Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Namun, dikerajaan lain terdapat seorang raja yang kejam, egois, angkuh, dan sombong, dialah Raja
Pengging, seorang raja dari Kerajaan Pengging. Raja Pengging pun memiliki seorang putra yang sakti
mandraguna. Dia bernama Bandung Bondowoso. Raja Pengging yang selalu haus akan kekuasaan dan
ingin memperluas wilayah kekuasaannya, memutuskan untuk berperang menghancurkan kerajaan
prambanan, untuk membalas apa yang telah diperbuat oleh kerajaan prambanan.
Narator: Keesokan harinya berangkatlah Raja Pengging, Bandung Bondowoso, dan para prajuritnya ke
kerajaan prambanan. Saat di depan gerbang prambanan.
Bondowoso : Hei Prabu Baka! Keluarlah engkau! Mari kita bertarung. Kita tunjukan siapa yang paling
kuat diantara kita.
Narator: Para prajurit kerajaan prambanan tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Bandung
Bondowoso. Mereka pun membalas serangan dari kerajaan pengging. (Didalam kerajaan prambanan)
Prabu Baka : Hei kalian! Mau apa tiba-tiba datang dan menyerang kerajaanku?
Raja Pengging : Aku akan menguasai seluruh kerajaanmu! Agar aku menjadi orang terkuat dan terhebat
disemua kerajaan! Hahaha
Prabu Baka : Tidak semudah itu! Apabila kau ingin menguasai kerajaanku, langkahi dulu mayatku!
Bondowoso : Aku tidak takut! Akan ku kalahkan kalian semua!
Raja Pengging : Kau benar anakku! Prajurit....!! SERANG!!!
Narator : Lama terlibat dalam peperangan. Akhirnya pasukan Raja Prabu Baka pun kalah. Dan Prabu
Baka pun tewas saat perang. Kerajaan prambanan pun hancur. Dan Raja Pengging beserta pasukannya
menempati kerajaan itu.
Raja Pengging : Akhirnya kita menang!
Bondowoso : Iya ayahku...
Narator: Pasukan kerajaan pengging bersenang-senang atas kemenangannya. Tetapi di dalam kerajaan
prambanan terdapat Roro Jongrang yang sedang bersedih.
Narator: Di tengah-tengah percakapan antara Roro Jongrang dan Dayang, tiba-tiba masuklah seorang
pemuda.
Bondowoso : Rupanya masih ada orang di dalam sini.
Roro Jongrang : Siapa kau?
Dayang 1 : Dialah Bandung Bondowoso, putri. Dia yang membunuh baginda raja.
Roro Jongrang : Kau sungguh kejam!
Bondowoso : Kau ternyata sangat cantik. Kau pantas untuk jadi permaisuriku. Maukah kau jadi
permaisuriku wahai putri?
Narator: Tanpa berkata-kata Roro Jongrang langsung meninggalkan Bondowoso karena kekesalannya
terhadap Bondowoso yang telah membunuh ayahnya. Semakin lama Bondowoso tinggal di kerajaan
prambanan, ia semakin terpesona dengan kecantikan Roro Jongrang. Tapi disisi lain, Roro Jongrang
masih terpukul akan peperangan yang membuat ayahnya meninggal karena terbunuh.
Narator: Dayang pun pergi ke dapur istana untuk membuatkan teh. Ia mengambil cangkir, lalu ia
masukan satu sendok teh serbuk daun teh. Ia mengambil air panas lalu ia tuang ke dalam cangkir yang
sudah berisi serbuk daun teh. Saat sedang mengaduk teh, Bandung Bondowoso datang menghampiri
Roro Jongrang.
Bondowoso : Wahai Roro Jongrang, mengapa kau hanya sendiri? Dimana dayangmu?
Roro Jongrang : Dia sedang membuatkan teh untukku.
Bondowoso : Tuan putri... kutanya sekali lagi, maukah kau menjadi permaisuriku?
