Вы находитесь на странице: 1из 7

Diabetes melitus DM alias kencing manis merupakan penyakit yang terjadi akibat

terganggunya proses metabolisme gula darah di dalam tubuh. Orang dengan DM akan
mempunyai kadar gula yang sangat tinggi dalam darahnya setelah makan dan akan
sangat anjlok bila sedang puasa. Penyebab pasti dari penyakit ini tidak diketahui
dengan pasti tetapi dicurigai kegemukan atau overweight merupakan salah satu faktor
pencetus dari DM. DM yang timbul akibat kegemukan ini biasanya terjadi pada usia
lanjut alias umur diatas 40 tahun.

Sebenarnya untuk mengetahui atau mendiagnosa pasien DM tidaklah sulit. Pasien


yang datang dengan keluhan sering kencing (polyuri), sering minum (polydipsi),
sering makan (polyfagi), badan mengurus serta lemas sudah bisa kita tebak bahwa
pasien tersebut menderita kencing manis. Apalagi saat kita periksa gula darah
acaknya melebih 200 mg/dl maka keyakinan kita itu akan semakin menguat.

Polyuri atau sering kencing terjadi karena pada orang dengan DM akan terjadi
penumpukan cairan dalam tubuhnya akibat gangguan osmolaritas darah yang mana
cairan tersebut kudu dibuang melalui kencing. Karena banyak cairan yang keluar
maka orang dengan DM akan merasa kehausan sehingga mereka jadi ingin sering
minum. Akibat dari menurunnya kemampuan insulin mengelola kadar gula dalam
darah maka sering terjadi walau kadar gulanya sedang dalam keadaan normal namun
tubuh merespon lain sehingga tubuh dipaksa untuk makan untuk mencukupi kadar
gula darah yang bisa direspon oleh insulin. Apabila kita terlambat makan maka tubuh
akan memecah cadangan energi lain dalam tubuh seperti lemak sehingga badan
menjadi tambah kurus.

Selain pemeriksaan kadar gula darah acak, perlu juga dilakukan pemeriksaan kadar
gula darah puasa dan kadar gula darah 2 jam setelah makan untuk sekedar
mengkonfirmasi nilai kadar gula darah acak yang telah kita dapatkan. Pada pasien
DM kadar gula darah puasa lebih dari 120 mg/dl sedangkan pada kadar gula darah 2
jam setelah makan lebih dari 200 mg/dl. Pemeriksaan lain yang juga perlu adalah
pemeriksaan kadar gula darah dalam urine/kencing yang hasilnya positif.

Pengobatan pada pasien DM usia lanjut atau DM tipe II biasanya dengan


menggunakan obat obatan anti diabetik oral. Pengobatan ini harus diimbangi dengan
diet untuk menguruskan tanpa gula (reducing diet). Sekedar diketahui dalam keadaan
basal diperlukan jumlah kalori per hari sebanyak BB ideal x (25-30) kalori. Olah raga
merupakan hal yang sangat dianjurkan terutama olah raga seperti aerobik
(jalan/sepeda) secara teratur. Terkadang pengaturan diet dan olah raga merupakan
pilihan pertama, bila kedua cara ini gagal baru diberikan obat anti diabetik oral. Yang
perlu diingat, pada usia lanjut dianjurkan pemberian obat anti diabetik oral dengan
kerja yang cepat sebab pada usia ini sering penderita kedapatan lupa makan, hal ini
berbahaya karena bisa menyebabkan hipoglikemia bila diberikan obat anti diabetik
dengan masa kerja lama.
Untuk kontrol penyakit maka perlu diperiksa secara periodik berat badan, gejala
gejala diabetes yang masih dirasakan, kontrol gula darah dan pemeriksaan kadar
lemak darah. Bila hal ini dilakukan dengan teratur maka komplikasi berat dari DM
bisa dicegah. Pembahasan mengenai komplikasi DM kita sambung dikemudian hari.

