Вы находитесь на странице: 1из 12

a. Konflik adalah tanda sehat dari sebuah tim yang bagus.

b. Jika kamu ingin merekrut orang dan ingin mereka tetap bekerja untukmu, maka kamu
harus membiarkan mereka membuat banyak keputusan. –Steve Jobs-

1. Kerja sama yang bertahan lama adalah kerjasama yang saling menguntungkan dengan
Adil.
2. Kerja sama adalah bekerja bersama-sama. Bukan mengorbankan orang lain demi
kemenangan pribadi anda.
3. Bekerja sama sehingga kelemahannya dapat tertutupi dan yang tampak hanyalah
kehebatannya.

4. Para pemimpin yang bekerja paling efektif, menurut saya, tidak pernah mengatakan ‘aku’
Dan itu bukan karena mereka telah melatih diri untuk tidak mengatakan ‘aku’ Mereka
tidak berpikir ‘aku’ Mereka berpikir ‘kami’; ‘tim. “Mereka berpikir Mereka memahami
pekerjaan mereka untuk membuat fungsi tim. Mereka menerima tanggung jawab dan
tidak menghindari, tapi ‘kita’ mendapat penghargaan …. Inilah yang menciptakan
kepercayaan, apa yang memungkinkan Anda untuk mendapatkan tugas yang dilakukan.
– Peter Drucker

5. Mimpi yang Anda cita-citakan sendirian adalah sekedar mimpi. Sedangkan sebuah mimpi
yang Anda cita-citakan bersama adalah sebuah realita.

6. Saya bisa melakukan hal-hal yang tidak bisa Anda lakukan. Anda bisa melakukan sesuatu
yang tidak bisa saya kerjakan. Bersama-sama, kita dapat melakukan hal-hal yang hebat.

7. Anda bisa saja memiliki ribuan orang hebat. Tetapi jika mereka tidak dapat berkerja
bersama-sama, hal itu tidak berarti banyak.

8. ika Anda ingin berjalan cepat, berjalanlah sendirian. Tetapi jika Anda ingin berjalan jauh,
maka berjalanlah bersama-sama

9. Bersama-sama adalah sebuah awal, menjaga kebersamaan adalah sebuah perkembangan


dan bekerja bersama adalah sebuah kesuksesan.
1. Bungie Studios Menghibur Pelanggannya yang Dirawat di Rumah Sakit

Bungie Studios merupakan sebuah perusahaan developer game yang banyak disukai karena
mereka sangat memperhatikan para pelanggannya. Cerita berawal dari seorang ayah yang anak
laki-lakinya harus menjalani operasi transplantasi hati saat liburan. Selama di rumah sakit,
anaknya tidak dapat memainkan rilisan terbaru dari video game favoritnya, Halo. Ayahnya
kemudian menghubungi Bungie. Bagaimanakah respon Bungie?

Pertama, Bungie mengirimkan sebuah kartu yang berisi pesan-pesan dan semangat dari semua
anggota tim agar sang anak sehat kembali.

Kedua, sebagai solusi karena anak tersebut tidak bisa bermain Halo, tim tersebut membuat
sebuah helm khusus berdasarkan karakter utama dan mengirimkannya dengan kaos, mainan, dan
kreasi khusus dari desainer game.

Sang ayah sangat berterimakasih pada Bungie yang telah membuat anaknya gembira meski
sedang sakit. Ia membuat sebuah thread di forum tentang betapa pedulinya Bungie pada
anaknya, dan kisahnya pun banyak mendapat respon yang ramai.

2. Sainsburry Menerima Saran Seorang Anak Berusia 3 Tahun

Lily Robinson (3 thn) bingung dengan salah satu produk Sainsbury yang bernama roti harimau.
Di matanya, warna dan motif roti itu tidak mirip harimau sama sekali, melainkan mirip dengan
jerapah.

