yang memiliki penutupan
tajuk lebat dan pohon yang tinggi, sehingga penemuan aktivitas burung banyak
tercatat berdasarkan suara. Sedangkan pemanfaatan habitat yang juga tercatat pada
HT2 adalah aktivitas bersarang (1.69%), yaitu oleh Blythipicus rubiginosus pada
batang kayu Buno (Santiria griffithii).
Pemanfaatan habitat JL1 dan JL2 juga ditemukan paling besar pada aktivitas
istirahat. Sedangkan aktivitas makan dipenuhi burung dengan memanfaatkan
vegetasi yang ada di sepanjang jalur pengamatan, yaitu pada semak belukar dan
vegetasi pohon. Pada JL2 ditemukan aktivitas bersarang pada vegetasi semak
belukar yaitu jenis Dicaeum trigonostigma.
Gambar 31. Sarang burung Dicaeum trigonostigma pada habitat semak belukar
Gambar 33. Burung (Pitta arquata) yang ditangkap dan dipelihara masyarakat
Jenis burung yang ditangkap menggunakan pulut adalah jenis yang biasa
mengunjungi vegetasi berbuah. Jenis yang biasa ditangkap dan diperdagangkan
adalah jenis Irena puella, Copsychus saularis, suku Chloropseidae dan suku
Pycnonotidae. Khusus untuk suku Pycnonotidae, ada beberapa jenis yang
dikonsumsi seperti Pycnonotus simplex dan Pycnonotus goiavier. Sedangkan jenis
burung yang diambil masih anakan dari sarangnya adalah jenis Gracula religiosa
Loriculus galgulus dan Psittacula longicauda.
Penangkapan burung tersebut pada umumnya dilakukan pada saat masyarakat
tidak bercocok tanam, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu
adanya nilai ekonomis yang tinggi dari jenis burung ini, memacu masyarakat untuk
menangkap burung. Melihat hal tersebut, maka kelestarian burung di HLGL juga
sangat terancam, mengingat masyarakat sekitar HLGL mengusahakan cocok tanam
pada awal musim hujan saja.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kawasan HLGL tidak hanya dijadikan sebagai kawasan lindung, tetapi juga
sebagai kawasan untuk melestarikan keanekaragaman satwaliar, terutama jenis
burung
2. Perlunya dilakukan sosialisasi atau penyuluhan mengenai pentingnya
perlindungan satwaliar, terutama jenis burung di kawasan HLGL maupun
daerah sekitarnya.
3. Memberikan pengetahuan tentang budidaya tanaman pangan secara intensif
(intensifikasi pangan), sehinga masyarakat yang berada di dalam kawasan tidak
terus-menerus membuka hutan untuk lahan budidaya.
4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai keanekaragaman jenis burung di
HLGL, terutama keanekaragaman jenis burung berdasarkan tipe ketinggian
tempat.
DAFTAR PUSTAKA
Aipassa, M. 2004. Nilai Ekologi dan Hidrologi Kawasan Hutan Lindung Gunung
Lumut dan Permasalahan Serta Ancamannya. Makalah disajikan dalam
Lokakarya Pengelolaan Hutan Lindung Gunung Lumut di Tanah Grogot.
Balikpapan
Boer, C.; Dijan, S.R.; Syaiful, B.; Francis, K.D. 2003. The Avivauna Of Pa’Reye in
Northern Part Of Kayan Mentarang National Park, East Kalimantan. Joint
Biodiversity Expedition in Kayan Mentarang National Park Ministry of
Forestry-WWF Indonesia-ITTO. Jakarta.
Helvoort, B.V. 1981. Bird Populations in The Rural Ecosistems of West Java.
Nature Conservation Depertment. Netrherlands.
Krebs, C.J. 1978. Ecological Methodology. Harper dan Row Publisher. New York.
Kurnia, I. 2003. Studi Keanekaragaman Jenis Burung untuk Pengembangan Wisata
Birdwatching di Kampus IPB Darmaga. Skripsi. Jurusan Konservasi
Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,
Bogor.Tidak Dipublikasikan.
Sozer, R., Y. Saaroni, P.F. Nurwatha. 1999. Jenis-Jenis Burung Dilindungi Yang
Sering Diperdagangkan. Yayasan Pribumi Alam Lestari. Bandung
Tropenbos International (TBI) Indonesia. 2004. Hutan Lindung Gunung Lumut dan
Biodiversity Assessment. Makalah disajikan dalam Lokakarya Pengelolaan
Hutan Lindung Gunung Lumut di Tanah Grogot. Balikpapan
Sekercioglu, C. H; P.R. Ehrlich; G.C. Daily; D. Aygen; D. Goehring and R.F. Sandi.
2002. Dissappearance of Insectivorous Bird from Tropical Forest Fragment.
Diakses dari www.pnas.org/cgi/doi/10.1073/pnas.012616198. Tanggal 9
Januari 2006.
Welty, J.C. 1982. The Life of Bird. Saunders College Publishing. Philadelphia.
HT1
No Jenis Vegetasi Nama Latin ∑
Pohon
1 Bengalun Mischocarpus pentapetalus 2
2 Buno Santiria griffithii 4
3 Buno jerapi 1
4 Delekui 2
5 Emparai 1
6 Ara Ficus sp 8
7 Katan Canarium megalanthum 3
8 Kayu balik 1
9 Keramu Dacryods rostrata 2
10 Kuisip Glochidion sericeum 2
11 Lami 1
12 Losususungsakan Nauclea officinalis 3
13 Luwing 3
14 Nangsang Macaranga sp 2
15 Malayombatn 3
16 Malomonu 1
17 Mangkolato 1
18 Mansowani 1
19 Mantomis 1
20 Maromintu 1
21 Marunjala 1
22 Medang Actinodaphne glabra 1
23 Meliwe 1
24 Meranti Shorea sp 2
25 Tekaler Quercus argentata 1
26 Tungkuis 1
27 Selokako 1
28 Sungkuang 1
29 Kayu bawang 1
30 Pekalung 1
31 Balangkoing bitik 1
32 Baning 1
33 Bayur Pterospermum javanicum 1
34 Selobombun diri 1
35 Jelutung Dyera costulata 1
36 Kayu mirip 1
37 Sengkloi 1
Non pohon
38 Perdu
39 Semak belukar
HT2
No Jenis Vegetasi Nama Latin ∑
Pohon
1 Balangkoing bitik 2
2 Bekokal bawo 1
3 Biwan 1
4 Buno Santiria griffithii 1
5 Buno jerapi 2
6 Damar Agathis sp 1
7 Doyun 2
8 Duku 4
9 Emparai 1
10 Ara Ficus sp 4
11 Katan Canarium megalanthum 1
12 Kayu otak 1
13 Keruing 1
14 Luwing 2
15 Nangsang Macaranga sp 1
16 Malomonu 1
17 Mantomias 1
18 Maromintu 3
19 Marumpetak 1
20 Marunjala 5
21 Medang Actinodaphne glabra 1
22 Meliwe 1
23 Meranti Shorea sp 11
24 Misepon Quercus gaharuensis 1
25 Natu Palaquium sp 2
26 Rambutan hutan Nephelium sp 1
28 Tekaler Quercus argentata 1
27 Waru Hibiscus alba 1
28 Serembolum 1
29 Mantongara 1
30 Tarap 1
Non pohon
31 Semak belukar
JL1
No Jenis Vegetasi Nama Latin ∑
Pohon
1 Bangris Koompassia exelsa 2
2 Bayur Pterospermum javanicum 2
3 Kenanga Cananga odorata 2
4 Losususungsakan Nauclea officinalis 1
5 Nangsang Macaranga sp 6
6 Malomonu 1
7 Nangka Artocarpus heterophylus 3
8 Pete Parkia sp 1
9 Pisang Musa sp
10 Rambutan Nephelium sp 5
11 Waru Hibiscus alba 2
12 Sungkai Peronema canescens 6
Non pohon
13 Tepus
14 Ketela Manihot utilissima
15 Semak belukar
JL2
No Jenis Vegetasi Nama Latin ∑
Pohon
1 Durian Durio sp 2
2 Jambu Eugenis sp 1
3 Nangsang Macaranga sp 2
4 Nangka Artocarpus heterophylus 1
5 Rambutan Nephelium sp 1
6 Saga Adenanthera sp 1
7 Sungkai Peronema canescens 5
8 Walur 2
9 Waru Hibiscus alba 3
Non pohon
10 Semak belukar
11 Pisang Musa sp
12 Ketela
SU1
No Jenis Vegetasi Nama Latin ∑
Pohon
Benuang Octomeles sumatrana 1
Biwan 3
Delewe 1
Ficus sp 1
Lendoyung Trema tomentosa 1
Lenganyut 1
Nangsang Macaranga sp 7
Marumpetak 1
Marunjala 1
Mayas Duabanga moluccana 6
Medang Actinodaphne glabra 4
Pohon to Anthocephalus chinensis 2
Sungkai Peronema canescens 1
Temba 2
Non pohon
Rotan
Pakis
Semak belukar
Bambu Bambusa sp
Tepus
Tumb merambat
SU2
No Jenis Vegetasi Nama Latin ∑
Pohon
Aren Arenga sp 1
Bangris Koompassia exelsa 1
Bekokal danum 8
Biwan 2
Duku 2
Ensipang 2
Ara Ficus sp 3
Lami 4
Lendoyung Trema tomentosa 6
Nangang Macaranga sp 3
Mayas Duabanga moluccana 7
Nangka Artocarpus heterophylus 1
Pete Parkia sp 1
Tarap 1
Rambutan Nephelium sp 2
Keramu 1
Keranji 1
Non pohon
Semak belukar
Tepus
Tumb merambat
Bambu Bambusa sp
Lampiran 2. Kekayaan dan Komposisi Jenis Burung di Hutan Lindung Gunung Lumut, Kalimantan Timur
93
Lampiran 2. Lanjutan
NO NAMA INDONESIA NAMA ILMIAH NAMA INGGRIS NAMA LOKAL Kj St TP K HABITAT
Trogonidae
27 Luntur kasumba Harpectes kasumba Red-naped Trogon Apow jangkut R DB IFC Tdm 56
28 Luntur diard Harpectes diardii Diard’s Trogon Apow boa bekak R DB IFC Tdm 56
29 Luntur kalimantan Harpectes whiteheadi Apow RE D IFC Tdm 1
30 Luntur putri Harpectes duvaucelii Scarlet-rumpet Trogon Apow alus R DB IFC Tdm 25
Alcedinidae
31 Raja-udang meninting Alcedo meninting Blue-eared Kingfisher Binti kuot R DB PI Tdm 56
32 Raja-udang kalung-biru Alcedo euryzona Blue-banded Kingfisher Binti batu R DB PIC Tdm 56
33 Udang api Ceyx erithacus Black-backed Kingfisher Binti apui R DB PI Tdm 56
34 Udang punggung-merah Ceyx rufidorsa Rufous-backed Kingfisher Binti bayau R DB PI Tdm 56
35 Pekaka emas Pelargopsis capensis Stork-billed Kingfisher Binti kakak R DB PIC Tdm 6
36 Cekakak-hutan melayu Actenoiedes concretus Rufous-collared Kingfisher - R D I Tdm 23
Meropidae
37 Cirik-cirik kumbang Nyctyornis amictus Red-bearded Bee-Eater Beu R Tdl I Tdm 12356
Bucerotidae
38 Enggang klihingan Anorrhinus galeritus Bushy-crested Hornbill Lengingan R C2DB FI Krm 123
39 Enggang jambul Aceros comatus White-crowned Hornbill Lempu R C2D FI Tdm 1
40 Julang emas Aceros undulatus Wreathed Hornbill Totoh R C2DB FI Krm 12
41 Kangkareng hitam Anthracoceros malayanus Asian Black Hornbill Moek R C2DB FI Krm 1
42 Rangkong badak Buceros rhinoceros Rhinoceros Hornbill Nongang R C2DB FI Krm 12
Capitonidae
43 Takur gedang Megalaima chrysopogon Gold-whiskered Barbet Truwak R Tdl I Krm 1235
44 Takur tutut Megalaima rafflesii Red-crowned Barbet Truwak R Tdl I Tdm 123
45 Takur warna-warni Megalaima mystacophanos Red-throated Barbet Truwak R Tdl I Krm 1234
46 Takur topi-emas Magalaima henricii Yellow-croned Barbet Truwak toktrot R Tdl I Tdm 12
47 Takur tenggeret Megalaima australis Blue-eared Barbet Truwak R Tdl FI Krm 1234
48 Takur ampis Calorhamphus fuliginosus Brown Barbet Truwak R Tdl I Tdm 34
Picidae
49 Tukik tikus Sasia abnormis Rufous Piculet Montit R Tdl I Tdm 1345
50 Pelatuk sayap-merah Picus puniceus Crimson-winged Woodpecker - R Tdl I Tdm 5
51 Pelatuk merah Picus miniaceus Banded Woodpecker - R Tdl I Tdm 2