Bersambung…

Technorati : Diabetes melitus, Gula Darah, Kencing Manis, Penyakit


Del.icio.us : Diabetes melitus, Gula Darah, Kencing Manis, Penyakit
Ice Rocket : Diabetes melitus, Gula Darah, Kencing Manis, Penyakit
Flickr : Diabetes melitus, Gula Darah, Kencing Manis, Penyakit
Zooomr : Diabetes melitus, Gula Darah, Kencing Manis, Penyakit
Buzznet : Diabetes melitus, Gula Darah, Kencing Manis, Penyakit
Riya : Diabetes melitus, Gula Darah, Kencing Manis, Penyakit
43 Things : Diabetes melitus, Gula Darah, Kencing Manis, Penyakit

Baca Juga :

 Diabetes Melitus II (Pada Kehamilan)


 Tanda Dan Gejala Kencing Manis (Diabetes Melitus Tipe 2)
 DM dan Puasa
 Mengapa Pemeriksaan Kolesterol Itu Penting
 Tips Mencegah Atherosklerosis
Kalbe.co.id - Scientific Program Jakarta Diabetes Meeting 2008 diselenggarakan di
Mercure Convention Hotel, Ancol, Jakarta pada tanggal 22-23 November 2008. Acara
ini diikuti oleh kurang lebih 500 peserta dari berbagai daerah di tanah air. Beberapa
perusahaan farmasi yang mengambil bagian dalam acara ini, diantaranya adalah adalah
Kalbe, Merck, Pfizer, Dexa Medica, dan beberapa perusahaan farmasi lainnya. Tak
ketinggalan, Kalbe Nutrisional juga membuat stand dalam kesempatan ini.

Berikut ini adalah rangkuman beberapa bahasan acara menarik yang disampaikan pada
Scientific Program Jakarta Diabetes Meeting 2008

Management Concepts of Diabetes in the Elderly


Prof Sarwono Wapadji MD. PhD.
 Kriteria diagnostik DM untuk pasien usia lanjut sama dengan pasien dewasa (populasi pada
umumnya)
 Penentuan kadar darah puasa lebih bermakna dibandingkan dengan OGTT ( oral glucosa tolerante
test).
 Pemberian terapi pada pasien usia lanjut harus dilakukan dengan hati-hati karena pasien usia
lanjut lebih midah mengalami hipoglikemia.
 Pada pasien usia lanjut, target tekanan darah yang direkomendasikan adalah <7,8mmol/L atau
<140 mg/dL untuk kadar gula darah puasa dan <11,1 mmol/L atau 200 mg/dL untuk kadar gula
darah 2 jam PP.

Dysregulation of Insulin Secretion in Type 2 Diabetes Mellitus


Maryantoro Oemardi MD
 Gangguan sekresi insulin disebabkan karena faktor-faktor genetik, dan gangguan metabolik
terhadap sel beta pankreas.
 Hiperglikemia kronik menyebabkan desensitisasi sel beta terhadap glukosa dan terjadi stimulasi
berlebihan terhadap sel beta.
 Peningkatan kadar asam lemak bebas plasma menstimulasi glukoneogenesis, menyebabkan
resistensi insulin hati dan otot.
 Pada pasien diabetes tipe 2, sel lemak membesar dan resisten terhadap efek antilipofilik insulin
sehingga meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam plasma
 Sel lemak yang mengalami disfungsi memproduksi sitokin inflamasi dan sitokin yang
menyebabkan artherosklerosis.

Barriers to Initiating Insulin in Type 2 Diabetes Management.


Tri Juli Edi Tarigan, MD
 Walaupun insulin sangat efektif menurunkan kadar glukosa darah, namun sayangnya
penggunaannya seringkali kurang cepat, dan kurang agresif untuk mencapai target kadar gula
darah.
 Kurangnya penggunaan inisulin oleh pasien kadang disebabkan oleh pasien sendiri: pemikiran
negatif, mitos, salah pengertian mengenai penyuntikan insulin. Keadaan ini sering dinamakan
sebagai psychological insulin resistance (PIR).
 Untuk mengatasi PIR, dokter diharapkan memberikan pengertian mengenai penggunaan insulin
pada pasien sehingga pasien tahu mengenai pentingnya penggunaan insulin pada pasien
diabetes.
 Pemikiran negatif pasien terhadap penggunaan insulin adalah insulin tidak efeksif, insulin dapat
menyebabkan komplikasi hingga kematian, insulin dapat menyebabkan adiksi, meningkatkan
berat badan dan biaya yang tinggi dan pasien seringkali melihat terapi insulin sebagai terapi
“hukuman” karena pasien gagal menjalani terapi oral. Belum lagi pasien takut disuntik
 Dokter sendiri juga seringkali enggan untuk memberikan insulin pada pasien karena: sulitnya
terapi (rumit dan kompleks), ketidakpercayaan bahwa insulin bermanfaat bagi pasien dengan
diabetes melitus, pertimbangan hipoglikemia, peningkatan berat badan dan dokter seringkali
berpikir bahwa dengan memberikan insulin, pasien harus lebih sering dimonitor, dan
membutuhkan lebih banyak waktu.
 Untuk mengatasi halangan penggunaan insulin pada pasien diabetes, perlu adanya komunikasi
yang baik antara dokter dan pasien. Dokter perlu memberitahukan pasien mengenai cara kerja
insulin dan bagaimana mencegah hipoglikemia.

