Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
Lili Tahli, Siti Rochani, Nuryadi Saleh, Siti Naeni,
Abdullah, Leni Sulistiani, Fifit Fitria, Yayan Sofyan, Pipih Hanapiah
2010
I. PENDAHULUAN
1.1 .Latar belakang
Dalam rangka menunjang terwujudnya prototipe pengolahan emas dengan
sianidasi dan CIL adsorption di Sentra Percontohan Pengolahan Mineral Cipatat ,
pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara bertahap sejak 2007 berupa
pelaksanaan konstruksi bangunan. Pada 2008 dan 2009 merupakan
pelaksanaan konstruksi peralatan, sedangkan di 2010 berupa setting individu
peralatan terpasang dan setting sesuai aliran material, pengadaan bahan baku
bijih emas dan karakterisasi serta uji sianidasi pendahuluan secara batch,
pembuatan dan pemasangan peralatan penunjang serta pemasangan peralatan
tambahan dari pengadaan TA.2010. Pada 2011 direncanakan masih melengkapi
alat ellution column dan bila semua peralatan yang direncanakan sudah lengkap
langsung akan dilaksanakan uji proses sianidasi dan CIL adsorption secara
kontinu. Rencana ke depannya akan dilanjutkan dengan program-program
sosialisasi teknologi pengolahan emas dan aplikasi proses. Peralatan yang
dipasang pada TA.2010 yaitu peralatan yang sangat menunjang untuk kelancaran
proses sianidasi dan CIL adsorption. Peralatan tersebut adalah electrowinning,
cyanide destruction, tangki reagen NaCN, pH meter, densitometer dan pompa
karbon aktif.
Pengambilan bahan baku bijih emas untuk keperluan uji coba sianidasi tahap
pendahuluan diambil dari lokasi PT. Golden Pricindo, Ciemas-Sukabumi yang
berkadar rata-rata Au = 8,15 g/t, Ag= 16,70 g/t. Uji coba sianidasi tahap
pendahuluan yang dilakukan secara batch menghasilkan % ekstraksi tertinggi
untuk Au = 82,17 % dan Ag = 45,28 %. Perolehan tersebut dihasilkan dari kondisi
% padata = 25%, NaCN = 0,10 %, pH = 10,5, waktu kontak = 30 jam, ukuran feed
= -200 mesh. Kondisi proses sianidasi yang dicapai selanjutnya akan diterapkan
pada uji proses sianidasi dan CIL adsorption cara kontinu yang direncanakan
dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2011. Hasil seluruh kegiatan ini akan
disosialisasikan terhadap masyarakat tambang terutama perusahaan-perusahaan
skala kecil dan menengah dalam rangka menjembatani usaha peningkatan
recovery dan kapasitas produksinya, sedangkan untuk perusahaan skala besar
1
bisa bermanfaat untuk penelitian dalam rangka penanganan problem proses serta
bisa juga untuk rencana development penambangannya.
Metoda pengolahan emas yang saat ini banyak tersebar diterapkan di wilayah
Indonesia masih berkisar dengan metoda amalgamasi dan konsentrasi gravity,
dimana dengan metoda tersebut recovery emas masih rendah berkisar antara 50
% - 80 %, disamping itu pencemaran lingkungan masih susah terkendalikan. Oleh
karena itu dalam rangka mengefektifkan proses pengolahan emas akan dicoba
mengembangkan metoda sianidasi dan CIL adsorption untuk tujuan ikut berperan
serta dalam menangani masalah pada penambangan-penambangan emas skala
kecil sampai menengah. Di samping untuk ke arah UKM juga usaha
pertambangan emas skala besar yaitu untuk menjembatani dalam hal
penanganan permasalahan proses (throuble solving) yang timbul selama proses
produksi berjalan dan bisa juga untuk uji proses bijih emas dari berbagai lokasi
eksplorasi sehingga bisa dijadikan pegangan untuk pengembangan
(development) penambangannya, sehingga dengan terwujudnya pilot plant
pengolahan emas bisa bermanfaat secara nyata untuk usaha- usaha
pertambangan emas. Pembangunan pilot pLant dengan cara sianidasi dan CIL
Adsorption dikembangkan untuk pengenalan terhadap usaha-usaha
pertambangan emas skala kecil dan menengah dalam rangka meningkatkan
recovery dan kapasitas produksi sehingga terwujud usaha pertambangan emas
yang maju dan ramah lingkungan.