52 Pelatuk besi Dinopium javanense Common goldenback Tekalis baya R Tdl I Tdm 5
53 Caladi batu Meiglyptes tristis Buff-rumped Woodpecker - R Tdl I Tdm 13
54 Caladi tilik Dendrocopos moluccensis Sunda Woodpecker - R Tdl I Tdm 3
94
Lampiran 2. Lanjutan
NO NAMA INDONESIA NAMA ILMIAH NAMA INGGRIS NAMA LOKAL Kj St TP K HABITAT
55 Pelatuk pangkas Blythipicus rubiginosus Maroon Woodpecker Tekalis gegay R Tdl I Tdm 2
56 Pelatuk kundang Reinwardtipicus validus Orange-backed Woodpecker - R Tdl I Tdm 2
Eurylaimidae
57 Sempur-hujan sungai Cymbirhynchus macrorhynchos Black-and-red Broadbill Bansolano R Tdl I Tdm 456
58 Sempur-hujan rimba Eurylaimus javanicus Banded Broadbill Bansolano R Tdl I Tdm 15
59 Sempur-hujan darat Eurylaimus ochromalus Black-and-yellow Broadbill Barawariu R Tdl I Krm 12345
60 Madi-hijau kecil Calyptomena viridis Green Broadbill Sentoa R Tdl I Tdm 1256
Pittidae
61 Paok pancawarna Pitta guajana Banded Pitta Tukuyas R C2DB I Tdm 12
Hirundinidae
62 Layang-layang api Hirundo rustica Barn Swallow - W Tdl I Tdm 4
63 Layang-layang batu Hirundo tahitica Pasific Swallow - R Tdl I Krm 34
Campephagidae
64 Jinjing bukit Hemipus picatus Bar-winged Flycatcher-shrike - R Tdl I Tdm 124
Black-winged Flycatcher- R Tdl I
65 Jinjing batu Hemipus hirundinaceus - 1
Shrike Tdm
66 Kepudang-sungu gunung Coracina larvata Sunda Cuckoo-shrike - R Tdl FI Tdm 12
Mpulu R Tdl FI
67 Sepah tulin Pericrocotus ignaeus Fiery Minivet 456
luposoluang Tdm
Mpulu R Tdl FI
68 Sepah hutan Pericrocotus flammeus Scarlet Minivet 23
luposoluang Krm
Chloropseidae
69 Cipoh jantung Aegithina viridissima Green Lora - R Tdl IG Tdm 23
70 Cica-daun kecil Chloropsis cyanopogon Lesser Green Leafbird Bileh idi R Tdl FI Tdm 123
71 Cica-daun besar Chloropsis sonneratii Greater Green Leafbird Bileh olai R Tdl FI Tdm 13
72 Cica-daun sayap-biru Chloropsis cochinchinensi Blue-winged Leafbird Bileh R Tdl FIG Tdm 124
Pycnonotidae
73 Cucak-sakit tubuh Pycnonotus melanoleucos Black-and-white Bulbul Tiluk R Tdl FI Tdm 135
74 Cucak kuricang Pycnonotus atriceps Black-headed Bulbul Binseng R Tdl FI Krm 256
75 Cucak bersisik Pycnonotus squamatus Scaly-breasted Bulbul Tikuri R Tdl FI Tdm 1
76 Cucak rumbai-tungging Pycnonotus eutilotus Puff-backed Bulbul Karombilit lati R Tdl FI Tdm 156
77 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier Yellow-vented Bulbul Trantang lati R Tdl HFI Sd 34
78 Merbah corok-corok Pycnonotus simplex Cream-vented Bulbul Karombilit R Tdl FI M 123456
Karombilit mea R Tdl FI 1356
79 Merbah mata-merah Pycnonotus brunneus Red-eyes Bulbul
mato Krm
95
Lampiran 2. Lanjutan
NO NAMA INDONESIA NAMA ILMIAH NAMA INGGRIS NAMA LOKAL Kj St TP K HABITAT
80 Merbah kacamata Pycnonotus erythrophthalmos Spectacled Bulbul Karombilit elang R Tdl FI Krm 1356
81 Empuloh leher-kuning Criniger finschii Finsch’s Bulbul - R Tdl FI Tdm 1
82 Empuloh ragum Alophoixus ochraceus Ochraceous Bulbul Koreu roheu R Tdl FI Tdm 156
83 Empuloh janggut Alophoixus bres Grey-cheeked Bulbul - R Tdl FI Tdm 125
84 Brinji rambut-tungggir Tricholestes criniger Hairy-backed Bulbul - R Tdl FI Tdm 12
85 Brinji mata-putih Iole olivacea Buff-vented Bulbul - R Tdl FI Tdm 135
86 Brinji bergaris Ixos malaccensis Sreaked Bulvul - R Tdl FI Tdm 12
87 Brinji kelabu Hypsipetes flavala Ashy Bulbul - R Tdl FI Tdm 1
Dicruridae
88 Srigunting gagak Dicrurus annectans Crown-billed Drongo Pakotiang R Tdl I Tdm 56
89 Srigunting keladi Dicrurus aeneus Bronzed Drongo Pakotiang R Tdl I Tdm 345
90 Srigunting batu Dicrurus paradiseus Greater Racked-tailed Drongo Pakotiang R Tdl CI Tdm 35
Oriolidae
91 Kepudang hutan Oriolus xanthonotus Dark-throated Oriole - R Tdl FI Tdm 456
92 Kacembang gadung Irena puella Asian Fairy-Bluebird Mbas R Tdl FI Sd 123456
Corvidae
93 Tangkar ongklet Platylophus galericulatus Crested Jay Keriris R Tld CI Tdm 5
94 Tangkar kambing Platysmurus leucopterus Black Magpie Tlaong buyung R Tdl I Tdm 5
95 Gagak hutan Corvus enca Slender-billed Crown Kak R Tdl CFI Krm 13
96 Gagak kampung Corvus macrorhynchos Large-billed Crown - R Tdl CFI Tdm 3
Sittidae
97 Munguk beledu Sitta frontalis Velvet-fronted Nuthatch Teleser puti R Tdl I Tdm 5
Timalidae
98 Pelanduk topi-hitam Pellorneum capistratum Black-capped Babbler - R Tdl CI Tdm 5
99 Pelanduk dada-putih Trichastoma rostratum White-chested Babbler - R Tdl I Tdm 6
100 Pelanduk merah Trichastoma bicolor Ferruginous Babbler - R Tdl I Tdm 5
101 Pelanduk ekor-pendek Malacocincla malaccense Short-tailed Babbler - R Tdl I Tdm 25
102 Asi kumis Malacopteron magnirostre Moustached Babbler - R Tdl I Tdm 5
103 Asi topi-sisik Malacopteron cinereum Scaly-crowned Babbler Tantowarik R Tdl I Tdm 35
104 Asi besar Malacopteron magnum Rufous-crowned Babbler Tantowarik R Tdl I Tdm 1234
Chesnut-backed Scimitar- R Tdl I
105 Cica-kopi melayu Pomatorhinus montanus Mpulu nalautang 1
Babbler Tdm
106 Tepus dahi-merah Stachyris rufifrons Rufous-fronted Babbler - R Tdl I Tdm 12
107 Tepus tunggir-merah Stachyris maculata Chesnud-rumped Babbler - R Tdl I Sd 1234
108 Tepus kaban Stachyris nigricollis Black-throated Babbler Engkutong alas R Tdl I Tdm 3
96
Lampiran 2. Lanjutan
NO NAMA INDONESIA NAMA ILMIAH NAMA INGGRIS NAMA LOKAL Kj St TP K HABITAT
109 Tepus merbah-sampah Stachyris erythroptera Chesnut-winged Babbler - R Tdl I Tdm 12
110 Ciung-air coreng Macronous gularis Striped Tit- Babbler - R Tdl I Sd 13456
111 Ciung-air pongpong Macronous ptilosus Fluffy-backed Tit- Babbler Balongkowong R Tdl I Tdm 1
112 Wergan coklat Alcippe brunneicauda Brown Fulvetta - R Tdl I Krm 12
113 Yuhina kalimantan Yuhina everetti Chestnut-crested Yuhina - RE Tdl I Tdm 1
Turdidae
114 Kucica kampung Copsychus saularis Magpie Robin Tinjau R Tdl FI Tdm 345
Bila omban / R Tdl FI
115 Kucica hutan Copsychus malabaricus White-rumped Shama 15
murai Tdm
116 Meninting cegar Enicurus ruficapillus Chestnut-naped Forktail Binti besi R Tdl I,P Tdm 5
117 Meninting besar Enicurus leschenaulti White-crowned Forktail - R Tdl I,P, Tdm 56
Sylvidae
118 Cinenen belukar Orthotomus atrogularis Dark-necked Tailorbird Briyek R Tdl I Krm 13456
119 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps Ashy Tailorbird Briyek R Tdl I Sd 123456
120 Cinenen merah Orthotomus sericeus Rufous-tailed Tailorbird Briyek R Tdl I Tdm 24
121 Perenjak rawa Prinia flaviventris Yellow-bellied Prinia Deliyak R Tld I Krm 34
Muscicapidae
Sikatan-rimba dada- Grey-chested Jungle- R Tdl I
122 Rhinomyias umbratilis - 2
kelabu Flycatcher Tdm
123 Sikatan bubik Muscicapa daurica Asian Brown Flycatcher - RW Tdl I Tdm 1256
124 Sikatan ninon Eumyias indigo Indigo Flycatcher Tialing balo R Tdl FI Tdm 2
125 Sikatan kepala-abu Culicicapa ceylonensis Grey-headed Flycatcher - R Tld I Tdm 2
126 Kipasan mutiara Rhipidura perlata Spotted Fantail Benrantorung R Tdl I Krm 125
127 Kipasan belang Rhipidura javanica Pied Fantail Benrantorung R DM I Tdm 123
128 Kehicap ranting Hypothymis azurea Black-naped Monarch - R Tdl I Tdm 156
129 Philentoma sayap-merah Philentoma pyrhopterum Rufous-winged Philentoma - R Tdl I Tdm 125
130 Seriwang asia Tersiphone paradisi Asian Paradise-Flycatcher Mpulu joyo R Tdl I Tdm 1256
Motacillidae
131 Kicuit batu Motacilla cinerea Grey Wagtail Tangkodidi RW Tld I,P Krm 56
Laniidae
132 Bentet coklat Lanius cristatus Brown Shrike - W Tdl CI Tdm 14
Sturnidae
133 Perling kumbang Aplonis panayensis Asian Glossy Starling Pialing R Tdl F,I Tdm 13
134 Tiong emas Gracula religiosa Hill Myna Tiong R C2D F,I,G Tdm 1356
97
Lampiran 2. Lanjutan
NO NAMA INDONESIA NAMA ILMIAH NAMA INGGRIS NAMA LOKAL Kj St TP K HABITAT
Nectariniidae
135 Burung-madu polos Anthreptes simplex Plain Sunbird Ngsui R DB N Tdm 13456
136 Burung-madu kelapa Anthreptes malacensis Plain-throated Sunbird Ngsui R DB FIN Tdm 1
137 Burung-madu belukar Anthreptes singalensis Ruby-cheeked Sunbird Ngsui R DB IN Tdm 346
138 Burung-madu rimba Hypogramma hypogrammicum Purple-naped Sunbird Ngsui R DB N Tdm 125
139 Burung-madu sepah-raja Aethopyga siparaja Crimson Sunbird Ngsui R DB IN Tdm 1
140 Pijantung kecil Arachnothera longirostra Little Spiderhunter Besek R DB IN Sd 123456
141 Pijantung besar Arachnothera robusta Long-billed Spiderhunter Besek R DB I Tdm 3456
142 Pijantung tasmak Arachnothera flavigaster Spectacled Spiderhunter Besek R DB I Tdm 5
143 Pijantung gunung Arachnothera affinis Grey-breasted Spiderhunter Besek R DB GHI Tdm 5
Dicaeidae
144 Pentis kumbang Prionochilus thoracius Scarlet-breasted Flowerpecker - R Tdl FI Tdm 13
Yellow-breasted R Tdl FI
145 Pentis raja Prionochilus maculata - 3
Flowerpecker Tdm
146 Pentis kalimantan Prionochilus xanthopygius Yellow-rumped Flowerpecker - RE Tdl FI Krm 13456
Crimson-breasted R Td FI
147 Pentis pelangi Prionochilus percussus - 134
Flowerpecker Tdm
148 Cabai rimba Dicaeum chrysorrheum Yellow-vented Flowerpecker - R Tdl FI Tdm 13
149 Cabai bunga-api Dicaeum trigonostigma Orange-bellied Flowerpecker - R Tdl FI M 123456
Ploiceidae
150 Bondol kalimantan Lonchura fuscans Dusky Munia Mpit buyung RE Td G M 3456
Keterangan :
1) Penamaan dan taksonomi berdasarkan MacKinnon et al., 1993
2) Nama lokal berdasarkan pada bahasa masyarakat desa Mului, Kec. Muara Komam Kabupaten Paser
3) Kj = Sifat kunjungan burung : R =Resident /penetap; W = Wintering/musiman
4) St = Status : B,D,M,S,C 2 dilindungi oleh : B = Peraturabn Perlindungan Binatang Liar 1931; D = PP No. 7 Tahun 1999 dan UU No 5 Tahun 1990; M = SK Mentan No.
