Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Tingkatan stress
1. Stres normal
stres normal yang merupakan bagian alamiah dari kehidupan. Misalnya
merasakan detak jantung yang lebih keras setelah beraktivitas, kelelahan setelah
mengerjakan tugas, takut tidak lulus ujian (Crowford & Henry, 2003).
2. Stres ringan
stresor yang dihadapi yang bisa berlangsung beberapa menit atau jam.
Contohnya adalah dimarahi dosen, kemacetan. Stressor ini dapat menimbulkan
gejala, antara lain kesulitan bernafas, bibir kering, lemas, keringat berlebihan ketika
temperatur tidak panas, takut tanpa ada alasan yang jelas, merasa lega jika situasi
berakhir (Psychology Foundation of Australia, 2010).
3. Stres sedang
stres yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Misalnya
perselisihan yang tidak dapat diselesaikan dengan seseorang. Stressor ini dapat
menimbulkan gejala yaitu, mudah merasa letih, mudah marah, sulit untuk
beristirahat, mudah tersinggung, gelisah (Psychology Foundation of Australia,
2010).
4. Stres berat
situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa minggu, seperti perselisihan
dengan dosen atau teman secara terus menerus, penyakit fisik jangka panjang dan
kesulitan finansial. Stressor ini dapat menimbulkan gejala yaitu, merasa tidak kuat
lagi untuk melakukan kegiatan, mudah putus asa, kehilangan minat akan segala hal,
merasa tidak dihargai, merasa tidak ada hal yang bisa diharapkan di masa depan
(Psychology Foundation of Australia, 2010).
5. Stres sangat berat
situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa bulan dan dalam kurun
waktu yang tidak dapat ditentukan. Biasanya seseorang untuk hidup cenderung
pasrah dan tidak memiliki motivasi untuk hidup. Seseorang dalam tingkatan stres
ini biasanya teridentifikasi mengalami depresi berat kedepannya (Psychology
Foundation of Australia, 2010).
Manifestasi Stress
Stres sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat
merasakannya, tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity. Sesuai
dengan karakteristik individu, maka responnya berbeda- beda untuk setiap orang.
Seseorang yang mengalami stres dapat mengalami perubahan-perubahan yang
terjadi pada tubuhnya, antara lain :
1. Perubahan warna rambut kusam, ubanan, kerontokan
2. Wajah tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius, tidak santai, bicara berat,
sulit tersenyum/tertawa dan kulit muka kedutan (ticfacialis)
3. Nafas terasa berat dan sesak, timbul asma
4. Jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau menyempit (constriksi)
sehingga mukanya nampak merah atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer)
terutama ujung-ujung jari juga menyempit sehingga terasa dingin dan
kesemutan.
5. Lambung mual, kembung, pedih, mules, sembelit atau diare.
6. Sering berkemih.
7. Otot sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang pada tulang terasa linu atau
kaku bila digerakkan.
8. Kadar gula meningkat, pada wanita mens tidak teratur dan sakit (dysmenorhea)
9. Libido menurun atau bisa juga meningkat.
10. Gangguan makan bisa nafsu makan meningkat atau tidak ada nafsu makan.
11. Tidak bisa tidur
12. Sakit mental-histeris
c. Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut
dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau
peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam
organisasi.
d. Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam
suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group (Robbins,
2001:316) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau
menekankan pada hubungan yang secara langsung antara pemimpin dengan
karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya mengutamakan atau
menekankan pada hal pekerjaan saja.
Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur
tingginya tingkat stress. Pengertian dari tingkat stress itu sendiri adalah muncul dari
adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak
diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan, atau
permintaan-permintaan dimana semuanya itu berhubungan dengan keinginannya
dan dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi penting
(Robbins,2001:563).
3. Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga,
masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan
pribadi antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan
yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan
seseorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang
tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta
dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya. Karakteristik pribadi dari
keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan stress terletak pada watak
dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stress
yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur dengan benar dalam kepribadian
seseorang.
5. PERILAKU KEKERASAN
Pengertian
• Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditunjukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Purba ddk, 2008)
• Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal
atau marah yang tidak konstruktif (Stuart & Sundeen, 1995)
Tanda dan gejala
marah
perasaan tidak berguna
jengkel
sesak
Mendengar suara-suara yang menyuruh melukai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
Penyebab
Perasaan malu terhadap diri
Rasa bersalah terhadap diri sendiri
Gangguan hubungan sosial
Percaya diri kurang
Mencederai diri
Akibat
menyerang orang lain
mencederai diri orang lain dan lingkungan
Masalah keperawatan
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Perilaku kekerasan / amuk
Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
Koping Individu Tidak Efektif
Diagnosa keperawatan
Perilaku kekerasan
Gangguan konsep diri
Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
7. ISOLASI SOSIAL
Pengertian
Menurut Townsend, M.C (1998:152) isolasi sosial merupakan keadaan
kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap
negatif dan mengancam bagi dirinya. Sedangkan menurut DEPKES RI (1989: 117)
penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik
perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat
bersifat sementara atau menetap.
Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak
(Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988 : 423)
isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan
berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak
mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam
kegagalan.
Data objektif
a. Tampak menyendiri dalam ruangan
b. Tidak berkomunikasi, menarik diri
c. Tidak melakukan kontak mata
d. Tampak sedih, afek datar
e. Posisi meringkuk di tempat tidur dengang punggung menghadap ke pintu
f. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan
perkembangan usianya
g. Kegagalan untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnya
h. Kurang aktivitas fisik dan verbal
i. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi
j. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya
Penyebab
Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa
percaya pada orang lain, perasaan panik, regresi ke tahap perkembangan
sebelumnya, waham, sukar berinteraksi dimasa lampau, perkembangan ego yang
lemah serta represi rasa takut (Townsend, M.C,1998:152). Menurut Stuart, G.W &
Sundeen, S,J (1998 : 345) Isolasi sosial disebabkan oleh gangguan konsep diri
rendah.
Gangguan konsep diri:harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap
hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri
(Stuart dan Sundeen, 1998 :227). Menurut Townsend (1998:189) harga diri rendah
merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negatif baik langsung maupun tidak langsung. Pendapat senada dikemukan oleh
Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri rendah merupakan keadaan dimana
individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri.
8. HALUSINASI
Pengertian
Halusinasi adalah persepsi yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal)
atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat
bayangan atau suara-suara yang sebenarnya tidak ada (Johnson, B.S. 1995:421).
Menurut Maramis (1998:119) halusinasi adalah pencerapan tanpa ada rangsang
apapun dari panca indera, dimana orang tersebut sadar dan dalam keadaan
terbangun yang dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organic atau
histerik. Sedangkan menurut pendapat lain halusinasi adalah suatu keadaan dimana
seorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat
yang mendekat (yang diprakarsai secara internal atau eksternal) disertai dengan
suatu pengurangan, berlebih-lebihan, distorsi atau kelainan berespon terhadap
stimulus (Townsend, M.C, 1998:156).
Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsi yang terjadi tanpa adanya
stimulus sensori eksternal yang meliputi (penglihatan, pendengaran, pengecapan,
penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah halusinasi
pendengaran (Boyd, M.A & Nirhath, M.A, 1998:303 ; Rawlins, R.P, Heacock, P.E,
1998;198). Menurut Carpetino, L.J (1998:363) Perubahan persepsi sensori
halusianasi merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
berisiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola atau interprestasi stimulus
yang dating. Sedangkan menurut pendapat lain halusinasi merupakan persepsi
sensori yang palsu yang terjadi tanpa adanya stimulus eksternal, yang dibedakan
dari distrorsi atau ilusu yang merupakan kekeliruan persepsi terhadap stimulus yang
nyata dan pasien menganggap halusinasi sebagau suatu yang nyata (Kusuma, W,
1997:284)
Data objektif :
Mudah tersinggung.
Apatis dan cenderung menarik diri (controlling).
Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola konumikasi, kadang berhenti bicara
seolah-olah mendengar sesuatu.
Menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara.
Menyeringai dan tertawa tidak sesuai.
Gerakan mata yang cepat.
Pikiran yang berubah-ubah dan konsentrasi rendah.
Kadang tampak ketakutan.
Respon-respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang
kompleks)
Penyebab
Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik, sterss
berat yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik diri ( Townsend,
M.C, 1998:156). Menurut Carpetino, L.J, (1998:381) isolasi sosial merupakan
keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan
atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak
mampu untuk membuat kontak. Sedangkan menurut Rawlins, R.P dan Heacock,
P.E (1998:423) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari
interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan
hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berpikir, berperasaan.
Berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.
9. HARGA DIRI RENDAH
Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri , merasa gagal karena karena
tidak mampu mencapai keinginansesuai ideal diri (keliat. 2001). Menurut Schult &
videbeck (1998) gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang
terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung.
Keliat, Budi Anna, Dkk. 2005 . Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.
Jakarta: EGC
Keliat, Budi Anna., Akemat., Helena, Novy., Nurhaeni, Heni. (2011). Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC
Boyd, M.A & Nihart, M.A, (1998). Psychiatric Nursing Contemporary Practice,
Edisi 9th, Lippincott-Raven Publishers, Philadelphia
Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan), Edisi 8,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Boyd, M.A & Nihart, M.A, (1998). Psychiatric Nuersing cotemporary Practice,
Edisi9th, Lippincott Raven Publisrs, Philadelphis.
Rasmun.(2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan
Keluarga. Edisi Pertama. Jakarta : PT Fajar Interpratama.
Stuart & Laraia. (2006). Principle and Practice of Psychiatric Nursing Eighth
Edition. Mosby-Year Book Inc, St. Louis-USA.