Dibantu orangtuanya, sang anak lalu mengirimkan surat pada Sainsburry berisi opininya bahwa
seharusnya roti itu dinamai roti jerapah alih-alih roti harimau.

CS Manager Sainsburry senang membaca surat itu dan membalasnya dengan ramah. Ia
menceritakan awal mula nama roti harimau, serta mengirimkan gift card dimana Lily bisa
menukarnya dengan produk-produk di toko Sainsbury.

Sainsbury juga akhirnya mengubah nama rotinya dari tiger bread menjadi giraffe bread, serta
menampilkan kisah lucu di balik penggantian nama tersebut.
3. Penundaan Penerbangan United Airlines Demi Seorang Penumpang

Kerry Drake merupakan seorang penumpang United Airlines yang hendak menemui sang ibu
yang sedang sakit dan menunggu detik-detik terakhirnya. Ia harus naik dua kali penerbangan
untuk mencapai lokasi ibunya. Tak hanya cemas dengan kondisi ibunya, Drake juga cemas
karena apabila ia ketinggalan penerbangan kedua, ia tidak akan bisa melihat sang ibu sebelum
ibunya meninggal.

Saat penerbangan pertama tertunda, Drake tak kuat menahan tangis di dalam pesawat. Seorang
petugas memperhatikannya dan menyadari permasalahannya. Dalam waktu beberapa menit, sang
kapten lalu berkoordinasi dengan kru penerbangan Drake berikutnya. Kru tersebut lalu menunda
keberangkatan agar Drake bisa mengikuti penerbangan mereka. Dengan bantuan banyak staf
yang saling bekerjasama, membuat Drake akhirnya dapat tiba di rumah sakit tepat waktu untuk
melihat ibunya.

Sang Ibu sempat melihat Drake dan beberapa waktu kemudian meninggal dunia. Drake menulis
surat ucapan terimakasih yang sangat tulus pada tim penerbangan yang banyak membantu
dengan semua cara yang mereka bisa.

4. Trader Joe’s Mengantarkan Pesanan Meski Cuaca Buruk, dan Gratis!

Seorang laki-laki tua berusia 89 tahun berada sendirian saat musim salju di rumahnya di
Pennsylvania, dan anak perempuannya khawatir ia akan sulit mencari makanan karena badai dan
cuaca buruk di area tersebut.

Setelah menghubungi beberapa toko yang ia harap bisa mengirimkan makanan ke rumah
ayahnya, dia akhirnya terhubung oleh karyawan Trader Joe’s yang mengatakan bahwa mereka
juga tidak dapat mengirimkan makanan… dengan cara biasa.

Kali ini, meski dengan hambatan cuaca ekstrim, mereka justru bersedia mengirimkan langsung
ke rumah sang ayah, bahkan dengan beberapa item tambahan yang sesuai dengan kebutuhan
ayahnya yang harus mengonsumsi makanan dengan kadar sodium rendah.

Setelah mencatat semua pesanan, karyawannya juga mengatakan bahwa pembeli tidak perlu
khawatir soal harga, karena makanan itu akan diantar gratis. Tak lupa, ia juga mengucapkan
selamat Natal.Kurang dari 30 menit, makanan tersebut tiba di pintu rumah ayahnya, gratis!
Kisah-kisah di atas membuktikan bahwa sebenarnya customer service bukanlah suatu hal yang
sulit. Salah satu prinsip yang wajib dipegang adalah empati, dan melakukan hal yang Anda
anggap benar.Jadi, berani berbuat lebih untuk pelanggan Anda? :)

RSPP: Service Excellent!

