Вы находитесь на странице: 1из 13

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014,

6 November 2014, ISSN 2407-1021

STUDI EKSPERIMENTAL PERILAKU HUBUNGAN PELAT-


KOLOM MENGGUNAKAN DROP PANEL DENGAN SERAT PVA-
ECC TERHADAP BEBAN SIKLIK LATERAL
Asdam Tambusay1, Priyo Suprobo2, dan Faimun3

1
Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Email: asdam.tambusay13@mhs.ce.its.ac.id
2
Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Email: priyo@ce.its.ac.id
3
Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Email: faimun@ce.its.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan karena dilatarbelakangi oleh fakta bahwa struktur flat slab
memiliki kelemahan yang sangat signifikan dalam menahan beban lateral yang terjadi
akibat gempa. Kelemahan pada struktur flat slab adalah kekakuan transversal yang
rendah yang menyebabkan deformasi yang berlebihan serta struktur tidak sesuai
digunakan sebagai elemen utama penahan beban lateral karena bersifat flexible dibanding
beam-column frame dan berisiko terhadap kerusakan getas akibat punching shear karena
transfer gaya geser dan momen tak-imbang antara pelat dan kolom. Oleh karena itu,
berbagai penelitian dilakukan sebagai upaya peningkatan perilaku struktur khususnya
pada daerah hubungan pelat-kolom (joint) sehingga struktur dapat digunakan dengan
aman dan kelebihan yang dimiliki jenis struktur ini dapat dimanfaatkan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis perilaku hubungan pelat-kolom dalam memikul beban
siklik lateral yang dikombinasikan dengan beban gravitasi melalui pengujian
eksperimental. Material yang digunakan pada penelitian ini adalah beton konvensional
pada pelat dan kolom, sedangkan serat PVA-ECC diberikan pada drop panel. Studi
eksperimental dilakukan dengan lima buah benda uji berskala 1:2 dari model hubungan
pelat-kolom interior yang dirancang dengan ukuran sama dengan detail rasio tulangan
lentur/fraksi volume serat PVA-ECC adalah 1.0%, 1.0%/1.0%, 1.0%/1.5%, 1.5%/1.0%,
dan 1.5%/1.5% pada kelima benda uji secara berturut-turut. Pemilihan variasi rasio
tulangan lentur dan fraksi volume serat PVA-ECC yang berbeda dilakukan untuk
mengetahui konfigurasi yang optimum dalam mereduksi punching shear yang terjadi
pada penampang kritis hubungan pelat-kolom akibat beban siklik lateral dan beban
gravitasi. Beban gravitasi yang diberikan pada struktur berupa akumulasi berat yang
diterima struktur hubungan pelat-kolom dengan cara blok beton dikaitkan pada daerah
tekan dari penampang pelat, sedangkan beban siklik lateral diberikan dengan bantuan alat
uji cyclic loading test dengan metode displacement control, dimana posisi aktuator
ditempatkan ditempatkan tegak lurus dengan sisi penampang kolom. Hasil penelitian
diharapkan dapat meningkatkan perilaku struktur dalam memikul beban siklik lateral
sehingga memiliki kekakuan awal yang baik, degradasi kekakuan yang cukup, disipasi
energi yang baik dalam menyerap energi gempa, degradasi kekuatan yang memadai serta
daktilitas yang signifikan.

Kata kunci: hubungan pelat-kolom, drop panel, serat PVA-ECC, beban siklik lateral

1. PENDAHULUAN
Slab-column frame atau struktur flat slab merupakan salah satu model konstruksi sistem gedung dengan
elemen utama terdiri dari pelat dan kolom. Kelebihan struktur flat slab meliputi desain yang sederhana,
fleksibilitas arsitektur, ruang murni dengan tidak adanya elemen struktural balok sehingga konstruksi lebih
cepat dan menghemat waktu (Erberik dan Elnashai, 2004). Di samping itu, struktur flat slab memerlukan

Str - 1
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014,
6 November 2014, ISSN 2407-1021

STUDI KELAYAKAN APLIKASI LAMINATED GLASS BEAM;


INVESTIGASI PROPERTI KACA INDONESIA DAN PEMODELAN
PENGARUH DARI DIMENSI KACA PADA LAMINATED GLASS
SEBAGAI BALOK
I Ketut Hartana1, Triwulan2, dan Pujo Aji3

1
Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Email: har3110@gmail.com
2
Staf Pengajar,Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Email:
triwulan@ce.its.ac.id
3
Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Email:
pujo@ce.its.ac.id

ABSTRAK
Untuk penerapan kaca sebagai balok di Indonesia harus memperhatikan beberapa isu yang
mempengaruhi kondisi kaca yakni dari faktor lingkungan, firma, peraturan, dan propertis
fisik dari kaca. Dilakukan perbandingan kondisi dari negara yang memiliki struktur dengan
balok kaca untuk mendapatkan kelayakan aplikasi. Dari faktor lingkungan diperhatikan
pengaruh dari perbedaan iklim, suhu, dan gempa. Pada faktor peraturan dilakukan
perbandingan dari ASTM dan TRAV terhadap SNI. Pada studi firma dilakuan investigasi
pada firma kaca di Indonesia. Untuk mengetahui propertis fisik dari kaca Indonesia
dilakukan pengujian lentur berdasarkan SNI 15-0047-2005. Dari pengujian didapatkan beban
maksimum dan displacement yang diolah untuk mendapatkan maksimum stress dan nilai
poisson ratio dari kaca. Dilakukan pemodelan dengan program MIDAS FEA dalam analisa
propertis dan permodelan balok kaca laminasi. Terakhir dilakukan studi mengenai faktor
non-struktur yang dapat menyebabkan kegagalan pengaplikasian kaca sebagai balok.
Berdasarkan faktor lingkungan, balok kaca tidak akan dipengaruhi oleh creep secara major
dan beban desain gempa harus diperhatikan. Peraturan di Indonesia belum mengatur
mengenai kapasitas izin dari kaca dan penerapan sebagai material struktur. Firma di
Indonesia belum siap dalam memproduksi kaca untuk struktur. Dari pengujian didapatkan
stress maksimum sebesar 40.253 MPa lebih besar 2.4 x dari allowable stress berdasarkan
ASTM 1300-03. Untuk analisa displacement didapatkan nilai poisson ratio sebesar 0.23.
Permodelan balok laminasi bahwa penambahan tinggi 100mm atau tebal 10mm dapat
meningkatkan kemampuan balok kaca sebesar 10kN. Kegagalan pada balok kaca selain
disebabkan oleh faktor beban, kandungan NiS dan local heating dapat menyebakan
keretakan secara tiba-tiba sehingga perlu dikontrol dalam proses pembuatan kaca dan lokasi
pembangunan.
Kata kunci: Balok kaca, Glass Beam, Midas FEA, Laminated Glass Beam, PVB