Insulin: Should we use it earlier in type 2 diabetes?


Em Yunir MD
 Indikasi untuk memberikan insulin lebih awal pada pasien diabetes melitus tipe 2 adalah: glukosa
darah puasa >250 mg/dL, A1c>10%, adanya ketonuria dan adanya gejala khas diabetes seperti
poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan.
 Koreksi hiperglikemia lebih awal pada pasien diabetes memberikan kontrol gula darah lebih baik,
menurunkan glukotoksisitas terhadap sel beta pankreas dan memperbaiki fungsi sel beta
pankreas.
 Beberapa rekomendasi pemberian insulin: bila kadar darah puasa (FPG) yang meningkat,
pemberian awal dapat diberikan insulin kerja panjang. Bila kadar glukosa PP (PPG) yang
meningkat, dapat diberikan insulin kerja cepat dan bila FPG dan PPG meningkat dapat diberikan
OHO plus insulin basal, atau analog insulin premix, atau insulin basal/ bolus dengan MDI ( multiple
daily injections) atau pompa insulin.

Signaling from perivascular fat: a mechanism linking insulin resistance to vascular disease
Pradana Soewondo MD

 Sejak dulu diketahui bahwa obesitas disertai dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.
Akumulasi jaringan adipose visceral merupakan faktor prediksi yang penting terhadap gangguan
lemak, glukosa, dan gangguan atherogenik.
 Inflamasi tingkat rendah yang terjadi pada WAT (white adipose tissue), merupakan hasil dari
aktivasi kronik sistim imun. Kondisi ini dapat mengarah pada resistensi insulin.
 Meningkatnya kadar C-reactive protein (CRP), tumor necrosis factor alfa (TNF-alfa), interleukin-6
(IL-6) pada pasien obesitas menandakan adanya inflamasi tingkat rendah.
 Lemak perivaskular banyak ditemukan pada daerah-daerah yang memiliki kecenderungan untuk
terjadinya proses artherosklerosis. Produksi adipositokin yang berlebihan dapat mengarah pada
inflamasi, artherosklerosis dan juga kalsifikasi koroner, serta mikroalbuminuria pada pembuluh
darah ginjal.

Treatment of Dyslipidemia in Diabetes: an Update.


