Вы находитесь на странице: 1из 10

Keluarga Berencana

A. Pendahuluan

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program


pemerintah yang pada awalnya diatur berdasarkan Undang-Undang No. 10
Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera, namun dalam perkembangannya telah disempurnakan
dengan terbitnya Undang-undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
kependudukan dan Pembangunan Keluarga, begitupula pada pengertian
Keluarga Berencana sudah ditetapkan. Jumlah penduduk yang terus
meningkat merupakan masalah besar bagi negara di dunia khususnya negara
berkembang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar
keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Data sensus tahun 2012
menunjukkan penduduk Indonesia berjumlah 244,2 juta jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 persen. Pertumbuhan penduduk yang
tinggi akan menghambat laju pembangunan di berbagai bidang, oleh karena
itu upaya untuk menurunkan tingkat kelahiran perlu ditingkatkan. Tingginya
pertumbuhan penduduk ini dapat diatasi salah satunya dengan pengaturan
kehamilan dengan program Keluarga Berencana (KB). Pemerintah telah
berupaya untuk mensosialisasikan program KB ini pada masyarakat, namun
kenyataannya masih banyak Pasangan Usia Subur (PUS) atau Wanita Usia
Subur (WUS) yang belum menggunakan kontrasepsi padahal mereka masih
memerlukan kontrasepsi tersebut (unmet need). Dan untuk menjelaskan
tentang kbkepada masyarakat maka diperlukan peyuluhan kesehatan
(Rismawati, 2012)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dengan diadakannya penyuluhan berupa Keluarga Berencana
diharapkan pasangan usia subur dapat mengerti apa itu Keluarga
Berencana
2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan tentang keluarga berencana pada


pasangan usia subur, peserta mengetahui :

1. Definisi dari keluarga berencana


2. Tujuan dilaksanakan keluarga berencna.
3. Manfaat keluarga berencana
4. Jenis – jenis alat kontrasepsi
5. Cara memilih alat kontrasepsi yang baik dan tepat
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Keluarga Berencana
Pokok Bahasan : Keluarga berencana

Sub Pokok Bahasan 1. Definisi dari keluarga berencana


2. Tujuan dilaksanakan keluarga berencna.
3. Manfaat keluarga berencana
4. Jenis – jenis alat kontrasepsi
5. Cara memilih alat kontrasepsi yang baik
dan tepat

Sasaran : Pasangan usia subur


Tempat : Balai desa Kedung panji
Hari/Tanggal : Kamis, 5 September 2017
Waktu : 08.00 – 10.00
Metode : Ceramah dan Tanya jawab
Media : PPT dan leaflet

Tujuan Instruksional Umum:

Dengan diadakannya penyuluhan berupa Keluarga Berencana


diharapkan pasangan usia subur dapat mengerti apa itu Keluarga Berencana

Tujuan Instruksional Khusus:

Setelah dilakukan penyuluhan tentang keluarga berencana pada pasangan


usia subur, peserta mengetahui :

1. Definisi dari keluarga berencana


2. Tujuan dilaksanakan keluarga berencna.
3. Manfaat keluarga berencana
4. Jenis – jenis alat kontrasepsi
5. Cara memilih alat kontrasepsi yang baik dan tepat
KEGIATAN PENYULUHAN

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN


PESERTA
1. 08.00 – Pendahuluan
08.15  Salam pembuka Menjawab salam
 Pengenalan

2. 08.15 – Penyajian  Mendengarkan apa


9.30 Menyampaikan materi yang disampaikan
 Definisi dari keluarga pemateri
berencana  Memperhatikan
 Tujuan dilaksanakan dengan seksama
keluarga berencna. penjelasan dari
 Manfaat keluarga pemateri
berencana
 Jenis – jenis alat
kontrasepsi
 Cara memilih alat
kontrasepsi yang baik
dan tepat

3. 09.30 – Penutup  Memberi pertanyaan


10.00  Peserta memberi seputar kb.
 pertanyaan Pemateri  Mendengarkan
menjawab pertanyaan jawaban atas
dari peserta pertanyaan yang
 Salam penutup diajukan.
 Menjawab salam

EVALUASIEvaluasi proses

a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan


b. Tidak ada peserta yang membuat kegaduhan di saat acara
berlangsung.
c. Peserta mengajukan berbagai pernyataan

2. Evaluasi hasil
a. Semua pasangan usia subur mengetahui dan memahami tentang
konsep Keluarga Berencana.
b. Semua pasangan usia subur mengerti bagaimana harus memilih
alat kontrasepsi yang baik dan tepat.