1. PENDAHULUAN
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, kaca kini dimanfaatkan sebagai elemen stuktur utama
yang memilkul beban struktur. Kaca sebagai elemen struktural pertama dibangun di Paris pada tahun 1993
dan kemudian berkembang di negara German, Belanda, dan UK. Pada akhrnya tahun 1996 desain
arstiektrural dengan menggunakan media kaca mulai berkembang di negara non eropa, yakni di Jepang,
Saudi Arabia, dan sampai di USA pada tahun 2006 (Fu, 2010).
Selain bersifat artistik, populernya kaca dilatarbelakangi karena dapat diaplikasikan sebagai elemen komposit
pada material lain ataupun sebagai elemen murni struktur bermaterial kaca. Dari segi propertis, kaca
memiliki kuat tarik dan tekan 20 x dan 25 x lebih baik dari pada beton C20/25 serta kuat tekan 2 x lebih baik
dari baja S235, namun kuat tarik kaca hanya 20% dari baja S235 (Wurm, 2007). Point penting dalam desain
kaca adalah getasnya sifat kaca yang akan menyebabkan kaca runtuh tanpa mengalami kelelehan.

Str - 9
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014,
6 November 2014, ISSN 2407-1021

Pemodelan Dengan Program Berbasis Elemen Hingga DalamAnalisa


Sambungan Antar Pelat Beton Pracetak Pada Sistem Half-Slab Precast
Yang Dibebani Momen Dua Arah (Studi Kasus : Dermaga Petrokimia
Gresik)
Mufdillawati Mursid1, Priyo Suprobo2, Data Iranata3, Djoko Irawan4
1
Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Email : mufdillawati.m@gmail.com
2
Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Email : priyo@ce.its.ac.id
3
Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Email :iranata_data@yahoo.com
4
Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Email :djoko_i@ce.its.ac.id

ABSTRAK
Penggunaan sistem pelat pracetak sebagian (Half Slab Precast) biasanya dilaksanakan
untuk pelat lantai yang berperilaku sebagai pelat satu arah (One Way Slab).
Penggunaan sistem pracetak ini sangat mudah, praktis dan cepat, sehingga banyak
digunakan oleh perencana bahkan para pelaksana. Namun bila sistem pracetak tersebut
dilakukan pada panel pelat yang berperilaku sebagai pelat dua arah (Two Way Slab)
diduga masih banyak menimbulkan masalah seperti penurunan kekuatan dan terjadi
keretakan. Kerusakan yang terjadi di lapangan berupa retak, diduga akibat adanya
perubahan sistem konstruksi dari cast in situ menjadi pracetak yang tidak
memperhitungkan dampak negatifnya. Akibat perubahan sistem konstruksi tersebut
akan terjadi perubahan perilaku struktur, dimana komponen pracetak bagian lapis
bawah akan berperilaku sebagai pelat satu arah sedangkan komponen lapis atas
akan berperilaku sebagai pelat dua arah, yang pada perencanaan awalnya komponen
pelat lapis bawah maupun lapis atas berperilaku sebagai pelat dua arah. Dengan demikian
dalam melakukan perubahan sistem dari cast in situ menjadi pracetak perlu diikuti
perubahan pada dimensi dan penulangannya baik jumlah maupun diameternya atau
memberikan sistem sambungan antara komponen pracetak, sehingga secara terangkai
dapat berperilaku sebagai pelat dua arah. Makalah ini akan memaparkan serangkaian
tahapan penelitian terkait pemodelan (analisa numerik) sambungan half slab precast.
Model benda uji yang digunakan adalah half slab precast yang sebelumnya telah diuji
oleh Irawan dkk (2014). Penelitian ini dimodelkan dengan balok bertulang dengan
geometri 5000mm x 800 mm x 500mm seperti benda uji yang telah dites di laboratorium.
Pemodelan sambungan pracetak dengan menggunakan program bantu berbasis metode
elemen hinggadianalisan secara 3D. Beton dimodelkan dengan tipe elemen
Solid,Homogenous sedangkan tulangan menggunakan tipe Beam. Mutu beton (f’c) yang
digunakan adalah 30 MPa dan menggunakan mutu baja BJ 37. Dengan adanya penelitian
ini diharapkan hasil yang didapatkan bisa mendekati hasil eksperimental benda uji yang
telah diiuji pada kasus Dermaga Petrokimia Gresik, sehingga perilaku pracetakpada pelat
dua arah dapat diketahui.

Kata kunci :half slab precast, sambungan,pelat,dua arah, metode elemen


hingga.

1. LATAR BELAKANG
Pelat atau slab adalah suatu struktur solid tiga dimensi yang memiliki bidang permukaan datar (tidak
melengkung), lurus dan memiliki tebal lebih kecil dibandingkan dengan dimensi yang lain (Asroni,2010)..
Pelat lantai juga merupakan panel – panel beton bertulang yang memungkinkan bertulangan satu arah atau

Str - 18
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014,
6 November 2014, ISSN 2407-1021

DAKTILITAS BETON PRATEKAN PARSIAL PADA STRUKTUR


BANGUNAN GEDUNG MODEL APARTMENT/RUSUN

Resti Nur Arini1, dan I Gusti Putu Raka2

1
Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Email: arini.resti@gmail.com
2
Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Email:
raka@ce.its.ac.id

ABSTRAK
Dengan meningkatnya pertumbuhan bangunan tinggal seperti rusun atau apartment, maka
harus diperhatikan kualitas bangunan, sehingga bangunan yang di disain harus bersifat
daktail. Banyaknya penelitian terhadap daktilitas, maka konsep penggabungan dua material
tulangan biasa dan tendon prategang yang sering disebut beton pratekan parsial menjadi
solusi alternatif. Dengan mengacu pada peraturan SNI beton untuk struktur gedung dan SNI
gempa untuk gedung, maka dilakukan studi daktilitas beton pratekan parsial pada gedung
(dalam hal ini kasus yang diambil adalah apartment atau rusun), dimana penerapan beton
pratekan parsial masih harus dicari daktilitas struktur bangunan yang menggunakan beton
pratekan parsial, yaitu dengan mencari komposisi partial prestressing ratio (PPR), sehingga
dari penelitian yang akan dilakukan diperoleh nilai-nilai prosentase PPR yang bisa menjadi
batasan-batasan yang akan digunakan pada sebuah struktur gedung, sehingga struktur
bangunan yang menggunakan beton pratekan parsial mampu memikul beban mati dan beban
lainnya sebesar 25%.
Kata kunci: Daktilitas, Beton pratekan parsial, Bangunan tinggal, SNI untuk struktur beton
dan gempa

