Вы находитесь на странице: 1из 4

Rachdyan Naufal

12016063

Husnul Khuluq

Tirmidzi meriwayatkan dari Abdullah bin Mubarak tentang pengertian Husnul Khuluq, ia
mengatakan, wajah yang cerah, mengerahkan kebaikan, dan mencegah bahaya.

Urgensi Akhlak yang Baik:

Jangan remehkan soal peneguhan akhlak. Hati sekeras batu milik para kafir Quraisy pun dapat
luluh dengan akhlak mulia. Karena Islam bukan sekadar tujuan tapi juga cara. Artinya kalau kita
mempunyai cita-cita menegakkan Islam maka tidak ada cara lain untuk mencapai kecuali dengan cara
(akhlak) Islam. Hal ini juga diisyaratkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

“Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang keluar dari rumah-rumah mereka dengan congkak dan
ingin dilihat oleh manusia dan menghalang-halangi (orang lain) dari jalan Allah.” (QS. Al-Anfal: 47)

Orang-orang kafir, sekalipun membangkang dan bersikeras memerangi Rasulullah SAW, namun
mereka tidak kuasa menampik kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Apa –selain faktor hidayah
dari Allah SWT- yang membuat hati banyak orang yang semula lebih keras dari batu, bisa tiba-tiba luluh,
dan tak berdaya selain tunduk dan pasrah kepada seruan Rasulullah SAW? Jawabannya adalah karena
Islam adalah kebenaran mutlak yang pasti sesuai dengan fitrah manusia. Namun ada faktor lain yang
menempati posisi amat bermakna untuk membuat seseorang tersentuh fitrahnya yakni: akhlak.
Keindahan akhlak yang ditampilkan Rasulullah saw telah membungkam segala hujjah orang yang
mendustakan Rasulullah SAW. Karenanya hal yang paling mungkin mereka tuduhkan kepada Rasulullah
SAW adalah bahwa beliau seorang tukang sihir atau berpenyakit gila. Meski akhirnya tuduhan itu tak
dapat juga mereka buktikan. Karena itu, semangat menegakkan kebenaran (baca: syari’at Islam) bukan
alasan untuk mengabaikan akhlak Islami. Bahkan justeru semangat itu seharusnya mendorong untuk
meningkatkan kualitas akhlak.

Prinsip itu berlaku universal dan dipraktekkan oleh para nabi sebelum Rasulullah SAW. Lihat,
bagaimana Allah SWT mengutus Nabi Musa dan Nabi Harun untuk menghadapi Firaun. Bukan untuk
semata-mata menawarkan kebenaran, namun untuk menawarkan kebenaran dengan memakai akhlak.
“Pergilah kamu berdua kepada Firaun sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah
kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut
(kepada Allah).” (QS. Thaha: 43-44)

Rasulullah SAW pun mendapat perintah yang sama. “Siapakah yang lebih baik perkataannya
daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shalih dan berkata, sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri. Dan tidaklah sama antara kebaikan dengan keburukan. Maka
tolaklah (keburukan) itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antara kamu dengan
dia ada permusuhan menjadi seolah-olah telah menjadi teman setia.” (QS. Fushshilat: 33-34)

Kedua ayat ini menunjukkan akhlak dalam berdakwah dengan segala tantangannya sebagai
salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang mau menerima kebenaran atau tidak, menjadi tunduk
hatinya atau semakin congkak, menjadi suadara seiman atau semakin menjadi-jadi permusuhannya.
Karenanya, dakwah yang penuh cacian dan makian, kepada siapa pun: penguasa, kelompok lain yang
tidak sehaluan, orang yang tidak mau mengikuti seruan dakwahnya adalah bertentangan dengan akhlak
Islam. Selain tidak sesuai dengan esensi kebenaran itu sendiri cacian dan makian itu tidak akan
menambah keimanan dan amal. Alih-alih meningkatkan pemahaman dan kesiapan untuk berjuang,
bertambah justeru penyakit-penyakit hati seperti iri, dengki, kebencian, dan kesumpekan dada.
Rachdyan Naufal
12016063

Langkah menuju akhlak yang baik:

Dilakukan dengan dua langkah secara bersamaan. Langkah pertama adalah takhliyah, yakni
membesihkan diri dari segala akhlak yang buruk. Dan langkah kedua adalah tahliyah menghiasi diri
dengan akhlak yang baik. Dalam konteks perjuangan menghadapi tantangan, Allah menyebut dua sifat
buruk secara khusus. Yakni al-bathar (congkak) dan riya (beramal demi untuk dilihat manusia). Mengapa
dua penyakit hati itu disebut secara khusus?