MATERI
A. Definisi
1. Berdasarkan UU No. 52 Tahun 2009 disebutkan bahwa KB yaitu
upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan
sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas.
2. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization)
adalah tindakan yang membantu pasangan suami isteri untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran
yang memang diinginkan, mengatur interval di antara kelahiran,
mengontrol waktu kelahiran dan menentukan jumlah anak dalam
keluarga. Tujuan umum program KB adalah membentuk keluarga
kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi dengan cara pengaturan
kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera
yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

B. Tujuan Keluarga Berencana


Tujuan umum
1) Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan social ekonomi suatu
keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu
keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya.
2) Mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi
terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran
dan pertumbuhan penduduk Indonesia.

Tujuan khusus
1) Pengaturan kelahiran
2) Pendewasaan usia perkawinan
3) Peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
4) Mencegah kehamilan karena alasan pribadi
5) Menjarangkan kehamilan
6) Membatasai jumlah anak

Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi :


1) Keluarga dengan anak ideal
2) Keluarga sehat
3) Keluarga berpendidikan
4) Keluarga sejahtera
5) Keluarga berketahanan
6) Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7) Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS)

C. Manfaat Keluarga Berencana


a. Manfaat KB Bagi Ibu
1) Perbaikan kesehatan
2) Peningkatan kesehatan
3) Waktu yang cukup untuk mengasuh anak
4) Waktu yang cukup untuk istirahat
5) Menikmati waktu luang
6) Dapat melakukan kegiatan lain

b. Manfaat KB Bagi Anak


1) Dapat tumbuh dengan wajar dan sehat
2) Memperoleh perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup
3) Perencanaan kesempatan pendidikan lebih baik
c. Manfaat KB Bagi Keluarga
1) Meningkatkan kesejahteraan keluarga
2) Harmonisasi keluarga lebih terjaga

D. Jenis- Jenis Kontrasepsi


1. Jenis kontrasepsi yang tersedia berdasarkan kandungannya antara lain
:
a. Kontrasepsi hormonal (pil, suntikan, implant dan akhir-akhir
ini baru diperkenalkan IUD-mirena.
b. Kontrasepsi non-hormonal (kondom, LNG-IUS) IUD-TCu,
dan metode mantap) (Christiani, W, & Martono, 2013)
2. Sedangkan menurut lama efektifitasnya kontrasepsi dapat dibagi
dalam :
a. MKJP ( Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang
termasuk dalam kategori ini adalah Susuk ( Implant ), IUD,
MOP dan MOW.
b. Non MKJP yaitu Kondom, pil, suntik dan metode lainnya
(Christiani, W, & Martono, 2013)

Berbagai jenis metode atau alat kontrasepsi dibagi menjadi (Sobirin,


2006)