1. LATAR BELAKANG
Seiring dengan meningkatnya pertumbahan bangunan tinggal seperti rusun atau apartment maka dituntut pula
pembangunan yang sangat cepat, selain itu harus diperhatikan juga kualitas dari struktur bangunan-bangunan
tinggal tingkat tinggi, karena Indonesia merupakan wilayah yang sangat berpotensi terhadap terjadinya
gempa, sehingga bangunan yang di desain harus bersifat daktail.
Banyaknya penelitian terhadap daktilitas beton bertulang telah dilakukan. Struktur yang memiliki daktilitas
yang besar akan menyerap energi lebih banyak dibandingkan dengan elemen-elemen yang memiliki daktilitas
kecil (Kurniawan dan Pebrianti, 2008). Selain itu, daktilitas struktur sering dihubungkan dengan unsur
material yang digunakan, kemudian dengan memanfaatkan elemen beton yang dikombinasikan antara
tulangan konvensional dan tendon prategang maka sering disebut beton pratekan parsial, dengan
menggabungkan konsep dari beton bertulang dan beton pratekan semakin dianggap sebagai solusi alternatif
(Karayannis dan Chalioris, 2012).
Menurut komite ACI-ASCE bahwa pratekan parsial merupakan sebuah pendekatan dalam mendisain, dimana
antara tulangan prategang dan tulangan biasa yang digunakan masih diizinkan terhadap beban mati dan
hidup, serviceability akibat retak dan tarik karena lentur serta kekuatan pada beton masih terpenuhi
(Karayannis dan Chalioris, 2012). Jika pada beton pratekan penuh tegangan tarik pada beban layan adalah
nol, maka dengan menggunakan beton pratekan parsial sejumlah tegangan tarik diijinkan pada beban layan
penuh (Nilson, 1989). Dengan berkembangnya beton pratekan parsial pada pembangunan, peneliti telah
menunjukan keuntungan pada penggunaan beton pratekan parsial seperti meingkatkan kinerja struktur dan
mengurangi biaya atau keduanya (Nilson, 1989).
Dengan mengacu pada peraturan SNI beton struktur untuk gedung (2847-2013) dan peraturan gempa untuk
gedung (1726-2012), maka dilakukan studi daktilitas pada struktur bangunan gedung dengan melakukan
penerapan beton pratekan parsial pada bangunan tinggal, diharapkan daktilitas dengan menerapkan beton

Str - 25
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014,
6 November 2014, ISSN 2407-1021

OPTIMASI SAMBUNGAN KOMBINASI LAS DAN BAUT SEBAGAI


UPAYA PENINGKATAN KUAT TARIK MATERIAL PELAT

Saripuddin. M1, Hammada Abbas2, Herman Parung3 dan Wahyu H. Piarah4.

1
Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Email:
shirua01@yahoo.co.id
2
Dosen Jurusan Teknik Mesin, Universitas Hasanuddin, Email: hammadaabbas@yahoo.co.id
3
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Email: parungteknikunhas@gmail.com
4
Dosen Jurusan Teknik Mesin, Universitas Hasanuddin, Email: wahyupiarah@yahoo.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah merumuskan model kekuatan tarik
sambungan kombinasi las dan baut jika dibandingkan dengan kuat tarik sambungan las atau
baut saja. Metode yang akan digunakan dalam pengujian kuat tarik adalah melakukan proses
pembentukan benda uji, proses pengerjaan sambungan las (variasi arus las), sambungan baut
dan benda uji sambungan kombinasi las – baut. Proses selanjutnya melakukan pengujian
tarik untuk semua jenis sambungan dengan menggunakan mesin tensile test untuk
menghasilkan nilai beban maksimal yang mampu diterima oleh setiap material sambungan.
Untuk mengetahui model kuat tarik optimal sambungan kombinasi las – baut dengan
menghitung nilai tegangan dan regangan. Hasil yang diharapkan dalam pengujian tensile test
terhadap sambungan kombinasi las – baut adalah optimasi model terbaik sambungan
kombinasi las dan baut sebagai upaya peningkatan kuat tarik material pelat melalui kuat arus
las (variasi arus las) dibandingkan dengan sambungan las (longitudinal dan transversal) atau
baut saja. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan dalam pemakaian jenis sambungan
kombinasi las – baut pada bidang konstruksi bangunan, jembatan atau industri yang bergerak
dibidang konstruksi yang berhubungan dengan pemakaian sambungan.

Kata Kunci: KekuatanTarik, Kombinasi Las-Baut, Optimasi Sambungan

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kekuatan sambungan merupakan salah satu faktor penentu dalam suatu konstruksi, baik konstruksi jembatan,
rangka atap, perkapalan dan konstruksi lainnya yang menggunakan material logam dalam proses
penyambungan. Banyaknya kerusakan konstruksi yang terjadi pada daerah sambungan, baik yang dilakukan
melalui sambungan mati atau proses pengelasan maupun sambungan yang menggunakan baut dan mur
sebagai alat pengikat dalam penggunaan konstruksi sambungan. Peningkatan kekuatan tarik sambungan
dapat dilakukan melalui proses sambungan kombinasi las dan baut dengan mengoptimalkan model dan jenis
sambungan, variasi penggunaan arus listrik serta memvariasikan media pendingin setelah proses perlakuan
pengelasan. Hasil penelitian dan pengujian ini akan dapat diketahui nilai tegangan tarik ultimate, nilai
regangan dan nilai reduksi penampang melalui pengujian tensile test.
Permasalahan utama dalam proses pengelasan adalah terjadinya tegangan sisa dan distorsi yang merupakan
fenomena yang terjadi pada material, apabila diabaikan dapat mengakibatkan material hasil proses
pengelasan tersebut mengalami kegagalan pada saat beroperasi. Ruang lingkup penggunaan sambungan
kombinasi baut dan las dalam bidang konstruksi sangat luas, meliputi industri perkapalan, bangunan, struktur
jembatan, rangka baja, bejana tekanan, kendaraan rel dan sebagainya.
Hasil penelitian terdahulu tentang Pengujian tarik sambungan las baja ST 42 adalah 464,50 N/mm 2, dengan
peningkatan kekuatan sebesar 0,15 %, (Iman Pujo M dkk) dan hasil pengujian tarik pada kuat arus las 110 A
adalah kekuatan sambungan las 507, 33 N/mm2 dengan peningkatan kekuatan tarik sebesar 0,65 %, (Fenoria
Putri). Sedangkan hasil pengujian sambungan baut tunggal menghasilkan perilaku Curling yang
menyebabkan mekanisme tumpu tidak bekerja sempurna, (Wiryanto Dewobroto).