Pembangunan pilot plant pengolahan emas dengan sianidasi dan CIL adsorption
yang dilaksanakan secara bertahap mulai dari pembangunan fisik gedung pada
2007, pengadaan dan pemasangan peralatan serta sarana dan prasarana
penunjang sampai dengan 2010, secara keseluruhan peralatan yang diperlukan
untuk proses sianidasi kontinu belum lengkap dan baru bisa dilakukan uji tahap
pendahuluan secara batch. Ditargetkan pada 2011 seluruh perangkat peralatan
sudah lengkap sesuai dengan yang direncanakan serta bisa melakukan
pengujian-pengujian proses sianidasi dan CIL adsorption secara kontinu.
2
1.3.Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan pembangunan pilot plant pengolahan emas dengan cara
sianidasi dan CIL adsorption di Sentra Percontohan Pengolahan Mineral di Cipatat
Tahun Anggaran 2010 meliputi:
- pembuatan dan pemasangan peralatan pendukung;
- setting individu peralatan dan setting peralatan sesuai aliran material;
- pengadaan bahan baku dan karakterisasi bijih emas;
- uji coba proses sianidasi pendahuluan secara batch;
- pemasangan peralatan tambahan dari pengadaan Tahun Anggaran 2010;
- pembuatan laporan.
Matriks pembangunan pilot plant pengolahan emas dengan proses sianidasi dan
CIL adsorption mulai TA. 2007 sampai dengan 2011 seperti terlihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1. : Matriks pembangunan pilot plant pengolahan emas
2007 2008 2009 2010 2011
- Pemasangan per-
alatan tambahan:
- Penyelesaian
elektrowinning,
pembangun an
cyanide dectrution,
gedung pilot plant
tangki reangen NaCN,
pengolahan emas
pompa NaCN, pompa
- Pemasangan
karbon aktif
sebagian peralatan :
- Pembuatan dan
tangki sianidasi 2
pemasangan per- - Pemasanganperalatan
buah, tangki carbon
alatan penunjang: tambahan ellution
adsorption 5 buah,
Pemasangan sebagian corong produk jaw column
pembuatan fondasi
peralatan : jaw crusher, crusher, launder - Uji Kontinu sianidasi
pompa pasir,
belt conveyor, cone produk screen, screen dan CIL adsorption
pemasangan crucible
Pembangunan crusher (pengadaan ball mill, sump ball - Sosialisasi teknologi
furnace, pemasangan
sebagian gedung pilot TA.2006), ball mill, mill, dudukan panel pengolahan emas
electromotor tangki
plant pengolahan hidrocyclone, vibrating ball mill dan cone dengan cara sianidasi
sianidasi,
emas screen, kompressor, crusher, pipa aliran dan CIL adsorption
pemasangan
pompa pasir dan material dari sump ke - Mempelajari kendala
electromotor tangki
thickener serta instalasi hidrocyclone dan proses pada usaha-
carbon adsorption,
listrik tangki sianidasi. usaha pertambangan
pemasangan impeller
- setting per individu emas skala besar
tangki sianidasi dan
peralatan. untuk diteliti di pilot
tangki carbon
- setting peralatan plant.
adsorption,
sesuai aliran material.
pembuatan launder
- pengambilan bahan
dari tangki 1 sampai
baku bijih emas dan
tangki 7 serta
karakterisasi.
pembuatan anjungan
- uji sianidasi tahap
kontrol
pendahuluan secara
batch
3
1.4. Maksud dan Tujuan
1.5. Sasaran
4
Gambar.1.1. Peta lokasi pilot plant Cipatat
5
2.1. Tinjauan umum
Cebakan bijih emas saat ini di wilayah Indonesia pada umumnya sudah berkadar
rendah antara 5-10 g/t. Cebakan berkadar tinggi berada pada lokasi-lokasi
tertentu dan memerlukan sistim penambangan yang selektif. Pengolahan bijih
emas kadar rendah dan berukuran halus perlu memilih metode proses yang tepat
seperti flotasi atau sianidasi. Apabila bijih emas berkadar tinggi serta berukuran
kasar bisa memakai metode proses yang sederhana seperti amalgamasi,
konsentrasi gravity atau secara keseluruhan bisa memakai kombinasi mrtode-
metode tersebut di atas.