Kesombongan akan melemahkan posisi dai dalam menghadapi tantangan, baik yang muncul
karena sebab kelebihan ilmu, wawasan, atau informasi. Ini sering mengakibatkan dirinya mudah
mengambil kesimpulan, keputusan, atau bahkan memvonis keadaan. Jelas cara ini sangat berbahaya.
Karena dengan cara seperti itu seorang da’i bisa terjebak dalam pandangan yang over istimasi tentang
dirinya dan sebaliknya under estimasi tentang orang lain dan keadaan yang dihadapinya. Ini pernah
menjadi catatan pahit kaum muslimin di masa lalu, sebagaimana Allah rekam dalam ayat-Nya:

“Sungguh Allah telah menolong kalian di banyak tempat dan pada hari (perang) Hunain, saat jumlah
kalian yang banyak membuat kalian bangga tapi ternyata tidak berguna sama sekali bagi kalian (jumlah
tersebut), dan bumi kalian rasakan menjadi sempit padahal ia luas, kemudian kalian berpaling dengan
membelakang. Kemudian Allah menurunkan ketenteraman-Nya atas rasul-Nya dan atas orang-orang
beriman dan menurunkan bala tentara yang kalian tidak dapat melihatnya, dan menyiksa orang-orang
kafir. Dan itulah balasan bagi orang-orang kafir.” (QS. At-Taubah: 25-26)

Sombong dan riya ini merupakan induk dari akhlak buruk yang akan memunculkan perilaku buruk
lainnya. Karena itu dapat dimengerti jika larangan sombong dan riya kemudian diikuti larangan
menghalang-halangi orang lain dari jalan Allah. Apa maksudnya? Sikap berikutnya adalah tahliyah yakni
menghiasi diri dengan segala akhlak terpuji. Dan Rasulullah SAW telah melakukan keduanya (takhliyah
dan tahliyah), yang karenanya Allah SWT memujinya, “Dan engkau sungguh memiliki akhlak yang
agung.” Allah berfirman,

“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4)

Anas RA berkata,

َ ‫ّللا صَلَّى ال َّن ِبيَ َك‬


َ‫ان‬ َ‫ه َّ ه‬ ََ َّ ‫َسل‬
َِ ‫م َعلَ ْي‬ َ ‫سنََ و‬ ْ َ‫اس أ‬
َ ‫ح‬ َِ ‫خله ًقا ال َّن‬
‫ه‬

“Adalah Rasulullah SAW itu orang yang paling baik akhlaknya.” (Muttafaq Alaihi).

Macam-macam sikap tahliyah, diantaranya;

1. Berinfak, menahan marah, memaafkan kesalahan orang lain meskipun kita ampu membalasnya.
Allah berfirman:

“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-
orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 134).

2. Menyuruh kepada yang m’aruf, berpaling dari orang jahil;


Rachdyan Naufal
12016063

Allah berfirman,

“Jadilah Engkau Pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada
orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf: 199).

3. Bersikap sabar;

Allah berfirman,

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka
tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah Telah menjadi teman yang
sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar
dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar”.
(QS. Fushshilat: 34-35).