Str - 32
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014,
6 November 2014, ISSN 2407-1021

POTENSI REACTIVE POWDER CONCRETE SEBAGAI MATERIAL


ELEMEN STRUKTUR

Siti Aisyah Nurjannah1, Bambang Budiono2, Iswandi Imran2, dan Saptahari Sugiri2
1
Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan,
Institut Teknologi Bandung, Email: sanurjannah@gmail.com
2
Staf Pengajar Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung

ABSTRAK
Saat ini di berbagai negara, diperlukan bangunan-bangunan gedung yang lebih tinggi akibat
keterbatasan lahan. Untuk memenuhi kebutuhan bangunan gedung dengan jumlah lantai yang
semakin banyak, diperlukan suatu material beton yang memiliki kinerja tinggi sehingga rasio
kekuatan struktur terhadap berat bangunan akan meningkat. Pada beberapa gedung tertentu,
terdapat batasan dimensi elemen struktur untuk mengakomodasi keperluan arsitektural dan
kebutuhan ruang, sehingga diperlukan struktur prategang. Penelitian di beberapa negara
mengenai beton telah menghasilkan suatu jenis beton Ultra High Performance Concrete
(UHPC) yang memiliki kekuatan, daktilitas, modulus elastisitas, dan durabilitas tinggi, yang
disebut Reactive Powder Concrete (RPC). Penelitian struktur yang menggunakan material
RPC di berbagai negara telah memperlihatkan kinerja yang lebih baik daripada struktur yang
terbuat dari Normal Concrete (NC) ataupun High Performance Concrete (HPC) dalam
menahan beban monotonik. Hasil penelitian struktur bermaterial RPC yang menahan beban
siklik statik memperlihatkan bahwa perilaku struktur cukup daktail. Potensi material RPC
untuk diaplikasikan pada elemen struktur cukup besar karena memiliki kekuatan, daktilitas,
dan durabilitas yang lebih tinggi daripada NC dan HPC. Penelitian tersebut dilakukan secara
eksperimental (material dan struktur) serta numerik. Penelitian eksperimental material terdiri
dari pengujian kuat tekan, kuat tarik, kuat lentur, dan modulus elastisitas RPC, serta uji tarik
baja tulangan dan strand. Pada pengujian struktur, parameter yang ditinjau adalah nilai beban
lateral, perpindahan, regangan beton, dan regangan baja di titik-titik yang mewakili perilaku
benda uji. Hasil pengujian dianalisis untuk mengetahui kinerja benda uji join berupa nilai
tingkat kestabilan struktur menurut ACI 374.1-05 (2005), degradasi kekuatan, degradasi
kekakuan, daktilitas perpindahan, disipasi energi, dan pola retak. Penelitian yang telah
dilakukan saat ini adalah penelitian eksperimental material. Dalam penelitian ini, material
RPC dibuat menggunkan bahan lokal dan serat polypropylene untuk mengurangi susut dan
meningkatkan daktilitas. Dari hasil pengujian, material RPC telah memperlihatkan kinerja
yang tinggi dalam hal kekuatan, daktilitas, kekuatan lentur, kekuatan tarik, modulus
elastisitas, dan Poisson’s ratio, sehingga berpotensi untuk meningkatkan kinerja struktur.
Struktur yang akan dibuat dengan material RPC adalah subassemblage balok-kolom
prategang parsial yang diberi beban aksial tekan konstan kosentrik dan lateral siklik statik
pada ujung atas kolom.

Kata kunci: Reactive Powder Concrete, polypropylene

1. PENDAHULUAN
Bangunan gedung rangka terbuka murni ataupun rangka terbuka yang dikombinasikan dengan dinding geser
dengan jumlah lantai yang semakin banyak menjadi kebutuhan penting di berbagai negara. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, diperlukan material beton yang memiliki kinerja tinggi, sehingga rasio kekuatan struktur
terhadap berat bangunan akan semakin meningkat. Struktur yang menggunakan material berkinerja tinggi
akan memiliki dimensi yang lebih kecil dibandingkan struktur yang menggunakan material Normal Concrete
(NC) atau High Performance Concrete (HSC). Hal ini akan mengakomodasi batasan dimensi struktur untuk
keperluan arsitektural dan kebutuhan ruangan. Selain itu, pengakomodasian batasan dimensi struktur dapat
diatasi dengan pemasangan strand prategang parsial. Penggunaan strand prategang parsial telah secara umum
digunakan pada struktur gedung yang diharapkan tetap berperilaku daktail saat terjadi gempa. Hasil
penelitian mengenai aplikasi beton prategang untuk bangunan gedung memperlihatkan bahwa sistem

Str - 40
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014,
6 November 2014, ISSN 2407-1021

DAKTILITAS TIANG PANCANG PRACETAK BETON BERONGGA


DIMENSI BESAR
Jaka Propika1, Priyo Suprobo2, dan Faimun3

1
Mahasiswa Program Studi Magster Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Email: jakapropika@gmail.com
2
Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Email: priyo@ce.its.ac.id
3
Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Email: faimun@ce.its.ac.id

ABSTRAK
Penggunaan tiang pancang cylinder pile mengalami perkembangan dengan munculnya
beberapa jenis tiang pancang baru ukuran besar yaitu 800 mm, 1000 mm, 1200 mm,
1600 mm dan 2000 mm, penggunaan tiang pancang dimensi tersebut perlu mendapat
perhatian khusus karena fungsi tiang pancang yang bisa berkembang menjadi kolom
untuk beberapa design struktur bangunan seperti struktur bawah jembatan ataupun
dermaga. Pengujian eksperimental tentang tiang pancang prestress beton bulat berongga
dengan dimensi lebih kecil telah banyak dilakukan, hasil dari eksperimental tersebut
menunjukan bahwa prilaku tiang pancang bulat berongga tidak mencapai kuat daktail
yang disyaratkan yaitu 4 untuk daktilitas displacement dan 16 untuk curvature. Makalah
ini memaparkan serangkaian rencana penelitian untuk mendapatkan desain tiang pancang
pracetak beton berongga (cylinder pile) dimensi besar yang kuat apabila ditinjau dari segi
daktilitas. Dalam rencana penelitian yang akan dilakukan, akan dibahas tentang prilaku
kemampuan daktilitas tiang pancang eksisiting pabrikasi PT.WIKA BETON dengan
dimensi 800 mm kelas A, penelitian akan dilakukan dengan analisa awal kemampuan
daktilitas curvature dan defleksi oleh penampang eksisting, dilanjutkan dengan
membandingkan efek perbedaan ratio volumetric tulangan spiral eksisting dengan ratio
volumetric tulangan spiral yang disyaratkan dalam pereturan, sehingga akan
menghasilkan peningkatan tegangan dan regangan pada inti beton yang dapat
meningkatkan nilai daktilitas yang dihasilkan. Pengecekan kemampuan daktilitas
penampang tiang pancang dilakukan dengan analisa kebutuhan tulangan pengekang
minimum yang disyaratkan dalam peraturan SNI, ACI dan PCI yang kemudian akan
ditinjau daktilitas curvature dan defleksi yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini
adalah mencari persyaratan minimum ratio volumetric spiral berdasarkan peraturan yang
digunakan yang memenuhi batas minimal tercapainya daktilitas displacement dan
curvature dari tiang pancang praetak beto berongga.