Bulan lalu, Papa saya menjalani operasi By Pass jantung di (salah satu Rumah Sakit) Rumah
Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta. Ini merupakan pengalaman pertama saya berobat di RSPP.
Pengalaman pertama ini berhasil meninggalkan kesan yang sangat baik untuk saya dan keluarga.
Poin pertama yang menjadi nilai plus dari RSPP adalah keramahan semua orang di rumah sakit
itu. Rasanya tidak ada satupun petugas RSPP yang tidak tersenyum pada saya. Mulai dari dokter,
perawat, pramusaji, cleaning service, bahkan setiap satpam yang saya temui di RSPP, semuanya
murah senyum dan sangat ramah.Saya masih ingat seorang satpam yang berjaga di depan IGD
menyapa sambil tersenyum ketika pagi-pagi sekali saya sudah berada di rumah sakit.”Selamat
pagi, mbak..”Padahal saya tidak benar-benar lewat di hadapan satpam itu, dan saya juga tidak
sempat melihat karena sedang buru-buru, tapi sapaan beliau berhasil membuat saya
menghentikan langkah untuk sesaat menoleh, tersenyum, dan membalas sapaannya.Kemudian,
tentang dokter dan perawat di RSPP.Mereka semua sangat baik, ramah, murah senyum, dan
kalau boleh saya juga ingin menggambarkan mereka sebagai orang-orang yang “asik”. Jam visit
dokter adalah jam yang selalu saya tunggu. Para dokter itu, selain memeriksa Papa, biasanya
juga akan memberi suntikan semangat yang luar biasa. Setiap kali selesai bertemu dokter dan
menanyakan keadaan Papa, saya pun selalu bisa merasa lebih lega. Para dokter selalu
menunjukkan sifat optimisnya bahwa keadaan Papa akan segera membaik.Selain itu, perawat di
RSPP juga tidak kalah keren. Saya tidak menemukan satu pun perawat yang cemberut atau
pasang muka jutek atau capek. Mereka selalu memberikan senyuman hangat dan perhatian, baik
pada pasien maupun keluarga pasien. Mereka tampak seperti orang-orang paling bahagia di
dunia. Padahal setiap dari kita pasti punya masalah kan? Tapi para perawat ini sangat
profesional, mereka mampu menjaga mood mereka untuk selalu berada dalam kondisi prima
selama di rumah sakit. Senyum yang tersungging dari bibir mereka sama sekali bukan senyum
yang dipaksakan.Sehari sebelum Papa operasi, tepatnya ketika orientasi ruang operasi dan ruang
ICU, saya menemani Papa masuk ke ruang ICU untuk melihat-lihat bagian dalam ruang ICU.
Sesaat kami masuk ke pintu ICU, semua perawat yang ada di sana menyapa kami dengan sangat
hangat.“Soreeee Paaaaaak. Bapak yang mau operasi CABG besok kan ya? Semangat ya Pak,
semoga operasinya lancar….!”Saya yang melihat pemandangan itu benar-benar speechless.
Setengah gak percaya.Kemudian, pasca operasi, ketika Papa keluar dari ruang ICU dan pindah
ke ruang perawatan, bahkan semua perawat sempat ber-high-five-ria sama Papa. Mereka ikut
bahagia karena Papa sudah bisa keluar dari ruang ICU.“Bapak harus semangat yaaaa supaya
cepet sembuh!” ujar perawat-perawat itu. Bagi saya, bertemu dengan orang-orang seperti ini
setiap hari, dari pagi sampai pagi lagi, tentu saja sangat membantu. Dalam keadaan saya yang
sedang kalut karena mengkhawatirkan keadaan Papa, senyuman mereka tidak ubahnya seperti
oase di tengah padang pasir. Menyejukkan. Senyuman para perawat itu memberi energi positif
tersendiri, baik untuk pasien ataupun keluarga yang menunggu. Karena senyum itu sesuatu yang
bisa menular, mau tidak mau saya pun ikut tersenyum selama menjaga Papa di rumah
sakit.Ditambah lagi keramahan para petugas pramusaji yang mengantar makanan ke kamar, dan
cleaning service yang membersihkan kamar dan toilet setiap hari. Bagaimana saya bisa untuk
tidak ikut tersenyum dan bahagia kalau di kelilingi orang-orang seperti mereka? Dan semua yang
mereka lakukan itu secara tidak langsung membuat pasien nyaman dan betah berada di rumah
sakit. Poin kedua yang menjadi nilai lebih dari RSPP adalah masalah kebersihan. RSPP adalah
rumah sakit yang sama sekali tidak bau rumah sakit. Sekalipun saya tidak pernah mencium bau
obat-obatan di sini. Cleaning service membersihkan kamar dan toilet 2x sehari. Toiletnya pun
wangi! Wanginya bukan wangi karbol, tapi wangi pengharum. Dari sekian banyak toilet di RSPP