66/Kpts/UM/2/1973; S = SK Mentan No. 421/Kpts/UM/8/1870; C 2 = Apendiks II CITES;
E = Endemik Kalimantan
5) TP = Tipe pakan : C = Carnivora; F = Frugivora; G = Granivora; H = Herbivora; I = Insectivora; N = Nectarivora; P = Piscivora
6) K = Kelimpahan pagi dan sore : M = melimpah (51 – 100 ekor); Sd = sedang ( 26 – 50 ekor); Krm = kurang melimpah (11 – 25 ekor); Tdm = tidak melimpah (≤ 10 ekor)
8) Habitat : 1 = HT1; 2 = HT2; 3 = JL1; 4 = JL2; 5 = SU1; 6 = SU2
98
Lampiran 3. Penyebaran burung secara horizontal pada pengamatan pagi hari
Jumlah Frekuensi Frekuensi
No Jenis Burung
Plot Jenis Relatif
1 6 1 2,069 Merbah corok-corok, Kacembang gadung, Cinenen kelabu,
Cabai bunga-api
2 5 0.833 1,724 Sempur-hujan darat, Pijantung kecil
3 4 0.667 1,379 Wiwik kelabu, Kadalan selaya, Kadalan birah, Bubut besar,
Kapinis-jarum kecil, Takur tenggeret, Madi-hijau kecil,
Merbah mata-merah, Tepus tunggir-merah, Ciung-air coreng,
Seriwang asia, Burung-madu polos, Pijantung besar, Pentis
Kalimantan, Bondol kalimantan
4 3 0.5 1,034 Elang-ular bido, Kangkok India, Wiwik lurik, Kedasi hitam,
Bubut alang-alang, Cirik-cirik kumbang, Takur gedang,
Takur warna-warni, Tukik tikus, Sempur-hujan sungai,
Sepah tulin, Cica-daun kecil, Cucak-sakit tubuh, Cucak
rumbai-tungging, Merbah kacamata, Empuloh ragum,
Kepudang hutan, Asi besar, Philentoma sayap-merah,
Burung-madu rimba
5 2 0.333 0,690 Kuau raja, Tepekong rangkang, Luntur kasumba, Luntur
diard, Raja-udang meninting, Raja-udang kalung-biru, Udang
api, Udang punggung-merah, Rangkong badak, Takur tutut,
Takur topi-emas, Caladi batu, Sempur-hujan rimba, Paok
pancawarna, Layang-layang batu, Jinjing bukit, Sepah hutan,
Cipoh jantung, Cica-daun besar, Cica-daun sayap-biru,
Cucak kuricang, Merbah cerukcuk, Empuloh janggut, Brinji
mata-putih, Brinji bergaris, Srigunting keladi, Srigunting
batu, Gagak hutan, Pelanduk ekor-pendek, Tepus dahi-
merah, Tepus merbah-sampah, Wergan coklat, Kucica
kampung, Kucica hutan, Meninting besar, Cinenen belukar,
Cinenen merah, Perenjak rawa, Sikatan bubik, Kipasan
mutiara, Kipasan belang, Kicuit batu, Bentet coklat, Tiong
emas, Burung-madu belukar, Pentis pelangi, Cabai rimba
6 1 0.167 0,345 Elang hitam, Puyuh sengayan, Punai kecil, Punai besar,
Pergam hijau, Delimukan jamrud, Kadalan beruang, Kadalan
kembang, Walet sapi, Walet-palem asia, Luntur putrid,
Cekakak-hutan melayu, Enggang klihingan, Enggang jambul,
Julang emas, Kangkareng hitam, Takur tutut, Caladi tilik,
Pelatuk pangkas, Pelatuk kundang, Jinjing batu, Kepudang-
sungu gunung, Cucak bersisik, Empuloh leher-kuning, Brinji
rambut-tungggir, Srigunting gagak, Tangkar ongklet,
Tangkar kambing, Gagak kampong, Asi topi-sisik, Cica-kopi
melayu, Tepus kaban, Ciung-air pongpong, Yuhina
Kalimantan, Meninting cegar, Sikatan kepala-abu, Kehicap
ranting, Perling kumbang, Burung-madu kelapa, Burung-
madu sepah-raja, Pijantung tasmak, Pijantung gunung, Pentis
raja
Lampiran 4. Penyebaran burung secara horizontal pada pengamatan sore hari
Lampiran 5b. Tingkat Dominansi jenis burung pada pengamatan di jalur HT 2 pagi hari
DOMINANSI JENIS BURUNG
Dominan Anorrhinus galeritus Pycnonotus simplex
Subdominan Buceros rhinoceros Ixos malaccensis Alcippe brunneicauda
Megalaima australis Orthotomus ruficeps Orthotomus sericeus
Irena puella Rhipidura perlata Culicicapa ceylonensis
Eurylaimus ochromalus Surniculus lugubris Philentoma pyrhopterum
Aegithina viridissima Malacopteron magnum
Non Dominan Cacomantis sonneratii Hypogramma hypogrammicum Magalaima henricii
Phaenicophaeus diardi Arachnothera longirostra Blythipicus rubiginosus
Pericrocotus flammeus Dicaeum trigonostigma Reinwardtipicus validus
Chloropsis cyanopogon Argusianus argus Calyptomena viridis
Pycnonotus atriceps Cuculus micropterus Pitta guajana
Tricholestes criniger Cacomantis merulinus Chloropsis cochinchinensi
Malacocincla malaccense Phaenicophaeus Chlorophaeus Alophoixus bres
Stachyris maculata Phaenicophaeus curvirostris Stachyris rufifrons
Stachyris erythroptera Actenoiedes concretus Tersiphone paradisi
Muscicapa daurica Megalaima chrysopogon
Lampiran 5c. Tingkat Dominansi jenis burung pada pengamatan di jalur JL 1 pagi hari
DOMINANSI JENIS BURUNG
Dominan Lonchura fuscans Corvus corvina
Macronous gularis Pycnonotus goiavier
Subdominan Rhapidura leucopygialis Dicrurus aeneus Treron capellei
Arachnothera longirostra Pericrocotus flammeus Aegithina viridissima
Dicaeum trigonostigma Orthotomus ruficeps Orthotomus atrogularis
Pycnonotus simplex
Non Dominan Treron olax Chloropsis sonneratii Cypsiurus balasiensis
Collocalia esculenta Pycnonotus melanoleucos Megalaima chrysopogon
Nyctyornis amictus Corvus macrorhynchos Megalaima rafflesii
Chloropsis cyanopogon Malacopteron magnum Megalaima mystacophanos
Dicrurus paradiseus Anthreptes singalensis Megalaima australis
Irena puella Spilornis cheela Sasia abnormis
Stachyris maculata Ducula aena Meiglyptes tristis
Stachyris nigricollis Cacomantis sonneratii Dendrocopos moluccensis
Prinia flaviventris Cacomantis merulinus Eurylaimus ochromalus
Gracula religiosa Phaenicophaeus Chlorophaeus Hirundo tahitica
Cuculus micropterus Phaenicophaeus javanicus Pycnonotus brunneus
Centropus sinensis Phaenicophaeus curvirostris Rhipidura javanica
Prionochilus maculata Prionochilus xanthopygius Arachnothera robusta
Dicaeum chrysorrheum
Lampiran 5d. Tingkat Dominansi jenis burung pada pengamatan di jalur JL 2 pagi hari
DOMINANSI JENIS BURUNG
Dominan Lonchura fuscans Dicaeum trigonostigma Stachyris maculata
Rhapidura leucopygialis Pycnonotus goiavier Hirundo tahitica
Macronous gularis
Subdominan Pycnonotus simplex Orthotomus ruficeps
Prinia flaviventris Orthotomus sericeus
Non Dominan Cacomantis merulinus Spilornis cheela Irena puella
Centropus sinensis Surniculus lugubris Anthreptes simplex
Centropus bengalensis Megalaima australis Arachnothera robusta
Megalaima mystacophanos Sasia abnormis Prionochilus xanthopygius
Pericrocotus ignaeus Cymbirhynchus macrorhynchos Prionochilus percussus
Copsychus saularis Eurylaimus ochromalus Arachnothera longirostra
Lanius cristatus Hemipus picatus Oriolus xanthonotus
Anthreptes singalensis
Lampiran 5e. Tingkat Dominansi jenis burung pada pengamatan di jalur SU 1 pagi hari
DOMINANSI JENIS BURUNG
Dominan Pycnonotus simplex
Subdominan Rhapidura leucopygialis Arachnothera longirostra Dicrurus paradiseus
Orthotomus ruficeps Surniculus lugubris Irena puella
Motacilla cinerea Hemiprocne comata Prionochilus xanthopygius
Dicaeum trigonostigma Pericrocotus ignaeus Alophoixus ochraceus
Iole olivacea Pycnonotus brunneus Malacopteron cinereum
Non Dominan Phaenicophaeus
Chlorophaeus Tersiphone paradisi Dicrurus annectans
Centropus sinensis Arachnothera flavigaster Platysmurus leucopterus
Harpectes kasumba Lonchura fuscans Malacocincla malaccense
Alcedo euryzona Chalcophaps indica Copsychus saularis
Ceyx erithacus Phaenicophaeus curvirostris Copsychus malabaricus
Sasia abnormis Centropus bengalensis Enicurus ruficapillus
Cymbirhynchus
macrorhynchos Harpectes diardii Philentoma pyrhopterum
Eurylaimus ochromalus Harpectes duvaucelii Gracula religiosa
Pycnonotus eutilotus Alcedo meninting Anthreptes simplex
Dicrurus aeneus Ceyx rufidorsa Hypogrammahypogrammicum
Oriolus xanthonotus Nyctyornis amictus Arachnothera robusta
Platylophus galericulatus Eurylaimus javanicus Arachnothera affinis
Macronous gularis Calyptomena viridis Pycnonotus erythrophthalmos