1. Kontrasepsi Sterilisasi yaitu pencegahan kehamilan dengan


mengikat sel indung telur pada wanita (tubektomi) atau testis
pada pria (vasektomi). Proses sterilisasi ini harus dilakukan oleh
ginekolog (dokter kandungan). Efektif bila memang ingin
melakukan pencegahan kehamilan secara permanen, misalnya
karena faktor usia. (Trisnawarman & Erlysa, 2007)
2. Kontrasepsi Teknik, dibagi menjadi :
a. Coitus Interruptus (senggama terputus): ejakulasi dilakukan
di luar vagina. Faktor kegagalan biasanya terjadi karena ada
sperma yang sudah keluar sebelum ejakulasi, orgasme
berulang atau terlambat menarik penis keluar.
b. Sistem kalendar (pantang berkala): tidak melakukan
senggama pada masa subur, perlu kedisiplinan dan pengertian
antara suami istri karena sperma maupun sel telur (ovum)
mampu bertahan hidup sampai dengan 48 jam setelah
ejakulasi. Faktor kegagalan karena salah menghitung masa
subur (saat ovulasi) atau siklus haid tidak teratur sehingga
perhitungan tidak akurat.
c. Prolonged lactation atau menyusui, selama tiga bulan setelah
melahirkan saat bayi hanya minum ASI dan menstruasi
belum terjadi, otomatis tidak akan terjadi kehamilan. Tapi
jika ibu hanya menyusui kurang dari enam jam per hari,
kemungkinan terjadi kehamilan cukup besar. (Trisnawarman
& Erlysa, 2007)
3. Kontrasepsi Mekanik, terdiri dari:
a. Kondom: Terbuat dari latex. Terdapat kondom untuk pria
maupun wanita serta berfungsi sebagai pemblokir sperma.
Kegagalan pada umumnya karena kondom tidak dipasang
sejak permulaan senggama atau terlambat menarik penis
setelah ejakulasi sehingga kondom terlepas dan cairan sperma
tumpah di dalam vagina.
b. Spermatisida: bahan kimia aktif untuk membunuh sperma,
berbentuk cairan, krim atau tisu vagina yang harus
dimasukkan ke dalam vagina lima menit sebelum senggama.
Kegagalan sering terjadi karena waktu larut yang belum
cukup, jumlah spermatisida yang digunakan terlalu sedikit
atau vagina sudah dibilas dalam waktu kurang dari enam jam
setelah senggama.
c. Vaginal diafragma: lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel
ini akan menutup mulut rahim bila dipasang dalam liang
vagina enam jam sebelum senggama. Efektivitasnya sangat
kecil, karena itu harus digunakan bersama spermatisida untuk
mencapai efektivitas 80%.
d. IUD (Intra Uterine Device) atau spiral: terbuat dari bahan
polyethylene yang diberi lilitan logam, umumnya tembaga
(Cu) dan dipasang di mulut rahim. Kelemahan alat ini yaitu
bisa menimbulkan rasa nyeri di perut, infeksi panggul,
pendarahan di luar masa menstruasi atau darah menstruasi
lebih banyak dari biasanya. (Trisnawarman & Erlysa, 2007)
4. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal bisa berupa pil KB yang diminum sesuai
petunjuk hitungan hari yang ada pada setiap blisternya, suntikan,
susuk (Implan) yang ditanam untuk periode tertentu, koyo KB
atau spiral berhormon. Kontrasepsi hormonal terdiri dari:
a. Pil Kombinasi Oral Contraception (OC) Pil kombinasi
merupakan kombinasi dosis rendah estrogen dan
progesteron. Penggunaan kontrasepsi pil kombinasi
estrogen dan progesteron atau yang hanya terdiri dari
progesteron saja merupakan penggunaan kontrasepsi
terbanyak.
b. Suntik KB Kontrasepsi suntikan mengandung hormon
sintetik. Cara pemakaiannya dengan menyuntikkan zat
hormonal ke dalam tubuh. Zat hormonal yang terkandung
dalam cairan suntikan dapat mencegah kehamilan dalam
waktu tertentu. Biasanya penyuntikan ini dilakukan 2-3 kali
dalam sebulan.
c. Susuk KB ( Implan ) Implan terdiri dari 6 kapsul silastik,
setiap kapsulnya berisi levornorgestrel sebanyak 36
miligram dengan panjang 3,4 cm dan diameter 2,4 cm.
Kemasan Implan dirancang agar isinya tetap steril selama
masa yang ditetapkan asalkan kemasannya tidak rusak atau
terbuka. Kapsul yang dipasang harus dicabut menjelang
akhir masa 5 tahun. Pemasangan implan hanya dilakukan
petugas klinik yang terlatih secara khusus (dokter, bidan
dan paramedik) yang dapat melakukan pemasangan dan
pencabutan Implan. Terdapat dua jenis Implan yaitu
Norplant dan Implanon.
d. Koyo KB Digunakan dengan ditempelkan di kulit setiap
minggu. Kekurangannya adalah menimbulkan reaksi alergi
bagi yang memiliki kulit sensitif dan kurang cocok untuk
digunakan pada daerah beriklim tropis. (Trisnawarman &
Erlysa, 2007)
E. Memilih Metode Kontrasepsi
Syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang
baik adalah:
1. Aman/tidak berbahaya
2. Dapat diandalkan
3. Sederhana, sedapat – dapatnya tidak usah dikerjakan seorang dokter.
4. Murah.
5. Dapat diterima oleh orang banyak.
6. Pemakaian jangka lama (continuation rate tinggi) (Hanafi, 2002)

Faktor – faktor dalam memilih metode kontrasepsi :

1. Faktor pasangan
 Umur.
 Gaya hidup.
 Frekuensi senggama.
 Jumlah keluarga yang diinginkan.
 Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu.
 Sikap kewanitaan.
 Sikap kepriaan.
2. Faktor kesehatan
a. Status kesehatan.
b. Riwayat haid.
c. Riwayat keluarga.
d. Pemeriksaan fisik.
e. Pemeriksaan panggul.
3. Faktor metode kontrasepsi
a. Efektivitas
b. Efek samping minor.
c. Kerugian.
d. Komplikasi – komplikasi yang potensial.
e. Biaya. (Hanafi, 2002)
DAFTAR PUSTAKA

Christiani, C., W, C. D., & Martono, B. (2013). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PEMAKAIAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG ( MKJP) PROVINSI JAWA
TENGAH. Serat Acitya-Jurnal Ilmiah , 74-84.

Hanafi. (2002). Keluarga berenca dan Kontrasepsi. Jakarta: Salemba medika.

Rismawati, S. (2012). UNMET NEED : TANTANGAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA


DALAM MENGHADAPI LEDAKAN PENDUDUK TAHUN 2030. 1-11.

Trisnawarman, D., & Erlysa, W. ( 2007). SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMILIHAN


METODE/ALAT KONTRASEPSI. GEMATIKA JURNAL MANAJEMEN INFORMATIKA, VOLUME
9 NOMOR 1, , 54-62.

Вам также может понравиться