yang pernah saya masuki, tidak ada satu pun yang bau pesing. Unbelievable kan ya kok ada toilet
rumah sakit wangi? hahaha. But that’s the truth.Waktu di RSPP, papa menempati kamar kelas 3.
Dalam satu kamar isinya ada 5 pasien. Jangan bayangkan kamar yang sempit, bau, pengap,
karena semua itu tidak saya temui di sini. Kamar Papa ada di lantai 4, dan kebetulan kami
mendapat tempat tidur di dekat jendela. Sirkulasi udara di kamar itu sangat bagus. Cahaya
matahari pun masuk. Kamar itu sama sekali tidak pengap, tidak kotor, dan tidak panas. Bahkan
di RSPP saya kemana-mana pakai jaket karena kedinginan. Rasanya kamar dan toilet di RSPP
masih lebih bersih dibandingkan di rumah sendiri. Apalagi standart bersih untuk orang sakit yang
sedikit lebih tinggi..Mungkin banyak yang lantas akan menyangkal, “Yaiyalah service excellent,
kan rumah sakit swasta! Kan mihil!”Kalau memang apa yang kita dapatkan itu worth it, kenapa
nggak?
Sudah hampir satu tahun saya menjadi pelanggan setia ojek. Apalagi sejak Gojek mulai
memasuki pasar bebas dan jalanan casablanca tidak lagi bisa ditolerir kemacetannya. Dari
stasiun tebet menuju kantor saya di daerah jalan Rasuna Said selalu saya tempuh dengan ojek.
Kali ini saya ingin membahas tentang supir ojek langganan saya. Katakanlah namanya Romeo,
bukan nama sebenarnya. Mas Romeo ini mangkalnya di stasiun tebet. Badannya berisi dengan
kulit cukup gelap menjadi tidak lagi menyeramkam dikala bibirnya dihiasi senyum. Ya, Mas
Romeo selalu tersenyum jikala ada pelanggan yang menghampirinya. Kali ini saya ingin
membahas soal bagaimana cara Mas Romeo memberikan service excellent kepada
customernya?. Saya akan uraikan berdasarkan pengalaman yang saya alami yang menurut saya
sedikit banyak ber-impact terhadap penghasilan. Ketika pelanggan sudah duduk manis diatas
motornya selalu saja ada bahasan yang bisa membuka pembicaraan. Entah itu soal keretanya,
kemacetan, pokoknya ada saja pembahasan ringan yang akan dibahas. Mas Romeo memanggil
langganannya dengan kaka. Pada awalnya dulua, saya anggap ini sok akrab banget ya, namun
pada akhirnya saya nyamannjuga koq. Mas Romeo cukup paham kebutuhan pelanggannya.
Kalau kita berangkat kerja dan naik ojek kan pasti baju akan bau asap kendaraan dan itu pasti
akan membuat kita tidak nyaman begitu tiba di kantor. Karena itu Mas Romeo selalu memilih
jalan yang tidak macet dan lebih sepi kendaraannya sehingga baju kita tidak terlalu terpapar
olehu asap knalpot yang biasanya semakin menempel di baju jika kita terkurung dalam
kemacetan. Karena Mas Romeo juga akhirnya saya jadi tau banyak tentang jalan tikus yang
jarang bukan jalan umum dan membuat kita tidak mengikuti jalanan macet casablanca. Dia tidak
taku harus menghabiskan kilometer yang cukup jauh asalkan tidak kena macet (tidak ngikuti
macet) sehingga dia pun jd lebih cepat kembali ke pangkalannya hal ini juga membuat pelanggan
nyaman dengan tidak terpapar asap. Tukang ojek pangkalan apalagi di Stasiun Tebet selalu
terkenal dengan harga sewa yang dipatok cukup tinggi dan tidak masuk akal. Hal ini juga yang
membuat saya tidak mau naik ojek. Tapi berbeda dengan Mas Romeo, dia cukup realistis dalam
mematok harga sewa ojeknya. Sehingga tidak perlu ditawar lagi, antara Stasiun Tebet-Putaran
Kuningan Atas biasanya dikenakan harha Rp. 15.000. Tidak segan-segan Mas Romeo akan
memfollow up pelanggannya via sms dan menanyakan keberadaan saya, sudah sampai mana
sehingga dia bisa standby untuk langsung meluncur ketika sudah turun dari kereta. Ketika
fenomena Gojek sedang booming dan orang-orang lebih memilih naik ojek online dibanding
ojek pangkalan, tampaknya hal tersebut tidak berpengaruh cukup significant terhadap
penghasilan Mas Romeo. Karena selama ini Mas Romeo sudah membangun koneksi yang cukup
baik kepada pelanggan-pelanggan untuk tetap menggunakan jasa ojeknya. Karena pelanggannya
cukup banyak bahkan tak jarang saya sering tidak menemukannya di pangkalan. Hal ini
disebabkan karena siklus pelanggan yang menggunakan jasanya cepat. Sehingga keberadaan
ojek online tidak membuat Mas Romeo pusing.