Enicurus leschenaulti Pycnonotus melanoleucos
Hypothymis azurea Pycnonotus atriceps
Lampiran 5f. Tingkat Dominansi jenis burung pada pengamatan di jalur SU 2 pagi hari
DOMINANSI JENIS BURUNG
Dominan Dicaeum trigonostigma Motacilla cinerea Pycnonotus brunneus
Rhapidura leucopygialis Hemiprocne comata Orthotomus ruficeps
Pycnonotus simplex
Subdominan Alophoixus ochraceus Alcedo euryzona Pycnonotus eutilotus
Irena puella Ceyx erithacus Oriolus xanthonotus
Centropus sinensis Cymbirhynchus macrorhynchos Macronous gularis
Harpectes kasumba Pericrocotus ignaeus Lonchura fuscans
Non Dominan Centropus bengalensis Calyptomena viridis Tersiphone paradisi
Harpectes diardii Pycnonotus atriceps Anthreptes simplex
Alcedo meninting Pycnonotus erythrophthalmos Arachnothera robusta
Ceyx rufidorsa Enicurus leschenaulti
Lampiran 6a. Tingkat Dominansi jenis burung pada pengamatan di jalur HT 1 sore hari
DOMINANSI JENIS BURUNG
Dominan Anthracoceros malayanus Megalaima mystacophanos Megalaima australis
Subdominan Pycnonotus simplex Prionochilus xanthopygius Ixos malaccensis
Tricholestes criniger Loriculus galgulus Stachyris maculata
Orthotomus ruficeps Megalaima rafflesii Alcippe brunneicauda
Arachnothera longirostra Magalaima henricii Muscicapa daurica
Megalaima chrysopogon Sasia abnormis Hypothymis azurea
Pycnonotus erythrophthalmos Pycnonotus squamatus Lanius cristatus
Rhipidura perlata Pycnonotus brunneus
Non Dominan Argusianus argus Chloropsis cyanopogon Gracula religiosa
Cacomantis sonneratii Chloropsis cochinchinensi Prionochilus thoracius
Cacomantis merulinus Hypsipetes flavala Prionochilus percussus
Surniculus lugubris Irena puella Dicaeum trigonostigma
Phaenicophaeus curvirostris Macronous gularis Orthotomus atrogularis
Harpectes whiteheadi Copsychus malabaricus Hemipus picatus
Lampiran 6b. Tingkat Dominansi jenis burung pada pengamatan di jalur HT 2 sore hari
DOMINANSI JENIS BURUNG
Dominan Aceros undulatus Megalaima chrysopogon
Pycnonotus simplex Rhipidura javanica
Subdominan Megalaima australis Orthotomus sericeus Phaenicophaeus Chlorophaeus
Pericrocotus flammeus Eumyias indigo Megalaima rafflesii
Irena puella Rhipidura perlata Blythipicus rubiginosus
Rhinomyias umbratilis Surniculus lugubris Eurylaimus ochromalus
Megalaima mystacophanos Phaenicophaeus diardi Dicaeum trigonostigma
Non Dominan Spilornis cheela Hemipus picatus Orthotomus ruficeps
Spizaetus cirrhatus Coracina larvata Culicicapa ceylonensis
Argusianus argus Chloropsis cyanopogon Hypogramma hypogrammicum
Cacomantis sonneratii Pycnonotus atriceps Arachnothera longirostra
Harpectes duvaucelii Alophoixus bres Picus miniaceus
Nyctyornis amictus Stachyris erythroptera Alcippe brunneicauda
Pitta guajana
Lampiran 6c. Tingkat Dominansi jenis burung pada pengamatan di jalur JL 1 sore hari
DOMINANSI JENIS BURUNG
Dominan Lonchura fuscans Pycnonotus goiavier Anorrhinus galeritus
Dicaeum trigonostigma Centropus sinensis
Subdominan Orthotomus ruficeps Pycnonotus simplex Prionochilus thoracius
Corvus corvina Irena puella Prionochilus percussus
Non Dominan Cacomantis merulinus Orthotomus atrogularis Chloropsis cyanopogon
Surniculus lugubris Aplonis panayensis Iole olivacea
Phaenicophaeus Chlorophaeus Gracula religiosa Dicrurus aeneus
Rhapidura leucopygialis Anthreptes simplex Malacopteron cinereum
Megalaima australis Arachnothera longirostra Prinia flaviventris
Hirundo tahitica Cacomantis sonneratii Anthreptes singalensis
Pycnonotus brunneus Actenoiedes concretus Dicaeum chrysorrheum
Pycnonotus erythrophthalmos Megalaima chrysopogon Eurylaimus ochromalus
Stachyris maculata Megalaima mystacophanos Copsychus saularis
Macronous gularis Calorhamphus fuliginosus
Lampiran 6d. Tingkat Dominansi jenis burung pada pengamatan di jalur JL 2 sore hari
DOMINANSI JENIS BURUNG
Dominan Hirundo tahitica Orthotomus ruficeps Pycnonotus simplex
Rhapidura leucopygialis Dicaeum trigonostigma Stachyris maculata
Lonchura fuscans Pycnonotus goiavier
Subdominan Cypsiurus balasiensis Orthotomus atrogularis Malacopteron magnum
Hirundo rustica Prinia flaviventris Prionochilus xanthopygius
Centropus sinensis
Non Dominan Cacomantis merulinus Chloropsis cochinchinensi Anthreptes simplex
Megalaima mystacophanos Dicrurus aeneus Arachnothera longirostra
Calorhamphus fuliginosus Macronous gularis
Lampiran 6e. Tingkat Dominansi jenis burung pada pengamatan di jalur SU 1 sore hari
DOMINANSI JENIS BURUNG
Dominan Pycnonotus simplex Eurylaimus ochromalus Malacopteron magnirostre
Irena puella Pellorneum capistratum Orthotomus atrogularis
Subdominan Treron capellei Pericrocotus ignaeus Muscicapa daurica
Phaenicophaeus Chlorophaeus Pycnonotus atriceps Arachnothera longirostra
Calyptomena viridis Dicrurus annectans Dicaeum trigonostigma
Non Dominan Harpectes duvaucelii Pycnonotus brunneus Copsychus malabaricus
Ceyx rufidorsa Alophoixus bres Orthotomus ruficeps
Nyctyornis amictus Dicrurus paradiseus Rhipidura perlata
Megalaima chrysopogon Sitta frontalis Hypothymis azurea
Picus puniceus Trichastoma bicolor Prionochilus xanthopygius
Dinopium javanense
Lampiran 6f. Tingkat Dominansi jenis burung pada pengamatan di jalur SU 2 sore hari
DOMINANSI JENIS BURUNG
Dominan Pycnonotus simplex Orthotomus atrogularis Orthotomus ruficeps
Pycnonotus atriceps Motacilla cinerea Dicaeum trigonostigma
Irena puella Pycnonotus erythrophthalmos
Subdominan Lophura ignita Muscicapa daurica Arachnothera robusta
Dicrurus annectans Anthreptes singalensis Prionochilus xanthopygius
Nyctyornis amictus
Non Dominan Cuculus micropterus Pelargopsis capensis Macronous gularis
Centropus rectunguis Cymbirhynchus macrorhynchos Hypothymis azurea
Rhapidura leucopygialis Pycnonotus brunneus Gracula religiosa
Alcedo euryzona Trichastoma rostratum Arachnothera longirostra
Lampiran 7a. Tingkat Dominansi jenis burung pada pengamatan di HT1 pagi dan sore hari
DOMINANSI JENIS BURUNG
Dominan Anthracoceros malayanus
Subdominan Pycnonotus simplex Alcippe brunneicauda Anorrhinus galeritus
Megalaima australis Rhipidura perlata Aceros undulatus
Orthotomus ruficeps Arachnothera longirostra Buceros rhinoceros
Megalaima mystacophanos Rollulus rouloul Megalaima chrysopogon
Pycnonotus erythrophthalmos Prionochilus xanthopygius Orthotomus atrogularis
Nondominan Stachyris maculata Cacomantis sonneratii Eurylaimus ochromalus
Phaenicophaeus Chlorophaeus Cacomantis merulinus Calyptomena viridis
Pycnonotus eutilotus Phaenicophaeus curvirostris Pitta guajana
Criniger finschii Nyctyornis amictus Chloropsis sonneratii
Tricholestes criniger Sasia abnormis Pycnonotus melanoleucos
Muscicapa daurica Eurylaimus javanicus Alophoixus ochraceus
Lanius cristatus Hemipus hirundinaceus Alophoixus bres
Anthreptes malacensis Coracina larvata Hypsipetes flavala
Dicaeum trigonostigma Chloropsis cochinchinensi Corvus corvina
Megalaima rafflesii Iole olivacea Malacopteron magnum
Magalaima henricii Irena puella Stachyris rufifrons
Hemipus picatus Stachyris erythroptera Macronous gularis
Chloropsis cyanopogon Yuhina everetti Macronous ptilosus
Pycnonotus squamatus Copsychus malabaricus Rhipidura javanica
Pycnonotus brunneus Hypothymis azurea Philentoma pyrhopterum
Ixos malaccensis Aplonis panayensis Tersiphone paradisi
Pomatorhinus montanus Hypogrammahypogrammicum Gracula religiosa
Prionochilus percussus Ictinaetus malayensis Anthreptes simplex
Spilornis cheela Surniculus lugubris aethopyga siparaja