4. Sopan santun dan telaten

Ibnu Abbas RA berkata,

َ ‫َسول و ََقا‬
َ‫ل‬ َ َّ ‫ّللا صَلَّى‬
‫ّللا ر ه‬ َ َّ ‫ه‬
َِ ‫علَ ْي‬ ََ َّ ‫َسل‬
َ ‫م‬ َ َ ‫ن ْال َق ْيس َعبْد لِأل‬
َ ‫شجَ و‬ ََّ ِ‫ن فِيك إ‬
َِ ‫صلَ َت ْي‬ َ َ‫حب ههمَا ل‬
ْ ‫خ‬ َ‫ح ْلم َّ ه‬
ِ ‫ّللا هي‬ َ‫َاْلَنَ ه‬
ِ ‫اة ْال‬ ْ ‫و‬

“Rasulullah saw berkata kepada Asyaj Abdul Qais, ‘Pada dirimu ada dua sifat yang dicintai Allah, yaitu
sopan santun dan telaten.” (Muslim).

5. Mempermudah dan tidak mempersulit;

ْ ‫َم م‬
َ‫َن‬ َْ ‫حر‬ ََ ‫الر ْف‬
ْ ‫ق هي‬ ِ ‫َم‬َْ ‫حر‬ َ ‫ْال‬
ْ ‫خ ْي ََر هي‬

“Barangsiapa diharamkan memiliki kelembutan maka ia diharamkan dari kebaikan.” (HR. Muslim).

6. Berbuat ihsan dalam segala hal

“Yang paling berat dalam timbangan seorang mukmin di hari Kiamat adalah akhlak yang baik. Dan Allah
itu sangat membenci pembual lagi berkata jorok” (Tirmidzi, hadits shahih).

Keutamaan Akhlak yang baik

Abu Hurairah RA meriwayatkan,

َ‫ل‬ َ ‫س ِئ‬ ‫ول ه‬ َ‫َس ه‬ ‫ّللا ر ه‬َِ َّ ‫ّللا صَلَّى‬َ‫ه َّ ه‬ َِ ‫م َعلَ ْي‬ ََ َّ ‫َسل‬َ ‫نو‬ َْ ‫ل مَا أَ ْك َث َِر َع‬َ‫خ ه‬ ِ ‫ة ال َّناسََ هي ْد‬ َ ‫ل ْال‬
ََ ‫ج َّن‬ َِ َّ ‫ن‬
ََ ‫ّللا تَ ْقوَى َف َقا‬ َ‫س ه‬
ْ ‫ح‬ َ ‫خله‬
‫قِ َو ه‬ ‫ْال ه‬
ََ ِ‫َسئ‬
‫ل‬ ‫نو ه‬ َ
َْ ‫ل مَا أ ْك َث َِر َع‬
َ‫خ ه‬ ِ ‫ل ال َّنا ََر ال َّناسََ هي ْد‬ ََ ‫م َف َقا‬ َ‫ج ْال َف ه‬ َ‫َال َف ْر ه‬ ْ ‫لو‬ َ
ََ ‫يسى أ هبو َقا‬ َ ‫ع‬ ِ ‫ه َذا‬َ َ‫ح ِديث‬ َ َ‫حيح‬ِ ‫ص‬َ ‫يبَ َغ َِر‬
َ‫َعب ه‬
‫ْد‬ َِ َّ ‫ن‬
َ ‫ّللا و‬ ‫ن ه‬
َ‫ه ََو إِ ْد ِريسََ ْب ه‬ َ‫د ا ْب ه‬ َِ ‫د ْب‬
ََ ‫ن ي َِزي‬ َِ ‫َن َع ْب‬َِ ‫حم‬ ْ ‫اْل ْو ِديَ ال َّر‬َ ْ

“Rasulullah SAW ditanya tentang kebanyakan hal yang memasukkan orang ke surga. Beliau menjawab,
takwa kepada Allah dan husnul khuluq. Beliau ditanya lagi tentang kebanyakan hal yang memasukkan
orang ke dalam neraka dan beliau menjawab, mulut dan kemaluan.” (Tirmidzi, hadits shahih).
Rachdyan Naufal
12016063

Referensi:
https://www.dakwatuna.com/2014/09/02/56532/husnul-khuluq-akhlak-yang-
baik/#ixzz4yhAGxSID
http://www.hambaallah.net/2015/08/husnul-khuluq.html

Вам также может понравиться