Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KANKER PAYUDARA
DISUSUN OLEH
Merry Kartika
NIM 030.13.237
PEMBIMBING
KANKER PAYUDARA
Pembimbing,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas
Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ”Batu Saluran Kemih”. Melalui
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.
Syamsul Bahri, Sp. B selaku pembimbing dalam penyusunan referat ini.
Tujuan dari pembuatan referat ini selain untuk menambah wawasan bagi penulis dan
pembacanya, juga ditujukan untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bedah RSUD
Karawang.
Penulis sangat berharap bahwa referat ini dapat menambah wawasan mengenai batu saluran
kemih yang dimana penulis berharap bagi para pembacanya dapat meningkatkan
kewaspadaan mengenai keadaan kesehatan yang berhubungan dengan keadaan tersebut.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari
kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat berharap adanya masukan, kritik maupun saran
yang membangun.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga tugas ini
dapat memberikan tambahan informasi bagi kita semua.
Merry Kartika
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker payudara saat ini menjadi kanker yang paling sering menyerang perempuan di
seluruh dunia dan menjadi penyebab kematian tersering pada perempuan dengan rerata 1,3
juta kasus baru dan sekitar 458.000 kematian akibatnya. Insiden kanker payudara bervariasi
secara global dimana Amerika Utara dan Eropa Barat merupakan daerah dengan jumlah
kasus tertinggi, kasus pertengahan terjadi di Amerika Selatan dan Eropa Timur, sedangkan
kasus yang relatif rendah terjadi di Asia. Kanker payudara merupakan satu di antara tiga
serangkai keganasan yang menyerang perempuan di Indonesia, yakni kanker payudara,
kanker serviks dan kanker kulit.1
Sekitar 48% insiden kanker payudara terjadi pada perempuan berusia lebih dari 65
tahun dan 30% pada perempuan berusia lebih dari 70 tahun. Hanya sekitar sepertiga kasus
yang terdiagnosis pada perempuan premenopause, namun kanker payudara yang terdiagnosis
pada usia muda menunjukkan gambaran klinikopatologi yang lebih agresif dengan angka
harapan hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua. Faktor
prognostik yang terpenting adalah ukuran tumor primer, metastasis ke kelenjar getah bening,
dan adanya lesi di tempat jauh. Diperlukan pula pengetahuan mengenai bermacam bentuk
morfologi sel kanker payudara untuk mengetahui karakteristik klinis serta prognosis
penyakit.2
Payudara merupakan kelenjar keringat yang mengalami modifikasi dan berkembang lebih
kompleks pada wanita dan rudimenter pada pria. Dalam embrio manusia, payudara dikenal
sebagai “milk streak” dalam sekitar minggu keenam perkembangan fetus, dimana terjadi
penebalan pada lapisan epidermis pada bagian ventral, superfisial dari fasia pektoralis serta
otot-otot pektoralis mayor dan minor. Penebalan ini dikenal sebagai tunas susu, berkembang
dalam bagian pectoralis badan embrio. Peninggian linear tegas ini terbentang bilateral dari
aksila ke regio inguinal dan dikenal sebagai garis susu atau mammary ridge. Lokasi pectoralis
payudara pada manusia hanya ditempati pada primata tinggi spesies mamalia.4,5
Ketika mencapai minggu 9 perkembangan dalam rahim, garis susu menjadi atrofi, kecuali
pada daerah pectoralis dan pengenalan pertama primodium payudara (tunas puting susu)
jelas. Saat mencapai minggu ke 12 embriogenesis, tunas puting susu diinvasi oleh epitel
skuamosa ektodermis. Pada bulan ke 5, jaringan ikat mesenkim menginfiltrasi primordium
payudara dan berdiferensiasi ke 15 sampai 20 filamen padat yang terdistribusi simetris di
bawah kulit tunas puting susu. Duktus mamae berkembang sebagai pertumbuhan ke dalam
ventral dari sisa embriologi ini, yang terbagi dalam duktus susu primer dan berakhir dalam
tunas lobulus. Kemudian tunas ini berproliferasi ke dalam asinus setelah dimulai rangsangan
estrogen ovarium. Selama pertumbuhan dalam rahim, duktus susu primer bercabang dan
membelah luas. Pada bulan ke tujuh sampai ke delapan dalam rahim, duktus berkanulasi
membentuk lumen yang berhubungan dengan duktus lactifer tidak matang.5
Saat lahir, tunas puting susu mempunyai cekungan sentral yang sesuai dengan area yang
dipenetrasi oleh lumen duktulus susu primer. Segera setelah lahir, penetrasi tunas puting susu
lengkap ia bereversi dan lebih diinvasi oleh sel basaloid yang dipigmentasi gelap untuk
membentuk areola.5
1.2 Anatomi
Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit dan di atas otot dada.
