Вы находитесь на странице: 1из 5

[Type the document

title]

Disusun Oleh:
SEMESTER VA

Kelompok 7 :
 Kadek Dwi Partiwi (015.01.3191)
 Devi Susilawati
 I Komang Aria Wibawa
 Seni Hardianti
PERBANDINGAN REVIEW JURNAL PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
DENGAN KASUS “GIZI BURUK”

 JURNAL 1 DENGAN JUDUL POLA PEMBERIAN MAKAN PADA BALITA GIZI


BURUK DIKELURAHAN RUMBAI BUKIT KOTA PEKANBARU
 JURNAL 2 DENGAN JUDUL POLA PEMBERIAN MAKAN PADA BALITA GIZI
BURUK DIKELURAHAN RUMBAI BUKIT KOTA PEKANBARU
 JURNAL 3 DENGAN JUDUL PEMBERIAN FORMULA TEMPE PADA PENDERITA
GlZl BURUKUNTUK MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN

1. METODEPENELITIAN

A. JURNAL 1 :

Subjek dalam penelitian ini adalah balita yang mengalami gizi buruk yang berjumlah tiga
orang dan informan dalam penelitian ini adalah ibu dari balita yang mengalami gizi buruk.

B. JURNAL 2 :

Subjek dalam penelitian ini adalah balita yang mengalami gizi buruk yang berjumlah

tiga orang dan informan dalam penelitian ini adalah ibu dari balita yang mengalami gizi buruk.

C. JURNAL 3 :

Sebanyak 40 sampel tersebut mendapat intewensi sebagai berikut :

 Kelompok 1
Sebanyak20 balitagizi buruk mendapat paket pemulihan tepung formula tempe (50 gram
sehari).
 Kelompok 2
Sebanyak 20 balita gizi buruk mendapat paket upaya pemulihan yang telah ada ditambah
sususkim (50 gr sehari).
2. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. JURNAL 1 :

Beberapa penyebab anak mengalami gizi buruk :

 Ketersediaan makanan
Ketersediaan makanan ditingkat rumah tangga merupakan suatu kondisi ada atau
tidaknya bahan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, beragam merata dan terjangkau oleh
daya beli keluarga
 Pemilih makanan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang mengalami gizi buruk menyukai
makanan-makanan ringan atau jajanan untuk dikonsumsi setiap hari sebagai pengganti
makanan pokoknya.
 Menolak makanan
Balita yang mengalami menolak makan biasanya rentan terkena penyakit karena nutrisi
yang masuk tidak sesuai dengan energi yang dikeluarkan
 Peran suami
Kurangnya peran suami dalam pemberian nutrisi pada balita
 Riwayat pemberian asi
Berdasarkan penelitian dapat dilihat bahwa balita tidak mendapatkan ASI sejak berumur
8 bulan dikarenakan informan hamil.
 Pola asuh
Pola pengasuhan yang buruk akan berdampak buruk kepada anak

B. JURNAL 2 :

Hasil uji statistik karakteristik balita dengan gizi buruk serta berat badan sebelum dengan
kelompok intervensi dan kontrol memiliki kesetaraan pada usia, jenis kelamin, dan penyakit
penyerta, bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna proporsi anatar kedua kelompok. Hasil
uji disimpulkan terdapat perbedaan selisih berat badan sebelum dan setelah diberikan diet
formula 75 dan 100 yang bermakna antara kelompok intervensi dan kontrol.
C. JURNAL 3 :

rata-rata pertambahan tinggi badan balita yang mendapat tepung formula tempe adalah
70,3 cm dan pada akhir pemulihan menjadi 74,9 cm. Berarti ada pertambahan tinggi badan
sebesar 4,6 cm. Pada balita yang mendapat susu pertambahan tinggi badannya lebih rendah (3,3
cm), yaitu dari 67.7 cm menjadi 72,1 cm. Penelitian Sudigbia (1992) menunjukkan hasil yang
serupa ; selama 12 minggu pada balita diare yang mendapat tepung formula tempe pertambahan
berat badannya lebih besar (1236,67 gram) dibandingkan pertambahan berat badan balita diare
yang tidak mcndapat tepung formula tempe (834,66 gram)(P c 0.05).

3. KESIMPULAN

A. JURNAL 1 :

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pola pemberian makan pada balita yang
mengalami gizi buruk tidak baik, yang dikarenakan kurangnya ketersediaan makanan, balita
yang menolak makan pada saat diberikan makan, balita yang suka memilih makanan tertentu
untuk dimakan, kurangnya peran suami, buruk pemberian pola asuh dan riwayat pemberian
makan melalui ASI yang tidak baik. Kepada orang tua dan anggota keluarga yang mempunyai
balita diharapkan untuk lebih memperhatikan pola pemberian makan pada balita dan tenaga
kesehatan diharapkan mensosialisasi kebutuhan gizi pada balita dan bagaimana cara
memodifikasi bahan pangan yang murah dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan gizi balita .

B. JURNAL 2 :

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pola pemberian makan pada balita yang
mengalami gizi buruk tidak baik, yang dikarenakan kurangnya ketersediaan makanan, balita
yang menolak makan pada saat diberikan makan, balita yang suka memilih makanan tertentu
untuk dimakan, kurangnya peran suami, buruk pemberian pola asuh dan riwayat pemberian
makan melalui ASI yang tidak baik. Kepada orang tua dan anggota keluarga yang mempunyai
balita diharapkan untuk lebih memperhatikan pola pemberian makan pada balita dan tenaga
kesehatan diharapkan mensosialisasi kebutuhan gizi pada balita dan bagaimana cara
memodifikasi bahan pangan yang murah dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan gizi balita .
C. JURNAL 3 :

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Pertambahan berat badan balitagizi buruk yangmendapattepungformulatempe lebih besar


dari pada pertambahan berat badan balita gizi buruk yang mendapat susu (selama 6
bulan).
2. Setelah 6 bulan, pada kelompok balita yang mendapat tepung formula tempe; jumlah
balita yang masih gizi buruk lebih sedikit dibandingkan pada kelompok balita yang
mendapat susu.
3. Selama periode pemulihan jumlah balita yang diare pada kelompok balita yang mendapat
tepung formula tempe lebih sedikit dari pada kelompok yang mendapat susu.
4. Pada balita yang mendapat tepung formula tempe, jumlah balita yangmasih anemia lebih
sedikit dari pada balita yang mendapat susu.
5. Konsumsi zat gizi balitagizi buruk yangmendapat tepung formula tempe maupun
yangmendapat susu lebih rendah dari angka kecukupan yang dianjurka

Вам также может понравиться