Yang menjadi kesimpulan disini, ketika kita mau memahami dan mendengar apa yang menjadi
kebutuhan dari pelanggan, membangun hubungan dan melakukan pendekatan kepada pelanggan
serta memberikan service excellent maka otomatis akan berpengaruh pada produktivitas kita dan
tentu saja value yang dihasilkan.
Kisah ini bercerita tentang seorang vetaran perang, katakanlah namanya Mr. Jhon. Dia adalah
veteran perang Vietnam. Seorang pilot jet tempur. Pada masa itu, dia telah menyelesaikan banyak
misi tempur di Vietnam. Sebelum akhirnya, pada suatu masa, pesawatnya tertembak musuh.
Berita bagusnya, dia masih bisa melontarkan kursinya dan terjun dengan menggunakan parasut.
Berita buruknya, dia jatuh di wilayah musuh dan akhirnya ditahan sebagai tahanan perang.
Selamat masa tahanan itu, dia telah mengalami banyak hal di penjara musuh. Di akhir perang,
dia dibebaskan dari penjara. Selesai perang, dia melanjutkan studinya dan menjadi dosen di
universitas. Dalam banyak kesempatan, dia memberikan kisah-kisah inspiratif buat para
mahasiswanya yang banyak diambilnya dari pengalaman perangnya di Vietnam.