6
panel ball mill dan cone crusher serta pipa aliran material. Kegunaan peralatan-
peralatan tersebut yaitu:
a. Electrowinning
Kegunaan alat ini adalah untuk menangkap logam emas dan perak dari larutan
kaya dengan media arus listrik (anoda dan katoda). Emas yang tertangkap pada
katoda berupa cake untuk dilanjutkan ke proses peleburan.
b. Cyanide destruction
Berguna sebagai alat penghancur sianida (CN_) dari tailing sianidasi setelah
melalui proses tailing treatment pada alat thickener, sehingga sianida yang
terdapat pada limbah cair (overflow thickener) dapat dihancurkan dengan
penambahan beberapa jenis reagen kimia sampai didapat limbah cair dengan
kandungan sianida relatif kecil. Limbah cair tersebut di alirkan ke decant pond
untuk di-treatment kembali sampai didapat limbah cair yang memenuhi syarat
untuk dilepas ke sungai bebas.
f. pH meter
7
Alat untuk mengukur pH larutan selama proses sianidasi berlangsung,
pengukuran pH dilakukan secara periodik satu jam sekali untuk mendapatkan
kondisi pH yang stabil antara 10 – 12 .
g. Densitometer
Untuk mengukur densitas dari larutan selama proses sianidasi yang diukur setiap
satu jam sekali.
8
pipa pada alat hidrocyclone, over hidrocyclone ke dalam tangki pelarutan dan
underflow-nya di kembalikan lagi ke dalam ball mill.
2.2. Teori
Untuk membantu pemahaman teori proses dari rangkaian pengolahan bijih emas
dengan sianidasi dan CIL adsorption yang akan diterapkan di Sentra Percontohan
Pengolahan Mineral – Cipatat akan diutarakan mengenai prinsip-prinsip:
- sianidasi;
- carbon in leach (CIL);
- adsorpsi;
- desorpsi.
a. Sianidasi
Menurut Habashi1) , pengolahan bijih emas dengan cara sianidasi adalah salah
satu cara untuk mengekstraksi logam emas dan perak dengan metode pelarutan.
Keunggulan cara sianidasi ini adalah dapat mengekstraksi logam emas yang
berkadar rendah karena kemampuannya yang lebih baik dalam penetrasi pelarut
sianida melalui padatan, sehingga kontak dengan logam emas dan perak
diharapkan akan lebih baik. Dalam proses sianidasi, logam emas dan perak
dilarutkan sebagai senyawa kompleks Au(CN)2- dan Ag(CN)2- dalam larutan
sianida.
Secara umum persamaan reaksi untuk pelarutan emas dan perak dalam larutan
sianida dapat ditulis sebagai berikut :
4 Au + 8 CN- + O2 + 2H2O 4 Au(CN)-2 + 4 OH ................ (1)
Go = -96,20 kkal
9
Reaksi pelarutan emas dalam larutan sianida merupakan reaksi redoks.
Mekanisme reaksinya dapat digambarkan dengan suatu skema sel elektrokimia,
(gambar 2.1) dengan reaksi sebagai berikut :
Reaksi pada anoda :
2Au 2Au+ + 2e- .................. (3)
2Au+ + 4 CN- 2Au(CN)-2 ………….. (4)
Pada daerah katodik terjadi reaksi reduksi oksigen menjadi hidrogen peroksida,
sedangkan pada daerah anodik terjadi reaksi oksida Au dan pembentukan kation
kompleks emas-sianida.
Gambar 2.1.
Skema pelarutan emas dalam larutan sinidasi
Salah satu metode pengambilan emas dari larutan kaya yang cukup dikenal yaitu
proses dengan menggunakan karbon aktif. Karbon aktif merupakan material
yang berongga (Porus) dan mempunyai sifat absorpsi yang baik. Emas (Au)
10
dalam bentuk kompleks dengan klorida dan sianida dapat diabsorpsi oleh karbon
aktif. Menurut Muir6,7) dari larutan yang mempunyai konsentrasi emas rendah (10
ppm) karbon aktif mampu menyerap emas sebanyak 9,995 ppm selama waktu 24
jam. Selain emas dan perak karbon aktif juga menyerap ion-ion yang lain tetapi
tidak sebanyak emas dan perak. Recovery emas yang berasal dari larutan kaya
dengan menggunakan karbon (bentuk granular) telah banyak dipakai secara
industri seperti pada carbon in leach karbon aktif ditambahkan pada ore slurry di
dalam tangki leaching dan diikuti absorpsi emas dari larutan kaya (Lihat Gambar
2.2.)
Gambar 2.2
Skema ekstraksi emas dan perak dengan carbon in leach
11
dilengkapi sebuah sistem pengangkat verticalair lift dan sebuah saluran (launder)
beserta pengayak yang terletak di antara masing-masing tangki.