Kata kunci: Cylinder pile, daktilitas defleksi,curvature, prestress.

1. PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan dunia konstruksi, penggunaan tiang pancang prestress dimensi besar atau lebih
dari 600 mmakan semakin banyak digunakan untuk menopang struktur-struktur bangunan berat seperti
jembatan dan dermaga, dengan tiang pancang yang sebagian tertanam didalam tanah dan sebagian lagi
berprilaku sebagai kolom diatas tanah, maka untuk Indonesia yag merupakan negara dengan resiko gempa
yang cukup tinggi, perlu diadakan suatu penelitian tentang prilaku dari tiang pancang tersebut, terutama
mengenai kemampuan daktilitasnya.
Dalam SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 23.8.4.4 dijelaskan secara umum mengenai ketentuan khusus untuk
perencanaan struktur tahan gempa untuk pondasi pancang, tiang bor, dan caisson. Ketentuan tersebut
menjeaskan, sewaktu terjadi gempa, pancang dapat terkena lenturan yang sangat tinggi dititik – titik
discontinue, terutama tepat dibawah poer dan dekat peralihan lapisan jenis tanah lunak atau lepas, ketentuan
tersebut mensyaratkan pemakaian tulangan pengekang dibagian atas pancang didasarkan banyaknya

Str - 50
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014,
6 November 2014, ISSN 2407-1021

INSTABILITAS FLUTTER PADA JEMBATAN SUSPENSI BENTANG


PANJANG DENGAN DEK TIPIS : STUDI MODIFIKASI SIFAT
AERODINAMIK PENAMPANG DENGAN PENDEKATAN
UNSTEADY PRESSURE CHARACTERISTICS
Robby Permata1, Hiromichi Shirato2

1
Alumni Graduate School of Engineering, Kyoto University, Email: robby.permata@yahoo.com
2
Profesor, Department of Civil and Earth Resources Engineering, Kyoto University, Email:
shirato@bridgeng.gee.kyoto-u.ac.jp

ABSTRAK
Struktur jembatan bentang panjang merupakan struktur yang fleksibel dan sangat rentan
terhadap gangguan oleh angin. Flutter adalah adalah salah satu fenomena instabilitas
aerodinamik yang perlu diperhatikan karena bisa mengakibatkan keruntuhan menyeluruh
struktur dek jembatan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari stabilitas dek tipis, dengan
penampang persegi dengan B/D=20 (B: lebar, D: tinggi) sebagai penampang acuan/dasar.
Model penampang diuji di terowongan angin, dengan sistem gerak paksa (forced vibration)
dan pada kondisi aliran tenang. Aerodynamic derivatives didapatkan dengan dua cara:
perhitungan matematis dari hasil pengukuran tekanan permukaan tak tunak yang dinyatakan
oleh unsteady pressure characteristics (disebut juga metode pengukuran tidak langsung) dan
pengukuran langsung gaya aerodinamik pada model dengan loadcell. Stabilitas terhadap
flutter dihitung dengan metode complex eigen value analysis (CEVA) dengan model 2 derajat
kebebasan. Modifikasi pada penampang adalah dengan menambahkan slot, fairings dan
winglets. Slot menjadi fokus utama karena desain dek beberapa jembatan panjang saat ini
menggunakan slot untuk menstabilkan dek. Hasil pengujian dengan terowongan angin dan
analisis menunjukkan bahwa penggunaan slot bisa menghasilkan dek yang sangat stabil,
tetapi sangat dipengaruhi oleh posisi dan lebar slot tersebut. Penggunaan slot yang tidak
sesuai sebaliknya bisa menyebabkan ketidakstabilan. Fairings dan winglets menjadi
modifikasi tambahan untuk memastikan stabilitas dek. Hasil studi ini juga mengkonfimasi
bahwa pendekatan unsteady pressure characteristics memberikan informasi lebih lengkap
terkait proses fisik dan medan aliran sekitar dek yang mempengaruhi stabilitas dek.

Kata kunci: jembatan panjang, flutter, unsteady pressure characteristics, slotted deck

1. PENDAHULUAN
Perkembangan jembatan suspensi bentang panjang dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomis (berat dek dan
kabel yang paling ringan) dan pertimbangan kinerja struktur (Kawada, 2010). Keruntuhan jembatan Tacoma
Narrows pada tahun 1940 adalah hasil dari penggunaan dek yang terlalu tipis sebagai konsekuensi
penggunaan analisis statik jembatan dengan deflection theory, tetapi tanpa pemahaman terhadap interaksi dek
dengan angin. Kejadian ini menjadi titik awal berkembangnya ilmu aerodinamik pada jembatan panjang,
terutama fenomena flutter pada jembatan suspensi.
Secara umum, terdapat 2 pendekatan untuk mengatasi masalah flutter pada jembatan suspensi bentang
panjang: pendekatan aerodinamik (menggunakan dek dengan sifat aerodinamik yang bagus) dan pendekatan
struktur (membuat struktur yang lebih kaku). Pada kasus bentang yang sangat panjang (di atas 2000 m),
pendekatan struktur menjadi tidak efektif karena kekakuan total jembatan lebih ditentukan oleh elemen kabel
utama (Brancaleoni et al., 2010). Masalah yang dihadapi jembatan gantung bentang panjang adalah: berat
sendiri kabel, dan perilaku dinamik struktur yang semakin mirip elemen kabel murni sehingga rasio frekuensi
torsional dengan vertikal akan mendekati 1. Dek jembatan untuk memenuhi kebutuhan bentang panjang di
masa depan harus memenuhi kriteria: dimensi dek yang tipis sehingga berat struktur dan kabel utama bisa
ekonomis, dan memiliki sifat aerodinamik yang sangat bagus sehingga instabilitas flutter bisa dihindari
meskipun rasio frekuensi mendekati 1.