Pada suatu hari, dia sedang makan siang bersama istrinya.

Tiba-tiba, seseorang menyapanya, “Hello, Mr. Jhon!”

“Anda kenal saya?” tanya Mr. Jhon keheranan.

“Iya. Anda seorang pilot yang hebat. Waktu itu, setelah Anda lepas landas dari kapal induk,
pesawat Anda tertembak dan Anda ditahan musuh.”

“Wah? Bagaimana Anda bisa tahu dengan detil tentang saya?” tanya Mr. Jhon semakin
keheranan.

“Tentu saja. Karena saya adalah orang yang mengurus parasut Anda. Saya yang melipat dan
memasukkan ke dalam tempatnya.”

“Wow! Luar biasa! Terima kasih telah melakukannya untuk saya. It works! Apa jadinya jika
parasut itu tidak mengembang? Pastinya saya tidak ada di sini berbicara dengan Anda. Sekali
lagi, terima kasih!” begitulah respon Mr. Jhon kepada orang yang memberikannya surprise
tersebut.

Lalu mereka melanjutkan bincang-bincang tersebut sambil bernostalgia.

Sepulang dari restoran, Mr. Jhon kembali merenungi tentang makna pertemuan tadi. Dia
melihatnya sebagai kekuatan sebuah team work. The power of teamwork. Ya, pilot tempur adalah
satu unsur dalam perang. Masih ada unsur-unsur lain, seperti petugas yang melipatkan
parasutnya. Mereka juga adalah orang-orang yang berjasa dan penuh dedikasi dalam
pekerjaannya. Mereka tidak hanya mengurusi satu parasut, tetapi banyak parasut. Mr. Jhon juga
membayangkan, barangkali dulu dia sering melihat orang itu di kapal induk. Tapi dia tidak
sempat mengenalnya. Barangkali dia masih terlalu sibuk dengan dirinya, karena dirinya adalah
seorang pilot pesawat tempur, sehingga tidak sempat memikirkan hal-hal lain, yang semestinya
ikut berperan besar dalam hidupnya.
Dalam kasus lain, Mr. Jhon membayangkan tentang juara dunia atletik. Seorang juara, juga
dihasilkan dari teamwork yang hebat. Ada pelatih, ada tukang urut, ada supir yang
mengantarkannya ke tempat latihan secara tepat waktu, ada tukang masak yang memasakkan
makanan yang enak dan bergizi buatnya, dan sebagainya. Itulah, teamwork yang hebat,
menghasilkan sesuatu yang hebat!

Sekali lagi, sudahkah anda berterima kasih kepada tim Anda?

Sebuah tim yang beranggotakan 35 karyawan mengikuti event team building, yaitu sebuah acara untuk
mengembangkan cara kerja kelompok dalam satu organisasi. Mereka adalah orang yang sangat
bersemangat dan entusias. Tetapi, terdapat satu masalah pada tim ini, yaitu mereka tidak mau berbagi
informasi atau solusi satu sama lain. Ketua tim tersebut merasa anggotanya hanya terfokus pada diri
mereka masing-masing, tidak untuk tim..

Jadi, ketua tim mengadakan sebuah game. Game tersebut dia adakan untuk mengajarkan pentingnya
sebuah tim jika bekerja sama dan berbagi. Dia mengumpulkan semua anggota tim di kantin dimana
semua bangku dan meja disingkirkan. Kantin tersebut didekorasi dan terdapat ribuan balon warna-warni.
Semua orang merasa senang, tapi tidak tau hal maksud dari pendekorasian tersebut karena ditengah-
tengah ruangan kantin tersebut terdapat sekotak besar balon yang belum ditiup sama sekali.

Ketua tim mengatakan kepada anggotanya untuk mengambil balon tersebut, meniupnya, lalu membuat
nama mereka pada balon tersebut. Tapi mereka harus berhati-hati agar balon tidak meletus. Bagi mereka
yang balonnya meletus, mereka masih mendapatkan satu kesempatan lagi, tapi jika meletus lagi mereka
keluar dari permainan. Sekitar 30 orang anggota berhasil menuliskan nama mereka pada balon dan
mereka disuruh untuk meninggalkan balon yang sudah ada nama mereka dan juga meninggalkan ruangan
untuk bersiap-siap mengikuti game kedua. Lima menit kemudian, ketua tim memanggil 30 orang tersebut
untuk memasuki ruangan kafetaria, tugas mereka adalah mereka harus mencari balon yang tertera nama
mereka diantara ribuan balok yang sudah disebarkan di seluruh ruangan kantin, mereka juga diminta
berhati-hati agar balon tidak pecah. Jika balon pecah, maka mereka akan didiskualifikasi. Setelah 15
menit berlangsung, tidak satu orang pun yang dapat menemukan balon mereka. Lalu, dikatakan bahwa
game kedua telah selasai dan lanjut ke game ketiga. Pada game ini, ketua menyuruh para anggota untuk
mencari balon yang ada tertulis nama, terserah walaupun bukan nama mereka dan memberikan balok
tersebut kepada orang yang namanya tertera disana. Kemudian, ketua tim menjelaskan poin dari game
tersebut, “kita lebih efisien bekerja jika kita ingin berbagi satu sama lain. Dan kita akan menjadi
penyelesai masalah terbaik ketika kita bekerja sama,bukan secara individu.