Mammae terletak di iga kedua di sebelah atas sampai iga keenam atau ketujuh di sebelah
bawah, dan dari sternum batas medialnya sampai ke garis midaksilaris sebagai batas
lateralnya. Duapertiga dasar tersebut terletak di depan M.pectoralis major dan sebagian
M.serratus anterior. Sebagian kecil terletak di atas M.obliquus externus. Setiap payudara
terdiri dari 12 sampai 20 lobulus kelenjar tubuloalveolar yang masing-masing mempunyai
saluran ke puting susu yang disebut duktus laktiferus. Diantara kelenjar susu dan fasia
pektoralis serta diantara kulit dan kelenjar payudara terdapat jaringan lemak. Diantara lobulus
terdapat ligamentum Cooper yang memberi rangka untuk payudara.
Setiap lobulus terdiri dari sel-sel a yang terdiri dari sel epitel kubus dan mioepitel yang
mengelilingi lumen. Sel epitel mengarah ke lumen, sedangkan sel mioepitel terletak diantara
sel epitel dan membran basalis. Dengan adanya invasi keganasan, sebagian dari ligamentum
Cooper akan mengalami kontraksi, menghasilkan retraksi dan fiksasi atau lesung dari kulit
yang khas. Ini berbeda dengan penampilan kulit yang kasar dan ireguler yang disebut peau
d'orange, dimana pada peau d'orange perlekatan subdermal dari folikel-folikel rambut dan
kulit yang bengkak menghasilkan gambaran cekungan dari kulit.
Akibat dari terlibatnya ligamentum Cooper pada penyakit yang invasive. Dapat diperjelas
2. Vena
Pada payudara terdapat tiga grup vena:
a. Cabang-cabang perforantes v. mammaria intema
b. Cabang-cabang v. aksilaris
c. Vena-vena kecil yang bermuara pada v. Interkostalis
Vena aksilaris, vena thoracica interna, dan vena intercostals 3-5 mengalirkan darah
dari kelenjar mammae. Vena-vena ini mengikuti arterinya. Vena aksilaris terbentuk dari
gabungan vena brachialis dan vena basilica, terletak di medial atau superficial terhadaop
arteri aksilaris, menerima juga 1 ata 2 cabang pectoral dari mammae. Setelah vena ini
melewati tepi lateral dari iga pertama, vena ini menjadi vena subclavia. Di belakang, vena
intercostalis berhubungan dengan sistem vena vertebra dimana masuk vena azygos,
hemiazygos, dan accessory hemiazygos, kemudian mengalirkan ke dalam vena cava
superior. Ke depan, berhubungan dengan brachiocephalica.
Melaui jalur kedua jalur pertama, metastasis ca mammae dapat mencapai paru-
paru.Melalui jalurketiga, metastasis dapat ke tulang dan system saraf pusat.
3. Limfe
Penyaluran limfe dan mammae sangat penting peranannya dalam metastases sel kanker.
a. Bagian terbesar disalurkan ke nodi lymphoidei axillares, terutama ke kelompok pectoral,
tetapi ada juga yang disalurkan ke kelompok apical, subskapular, lateral, dan sentral.
Terdapat enam grup kelenjar getah bening axilla:
Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubung dengan penyulit paralisis dan
mati rasa pasca bedah, yakni nervus interkostobrakialis, nervus kutaneus brakialis
medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada
diseksi aksila, saraf ini sukar disingkirkan sehingga sering terjadi mati rasa pada daerah
tersebut. 4 syaraf nervus pektoralis yang menginervasi muskulus pektoralis mayor dan
minor, nervus torakodorsalis yang menginervasi muskulus latissimus dorsi, dan nervus
torakalis longus yang menginervasi muskulus serratus anterior sedapat mungkin
dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi aksila.