Str - 57
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014,
6 November 2014, ISSN 2407-1021

TEKNIK KONDENSASI STATIS DALAM ANALISIS SISTEM


STRUKTUR DENGAN METODE ELEMEN HINGGA
Muhamad Lutfi1, Samdi Yarsono2, dan Ika Wulandari3
1
Alumni Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Tama Jagakarsa Jakarta/Staf
Pengajar, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Email:
lutfim97@gmail.com
2
Alumni Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Tama Jagakarsa Jakarta/Staf
BRDST-BPPT, Email: abi.dzaky@yahoo.com
3
Staf BRDST-BPP Email: ika.woeland@gmail.com

ABSTRAK

Perhitungan analisis yang diterapkan pada umumnya didasarkan atas metode relaksasi
iteratif, seperti cara Cross, Kani dan Takabeya. Struktur dengan solusi eksak yang sulit
atau praktis tidak dapat diperoleh, sehingga kemungkinan dianalisis dengan menggunakan
metode numerik, dalam hal ini dengan menggunakan metode elemen hingga. Dalam
metode elemen hingga, semakin halus jejaring elemen semakin teliti hasilnya. Semakin
halus jejaring elemen, semakin banyak elemen dan semakin banyak derajat kebebasan.
Solusi numerik dengan jumlah derajat kebebasan banyak, semakin lama dan semakin
mahal. Dalam proses solusi, sebagian derajat kebebasan bisa dieliminir untuk
memperkecil ukuran matriks kekakuan struktur dengan bantuan program komputer.
Teknik mengeliminir sejumlah derajat kebebasan struktur ini dinamakan teknik
kondensasi statis (static condensation), dimana teknik ini dituangkan ke dalam sebuah
paket program komputer berbasiskan bahasa pemrograman Fortran, dimana didalamnya
berisikan sejumlah subroutine salah satunya adalah subroutine kondensasi statis.Program
yang disusun diuji coba terhadap struktur yang telah dianalisis dengan program paket
komputer lain yang standar, dalam hal ini STAADPRO. Program kemudian diterapkan
dalam struktur portal bidang reguler dan irreguler dengan beban titik yang bekerja pada
titik simpul searah horisontal. Hasil yang diperoleh membuktikan ukuran matriks
kekakuan total dan ukuran matriks kekakuan modifikasi memberikan reduksi dari pada
volume pekerjaan (running time programming), dan merupakan kuadrat dari pada
perbandingan kedua ukuran matriks. Ketelitian hasil tidak begitu mengalami perubahan,
perbedaan ketelitian hanya diakibatkan oleh rentetan perhitungan numerik dan
mempermudah dalam melakukan perhitungan dari pada mengunakan analisa strutur
metode relaksasi ieratif.
.
Kata kunci: derajat kebebasan, matriks kekakuan struktur, kondensasi statis, fortran

1 Pendahuluan
Struktur adalah suatu kerangka utama sistem bangunan yang akan menyangga beban dari elemen yang lain
baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam persoalan-persoalan yang menyangkut geometri yang
rumit, seperti persoalan pembebanan terhadap struktur yang kompleks, pada umurnnya sulit dipecahkan
melalui matematika analisis. Struktur dengan solusi eksak yang sulit atau praktis tidak dapat dengan mudah
diperoleh, sehingga ada baiknya dilakukan analisis dengan metode numerik, dalam hal ini dengan
menggunakan metode elemen hingga. Dalam metode elemen hingga, semakin halus jejaring elemen semakin
teliti hasilnya. Semakin halus jejaring elemen, semakin banyak elemen dan semakin banyak derajat
kebebasan. Banyaknya jumlah derajat kebebasan (degree of freedom) dari sebuah struktur akan
mempengaruhi ukuran dari matriks kekakuan struktur. Solusi numerik dengan jumlah derajat kebebasan yang
banyak, semakin lama dan semakin mahal adanya. Dalam proses solusi, sebagian derajat kebebasan bisa di-
condensed out untuk memperkecil ukuran matriks kekakuan struktur, dimana teknik ini dinamakan
Kondensasi Statis. Analisis dengan teknik kondensasi statis ini mencoba mengeliminir beberapa derajat
kebebasan dari sebuah struktur yang sedang dianalisis guna mengetahui sejauh mana dampak pengurangan
dof tersebut terhadap respon atau daya tanggap struktur yang dimiliki. Penelitian ini dimaksudkan sebagai

Str - 67
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014,
6 November 2014, ISSN 2407-1021

STUDI EKSPERIMENTAL PENAMBAHAN TULANGAN PADA


SAMBUNGAN BALOK-KOLOM EKSTERIOR MENGGUNAKAN
BETON BUBUK REAKTIF DENGAN BEBAN SIKLIK
Pio Ranap Tua Naibaho1, Bambang Budiono2, Awal Surono3, Ivindra Pane4

1
Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil & Lingkungan, Institut Teknologi
Bandung, dan Staff Pengajar, Program Studi Teknik Sipil, FT, Universitas Tama Jagakarsa, Jl. TB.
Simatupang No.152 Tanjung Barat, Jakarta Selatan 12530 Email: piorthnaibaho@yahoo.co.id
2
Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Email:
b.budiono@lapi.itb.ac.id
3
Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Email:
awalsurono@gmail.com
4
Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Email:
ivpane@si.itb.ac.id

ABSTRAK
Beton bubuk reaktif adalah jenis beton baru yang memiliki kuat tekan ultra tinggi.
Komponen penyusunnya adalah powder sangat halus yang memiliki kandungan silika tinggi.
Hal ini bertujuan untuk menyempurnakan reaksi yang terjadi pada beton dan meningkatkan
homogenitas beton. Beton bubuk reaktif yang digunakan terdiri dari: semen, silica fume,
pasir kuarsa dengan diameter maksimum 300 μm, superplasticizer dan serat polypropylene.
Penelitian ini bertujuan mempelajari perilaku sambungan balok-kolom eksterior dengan
menambahkan tulangan pada sambungan balok-kolom eksterior menggunakan beton bubuk
reaktif dengan pembebanan siklik. Penelitian terdiri atas dua buah benda uji dengan kuat
tekan beton bubuk reaktif 135 MPa. Benda uji pertama (BU-1) berupa sambungan balok-
kolom konvensional dan benda uji kedua (BU-2) sambungan balok-kolom eksterior dengan
menambahkan tulangan pada tulangan pokok balok di sambungan balok-kolom eksterior.
Hasil penelitian eksperimental dengan sistem pembebanan siklik statik benda uji-2 lebih baik
dibandingkan dengan benda uji-1 untuk pola retak, kurva histeretik, hubungan antara beban
dan lendutan, disipasi energi, degradasi kekuatan, dan degradasi kekakuan pada setiap siklus
pembebanan.
Kata kunci: sambungan balok-kolom, eksterior, siklik, pola retak, disipasi energi.

1. PENDAHULUAN
Indonesia terletak di daerah yang rawan gempa.Besaran dan waktu terjadinya gempa tidak dapat diprediksi
sebelumnya, maka struktur bangunan harus direncanakan dengan daktilitas yang memadai untuk mampu
berdeformasi secara inelastis pada saat terjadi gempa kuat. Hierarki keruntuhan elemen struktur harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan disipasi energi yang maksimal.