Pada awal operasinya lumpur yang berasal dari sirkulasi penggerusan, setelah
mengalami pengkondisian awal dimasukkan ke dalam tangki pertama dan tangki
ke dua, sedangkan lima tangki yang lain digunakan untuk proses adsorpsi yang
diisi karbon aktif melalui tangki tujuh mengalir menuju tangi enam, lima, empat dan
tangki tiga menggunakan fasilitas pompa pada tiap tangki sehingga terjadi aliran
berlawanan antara aliran lumpur (slurry) dengan aliran karbon aktif (counter
current). Di dalam tangki pertama dan kedua terjadi proses sianidasi, selanjutnya
lumpur mengalir secara gravitasi ke dalam tangki tiga, empat, lima, enam dan
tangki tujuh. Di dalam tangki tiga, empat, lima, enam dan tujuh ini terjadi proses
sianidasi dan adsorption secara bersama-sama. Kemudian setelah sianidasi dan
adsorpsinya berlangsung beberapa lama, lumpur dan karbon aktif dari tangki tiga
dipompa dan dipisahkan dengan screen. Lumpurnya dialirkan ke arah thickener
yang sudah merupakan lumpur miskin untuk dipisah sebagai limbah cair dan
limbah padat untuk selanjutnya dilakukan degradasi sianida , sedangkan karbon
aktifnya dialirkan ke ellution column untuk proses penangkapan logam emas dari
larutan kaya dengan alat electrowining sampai didapat cake yang akan dilebur
menjadi bullion. Karbon aktif di aktifasi kembali (regenarasi) menjadi press carbon
untuk digunakan kembali pada proses sianidasi.
c. Adsorpsi
Emas dan perak yang dapat di adsorpsi berbentuk ion Au(CN)2- dan Ag(CN)2- .
Terjadinya adsorpsi dimulai dengan adanya kontak antara permukaan karbon aktif
dengan ion emas-perak. Mekanisme adsorpsi ion Au(CN)2- atau ion Ag(CN)2-
pada permukaan karbon aktif sampai saat ini belum ada teori yang dapat
menjelaskan secara pasti, karena sifat kimia permukaan karbon aktif sampai saat
ini masih belum jelas. Namun demikian ada beberapa teori yang diketahui dan
yang berhubungan dengan adsorpsi suatu molekul atau ion pada permukaan
karbon aktif, walaupun satu dengan lainnya masih saling bertentangan. Teori-teori
tersebut antara lain:
- Teori Adsorpsi Fisik
12
Teori ini menerangkan adsorpsi suatu zat pada permukaan karbon aktif
dipengaruhi oleh gaya Van der Waals dan zat yang diadsorpsi berupa suatu
molekul. Proses adsorpsi zat organik dari suatu larutan pada permukaan
karbon aktif juga mengikuti teori ini. Menurut Smisek(8) adsorpsi ion Ag(CN)2-
dari larutan pada karbon aktif juga bersifat adsorpsi fisik. Ag(CN)2- yang
menempel pada permukaan karbon aktif membentuk suatu lapisan tunggal
(monolayer).
13
dari ion yang menempel di permukaan karbon aktif dengan ion yang ada
pada larutan ruah.
pengaruh tekanan dan temperatur yang tinggi dalam proses ini adalah
memperkecil ukuran tempat desorpsi serta mengurangi jumlah reagen yang
14
dibutuhkan. Meskipun demikian, tekanan dan temperatur yang tinggi ini
menyulitkan pengoperasiannya.
Selain ke empat proses tersebut di atas dikenal juga cara desorpsi lainnya seperti
proses Murdoch dan Duval yang merupakan hasil pengembangan ke empat
proses di atas. Dalam industri pengolahan bijih emas dan perak proses desorpsi
yang digunakan sering tidak mengikuti cara-cara seperti di atas misalnya untuk
proses Zadra atmosfer dioperasikan bukan pada tekanan atmosfer tetapi pada
tekanan 100 kN/m2.. Sebagai gambaran kondisi operasi beberapa proses desorpsi
yang banyak digunakan dalam ekstraksi logam emas dan perak dapat dilihat pada
Table 2.1.
TABEL 2.1
BEBERAPA PROSEDUR KONDISI OPERASI DESORPSI KONTINU
Prosedur Peredaman Larutan pendesorpsi Suhu(oC) Laju alir Waktu(jam)
Tekanan(kPa
(v.k/jam)
)
Zadra tanpa 1 % NaOH,0,1 % NaCN 85,95,135 100- 500 16 7- 30
AARL 5%NaOH, air 110 200 2 6,8
1%NaCN
40%AN/H2O,1%NaCN,0 25 100 3,2 6,2
15
Murdock 80% AN/H2O ,2%NaOH
Duval tanpa 10-20% etanol/H2O 80 100 2,0 6-10
1% NaOH, 0,2%NaCN
v.k = volume kolom
AN =acetonitrile
16
- pemberian pelumas (olie dan stempet) tiap-tiap alat;
- uji individu peralatan.