Seringkali anggota sebuah tim mendapatkan sebuah kesulitan dalam pekerjaan tim dengan bekeja sendiri
dan terfokus pada tujuan pribadi mereka. Mereka sembunyikan informasi, menghindari kerjasama dan
menjaga jarak dengan orang lain. Hal seperti itu tidak baik untuk sebuah tim dan untuk diri sendiri.

Di sebuah perusahaan yang berusia lebih dari 50 tahun, bertumbuh pesat dan terdiri dari ribuan
karyawan, muncul wacana mengenai program untuk memantapkan kerja tim. Lucunya, ini justru
terjadi pada “ring 1”, pentolan-pentolan organisasi. Padahal, seyogyanya beliau-beliau ini sudah
piawai dalam meng-handel tim untuk melakukan “kerja tim”-nya, tanpa perlu diingatkan dan
diajarkan lagi. Kedengarannya memang aneh, tapi inilah kenyataannya. Divisi-divisi yang
bekerja di bawah mereka menunjukkan gejala ‘silo’ yang parah, alias tidak mau tahu urusan lain
dan tidak ada niatan untuk berkoordinasi satu sama lain. Bahkan, menginformasikan perubahan
saja terasa sangat sulit bagi masing-masing departemen. Anehkah hal ini? Apakah ini suatu
gejala yang ‘luar biasa’? Banyak perusahaan, bila mau menelaah ke dalam dan berusaha
meneropong jujur ke dalam tindakan, sikap dan perilakunya, pastilah mengakui bahwa butuh
upaya ekstra keras dan konsisten untuk menggalang kerja tim yang solid. Pantas saja, ada juga
suara-suara yang mengatakan bahwa beberapa menteri dalam kabinet pun tidak berkomunikasi
lancar satu sama lain. Lucunya, banyak orang, bila disadarkan bahwa komunikasi dalam timnya
kurang, cenderung membela diri. Mereka kerap tidak menyadari, bahkan memaparkan contoh-
contoh betapa meeting rutin sudah berjalan di timnya, komunikasi tatap muka dan email
dilakukan intensif dan satu sama lain pun tidak menolak kerjasama. Jadi, di mana letak
‘kesalahan’nya, mengapa kerja tim bisa melempem?

Menciptakan ‘Chemistry’

Seorang teman saya mempertanyakan, apakah tidak eratnya kerja tim disebabkan tidak adanya
‘chemistry’ diantara anggotanya? Pertanyaannya kemudian disusul dengan pertanyaan standar:
“Apakah kita perlu pelatihan “outbound’ lagi?” Meskipun kita bisa merasakan keakraban dan
pemahaman yang lebih baik mengenai anggota tim melalui program outbound yang singkat,
namun pertanyaan yang menggelitik adalah apakah kita tidak meyakini bahwa kita bisa
menciptakan koneksi dengan orang lain dan meracik ‘chemistry’ dalam keseharian kita di tempat
kerja? Pepatah lama mengatakan: “There are no misunderstandings; there are only failures to
communicate”. Dari sini kita menyadari bahwa sebenarnya kita tidak bisa mempermasalahkan
buruknya ‘chemistry’ di antara sekelompok orang jika kita belum secara sungguh-sungguh
berupaya membuat koneksi yang berkualitas.