Terobosan baru dalam bidang teknologi material beton adalah Reactive Powder Concrete (RPC). Pertama
kali dikembangkan pada awal tahun 1990-an oleh para peneliti di Laboratorium Henningston, Durham dan
Richardson (HDR) pada Perusahaan Bouygues S.A di Paris, Perancis. Selanjutnya Pierre Claude Aitcin,
Direktur Sains Beton Canada di Universitas Sherbrooke, mengaplikasikan RPC pada struktur Jembatan untuk
pejalan kaki dan sepeda di Sherbrooke, Quebec, Canada. RPC mempunyai karakteristik berupa kuat tekan,
daktilitas, dan durabilitas yang sangat tinggi. Properties yang telah dihasilkan di Laboratorium HDR
Bouygues berupa kuat tekan yang mencapai 200 – 800 MPa (Richard, 1996), modulus elastisitas antara 50
dan 75 GPa, serta daktilitas dengan regangan ultimit sebesar 0,007. Energi fraktur RPC yang diperkuat
dengan serat baja (steel fibers) dapat mencapai 40 kJ/m2 (Bonneau et.al, 1996). Shah 1996
mengklasifikasikan beton dengan kuat tekan diatas 200 MPa sebagai Ultra High Strength Concrete (UHSC),
sehingga dengan kualifikasi yang telah dihasilkan di laboratorium HDR tersebut, RPC dapat digolongkan
sebagai Ultra High Performance Concrete (UHPC).

Str - 77
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014,
6 November 2014, ISSN 2407-1021

APLIKASI NANOMATERIAL PADA BETON KINERJA TINGGI


Saloma1, Amrinsyah Nasution2, Iswandi Imran3, dan Mikrajuddin Abdullah4

1
Alumni Program Studi Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi
Bandung, Email: saloma_571@yahoo.co.id
2
Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Email:
ancedin@bdg.centrin.net.id
3
Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Email:
amrinsyah@si.itb.ac.id
4
Staf Pengajar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam , Institut Teknologi Bandung, Email:
mikrajuddin@yahoo.com

ABSTRAK
Paper ini merupakan ringkasan disertasi mengenai aplikasi nanomaterial pada beton kinerja
tinggi. Penggunaan beton kinerja tinggi terutama di Indonesia masih sangat terbatas. Hal ini
disebabkan belum adanya standar untuk desain campuran, penggunaan material dasar yang
kurang efisien, belum adanya metode praktis untuk penerapan di lapangan, dan keterbatasan
peralatan yang ada. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, salah satu upaya untuk
meningkatkan kinerja beton adalah penggunaan nanomaterial. Nanomaterial memiliki sifat
fisik dan kimia yang lebih unggul dibandingkan material yang berukuran besar. Hal ini
membuat nanomaterial mampu meningkatkan sifat fisik dan mekanik beton. Program
penelitian meliputi dua tahapan eksperimental dan satu tahap analisis. Tahap pertama adalah
uji sifat fisik dan mekanik beton. Tahap kedua dilakukan uji durabilitas beton dengan
perendaman dalam larutan sulfat. Selanjutnya, dilakukan analisis degradasi fisik dan mekanik
beton akibat serangan sulfat. Hasil penelitian sifat mekanik beton menunjukkan bahwa
penggunaan nanomaterial mampu meningkatkan kuat tekan beton 6,24% - 31,41% bila
dibandingkan beton tanpa nanosilika. Hasil uji rendaman sulfat menunjukkan terjadi
penurunan kuat tekan beton sebesar 3,50% - 5,60%, kehilangan massa 1,80% - 3,15%, dan
peningkatan porositas 1,80% - 2,57%.
Kata kunci: nanomaterial, beton kinerja tinggi, durabilitas.

1. PENDAHULUAN
Penelitian mengenai kinerja tinggi di Indonesia masih sangat terbatas. Salah satu penyebabnya adalah
penggunaan material dasar yang kurang efisien. Beberapa peneliti mengembangkan komposisi campuran
beton kinerja tinggi tanpa menggunakan agregat kasar, sehingga kebutuhan semen dalam 1 m3 beton
meningkat menjadi 30% - 40%. Tingginya penggunaan semen merupakan masalah yang serius terhadap isu
lingkungan, karena pabrik semen mengeluarkan 1 ton karbondioksida untuk memproduksi 1 ton klinker.
Berdasarkan permasalahan yang ada mengenai beton kinerja tinggi, maka penelitian yang diusulkan ini
memanfaatkan teknologi nano untuk mendapatkan material dasar dengan harapan dapat memberikan
pengembangan desain campuran yang lebih rasional dengan sifat mekanik dan durabilitas yang tinggi.

2. STUDI LITERATUR
Riset nanoteknologi tidak hanya terbatas pada nanopartikel, tetapi lebih luas ke material nanostruktur.
Material nanostruktur adalah material yang tersusun atas bagian-bagian kecil dengan tiap-tiap bagian
berukuran kurang dari 100 nm, walaupun ukuran material secara keseluruhan cukup besar. Namun, dalam
ukuran besar tersebut sifat bagian-bagian kecil harus tetap dipertahankan.
Sifat-sifat material nanostruktur sangat bergantung pada ukuran maupun distribusi ukuran, komponen
kimiawi unsur-unsur penyusun material, keberadaan batas bulir (grain boundary) dan interaksi antar bulir
penyusun material nanostruktur. Kebergantungan sifat pada parameter-parameter di atas memungkinkan
pengaturan sifat material dengan tingkat kebebasan yang tinggi.

Str - 87
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014, 6
November 2014, ISSN 2407-1021

KAJIAN EKSPERIMENTAL BESARAN DAN DISTRIBUSI


TEGANGAN SISA PADA ELEMEN LINK STRUKTUR RANGKA
BAJA BERPENGAKU EKSENTRIK (SRBE) DENGAN METODE
HAMBURAN NEUTRON (NEUTRON DIFFRACTION METHOD)
Kurdi1, Bambang Budiono2,Muslinang Moestopo3, Dyah Kusumastuti4 dan M. Refai Muslih5
1
Program Doktor Bidang Keahlian Rekayasa Struktur, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan - Institut
Teknologi Bandung. E-mail: kurdi1206@gmail.com
2
Kelompok Keahlian Rekayasa Struktur, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan-
Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesa No.10 Bandung 40132, E-mail: b.budiono@lapi.itb.ac.id
3
Kelompok Keahlian Rekayasa Struktur, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan/ Pusat Rekayasa Industri-
Laboratorium Mekanika Struktur Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesa No. 10 Bandung, 40132,
E-mail: mmoestopo@gmail.com
4
Kelompok Keahlian Rekayasa Struktur, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan-
Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesa No.10 Bandung 40132, E-mail: dkusumastuti@gmail.com
5
Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju (PSTBM) -BATAN, Kawasan Puspitek Serpong, Tangerang 15314
E-mail: rifai@batan.go.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efek tegangan sisa (residual stress)
terhadap peningkatan kinerja link pada Struktur Rangka Baja Berpengaku Eksentrik
(SRBE) penahan gaya gempa. Pengukuran besaran dan distribusi tegangan sisa dilakukan
secara eksperimental dengan cara nondestructive menggunakan Neutron Diffraction
Technique. Pengujian dilakukan secara eksperimen menggunakan alat Difraktometer
Neutron DN1-M PSTBM BATAN. Pengaruh dari geometri link seperti tebal pelat, jarak
pengaku, tahapan pengelasan dan luas daerah k diteliti dalam penelitian ini. Hasil
pengukuran diperoleh pola besaran dan distribusi tegangan sisa yang mirip antara arah
transversal maupun longitudinal. Tegangan sisa tarik yang tinggi diperoleh disekitar daerah
k dekat weld toe pengelasan antara pengaku-web-flange dengan nilai 170 Mpa untuk arah
transversal dan 140 Mpa arah longitudinal. Tingginya nilai tegangan sisa tarik serta lebar
daerah tarik yang dihasilkan mencapai tujuh kali dari tebal web mengindikasi bahwa daerah
k rawan terjadinya failure berupa crack yang dapat menurunkan kinerja dari link.
Memperlebar daerah k antara 4 sd 5 dari tebal web dapat mengurangi luas daerah tarik
yang dapat meminimalkan pengaruh dari residual stress pada elemen link.