3.4. Pemasangan Panel Listrik Alat Cone Crusher dan Panel Ball Mill
Panel listrik alat cone crusher dan ball mill berukuran besar yang perlu dipasang
tersendiri dan pada posisi yang aman, tahapan pekerjaannya:
- pengadaan bahan;
- penentuan tempat pemasangan panel;
- pembuatan beton dudukan panel;
- pemasangan panel;
- uji coba fungsi panel sebagai penggerak alat cone crusher dan ball mill.
Pengambilan bahan baku bijih emas dilakukan untuk ketersediaan bahan baku
keperluan uji proses sianidasi yang meliputi :
- pertemuan dengan pemilik KP PT. Golden Pricindo Ciemas;
- penentuan lokasi pengambilan bijih emas;
- penggalian dan pengambilan bahan baku bijih emas;
17
- sortir dan pemecahan bijih emas;
- pengepakan dan pengangkutan bahan baku bijih emas ke pilot plant Cipatat;
- karakterisasi bijih emas untuk mengetahui kadar asal bijih emas.
Uji coba sianidasi tahap pendahuluan baru bisa dilakukan dengan cara batch dan
akan dilanjukan dengan cara kontinu pada 2011, kegiatannya meliputi:
- pengadaan bahan kimia;
- penentuan variabel kondisi proses;
- pengujian proses sianidasi;
- analisis produk;
- perhitungan persen ekstraksi.
18
IV. METODOLOGI
Pemasangan rangkaian peralatan untuk pilot plant pengolahan emas dengan cara
sianidasi dan CIL adsorption di lokasi Cipatat seperti terlihat pada bagan alir
proses Gambar 4.1 dan tata letak peralatan Gambar 4.2. Dengan melihat bagan
alir dan tata letak peralatan ini, akan terlihat posisi peralatan yang dipasang tahun
2010.
JAW CRUSHER
CONE CRUSHER
BALL MILL
HIDROCYCLONE under flow
over flow
TANGKI SIANIDASI(2 BUAH)
solution
TANGKI ADSORPSI(5 BUAH)
Loaded carbon
ELLUTION COLUMN barrent carbon
electrolite
ELEKTROWINNING
carbon regeneration
FILTER
cake
CRUCIBLE FURNACE PRESS CARBON
Dore bullion
PARTING
EMAS PERAK
Gamabar 4.1. : Bagan alir pengolahan emas dengan cara Sianidasi dan CIL Adsorption
4.2. Setting Individu Peralatan dan Setting Peralatan Sesuai Aliran Material
21
Setting individu peralatan memakai metode yang secara umum biasa digunakan
yaitu, pengecekan beton dudukan alat, pemasangan baud-baud pengencang,
pemasangan kelengkapan dan asesories alat, penarikan kabel dari kontaktor alat
ke panel distribusi dan uji coba kinerja alat. Setting peralatan sesuai aliran
material dikerjakan dengan cara-cara pengukuran posisi unit peralatan satu
dengan yang lainnya, sinkronisasi kerja tiap unit alat, uji coba menjalankan
seluruh unit peralatan yang dipasang, uji coba pengumpanan material mulai alat
belt conveyor.1 ke alat jaw crusher. Alirannya diteruskan secara kontinu ke alat-
alat berikutnya yaitu belt conveyor.2, cone crusher, vibrating screen, ball mill,
sump ball mill, pompa pasir, hidrocyclone sampai ke tangki sianidasi, selanjutnya
dalam beberapa periode waktu dilakukan pengamatan sinkronisasi aliran material
dari masing-masing per alatan. Sinkronisasi aliran material dari seluruh rangkaian
peralatan yang digunakan di dalam proses sianidasi dan CIL adsorption ini sangat
penting karena operasional semua peralatan yang dipakai kapasisitasnya harus
sama sehingga akan dicapai proses kontinu.
4.3. Pemasangan Panel Listrik Alat Cone Crusher dan Ball Mill
Panel cone crusher dan ball mill dimensi maupun power-nya cukup besar, panel
cone crusher dibuat dua kaki dari besi siku tinggi 1,0 m yang masing-masing
dibuat dudukan cor beton berukuran 50 cm x 50 cm x 20 cm dengan power 29,0
Kw dan ukuran panel ball mill 90 cm x 75 cm x 70 cm dengan power 18,5 Kw.