Teman saya berkelakar, “masak kalah sama semut. Semut saja bila bertemu dengan sesamanya
meluangkan waktu sejenak untuk bertegur sapa”. Bagaimana dengan kita? Bukankah kita
banyak membuang kesempatan untuk membangun koneksi, apakah itu saat bertemu di dalam lift,
berpapasan di jalan, bertegur sapa di pagi hari, bahkan saat harus berdiskusi mendalam untuk
memecahkan masalah, membahas “daerah abu-abu” ataupun mengkomunikasikan komitmen
yang perlu diangkat. Jangankan orang yang baru dalam tim, kita bahkan seringkali absen
membangun koneksi dengan orang yang sudah hidup dan bekerja sama selama bertahun tahun.

Seorang peserta pelatihan berkali-kali menekankan pentingnya respek dalam membangun


koneksi. Saya juga setuju bahwa apresiasi bisa kita tunjukkan tanpa pujian yang melambung,
tetapi lebih pada upaya untuk memahami lawan bicara dan berusaha menggali ‘point’-nya.
Banyak orang merasa kikuk untuk membina hubungan akrab di tempat kerja, bahkan
menganggap hal itu hanya diperlukan dalam hubungan informal dan hubungan kekeluargaan di
luar bisnis. Upaya pendekatan ke orang lain, terkadang dinilai hanya dibutuhkan oleh para
salesman dan humas. Ada juga yang menganggap bahwa ini adalah kegiatan yang mengarah
pada hal-hal yang feminin. Padahal, banyak sekali potensi dan kesempatan yang bisa kita raih
demi kebersamaan tujuan, asal kita mau sedikit berusaha untuk membangun koneksi satu sama
lain. Bukankah kita sama sama menyaksikan, bahwa hal yang paling ditekankan oleh menteri
keuangan RI yang baru adalah semangat tim Departemen Keuangan, sebelum masuk ke
substansi bisnisnya?

Kejelasan

Kita pasti bisa merasakan bila spirit individu dalam tim mengendur. Banyak orang yang tidak
mengerti mengapa personil yang pandai-pandai dan berdedikasi, bisa tiba-tiba kehilangan
semangat berbagi informasi, tidak disiplin, malas ber-brainstorming dan seolah tidak henti
memikirkan kepentingan diri sendiri. Seorang karyawan yang berada dalam situasi itu
berkomentar,”Kalau dalam tim, satu orang dengan yang lain tidak jelas tentang standar
kualitas dan tindakan yang harus dilakukan, serta kabur akan sasaran kelompok, bagaimana
kita akan menyerahkan pikiran dan hati sepenuhnya pada tim?”

Tidak jelasnya prinsip dan arah perusahaan atau lembaga, memang sering menyebabkan spirit
kelompok menjadi kendur. Apalagi bila atasan pun mencla-mencle, tidak mengedepankan
koordinasi, bahkan sedikit-sedikit mengadu domba. Orang hanya bisa menjadi ‘selfless’, bila
tujuan organisasi sangat ‘clear’. Itu sebabnya, kita melihat turunnya semangat kerja tim pada
perusahaan yang sedang terguncang dan tidak memperjelas keadaan pada masa-masa krisisnya.
Sebaliknya, organisasi yang bertujuan jelas, bisa dengan mudah meningkatkan kerja tim dan
bahkan menciptakan kompetisi seru antar kelompok-kelompok, baik dalam kegiatan yang
berkaitan dengan substansi bisnisnya maupun di luar itu.

Bila individu satu sama lain sudah terkoneksi melalui rasa percaya dan jelas terhadap tujuan
kelompok dan organisasi, tentu tidak butuh energi besar untuk mendorong tim mencapai kinerja
terbaik. Bahkan, kita pun tidak usah terlalu khawatir untuk mem-“bolak-balik” atau
meng-“gunting copot” individu dalam tim, karena secara otomatis tim punya kekuatan untuk
dengan cepat me-“reorganize” dirinya kembali.

Вам также может понравиться