Argusianus argus Harpectes whiteheadi Prionochilus thoracius
Loriculus galgulus Aceros comatus Dicaeum chrysorrheum
Cuculus micropterus Meiglyptes tristis
Lampiran 7b. Tingkat Dominansi jenis burung pada pengamatan di HT2 pagi dan sore hari
Lampiran 7c. Tingkat Dominansi jenis burung pada pengamatan di JL1 pagi dan sore hari
Lampiran 7e. Tingkat Dominansi jenis burung pada pengamatan di SU1 pagi dan sore hari
HT1
73 Burung-madu kelapa 4 0.063 0.014
No Nama Indonesia ∑ Pi Ln pi Pi/Ln S
1 2 0.037 0.008 74 Burung-madu rimba 2 0.037 0.008
Elang-ular bido
2 1 0.021 0.005 75 Burung-madu sepah-raja 1 0.021 0.005
Elang hitam
3 7 0.095 0.022 76 Pijantung kecil 8 0.105 0.024
Puyuh sengayan
4 2 0.037 0.008 77 Pentis kumbang 1 0.021 0.005
Kuau raja
5 2 0.037 0.008 78 Pentis kalimantan 7 0.095 0.022
Serindit melayu
6 2 0.037 0.008 79 Pentis pelangi 3 0.050 0.011
Kangkok india
7 2 0.037 0.008 80 Cabai rimba 1 0.021 0.005
Wiwik lurik
8 2 0.037 0.008 81 Cabai bunga-api 4 0.063 0.014
Wiwik kelabu
9 1 0.021 0.005 TOTAL 267 4.068 0.926
Kedasi hitam
10 Kadalan selaya 4 0.063 0.014
11 Kadalan birah 2 0.037 0.008
12 Luntur kalimantan 1 0.021 0.005
13 Cirik-cirik kumbang 2 0.037 0.008
14 Enggang klihingan 6 0.085 0.019
15 Enggang jambul 1 0.021 0.005
16 Julang emas 6 0.085 0.019
17 Kangkareng hitam 17 0.175 0.040
18 Rangkong badak 6 0.085 0.019
19 Takur gedang 6 0.085 0.019
20 Takur tutut 3 0.050 0.011
21 Takur warna-warni 9 0.114 0.026
22 Takur topi-emas 3 0.050 0.011
23 Takur tenggeret 10 0.123 0.028
24 Tukik tikus 2 0.037 0.008
25 Caladi batu 1 0.021 0.005
26 Sempur-huja rimba 2 0.037 0.008
27 Sempur-hujan darat 1 0.021 0.005
28 Madi-hijau kecil 1 0.021 0.005
29 Paok pancawarna 1 0.021 0.005
30 Jinjing bukit 3 0.050 0.011
31 Jinjing batu 2 0.037 0.008
32 Kepudang-sungu gunung 2 0.037 0.008
33 Cica-daun kecil 3 0.050 0.011
34 Cica-daun besar 1 0.021 0.005
35 Cica-daun sayap-biru 2 0.037 0.008
36 Cucak-sakit tubuh 1 0.021 0.005
37 Cucak bersisik 3 0.050 0.011
38 Cucak rumbai-tungging 4 0.063 0.014
39 Merbah corok-corok 12 0.139 0.032
40 Merbah mata-merah 3 0.050 0.011
41 Merbah kacamata 9 0.114 0.026
42 Empuloh leher-kuning 4 0.063 0.014
43 Empuloh ragum 1 0.021 0.005
44 Empuloh janggut 1 0.021 0.005
45 Brinji rambut-tungggir 4 0.063 0.014
46 Brinji mata-putih 2 0.037 0.008
47 Brinji bergaris 3 0.050 0.011
48 Brinji kelabu 1 0.021 0.005
49 Kacembang gadung 2 0.037 0.008
50 Gagak hutan 1 0.021 0.005
51 Asi besar 1 0.021 0.005
52 Cica-kopi melayu 3 0.050 0.011
53 Tepus dahi-merah 1 0.021 0.005
54 Tepus tunggir-merah 5 0.074 0.017
55 Tepus merbah-sampah 2 0.037 0.008
56 Ciung-air coreng 1 0.021 0.005
57 Ciung-air pongpong 1 0.021 0.005
58 Wergan coklat 8 0.105 0.024
59 Yuhina kalimantan 2 0.037 0.008
60 Kucica hutan 2 0.037 0.008
61 Cinenen belukar 6 0.085 0.019
62 Cinenen kelabu 10 0.123 0.028
63 Sikatan bubik 4 0.063 0.014
64 Kipasan mutiara 8 0.105 0.024
65 Kipasan belang 1 0.021 0.005
66 Kehicap ranting 2 0.037 0.008
67 Philentoma sayap-merah 1 0.021 0.005
68 Seriwang asia 1 0.021 0.005
69 Bentet coklat 4 0.063 0.014
70 Perling kumbang 2 0.037 0.008
71 Tiong emas 1 0.021 0.005
72 Burung-madu polos 1 0.021 0.005
HT2 JL1
No Nama Indonesia ∑ Pi Ln pi Pi/Ln S No Nama Indonesia ∑ Pi Ln pi Pi/Ln S
1 Elang-ular bido 1 0.027 0.007 1 Elang-ular bido 1 0.020 0.005
2 Elang brontok 1 0.027 0.007 2 Punai kecil 3 0.048 0.011
3 Kuau raja 2 0.047 0.012 3 Punai besar 4 0.060 0.014
4 Kangkok india 1 0.027 0.007 4 Pergam hijau 1 0.020 0.005
5 Wiwik lurik 3 0.064 0.016 5 Kangkok india 2 0.035 0.008
6 Wiwik kelabu 1 0.027 0.007 6 Wiwik lurik 2 0.035 0.008
7 Kedasi hitam 5 0.094 0.023 7 Wiwik kelabu 3 0.048 0.011
8 Kadalan beruang 4 0.079 0.020 8 Kedasi hitam 2 0.035 0.008
9 Kadalan selaya 3 0.064 0.016 9 Kadalan selaya 3 0.048 0.011
10 Kadalan birah 1 0.027 0.007 10 Kadalan kembang 1 0.020 0.005
11 Luntur putri 1 0.027 0.007 11 Kadalan birah 1 0.020 0.005
12 Cekakak-hutan melayu 1 0.027 0.007 12 Bubut besar 9 0.109 0.026
13 Cirik-cirik kumbang 1 0.027 0.007 13 Walet sapi 3 0.048 0.011
14 Enggang klihingan 10 0.152 0.037 14 Kapinis-jarum kecil 9 0.109 0.026
15 Julang emas 7 0.119 0.029 15 Walet-palem asia 1 0.020 0.005
16 Rangkong badak 5 0.094 0.023 16 Cekakak-hutan melayu 1 0.020 0.005
17 Takur gedang 6 0.107 0.026 17 Cirik-cirik kumbang 3 0.048 0.011
18 Takur tutut 2 0.047 0.012 18 Enggang klihingan 6 0.081 0.019
19 Takur warna-warni 3 0.064 0.016 19 Takur gedang 2 0.035 0.008
20 Takur topi-emas 1 0.027 0.007 20 Takur tutut 1 0.020 0.005
21 Takur tenggeret 9 0.141 0.035 21 Takur warna-warni 2 0.035 0.008
22 Pelatuk merah 1 0.027 0.007 22 Takur tenggeret 3 0.048 0.011
23 Pelatuk pangkas 3 0.064 0.016 23 Takur ampis 1 0.020 0.005
24 Pelatuk kundang 1 0.027 0.007 24 Tukik tikus 1 0.020 0.005
25 Sempur-hujan darat 6 0.107 0.026 25 Caladi batu 1 0.020 0.005
26 Madi-hijau kecil 1 0.027 0.007 26 Caladi tilik 1 0.020 0.005
27 Paok pancawarna 2 0.047 0.012 27 Sempur-hujan darat 2 0.035 0.008
28 Jinjing bukit 1 0.027 0.007 28 Layang-layang batu 3 0.048 0.011
29 Kepudang-sungu gunung 1 0.027 0.007 29 Sepah hutan 5 0.071 0.017
30 Sepah hutan 6 0.107 0.026 30 Cipoh jantung 4 0.060 0.014
31 Cipoh jantung 4 0.079 0.020 31 Cica-daun kecil 4 0.060 0.014
32 Cica-daun kecil 3 0.064 0.016 32 Cica-daun besar 2 0.035 0.008
33 Cica-daun sayap-biru 1 0.027 0.007 33 Cucak-sakit tubuh 2 0.035 0.008
34 Cucak kuricang 3 0.064 0.016 34 Merbah cerukcuk 18 0.174 0.041
35 Merbah corok-corok 13 0.180 0.044 35 Merbah corok-corok 9 0.109 0.026
36 Empuloh janggut 2 0.047 0.012 36 Merbah mata-merah 3 0.048 0.011
37 Brinji rambut-tungggir 2 0.047 0.012 37 Merbah kacamata 2 0.035 0.008
38 Brinji bergaris 4 0.079 0.020 38 Brinji mata-putih 1 0.020 0.005
39 Kacembang gadung 9 0.141 0.035 39 Srigunting keladi 7 0.091 0.022
40 Pelanduk ekor-pendek 2 0.047 0.012 40 Srigunting batu 3 0.048 0.011
41 Asi besar 3 0.064 0.016 41 Kacembang gadung 6 0.081 0.019
42 Tepus dahi-merah 1 0.027 0.007 42 Gagak hutan 15 0.154 0.037
43 Tepus tunggir-merah 2 0.047 0.012 43 Gagak kampung 2 0.035 0.008
44 Tepus merbah-sampah 3 0.064 0.016 44 Asi topi-sisik 1 0.020 0.005
45 Wergan coklat 4 0.079 0.020 45 Asi besar 2 0.035 0.008
46 Cinenen kelabu 5 0.094 0.023 46 Tepus tunggir-merah 5 0.071 0.017
47 Cinenen merah 6 0.107 0.026 47 Tepus kaban 3 0.048 0.011
48 Sikatan-rimba dada-kelabu 4 0.079 0.020 48 Ciung-air coreng 15 0.154 0.037
49 Sikatan bubik 2 0.047 0.012 49 Kucica kampung 2 0.035 0.008
50 Sikatan ninon 3 0.064 0.016 50 Cinenen belukar 6 0.081 0.019
51 Sikatan kepala-abu 4 0.079 0.020 51 Cinenen kelabu 10 0.117 0.028
52 Kipasan mutiara 7 0.119 0.029 52 Perenjak rawa 4 0.060 0.014
53 Kipasan belang 5 0.094 0.023 53 Kipasan belang 1 0.020 0.005
54 Philentoma sayap-merah 3 0.064 0.016 54 Perling kumbang 2 0.035 0.008
55 Seriwang asia 1 0.027 0.007 55 Tiong emas 5 0.071 0.017
56 Burung-madu rimba 3 0.064 0.016 56 Burung-madu polos 2 0.035 0.008
57 Pijantung kecil 3 0.064 0.016 57 Burung-madu belukar 3 0.048 0.011
58 Cabai bunga-api 4 0.079 0.020 58 Pijantung kecil 9 0.109 0.026
TOTAL 196 3.810 0.938 59 Pijantung besar 1 0.020 0.005
60 Pentis kumbang 3 0.048 0.011
61 Pentis raja 1 0.020 0.005
62 Pentis kalimantan 1 0.020 0.005
63 Pentis pelangi 3 0.048 0.011
64 Cabai rimba 2 0.035 0.008
65 Cabai bunga-api 20 0.186 0.044
66 Bondol kalimantan 31 0.240 0.057
TOTAL 287 3.717 0.887
JL2 SU1