Gatut Semiardji MD
 Statin menurunkan kadar trigliserida dan HDL hanya dalam jumlah terbatas. Pasien dengan
resistensi insulin akan mengalami penurunan LDL yang ebrmakna dengan penurunan statin
namun akan terus mengalami dislipidemia arterogenik dalam jangka waktu yang lama. Pemberian
fibrate dapat memberikan efek yang kuat terhadap dislipidemia. artherogenik
 Fibrate bekerja dengan berikatan dengan PPARa ( peroxisome proliferators-activated receptor
alpha). Fibrate dapat menurunkan TG antara 50%-85%. Selain itu fibrate juga meningkatkan HDL
antara 10-25%.
 Fibrate memiliki efek pleiotropik seperti efek antiarterogenik pada dinding pembuluh darah.
Pemberian fibrate menurunkan inflamasi vaskular dan menurunkan penempelan sel darah pada
dinding vaskular.
 Fibarate dapat menurunkan kadar CRP dan menghambat aktivasi smooth muscle cells (SMCs)
vascular.
 Pemberian terapi kombinasi statin + fibrate perlu diberikan pada pasien dengan dislipidemia
kombinasi , dengan TG <500 mg/dL, kadar HDL 30-an dan LDL antara 100-150 mg/dL.
Diabetic foot care centre: One stop service for the management of diabetic foot problems
Prof Sarwono Waspadji MD. PhD
 Komplikasi diabetic foot merupakan komplikasi yang menakutkan bagi pasien dan juga bagi
dokter. Angka kejadian amputasi masih tinggi. Di Indonesia belum ada pendidikan khusus untuk
perawatan kaki diabetes (podiatrist-chiropodist)
 Dalam program penanggulangan diabetes, penanganan kaki diabetes perlu mandapatkan prioritas
utama.
 Patogenesis kaki diabetes meliputi neuropati, baik sensorik maupun autonom, dan meningkatkan
kemungkinan terjadinya ulkus diabetikum. Masalah ini diperberat dengan adanya insufisiensi
vaskular dan infeksi.
 Klasifikasi PEDIS yang perlu diamati adalah Perfusi, Extend, Depth, Infection, Sensitivity.
Antibiotik harus diberikan sampai tidak ada infeksi. Kultur tetap harus dilakukan, dan wound
control harus dikerjakan sesegera mungkin.
 Pilar pencegahan kaki diabetes diantaranya adalah: edukasi pada pasien, keluarga pasien,
paramedis, penanganan DM secara optimal, identifikasi pasien dengan risiko tinggi kaki diabetes,
secara teratur memeriksa kaki dan alas kaki, pemilihan alas kaki yang nyaman dan penanganan
semua faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ulkus diabetikum.
 Dengan adanya One Stop Service Diabetic Foot Clinic, diharapkan akan memberikan outcome
yang lebih baik bagi pasien dengan kaki diabetes.

Cardiomyopathy: less recognized diabetic complications.


Idrus Alwi MD PhD.
 Pasien dengan diabetes melitus mengalami peningkatan kejadian penyakit dan komplikasi
kardiovaskular. Tingginya kadar gula darah meningkatkan terjadinya artherosklerosis pada
dinding arteri besar seperti carotis, aorta dan femur dan juga meningkatkan artherosklerosis
koroner.
 Pada pasien DM juga dapat terjadi perubahan pada struktur dan fungsi jantung, suatu keadaan
yang dinamakan diabetic cardiomyopathy . Pasien dengan diabetic cardiomyopathy dapat disertai
dengan gejala disfungsi diastolik, yang akan bertambah nyata pada keadaan hipertensi dan
iskemia miokardium.
 Data dari FHS (Framingham Heart Study), menunjukkan bahwa frekuensi gagal jantung 2 kali
lipat pada pasien dengan diabetes pria dan bahkan 5 kali pada pasien diabetes wanita..
 Disfungsi diastolik pada pasien diabetes dengan diabetic cardiomyopathy dapat berlanjut menjadi
disfungsi sistolik.
 Patogenesis diabetic cardiomyopathy adalah multifaktorial, dan beberapa hipotesis diantaranya
adalah gangguan metabolik, disfungsi autonom, fibrosis miokardium, dan gangguan pada
hemostasis ion.
 Pada pasien dengan diabetic cardiomyopathy dapat diberikan obat antihipertensi golongan
penghambat kalsium, penghambat ACE, terapi antihiperlipidemia, antioksidan dan obat-obat yang
meningkatkan sensitifitas insulin.

Diabetes heart disease: new aspect of treatment


Budiman MD PhD
 Faktor risiko untuk diabetes adalah obesitas dengan BMI >25 kg/m2, hubungan keluarga dengan
seseorang yang menderita diabetes (derajat 1), riwayat melahirkan bayi dengan berat >4 kg atau
didiagnosa sebagai diabetes gestasional, hipertensi, HDL < 35 mg/dL dan/ atau trigliserida > 250
mg/ dL, glukosa puasa terganggu.
 Pada pasien diabetes terjadi berbagai gangguan pada jantung, seperti gangguan ambilan dan
oksidasi glukosa dan laktat, oksidasi sam lemak dan keton yang lebih besar, fibrosis interstitium,
dan penurunan fungsi disastolik ventrikel kiri.
 Pada pasien diabetes, kapasitas jantung untuk ambilan glukosa pada pasien diabetes menurun
pada keadaan iskemia.
 Selain obat-obat konvensional untuk penyakit jantung sistemik dan angina seperti beta blocker,
calcium antagonist,dan nitrat, penghambat parsial oksidasi asam lemak miokardium juga telah
memperlihatkan kemampuannya dalam meningkatkan waktu latihan dan mengurangi serangan
angina.
 Penghambat parsial oksidasi asam lemak miokardium seperti trimetazidine telah digunakan secara
luas dan efektif sebagai obat antiangina. Trimetazidine merupakan penghambat spesifik 3-
ketoacylthiolase (3-KAT)
 Trimetazidine ditoleransi dengan baik oleh pasien dan tidak memiliki efek hemodinamik secara
langsung. Penelitian menggunakan trimetazidine menunjukkan perbaikan bermakna fungsi
jantung dan waktu latihan pada pasien diabetes dengan penyakit jantung iskemik.