Pada kondisi tersebut perlu pemasangan dan penyimpanan terpisah dengan panel
distribusi tetapi dengan posisi mendekati alatnya untuk mempermudah
operasionalnya. Tahap kegiatannya melalui pengukuran dudukan panel,
pengecoran dudukan panel, peletakkan panel pada posisi yang tepat, setting
panel, penarikan kabel dari panel distribusi ke panel-panel alat tersebut
dilanjutkan dengan uji coba saklar dengan pergerakan alat.
22
Pengadaan bahan baku bijih emas untuk keperluan uji coba sianidasi tahap
pendahuluan berasal dari penambangan terbuka jalur II dan III di lokasi KP
PT.Golden Pricindo-Ciemas. Bahan baku diambil sebanyak 4,5 ton dengan kadar
emas rata-rata 8,15 g/t. Pengambilannya dilakukan dengan cara pengupasan
lapisan penutup, penggalian, pengambilan, pemecahan, pengarungan dan
pengangkutan, menggunakan, back hoe, cangkul, linggis, palu, pahat. Packing-
nya menggunakan karung untuk mempermudah muat dan bongkar ke dalam truk.
Karakterisasi yang dilaksanakan hanya untuk mengetahui besarnya kadar emas
dan perak saja menggunakan metode analisis fire assay.
Uji coba sianidasi tahap pendahuluan yang dilakukan di pilot plant Sentra
Percontohan Pengolahan Mineral – Cipatat dilakukan dengan cara
mengkombinasikan operasional proses crushing dan milling yang semi kontinu
dalam waktu tertentu, sampai penuhnya dua buah tangki sianidasi secara paralel.
Proses sianidasi pada masing-masing tangki dilakukan dengan cara batch, karena
sarana untuk proses sianidasi dan CIL adsorption secara kontinu belum lengkap.
Pengadaan alat tersebut direncanakan pada Tahun Anggaran 2011 terutama alat
lambada screen, bucket karbon aktif dan ellution column.
Belt conveyor.1, jaw crusher, belt conveyor.2, cone crusher, vibrating screen, ball
mill, pompa pasir, hidrocyclone dan tangki sianidasi sudah bisa dioperasikan
secara kontinu, sedangkan belt conveyor 3, tangki carbon adsorption dan cyanide
destruction kondisinya belum siap untuk dipakai proses kontinu. Belum
lengkapnya kondisi rangkaian seluruh peralatan yang diperlukan, uji coba
sianidasi hanya bisa dilakukan dengan cara batch. Uji coba tersebut dilakukan
pada kondisi:
- cyanide strength = 0,10 %;
- waktu kontak = 15, 20,25 dan 30 jam (variasi);
- ukuran butiran umpan = -200 mesh (92 %);
- persen padatan = 25 %;
- pH =10,5;
23
- temperatur = temperatur kamar;
- volume tangki =1,8 m3 x 0,8 = 1,44 m3;
- jumlah umpan = 1,44 x 0,25 x 1,5=0,54 ton;
= 540 kg.
Tabel 4.1
Data peralatan yang dipasang memakai dudukan beton
24
- Diameter : 50,0 cm 1 Unit
- Tinggi : 60,0 cm
- Motor impeller: 1 hp
- Bahan : Flat SS 3 mm
- Outlet : 0,25 “
Tangki mixing 1 buah, ukuran :
- Diameter : 100 cm
- Tinggi : 180 cm
- Impeller : 5 hp
- ahan : Flat SS 3 mm
- Valve outlet : 1,5 “
3 Tangki reagen NaCN - Tinggi : 100 cm 1 Unit
- Diameter : 120 cm
- Bahan : Flat SS 3 mm
- Rpm : 500
- Voltase : 220/380, 3 fase
Motor :
- Power : 1.5 KW
- Phase : 1 phase
- Volt : 110 – 220 V
25
Tabel.4.2. Kondisi dan ukuran konstruksi beton dudukan peralatan
27
5.1. Hasil Kegiatan
5.1.1. Pembuatan dan Pemasangan Peralatan Penunjang
Foto 5.1. Corong feeder jaw crusher terpasang yang disetel dengan belt
conveyor.1
28
Foto. 5.2. Corong pengeluaran produk jaw crusher dengan penyetelan belt conveyor.2
Launder
29
terhadap body over flow ball mil. Hasil pembuatan dan pemasangan alat
penunjang dapat dilihat pada Foto.5.4.