No Nama Indonesia ∑ Pi Ln pi Pi/Ln S No Nama Indonesia ∑ Pi Ln pi Pi/Ln S
1 Elang-ular bido 1 0.026 0.007 1 Punai besar 2 0.045 0.011
2 Wiwik kelabu 3 0.061 0.017 2 Delimukan jamrud 1 0.026 0.006
3 Kedasi hitam 1 0.026 0.007 3 Kedasi hitam 4 0.077 0.018
4 Bubut besar 4 0.076 0.021 4 Kadalan selaya 4 0.077 0.018
5 Bubut alang-alang 2 0.045 0.012 5 Kadalan birah 1 0.026 0.006
6 Kapinis-jarum kecil 19 0.219 0.059 6 Bubut besar 2 0.045 0.011
7 Walet-palem asia 4 0.076 0.021 7 Bubut alang-alang 1 0.026 0.006
8 Takur warna-warni 3 0.061 0.017 8 Kapinis-jarum kecil 6 0.104 0.024
9 Takur tenggeret 1 0.026 0.007 9 Tepekong rangkang 4 0.077 0.018
10 Takur ampis 1 0.026 0.007 10 Luntur kasumba 2 0.045 0.011
11 Tukik tikus 1 0.026 0.007 11 Luntur diard 1 0.026 0.006
12 Sempur-hujan sungai 1 0.026 0.007 12 Luntur putri 2 0.045 0.011
13 Sempur-hujan darat 1 0.026 0.007 13 Raja-udang meninting 1 0.026 0.006
14 Layang-layang api 3 0.061 0.017 14 Raja-udang kalung-biru 2 0.045 0.011
15 Layang-layang batu 20 0.226 0.061 15 Udang api 2 0.045 0.011
16 Jinjing bukit 1 0.026 0.007 16 Udang punggung-merah 2 0.045 0.011
17 Sepah tulin 2 0.045 0.012 17 Cirik-cirik kumbang 2 0.045 0.011
18 Cica-daun sayap-biru 1 0.026 0.007 18 Takur gedang 1 0.026 0.006
19 Merbah cerukcuk 15 0.190 0.052 19 Tukik tikus 2 0.045 0.011
20 Merbah corok-corok 10 0.146 0.040 20 Pelatuk sayap-merah 1 0.026 0.006
21 Srigunting keladi 1 0.026 0.007 21 Pelatuk besi 1 0.026 0.006
22 Kepudang hutan 1 0.026 0.007 22 Sempur-hujan sungai 2 0.045 0.011
23 Kacembang gadung 1 0.026 0.007 23 Sempur-huja rimba 1 0.026 0.006
24 Asi besar 2 0.045 0.012 24 Sempur-hujan darat 6 0.104 0.024
25 Tepus tunggir-merah 15 0.190 0.052 25 Madi-hijau kecil 3 0.062 0.015
26 Ciung-air coreng 12 0.165 0.045 26 Sepah tulin 6 0.104 0.024
27 Kucica kampung 2 0.045 0.012 27 Cucak-sakit tubuh 1 0.026 0.006
28 Cinenen belukar 3 0.061 0.017 28 Cucak kuricang 3 0.062 0.015
29 Cinenen kelabu 9 0.136 0.037 29 Cucak rumbai-tungging 2 0.045 0.011
30 Cinenen merah 3 0.061 0.017 30 Merbah corok-corok 18 0.214 0.050
31 Perenjak rawa 8 0.126 0.034 31 Merbah mata-merah 5 0.091 0.021
32 Bentet coklat 2 0.045 0.012 32 Merbah kacamata 1 0.026 0.006
33 Burung-madu polos 2 0.045 0.012 33 Empuloh ragum 3 0.062 0.015
34 Burung-madu belukar 2 0.045 0.012 34 Empuloh janggut 1 0.026 0.006
35 Pijantung kecil 3 0.061 0.017 35 Brinji mata-putih 5 0.091 0.021
36 Pijantung besar 1 0.026 0.007 36 Srigunting gagak 3 0.062 0.015
37 Pentis kalimantan 3 0.061 0.017 37 Srigunting keladi 2 0.045 0.011
38 Pentis pelangi 1 0.026 0.007 38 Srigunting batu 5 0.091 0.021
39 Cabai bunga-api 17 0.205 0.056 39 Kepudang hutan 2 0.045 0.011
40 Bondol kalimantan 25 0.255 0.069 40 Kacembang gadung 11 0.157 0.037
TOTAL 207 3.116 0.845 41 Tangkar ongklet 2 0.045 0.011
42 Tangkar kambing 1 0.026 0.006
43 Munguk beledu 1 0.026 0.006
44 Pelanduk topi-hitam 4 0.077 0.018
45 Pelanduk merah 1 0.026 0.006
46 Pelanduk ekor-pendek 1 0.026 0.006
47 Asi kumis 4 0.077 0.018
48 Asi topi-sisik 3 0.062 0.015
49 Ciung-air coreng 2 0.045 0.011
50 Kucica kampung 1 0.026 0.006
51 Kucica hutan 2 0.045 0.011
52 Meninting cegar 1 0.026 0.006
53 Meninting besar 2 0.045 0.011
54 Cinenen belukar 4 0.077 0.018
55 Cinenen kelabu 7 0.116 0.027
56 Sikatan bubik 2 0.045 0.011
57 Kipasan mutiara 1 0.026 0.006
58 Kehicap ranting 3 0.062 0.015
59 Philentoma sayap-merah 1 0.026 0.006
60 Seriwang asia 2 0.045 0.011
61 Kicuit batu 6 0.104 0.024
62 Tiong emas 1 0.026 0.006
63 Burung-madu polos 1 0.026 0.006
64 Burung-madu rimba 1 0.026 0.006
65 Pijantung kecil 7 0.116 0.027
66 Pijantung besar 1 0.026 0.006
67 Pijantung tasmak 2 0.045 0.011
68 Pijantung gunung 1 0.026 0.006
69 Pentis kalimantan 5 0.091 0.021
70 Cabai bunga-api 8 0.127 0.030
71 Bondol kalimantan 2 0.045 0.011
TOTAL 204 3.947 0.926
SU2
No Nama Indonesia ∑ Pi Ln pi Pi/Ln S
1 Sempidan biru 3 0.081 0.021
2 Kangkok india 1 0.035 0.009
3 Bubut teragop 1 0.035 0.009
4 Bubut besar 2 0.060 0.016
5 Bubut alang-alang 1 0.035 0.009
6 Kapinis-jarum kecil 7 0.148 0.039
7 Tepekong rangkang 4 0.100 0.026
8 Luntur kasumba 2 0.060 0.016
9 Luntur diard 1 0.035 0.009
10 Raja-udang meninting 1 0.035 0.009
11 Raja-udang kalung-biru 3 0.081 0.021
12 Udang api 2 0.060 0.016
13 Udang punggung-merah 1 0.035 0.009
14 Pekaka emas 1 0.035 0.009
15 Cirik-cirik kumbang 2 0.060 0.016
16 Sempur-hujan sungai 3 0.081 0.021
17 Madi-hijau kecil 1 0.035 0.009
18 Sepah tulin 2 0.060 0.016
19 Cucak kuricang 7 0.148 0.039
20 Cucak rumbai-tungging 2 0.060 0.016
21 Merbah corok-corok 14 0.228 0.060
22 Merbah mata-merah 5 0.117 0.031
23 Merbah kacamata 5 0.117 0.031
24 Empuloh ragum 3 0.081 0.021
25 Srigunting gagak 3 0.081 0.021
26 Kepudang hutan 2 0.060 0.016
27 Kacembang gadung 9 0.174 0.046
28 Pelanduk dada-putih 1 0.035 0.009
29 Ciung-air coreng 3 0.081 0.021
30 Meninting besar 1 0.035 0.009
31 Cinenen belukar 5 0.117 0.031
32 Cinenen kelabu 8 0.161 0.043
33 Sikatan bubik 2 0.060 0.016
34 Kehicap ranting 1 0.035 0.009
35 Seriwang asia 1 0.035 0.009
36 Kicuit batu 10 0.186 0.049
37 Tiong emas 1 0.035 0.009
38 Burung-madu polos 1 0.035 0.009
39 Burung-madu belukar 2 0.060 0.016
40 Pijantung kecil 1 0.035 0.009
41 Pijantung besar 3 0.081 0.021
42 Pentis kalimantan 2 0.060 0.016
43 Cabai bunga-api 11 0.197 0.052
44 Bondol kalimantan 2 0.060 0.016
TOTAL 143 3.438 0.909
Lampiran 9a. Uji beda keanekaragaman jenis burung di beberapa habitat pada pagi hari
Habitat t hitung Derajat Bebas (df) t 0.05 t 0.001
Uji beda HT1 dengan :
HT2 4,058 236 1.960 2.576
JL1 3,826 347 1.960 2.576
JL2 8,874 245 1.960 2.576
SU1 1,494 303 1.960 2.576
SU2 7,108 146 1.960 2.576
Uji beda HT2 dengan :
JL1 0,563 247 1.960 2.576
JL2 4,526 237 1.960 2.576
SU1 2,597 234 1.960 2.576
SU2 3,024 166 1.960 2.576
Uji beda JL1 dengan :
JL2 5,392 257 1.960 2.576
SU1 2,224 305 1.960 2.576
SU2 3,760 157 1.960 2.576
Uji beda JL2 dengan :
SU1 7,323 245 1.960 2.576
SU2 1,367 179 1.960 2.576
Uji beda SU1 dengan :
SU2 5,653 252 1.960 2.576
Lampiran 9b. Uji beda keanekaragaman jenis burung di beberapa habitat pada sore hari
Habitat t hitung Derajat Bebas (df) t 0.05 t 0.001
Uji beda HT1 dengan :
HT2 0,959 87 1.960 2.576
JL1 1,737 200 1.960 2.576
JL2 5,682 158 1.960 2.576
SU1 2,665 134 1.960 2.576
SU2 3,265 154 1.960 2.576
Uji beda HT2 dengan :
JL1 0,470 116 1.960 2.576
JL2 4,327 82 1.960 2.576
SU1 1,954 66 1.960 2.576
SU2 2,360 71 1.960 2.576
Uji beda JL1 dengan :
JL2 4,706 193 1.960 2.576
SU1 1,507 171 1.960 2.576
SU2 2,707 187 1.960 2.576
Uji beda JL2 dengan :
SU1 5,754 146 1.960 2.576
SU2 1,104 151 1.960 2.576
Uji beda SU1 dengan :
SU2 5,653 131 1.960 2.576
Lampiran 9c. Uji beda keanekaragaman jenis burung di beberapa habitat pada gabungan
pengamatan pagi dan sore hari
Habitat t hitung Derajat Bebas (df) t 0.05 t 0.001
Uji beda HT1 dengan :
HT2 3,335 452 1.960 2.576
JL1 4,309 267 1.960 2.576
JL2 10,697 466 1.960 2.576
SU1 1,447 463 1.960 2.576
SU2 7,763 372 1.960 2.576
Uji beda HT2 dengan :
JL1 1,128 196 1.960 2.576
JL2 7,718 828 1.960 2.576
SU1 1,620 400 1.960 2.576
SU2 4,934 331 1.960 2.576
Uji beda JL1 dengan :
JL2 6,431 207 1.960 2.576
SU1 2,603 204 1.960 2.576
SU2 3,802 143 1.960 2.576
Uji beda JL2 dengan :
SU1 8,580 411 1.960 2.576
SU2 1,663 338 1.960 2.576
Uji beda SU1 dengan :
SU2 6,059 336 1.960 2.576
Lampiran 9d. Uji beda keanekaragaman jenis burung pada pengamatan pagi dengan sore
hari di masing-masing habitat.