 Selain itu analisa lain menemukan bahwa pasien diabetes dengan gangguan pada koroner
jantung dan diterapi dengan trimetazidine mangalami penurunan kadar glukosa darah puasa serta
penurunan A1c dibandingkan dengan pasien yang diberikan placebo.

Jumat, 4 Januari, 2002 oleh: Siswono


Sindrom Resistensi Insulin
Gizi.net - Organisasi Kesehatan Dunia WHO memperkirakan jumlah
penduduk dunia yang akan menderita diabetes meningkat dari 135 juta
(1995) menjadi 300 juta (2025). Yang menarik adalah peningkatan prevalensi
diabetes ini akibat resistensi insulin.

Resistensi insulin adalah kondisi di mana sensitivitas insulin menurun.


Sensitivitas insulin adalah kemampuan dari hormon insulin menurunkan kadar
glukosa darah dengan menekan produksi glukosa hepatik dan menstimulasi
pemanfaatan glukosa di dalam otot skelet dan jaringan adiposa.

Obesitas (kegemukan) adalah salah satu penyebab resistensi insulin.


Simpanan adiposa yang tinggi pada orang gemuk mengaktifkan paling tidak
salah satu enzim, yaitu lipoprotein lipase yang meningkatkan konsentrasi
asam lemak bebas dalam darah. Konsentrasi tinggi asam lemak bebas
menstimulasi pelepasan sitokin seperti TNF-a (tumor necrosis factor-alpha)
yang memicu resistensi insulin.

Pada orang obesitas juga terjadi peningkatan kadar glukosa darah yang
menstimulasi sekresi insulin ekstra (hiperinsulinemia) dan berbalik
menurunkan (downregulation) reseptor insulin dengan meningkatkan proses
internalisasi dan degradasi reseptor.

Kemampuan peningkatan sekresi insulin untuk mencegah timbulnya diabetes


melitus tipe 2 (DMT2) sangat tergantung dari kapasitas adaptasi sel-B
pankreas—tempat produksi dan sekresi hormon insulin—untuk memelihara
peningkatan konsentrasi insulin. Individu yang gagal mempertahankan
hiperinsulinemia akan mengalami kegagalan toleransi glukosa dan nantinya
berkembang menjadi DMT2.

Sindrom resistensi insulin yang dihubungkan dengan obesitas dan DMT2


menyebabkan berbagai abnormalitas metabolisma tubuh, seperti dislipidemia,
hipertensi, arterosklerosis dan pembentukan pro-koagulan. Berbagai
abnormalitas tersebut merupakan faktor-faktor risiko penyebab penyakit
jantung koroner.
Ikatan insulin pada reseptornya di permukaan sel mendorong rangkaian jalur
signal intraselular. Hal ini menimbulkan beragam kerja insulin secara biologis
terhadap enzim-enzim, pengangkut (transporter) dan faktor-faktor
transkripsi. Bebagai kegagalan awal dari kerja insulin terjadi pada pproses
transduksi signal.

Hal ini menyebabkan penurunan fosforisasi IRS-1 (insulin receptor substrate-


1)—berfungsi pada ekspresi gen dan metabolisme lipid dan protein—serta
aktivitas PI-3K (phosphatidylinositol-3 kinase) yang berfungsi pada
metabolisme lipid dan protein serta glukosa dan penyimpanannya.

Gangguan pada level transduksi signal pada reseptor insulin dan aktivitas
subtrat reseptor inilah penyebab beragam bentuk resistensi insulin.

(I Ketut Adnyana PhD Apt, staf pengajar Departemen Farmasi FMIPA-ITB)

Sumber : Kompas, Senin, 24 Desember 2001

Вам также может понравиться