Foto 5.4. Pembuatan dan pemasangan screen dan sump ball mil
30
Foto 5.6. Pembuatan dudukan dan pemasangan panel listrik cone crusher
e. Pembuatan dan pemasangan pipa dan launder aliran material produk giling ball
mill
Pipa aliran material produk giling ball mil dibuat dari pipa galvanis 2,0“ dan dari
talang fiber glass yang dipotong dan dibentuk sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan yang dikehendaki. Alur pemasangannya melalui rute sump ball mil -
pompa pasir , pompa pasir-hidrocyclone, hidrocyclone-tangki sianidasi dan ke
vibrating scren untuk sirkulasi giling ke dalam ball mil. Hasil pembuatan dan
pemasangan pipa dapat dilihat pada Foto. 5.7, 5.8 dan 5.9.
Foto.5.7. Pembuatan pipa aliran material dari sump ball mill ke pompa pasir
31
Foto.5.8. Pembuatan dan pemasangan pipa aliran material dari pompa passir ke
hidrocyclone
32
Foto.5.10. Penyempurnaan beton dan pengencangan baud salah satu alat ball mil
Foto.5.11. Pemasangan aksesori vibrating screen, ball mil dan pemeriksaan panel
33
pasir –hidrocyclone - tangki sianidasi. Hasil setting peralatan masing-masing
dapat dilihat pada Foto 5.13, 5.14 dan 5.15.
34
PT. Golden Pricindo–Ciemas. Pengambilan bijih emas dengan cara penggalian
pada penambangan terbuka jalur II dan jalur III dihasilkan bijih emas berukuran
bongkah sampai kecil sebanyak 117 karung atau sebanyak kurang lebih 4,5 ton.
Selanjutnya dilakukan pengangkutan dari lokasi penambangan ke area base camp
memakai kendaraan pick up dan dilanjutkan pengangkutan ke lokasi pilot plant
pengolahan emas di Cipatat Bandung menggunakan kendaraan truk. Langkah
pengambilan bahan baku bijih emas dapat dilihat pada Foto.5.15, 5.16, 5.17 .
Foto.5.15. Penambangan terbuka tempat pengambilan bijih emas dan jenis bijih
emas yang diambil
35
Foto. 5.17. Penurunan bijih emas dari truk dan hasil persiapan bijih emas untuk uji
coba di Cipattat
Tabel 5.1
Hasil analisis kadar emas dan perak dari bijih emas asal Ciemas
No Kode Au(g/t) Ag (g/t) keterangan
vein
Uji coba sianidasi dilakukan pada variabel tetap yang terdiri dari cyanide strength,
ukuran butiran bjih, % padatan, pH ,temperatur dan pada variabel berubah waktu
kontak. Kondisi-kondisi tersebut adalah :
- cyanide strength = 0,10 %;
36
- waktu kontak = 15, 20,25 dan 30 jam (variasi);
- ukuran butiran umpan = -200 mesh (92 %);
- persen padatan = 25 %;
- pH =10,5;
- temperatur = temperatur kamar;
- volume tangki =1,8 m3 x 0,8 = 1,44 m3;
- jumlah umpan = 1,44 x 0,25 x 1,5=0,54 ton;
= 540 kg.
Pelaksanaan uji coba sianidasi hanya sampai didapat loaded carbon dan
langsung di analisis untuk dihitung persen ekstraksinya. Kondisi pelaksanaan uji
coba di Pilot Plant Cipatat masing - masing dapat dilihat pada Foto.5.18, 5.19 dan
5.20. Hasil uji sianidasi dengan kondisi tersebut di atas masing-masing dapat
dilihat pada Tabel 5.2 dan grafik Gambar 5.1
Tabel 5.2
Hasil uji coba sianidasi contoh bijih emas asal dengan 0,10 % NaCN
Au Ag
15 2,92 58,10 21,30
20 2,92 64,83 31,82
25 2,92 70,48 43,89
30 2,92 82,17 45,28
90
80
70
60
50 %Au
Ekstraksi (%) 40 % Ag
30
20
10
0
15 20 25 30
37
Gambar 5.1. Grafik % ekstraksi emas dan perak waktu kontak
38
Peralatan densitometer dan pH meter tidak perlu dipasang dengan konstruksi
karena kedua alat tersebut sifatnya portable.
Hasil pemasangan peralatan masing-masing dapat dilihat pada Foto 5.20 dan
5.21.