Habitat HT1 HT2 JL1 JL2 SU1 SU2
t hitung 4,388 1,291 2,729 1,499 5,225 1,081
Derajat bebas (df) 189 186 233 197 58 56
t 0.05 1.960 1.960 1.960 1.960 2,002 2,004
t 0.01 2.576 2.576 2.576 2.576 26.644 26.688
Lampiran 10a. Tingkat penggunaan tajuk sebagai habitat burung di HT 1
STRATA
NO JENIS SM
I II III IV TAJUK V TAJUK
1 Rollulus rouloul 7 B
2 Argusianus argus 1 B
3 Loriculus galgulus 2 2AB A
4 Phaenicophaeus Chlorophaeus 4 123AB A
5 Phaenicophaeus curvirostris 2 23AB A
6 Harpectes whiteheadi 1 2A A
7 Nyctyornis amictus 2 3AB A
8 Aceros comatus 1 3B A
9 Aceros undulatus 2 1AB A
10 Anthracoceros malayanus 9 13AB A
11 Buceros rhinoceros 2 1AB A
12 Sasia abnormis 1 1 3AB BM
13 Meiglyptes tristis 1 3AB A
14 Eurylaimus ochromalus 1 2AB A
15 Calyptomena viridis 1 2B A
16 Pitta guajana 1 B
17 Hemipus picatus 2 2 23B M
18 Hemipus hirundinaceus 2 2B A
19 Coracina larvata 2 2B A
20 Chloropsis cyanopogon 2 12AB A
21 Chloropsis cochinchinensi 2 1AB A
22 Pycnonotus melanoleucos 1 2B A
23 Pycnonotus squamatus 2 1 3AB MA
24 Pycnonotus eutilotus 4 2AB A
25 Pycnonotus simplex 4 12 23AB MA
26 Pycnonotus brunneus 4 2AB A
27 Pycnonotus erythrophthalmos 7 23AB 2 2AB A
28 Criniger finschii 4 2AB A
29 Alophoixus ochraceus 1 23AB A
30 Alophoixus bres 1 1 2AB A
31 Tricholestes criniger 2 3B 2 2AB A
32 Iole olivacea 2 2AB A
33 Ixos malaccensis 3 23AB A
34 Pomatorhinus montanus 1 3B 2 2AB A
35 Macronous gularis 1 B
36 Macronous ptilosus 1 B
37 Yuhina everetti 2 2A A
38 Orthotomus atrogularis 1 1 3AB BA
39 Orthotomus ruficeps 1 9 3 23AB BM
40 Muscicapa daurica 2 2 23AB MA
41 Rhipidura perlata 4 3AB 5 23AB A
42 Rhipidura javanica 1 2B A
43 Hypothymis azurea 2 2AB A
44 Philentoma pyrhopterum 1 M
45 Tersiphone paradisi 1 M
46 Lanius cristatus 4 23AB A
47 Aplonis panayensis 3 23AB A
48 Anthreptes simplex 1 2B A
49 Anthreptes malacensis 4 2B A
50 Aethopyga siparaja 2 3A A
51 Arachnothera longirostra 4 1 3B 3B MA
52 Prionochilus thoracius 1 1AB 1AB A
53 Prionochilus xanthopygius 4 3 2B 2B MA
54 Prionochilus percussus 3 M
55 Dicaeum chrysorrheum 1 M
56 Dicaeum trigonostigma 3 23B A
Keterangan
Strata : I = Strata I (0.00-0.15 m), II = Strata II (0.15-1.8), III = Strata III (1.8-4.5 m), IV = Strata IV (4.5-15 m), V = Strata V
(> 15 m)
Tajuk : 1 = Tajuk bagian atas; 2 = Tajuk bagian tengah; 3 = tajuk bagian bawah; 4 = batang pohon; A = Tepi tajuk; B =
Tengah tajuk
SM : Strata Melihat , : B = bawah, M = menengah, A = atas
STRATA
NO JENIS SM
I II III IV TAJUK V TAJUK
1 Spizaetus cirrhatus 1 3A A
2 Argusianus argus 1 B
3 Surniculus lugubris 1 2B A
4 Phaenicophaeus diardi 2 1AB 2 3AB A
Phaenicophaeus
5 4 12AB 1B A
Chlorophaeus
6 Phaenicophaeus curvirostris 1 2AB A
7 Harpectes duvaucelii 1 M
8 Nyctyornis amictus 1 2B A
9 Anorrhinus galeritus 10 123AB A
10 Aceros undulatus 2 2A A
11 Buceros rhinoceros 5 12A A
12 Megalaima mystacophanos 1 3B A
13 Picus miniaceus 1 14 batang A
14 Blythipicus rubiginosus 2 4 A
15 Eurylaimus ochromalus 2 23AB A
16 Calyptomena viridis 1 2AB A
17 Pitta guajana 1 B
18 Hemipus picatus 1 2A A
19 Coracina larvata 1 1B A
20 Pericrocotus flammeus 3 1AB A
21 Aegithina viridissima 2 2A A
22 Chloropsis cyanopogon 2 1AB 1 2A A
23 Chloropsis cochinchinensi 1 3B A
24 Pycnonotus atriceps 1 2B A
25 Pycnonotus simplex 19 123AB A
26 Alophoixus bres 1 2A A
27 Tricholestes criniger 2 3AB A
28 Ixos malaccensis 4 23AB 2A A
29 Irena puella 3 3AB A
30 Malacopteron magnum 1 3AB A
31 Orthotomus ruficeps 1 2A A
32 Orthotomus sericeus 3 M
33 Orthotomus sericeus 3 3AB A
34 Rhinomyias umbratilis 4 3AB A
35 Muscicapa daurica 2 2A A
36 Eumyias indigo 3 3AB A
37 Culicicapa ceylonensis 3 3AB A
38 Rhipidura perlata 4 2AB A
39 Rhipidura perlata 3 2AB A
40 Rhipidura javanica 5 2AB A
41 Philentoma pyrhopterum 3 23AB A
42 Tersiphone paradisi 1 2B A
43 Hypogrammahypogrammicum 1 3A A
44 Dicaeum trigonostigma 1 2 3A 2 3A A
Keterangan
Strata : I = Strata I (0.00-0.15 m), II = Strata II (0.15-1.8), III = Strata III (1.8-4.5 m), IV = Strata IV (4.5-15 m), V = Strata V
(> 15 m)
Tajuk : 1 = Tajuk bagian atas; 2 = Tajuk bagian tengah; 3 = tajuk bagian bawah; 4 = batang pohon;
A = Tepi tajuk; B = Tengah tajuk
SM : Strata Melihat , : B = bawah, M = menengah, A = atas
Lampiran 10c. Tingkat penggunaan tajuk sebagai habitat burung di JL 1
STRATA
NO TAJUK SM
I II III IV TAJUK V TAJUK
1 Treron olax 6 23AB A
2 Treron capellei 4 2AB A
3 Ducula aena 1 23AB A
4 Surniculus lugubris 1 3A A
5 Phaenicophaeus Chlorophaeus 3 23AB A
6 Phaenicophaeus javanicus 1 3A A
7 Phaenicophaeus curvirostris 1 1 1B MA
8 Centropus sinensis 1 B
9 Nyctyornis amictus 3 2A A
10 Anorrhinus galeritus 6 1AB A
11 Megalaima chrysopogon 1 M
12 Megalaima rafflesii 1 3B A
13 Megalaima mystacophanos 2 M
14 Calorhamphus fuliginosus 1 M
15 Sasia abnormis 1 3B A
16 Meiglyptes tristis 1 2B A
17 Dendrocopos moluccensis 1 M
18 Eurylaimus ochromalus 1 2 3AB MA
19 Pericrocotus flammeus 2 6 23AB MA
20 Aegithina viridissima 4 4 2AB MA
21 Chloropsis cyanopogon 3 23AB A
22 Chloropsis sonneratii 2 2AB A
23 Pycnonotus melanoleucos 2 M
24 Pycnonotus goiavier 28 2 2AB MA
25 Pycnonotus simplex 7 8 2AB 2AB MA
26 Pycnonotus brunneus 2 1 2A MA
27 Pycnonotus erythrophthalmos 2 M
28 Iole olivacea 1 M
29 Dicrurus aeneus 3 2 3AB MA
30 Dicrurus paradiseus 3 3A A
31 Irena puella 3 2 2AB MA
32 Corvus corvina 8 12AB A
33 Corvus macrorhynchos 2 1A A
34 Malacopteron cinereum 1 M
35 Malacopteron magnum 2 M
36 Stachyris maculata 1 M
37 Stachyris nigricollis 3 M
38 Macronous gularis 2 M
39 Copsychus saularis 2 3B A
40 Orthotomus atrogularis 5 M
41 Orthotomus ruficeps 7 B
42 Prinia flaviventris 7 B
43 Rhipidura javanica 2 B
44 Gracula religiosa 4 2B A
45 Anthreptes simplex 2 2AB A
46 Anthreptes singalensis 2 1 2B MA
47 Arachnothera longirostra 7 BM
48 Arachnothera robusta 1 M
49 Prionochilus thoracius 3 M
50 Prionochilus maculata 1 M
51 Prionochilus xanthopygius 1 M
52 Prionochilus percussus 1 M
53 Dicaeum chrysorrheum 2 M
54 Dicaeum trigonostigma 3 9 6 123AB 2 1A BMA
55 Lonchura fuscans 11 13 7 BM
Keterangan
Strata : I = Strata I (0.00-0.15 m), II = Strata II (0.15-1.8), III = Strata III (1.8-4.5 m), IV = Strata IV (4.5-15 m), V = Strata V
(> 15 m)
Tajuk : 1 = Tajuk bagian atas; 2 = Tajuk bagian tengah; 3 = tajuk bagian bawah; 4 = batang pohon;
A = Tepi tajuk; B = Tengah tajuk
SM : Strata Melihat , : B = bawah, M = menengah, A = atas
STRATA
NO JENIS SM
I II III IV TAJUK V TAJUK
1 Spilornis cheela 1 1A A
2 Megalaima mystacophanos 1 2 2A MA
3 Megalaima australis 1 M
4 Calorhamphus fuliginosus 1 M
5 Sasia abnormis 1 B
6 Cymbirhynchus macrorhynchos 1 M
7 Eurylaimus ochromalus 1 3A A
8 Hemipus picatus 2 M
9 Pericrocotus ignaeus 2 3AB A
10 Chloropsis cochinchinensi 1 1A A
11 Pycnonotus goiavier 9 5 2A MA
12 Pycnonotus simplex 8 2 3A MA
13 Dicrurus aeneus 2 M
14 Oriolus xanthonotus 1 2A A
15 Malacopteron magnum 2 B
16 Stachyris maculata 3 3 BM
17 Macronous gularis 2 4 4 BM
18 Copsychus saularis 2 2A A
19 Orthotomus atrogularis 3 M
20 Orthotomus ruficeps 2 4 BM
21 Orthotomus sericeus 1 2 BM
22 Prinia flaviventris 1 4 3 BM
23 Lanius cristatus 2 2A A
24 Anthreptes simplex 2 M
25 Anthreptes singalensis 2 M
26 Arachnothera longirostra 3 M
27 Arachnothera robusta 1 M
28 Prionochilus xanthopygius 3 M
29 Prionochilus percussus 1 M
30 Dicaeum trigonostigma 3 8 6 3A BMA
31 Lonchura fuscans 8 12 5 BM
Keterangan
Strata : I = Strata I (0.00-0.15 m), II = Strata II (0.15-1.8), III = Strata III (1.8-4.5 m), IV = Strata IV (4.5-15 m), V = Strata V