Kata Kunci : Tegangan sisa (residual stress), Link, Neutron Diffraction Method, Sruktur
Rangka Baja Berpengaku Eksentrik (SRBE), Difraktometer Neutron DN1-M PSTBM
BATAN, daerah k.

Pendahuluan
Kinerja link dari SRBE sangat ditentukan oleh parameter kekuatan, kekakuan, daktilitas dan energi disipasi
saat gempa terjadi. Kinerja link diukur melalui kapasitas rotasi inelastik yang dapat dicapai sebagaimana
diatur dalam ketentuan AISC 341-10. Penelitian peningkatan kinerja link telah banyak dilakukan mulai dari
penambahan pengaku badan untuk mencegah terjadi bukling (Kasai dan Popov,1986), tipe sambungan antara
link dengan kolom (Okazaki dkk, 2005), link yang dapat digantikan (Moestopo dkk, 2008) dan jarak pengaku
badan serta pola pembebanan (Kasai dan Popov,1986; Richards dan Uang, 2005), penambahan pengaku
diagonal (Yurisman dkk, 2010; Kurdi dkk, 2013) serta link built up (Moestopo dan Panjaitan, 2012). Namun
sampai saat ini sejumlah link dari hasil pengujian eksperimen tidak mencapai kapasitas rotasi link yang
disyaratkan. Beberapa hasil pengujian dari elemen link dapt dilihat pada gambar 1a.

Str - 88
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014, 6
November 2014, ISSN 2407-1021

PERILAKU MODIFIKASI LINK PANJANG DENGAN


PENAMBAHAN PELAT SAYAP TEPI TERHADAP PENINGKATAN
KINERJA STRUKTUR RANGKA BAJA BERPENGAKU EKSENTRIK
Musbar1, Bambang Budiono2, Herlien D Setio3 dan Dyah Kusumastuti4

1
Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi
Bandung, Email: musbar.ibrahim@gmail.com
2
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi
Bandung, Email: b.budiono1995@gmail.com
3
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi
Bandung, Email: herlien@si.itb.ac.id
4
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi
Bandung, Email: dkusumastuti@yahoo.com

ABSTRAK
Mengantisipasi kerusakan bangunan akibat gaya gempa, banyak model konstruksi bangunan
yang terus dikembangkan dan diteliti hingga sekarang, salah satunya struktur bangunan rangka
baja EBF (eccentrically braced frame) yang menggunakan elemen link sebagai bagian elemen
struktur yang berfungsi untuk menyerap energi gempa. Kinerja link panjang tidak sebaik link
pendek yang ditunjukkan oleh nilai dari variabel : daktilitas (ductility), kekuatan (strength),
kekakuan (stiffness) serta kapasitas absorpsi energi gempa yang lebih rendah. Kegagalan pada
link panjang yang lebih dominan disebabkan oleh momen menyebabkan terjadinya kegagalan
yang lebih awal akibat fraktur dan tekuk pada zona di ujung – ujung link terutama pada sayap.
Untuk mengatasi kegagalan awal yang lebih cepat, maka dilakukan inovasi dengan menambah
pengaku sayap pada tepi link. Penambahan pelat pengaku sayap tepi pada link panjang
mempunyai beberapa keuntungan diantaranya; kemudahan dalam pengerjaan dan pengelasan
yang minimal sehingga mengurangi pengaruh tegangan sisa akibat proses pengelasan. Penelitian
ini mengkaji secara numerik dengan menggunakan perangkat lunak MSC Nastran/Patran
terhadap kinerja link panjang untuk beberapa variasi model link yang dianalisis. Parameter yang
dianalisis meliputi variasi yaitu: panjang link, penambahan pelat sayap tepi beserta konfigurasi
pemodelannya, tebal pelat dan kombinasi dengan pengaku badan vertikal. Hasil analisis pada
model dengan modifikasi penambahan pelat pengaku tepi dapat meningkatkan kinerja link
panjang dibandingkan dengan model link standar pada variabel : daktilitas, kekuatan, disipasi
energi dan kekakuan.

Kata kunci : kinerja, modifikasi, konfigurasi, model

1. Pendahuluan
Struktur rangka baja berpengaku eksentrik EBF diperkenalkan sejak tahun 1970-an dan terus dilakukan kajian
pengembangannya hingga sekarang ini. Penelitian awal yang dilakukan mengenai perilakunya dalam berbagai
beban siklik dan monotonik telah dilakukan oleh Popov, E.P, Hjelmstad, K.D., Roeder, C.W dan Engelhardt,
M.D., mereka adalah pelopor awal tentang penelitian struktur rangka baja berpengaku eksentrik (SRBE/EBF).
Rangka baja berpengaku eksentrik (EBF) mempunyai kekakuan elastik yang sangat baik (excellent elastic
stiffness) dibawah pembebanan lateral sedang dan mempunyai daktilitas yang bagus (good ductility) saat
dibebani beban gempa yang besar (Ghobarah dan Ramadhan,1990-1991). Bagian yang diisolasi antara segmen
pengaku (bracing) atau antara pengaku dengan kolom dinamakan dengan link.
Sistem rangka berpengaku eksentrik (SRBE/EBF) merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem rangka
penahan gaya lateral. Sistem ini dikembangkan untuk menyempurnakan sistem-sistem struktur sebelumnya
MRF dan CBF, dimana sistem struktur MRF memiliki daktilitas dan kapasitas energi dissipasi yang besar dan
stabil namun memiliki kekakuan yang rendah, disisi lain CBF memiliki kekakuan yang besar namun
mempunyai daktilitas dan kapasitas dissipasi energi yang rendah. Perbandingan perilaku ketiga sistem struktur
seperti ditampilkan dalam ilustrasi pada Gambar 1.

Str - 99

Вам также может понравиться