39
Foto. 5.22. Penempatan posisi alat cyanide destruction
5.2. Pembahasan
40
Gambar.5.2. Perubahan distribusi instalasi listrik
42
Pelaksanaan uji coba sianidasi tahap pendahuluan cara batch dilakukan dalam 4
percobaan dengan variabel waktu berubah sudah bisa dilaksanakan sampai
didapat looded carbon. Persen ekstraksi tertinggi yaitu Au (emas) : 82,17% dan
Ag (perak) : 45,28%. Seperti terlihat pada Table 5.2 dan gambar Grafik 5.1
ternyata persen ekstraski tersebut didapat pada variable waktu 30 jam. Hal
tersebut menunjukan bahwa waktu optimal untuk pelarutan berpengaruh langsung
pada persen ekstraksi logam emas dan perak. Persen ekstraksi masih dapat
ditingkatkan apabila seluruh peralatan sudah siap. Apabila sudah ada alat elution
columb, logam emas akan bisa dilepaskan untuk dialirkan pada alat eletrowinning
sampai didapat cake. Cake selanjutnya dilebur pada alat crucible furnace sampai
didapat produk bullion (emas+perak). Proses akhir dari keseluruhan aliran
prosesnya adalah parting yaitu memisahkan antara logam emas dan perak.
KESIMPULAN
43
1. Setting individu peralatan dan uji coba tiap individu peralatan menunjukkan
peralatan terpasang sudah dapat dipakai untuk operasional uji proses
sianidasi.
2. Peralatan yang diset sesuai aliran material sudah dicoba dioperasikan dan
berjalan sesuai dengan kondisi yang direncanakan sehingga sudah siap
untuk operasional uji proses sianidasi dan CIL adsorption secara kontinu.
3. Uji coba pendahuluan secara bacth diperoleh % ekstraksi tertinggi yaitu
untuk Au (emas) : 82,17% dan Ag (Perak) : 45,28%. Persen ekstraksi
tersebut didapat pada kondisi : cyanide strength = 0,10 %, waktu kontak = 15,
20, 25 dan 30 jam (variasi), ukuran butiran umpan = -200mesh (92%), persen
padatan = 25 %, pH =10,5, temperatur = suhu kamar.
4. Degradasi sianida selama uji coba tahap pendahuluan cara batch dilakukan
dengan cara dozing hidrogen peroksida bersamaan dengan larutan CuSO4
dan CaO pada akhir proses. Ke dalam aliran slurry di bawah screen waktu
dilakukan penyaringan loaded carbon serta di lokasi parit pengeluaran
sebelum masuk ke dalam tailing pond. Selanjutnya dilakukan pengukuran
kadar sianida di dalam tailing pond sampai 0,02 ppm. Selama proses
berjalan terus menerus dilakukan pemantauan kadar sianida di dalam tailing
pond.
5. Pemasangan peralatan belt conveyor, tangki reagen sianida penempatan dan
setting alat cyanide destruction sudah selesai dilaksanakan, akan tetapi
karena proses pengadaan dan pengujian peralatannya baru selesai pada
awal bulan Desember 2010 masih diperlukan waktu dan bahan untuk
perakitan peralatan cyanide destruction, pompa karbon aktif dan pompa
reagen sianida.
44
DAFTAR PUSTAKA
1. Dahay & King; ”Development in Carbon In Pulp Technology for Gold Recovery”, C.I.M
Bulletin, September 1983.
2. Habashi,F., A Textbook of hydrometallurgy,metallurgie extractive, Quebec, Enrc
Canada 1993.
3. Dorr, John, V.N., dan Bosqui, F.L., “Cyianidation and Concetration of Gold and Silver
Ores”, second edition, Mc Graw Hill Book Company Inc., New York, 1950.
4. Griffin,A.F.,” Carbon Desorption Process Development at Micron Research(Western
Australia)”, The Australian I.M.M Pert and Kargoorlie Branches and Murdoc
University, Carbon In Pulp Seminar, 1982.
5. Habashi, F., “Principles of Extractive Metalllurgy”, Vol. 1, Gordon and breach Science
Publisher, Inc., New York, 1969.
6. Habashi F., “Principles of Extractive Metalllurgy”, Vol. 2, Gordon and breach Science
Publisher, Inc., New York, 1969.
7. Muir,D.M, et.al.,”Solvent effect on the activity and Free energies of Transfer of CN-,
Ag(CN)2-, Au(CN)2- in ethanol-water and Acetonitrile-water Mixture”, Australian
J.Chem., 1985,p.1079-1990.
8. Muir,D.M, et.al., “Elution of Gold from Carbon by The Micron Solvent Destilation
Procedure” ,Hidrometallurgy ,Vol.14 (1985,Elsevier Sci.Pub.,Amsterdam ,p.151-169.
9. Taggart,A., “Handbook of Mineral Dressing”, John Wiley and Sons, Inc., New York,
1959.
10. Smisek, M. ; “ Activated carbon,Manufacture Properties & application”, Elsevier
Publ.Comp.,New York, 1970.
45