(> 15 m)
Tajuk : 1 = Tajuk bagian atas; 2 = Tajuk bagian tengah; 3 = tajuk bagian bawah; 4 = batang pohon;
A = Tepi tajuk; B = Tengah tajuk
SM : Strata Melihat , : B = bawah, M = menengah, A = atas
Lampiran 10e. Tingkat penggunaan tajuk sebagai habitat burung di SU 1
STRATA
NO JENIS SM
I II III IV TAJUK V TAJUK
1 Treron capellei 2 1AB A
2 Phaenicophaeus Chlorophaeus 4 123AB A
3 Phaenicophaeus curvirostris 1 1AB A
4 Harpectes duvaucelii 1 1 2A MA
5 Ceyx rufidorsa 1 B
6 Sasia abnormis 1 1 2 BM
7 Picus puniceus 1 4 A
8 Dinopium javanense 1 4 A
9 Eurylaimus javanicus 1 M
10 Eurylaimus ochromalus 1 3A A
11 Pericrocotus ignaeus 8 12AB A
12 Pycnonotus melanoleucos 1 2A A
13 Pycnonotus atriceps 1 3A A
14 Pycnonotus simplex 9 4 2AB MA
15 Alophoixus ochraceus 2 3AB A
16 Alophoixus bres 1 M
17 Iole olivacea 1 3 23AB MA
18 Dicrurus annectans 3 23AB A
19 Dicrurus aeneus 2 3A A
20 Dicrurus paradiseus 3 23A A
21 Irena puella 6 2AB A
22 Platylophus galericulatus 2 M
23 Platysmurus leucopterus 1 1A A
24 Sitta frontalis 1 3AB A
25 Trichastoma bicolor 1 B
26 Malacopteron magnirostre 1 M
27 Malacopteron cinereum 3 M
28 Copsychus saularis 1 2AB A
29 Orthotomus atrogularis 2 M
30 Orthotomus ruficeps 2 M
31 Muscicapa daurica 2 3A A
32 Rhipidura perlata 1 M
33 Hypothymis azurea 1 B
34 Philentoma pyrhopterum 1 3A A
35 Tersiphone paradisi 1 1 2A MA
36 Arachnothera longirostra 7 M
37 Arachnothera flavigaster 1 M
38 Arachnothera flavigaster 1 1A A
39 Arachnothera affinis 1 2AB A
40 Prionochilus xanthopygius 4 1 2A MA
41 Dicaeum trigonostigma 2 M
Keterangan
Strata : I = Strata I (0.00-0.15 m), II = Strata II (0.15-1.8), III = Strata III (1.8-4.5 m), IV = Strata IV (4.5-15 m), V = Strata V
(> 15 m)
Tajuk : 1 = Tajuk bagian atas; 2 = Tajuk bagian tengah; 3 = tajuk bagian bawah; 4 = batang pohon;
A = Tepi tajuk; B = Tengah tajuk
SM : Strata Melihat , : B = bawah, M = menengah, A = atas
Lampiran 10f. Tingkat penggunaan tajuk sebagai habitat burung di SU 2
STRATA
NO JENIS SM
I II III IV TAJUK V TAJUK
1 Lophura ignita 3 B
2 Centropus rectunguis 1 2AB A
3 Centropus sinensis 2 3B A
4 Centropus bengalensis 1 M
5 Hemiprocne comata 7 13AB A
6 Harpectes kasumba 2 23AB A
7 Harpectes diardii 1 2A A
8 Alcedo meninting 1 M
9 Alcedo euryzona 2 M
10 Ceyx erithacus 2 M
11 Pelargopsis capensis 1 M
12 Nyctyornis amictus 2 2AB A
13 Cymbirhynchus macrorhynchos 3 23AB A
14 Calyptomena viridis 1 M
15 Pericrocotus ignaeus 2 2A A
16 Pycnonotus atriceps 5 2AB A
17 Pycnonotus eutilotus 2 3AB A
18 Pycnonotus simplex 4 10 123AB MA
19 Pycnonotus brunneus 4 2 23AB MA
20 Pycnonotus erythrophthalmos 1 4 23A MA
21 Alophoixus ochraceus 3 2AB A
22 Dicrurus annectans 3 2AB A
23 Oriolus xanthonotus 2 2AB A
24 Irena puella 2 1 2B MA
25 Trichastoma rostratum 1 M
26 Macronous gularis 1 M
27 Macronous gularis 1 B
28 Orthotomus atrogularis 3 M
29 Orthotomus ruficeps 3 4 23A MA
30 Muscicapa daurica 2 M
31 Hypothymis azurea 1 M
32 Tersiphone paradisi 1 2A A
33 Motacilla cinerea 6 B
34 Gracula religiosa 1 2B A
35 Anthreptes simplex 1 M
36 Anthreptes singalensis 2 M
37 Arachnothera longirostra 1 3B A
38 Arachnothera robusta 2 1A A
39 Prionochilus xanthopygius 1 1 2A MA
40 Dicaeum trigonostigma 11 123AB A
41 Lonchura fuscans 2 B
Keterangan
Strata : I = Strata I (0.00-0.15 m), II = Strata II (0.15-1.8), III = Strata III (1.8-4.5 m), IV = Strata IV (4.5-15 m), V = Strata V
(> 15 m)
Tajuk : 1 = Tajuk bagian atas; 2 = Tajuk bagian tengah; 3 = tajuk bagian bawah; 4 = batang pohon;
A = Tepi tajuk; B = Tengah tajuk
SM : Strata Melihat , : B = bawah, M = menengah, A = atas
Lampiran 11. Tingkat penggunaan vegetasi oleh burung di tiap tipe habitat pada pengamatan
pagi dan sore hari.
HT1
NO JENIS VEGETASI NAMA LATIN ∑ JENIS BURUNG Ft (%)
Pohon
1 Bengalun Mischocarpus pentapetalus 2 1.3
2 Buno Santiria griffithii 4 2.7
3 Buno jerapi 1 0.7
4 Delekui 4 2.7
5 Emparai 1 0.7
6 Ara Ficus sp 13 8.7
7 Katan Canarium megalanthum 2 1.3
8 Kayu balik 1 0.7
9 Keramu Dacryods rostrata 3 2.0
10 Kuisip Glochidion sericeum 2 1.3
11 Lami 1 0.7
12 Losususungsakan Nauclea officinalis 8 5.3
13 Luwing 3 2.0
14 Nangsang Macaranga sp 1 0.7
15 Malayombatn 3 2.0
16 Malomonu 2 1.3
17 Mangkolato 1 0.7
18 Mansowani 1 0.7
19 Mantomis 1 0.7
20 Maromintu 1 0.7
21 Marunjala 13 8.7
22 Medang Actinodaphne glabra 1 0.7
23 Meliwe 3 2.0
24 Tungkuis 1 0.7
25 Tekaler Quercus argentata 2 1.3
26 Meranti Shorea sp 1 0.7
Non pohon
27 Perdu 3 2.0
28 Semak belukar 12 8.0
HT2
NO JENIS VEGETASI NAMA LATIN ∑ JENIS BURUNG Ft (%)
Pohon
1 Balangkoing bitik 2 1.3
2 Bekokal bawo 1 0.7
3 Biwan 1 0.7
4 Buno Santiria griffithii 1 0.7
5 Buno jerapi 2 1.3
6 Damar Agathis sp 1 0.7
7 Doyun 3 2.0
8 Duku 2 1.3
9 Emparai 1 0.7
10 Ara Ficus sp 3 2.0
11 Katan Canarium megalanthum 1 0.7
12 Kayu otak 1 0.7
13 Keruing 1 0.7
14 Luwing 2 1.3
15 Nangsang Macaranga sp 1 0.7
16 Malomonu 1 0.7
17 Mantomias 1 0.7
18 Maromintu 3 2.0
19 Marumpetak 1 0.7
20 Marunjala 3 2.0
21 Medang Actinodaphne glabra 1 0.7
22 Meliwe 1 0.7
23 Meranti Shorea sp 15 10.0
24 Misepon Quercus gaharuensis 1 0.7
25 Natu Palaquium sp 3 2.0
26 Rambutan hutan Nephelium sp 1 0.7
27 Tekaler Quercus argentata 1 0.7
28 Waru Hibiscus alba 1 0.7
Non pohon
29 Semak belukar 2 1.3
JL1
NO JENIS VEGETASI NAMA LATIN ∑ JENIS BURUNG Ft (%)
Pohon
1 Bangris Koompassia exelsa 4 2.7
2 Bayur Pterospermum javanicum 2 1.3
3 Kenanga Cananga odorata 3 2.0
4 Losususungsakan Nauclea officinalis 1 0.7
5 Nangsang Macaranga sp 15 10.0
6 Malomonu 2 1.3
7 Nangka Artocarpus heterophylus 12 8.0
8 Pete Parkia sp 2 1.3
9 Rambutan Nephelium sp 4 2.7
10 Waru Hibiscus alba 3 2.0
11 Sungkai Peronema canescens 11 7.3
12 Tepus 1 0.7
Non pohon
13 Semak belukar 15 10.0
14 Pisang Musa sp 5 3.3
15 Ketela 6 4.0
JL2
NO JENIS VEGETASI NAMA LATIN ∑ JENIS BURUNG Ft (%)
Pohon
1 Durian Durio sp 2 1.3
2 Jambu Eugene sp 1 0.7
3 Nangsang Macaranga sp 2 1.3
4 Nangka Artocarpus heterophylus 2 1.3
5 Rambutan Nephelium sp 1 0.7
6 Saga Adenanthera sp 4 2.7
7 Walur 1 0.7
8 Waru Hibiscus alba 7 4.7
9 Sungkai Peronema canescens 8 5.3
Non pohon
10 Pisang Musa sp 6 4.0
11 Semak belukar 15 10.0
12 Ketela Manihot utilissima 3 2.0
SU1
NO JENIS VEGETASI NAMA LATIN ∑ JENIS BURUNG Ft (%)
Pohon
1 Benuang Octomeles sumatrana 1 0.7
2 Biwan 4 2.7
3 Delewe 1 0.7
4 Ara Ficus sp 1 0.7
5 Lendoyung Trema tomentosa 1 0.7
6 Lenganyut 1 0.7
7 Nangsang Macaranga sp 10 6.7
8 Marumpetak 1 0.7
9 Marunjala 1 0.7
10 Mayas Duabanga moluccana 9 6.0
11 Medang Actinodaphne glabra 4 2.7
12 Pohon to Anthocephalus chinensis 2 1.3
13 Semak belukar 12 8.0
14 Sungkai Peronema canescens 1 0.7
15 Temba 2 1.3
Non pohon
16 Pakis 1 0.7
17 Rotan 4 2.7
18 Bambu Bambusa sp 3 2.0
19 Tepus 2 1.3
20 Tumb. merambat 1 0.7
SU2
NO JENIS VEGETASI NAMA LATIN ∑ JENIS BURUNG Ft (%)
Pohon
Bangris Koompassia exelsa 1 0.7
Bekokal danum 8 5.3
Biwan 2 1.3
Duku 2 1.3
Ensipang 2 1.3
Ara Ficus sp 4 2.7
Lami 8 5.3
Lendoyung Trema tomentosa 5 3.3
Nangsang Macaranga sp 3 2.0
Mayas Duabanga moluccana 4 2.7
Nangka Artocarpus heterophylus 1 0.7
Pete Parkia sp 1 0.7
Rambutan Nephelium sp 2 1.3
Tarap 1 0.7
Non pohon
Semak belukar 8 5.3
Bambu Bambusa sp 4 2.7
Aren Arenga sp 1 0.7
Tepus 1 0.7
Tumb merambat 4 2.7
Keterangan :Ft = Persen penggunaan habitat (jumlah jenis yang menggunakan vegetasi dibagi total jenis burung
yang ditemukan)
Lampiran 12. Lokasi Pengamatan di Hutan Lindung Gunung Lumut Kalimantan Timur
130