Roro Jongrang : (terdiam)
Narator: Lalu datanglah sang dayang sambil membawa nampan berisi secangkir teh untu Roro Jongrang.
Ia memberikan secangkir teh itu kepada Roro Jongrang.
Roro Jongrang : Dayang.. apa yang haru kulakuan? Aku sudah muak mendengar pertanyaan itu.
Dayang 2: Tuan putri... kalau boleh saya beri saran, sebaiknya tuan putri memberi syarat yang mustahil
ia penuhi, kalau dia gagal dia tidak dapat menikahi tuan putri
Roro Jongrang : Kira-kira apa syarat yang harus saya berikan?
Dayang 2: Lebih baik ikuti kata hati tuan putri
Bondowoso : Bagaimana putri? Bersediakah kau menjadi permaisuriku?
Roro Jongrang : Baiklah, aku mau. Tapi ada syarat yang harus kau penuhi terlebih dahulu
Bondowoso : Syarat? Apa syaratnya tuan putri?
Roro Jongrang : Kau harus membuatkanku 1000 candi dan 2 buah sumur. Dan itu harus sudah selesai
saat matahari terbit.
Bondowoso : Baik, aku terima persyaratanmu itu
Narator: Setelah menyetujui persyaratan yang diberikan oleh Roro Jongrang, Bandung Bondowoso
segera menghampiri ayahnya di ruangnya. Sang ayah memiliki kekuatan magis dan dapat memanggil jin.
Bondowoso akan meminta bantuan ayahnya untuk memanggil jin-jin agar membantunya memenuhi
persyaratan yang diberikan oleh Roro Jongrang.
Narator: Raja Pengging pun melakukan beberapa ritual dan mengucapkan beberapa patah kata untuk
memanggil jin-jin.
Narator: Jin itu pun memanggil beberapa temannya lagi untuk membantunya membangun 1000 candi
dan 2 buah sumur. Jin-jin itu melakukan pekerjaan dengan sangat cepat. Hingga tengah malam sudah
setengah jumlah candi yang sudah selesai. Dayang yang mengetahui pembuatan candi hampir selesai
segera melapor kepada Roro Jongrang.
Narator: Dayang pun membangunkan dayang-dayang yang lain dan menyuruh mereka membakar jerami
dan menumbuk padi dilesung serta menaburkan bunga-bunga yang harum baunya, seperti
diperintahkan Roro Jongrang.
Kukuruyuukk kukuruyuukk!!!
Jin 1 : Kawan! Sepertinya matahari sudah mau terbit. Lihatlah para gadis-gadis juga sudah mulai
menumbuk padi dilesung. Mari kita pergi!
Jin 2 : Benar, ditambah lagi ayam sudah berkokok. Ayo semuanya kita pergi.
Narator: Para jin pun pergi meninggalkan pekerjaan mereka. Candi-candi tinggal sedikit lagi selesai dan
sumur juga tinggal sedikit lagi. Roro Jongrang terlihat senang karena rencananya berhasil dan Bandung
Bondowoso tidak dapat memenuhi persyaratannya. Dilain pihak, Bandung Bondowoso sangat kecewa
karena tidak dapat menjadikan Roro Jongrang sebegai permaisurinya. Tetapi Bondowoso tambah
kecewa dan marah setelah mengetahui rencana Roro Jongrang yang sengaja menggagalkan usahanya.
Narator : Akhirnya roro jonggrang pun mencadi arca menggenapi candi yang keseribu atas akibat janji
yang di ucapkan dan kelicikan yang dilakukan roro jonggrang. Dan sampai sekarang arca patung Roro
Jonggrang masih ada di candi Prambanan dan Raden Bandung Bondowoso mengutuk para gadis di
sekitar Prambanan menjadi perawan kasep (tua) karena telah membantu Roro Jonggrang, dan menurut
kepercayaan orang dahulu bahwa berpacaran di Candi Prambanan akan putus cinta.
-TAMAT-