3.1.2 Epidemiologi
Semua wanita memiliki risiko terkena kanker payudara. Kanker payudara juga bisa
menyerang pria dengan perbandingan 1 : 100 antara pria dengan wanita.Kanker payudara
ditemukan di seluruh dunia. Tahun 2003, insidens kanker payudara di Belanda 91 per
100.000 penduduk, Amerika 71,7 per 100.000 penduduk, Swiss 70 per 100.000 wanita,
Australia 83,2 per 100.000 penduduk, Kanada 84,7, Indonesia 26 per 100.000 wanita pada
tahun 2002 dan Jepang 16 per 100.000 penduduk. 8,9,20
Kanker payudara lebih sering dijumpai pada umur 40-49 tahun yaitu sebesar 30,35%.
Menurut Sukardja yang dikutip oleh Arlinda (2002) di Amerika frekuensi kanker payudara
tertinggi ditemukan pada umur 40-50 tahun. Demikian juga di Jepang yaitu sebesar 40,6%
kanker payudara ditemukan pada umur 40-49 tahun dan jarang pada umur kurang dari 30
tahun.8
Kanker payudara merupakan hasil dari mutasi pada salah satu atau beberapa gen.
Dua di antaranya terletak pada kromosom 17. Gen yang paling berpengaruh disebut
dengan BRCA-1 (pada lokus 17q21), yang lainnya adalah gen p53 (pada lokus 17p13).
Gen ketiga adalah BRCA-2 yang terletak pada kromosom 13. Gen keempat yang juga
terlibat adalah gen reseptor androgen pada kromosom Y. Mutasi gen ini berhubungan
dengan insiden kanker payudara pada pria. 9
Etiologi kanker payudara masih belum diketahui dengan pasti hingga sekarang
namun yang paling diyakini sebagai penyebab adalah paparan terhadap mutagen.
Mutagen ini bisa berupa mutagen endogen yaitu radikal bebas seperti lipid peroksidase
dan malondyaldehida (MDA) juga mutagen eksogen yaitu radiasi. Virus juga diduga
sebagai penyebab namun belum dapat dibuktikan pada manusia.
Faktor resiko
Usia:
Kemungkinan untuk menjadi kanker payudara semakin meningkat seiring
bertambahnya umur seorang wanita. Angka kejadian kanker payudara rata-rata pada
wanita usia 45 tahun ke atas. Kanker jarang timbul sebelum menopause. Kanker dapat
didiagnosis pada wanita premenopause atau sebelum usia 35 tahun, tetapi kankernya
cenderung lebih agresif, derajat tumor yang lebih tinggi, dan stadiumnya lebih lanjut,
sehingga survival rates-nya lebih rendah.
Riwayat kanker payudara :
Wanita dengan riwayat pernah mempunyai kanker pada satu payudara mempunyai
risiko untuk berkembang menjadi kanker pada payudara yang lainnya.
Riwayat Keluarga :
Risiko untuk menjadi kanker lebih tinggi pada wanita yang ibunya atau saudara
perempuan kandungnya memiliki kanker payudara. Risiko lebih tinggi jika anggota
keluarganya menderita kanker payudara sebelum usia 40 tahun. Risiko juga meningkat
bila terdapat kerabat/saudara (baik dari keluarga ayah atau ibu) yang menderita kanker
payudara.
Perubahan payudara tertentu :
Beberapa wanita mempunyai sel-sel dari jaringan payudaranya yang terlihat abnormal
pada pemeriksaan mikroskopik. Risiko kanker akan meningkat bila memiliki tipe-tipe sel
abnormal tertentu, seperti atypical hyperplasia dan lobular carcinoma in situ [LCIS].
Perubahan Genetik :
Beberapa perubahan gen-gen tertentu akan meningkatkan risiko terjadinya kanker
payudara, antara lain BRCA1, BRCA2, dan beberapa gen lainnya. BRCA1 and BRCA2
termasuk tumor supresor gen. Secara umum, gen BRCA-1 beruhubungan dengan
invasive ductal carcinoma,poorly differentiated, dan tidak mempunyai reseptor hormon.
Sedangkan BRCA-2 berhubungan dengan invasive ductal carcinoma yang lebih well
differentiated dan mengekspresikan reseptor hormon.Wanita yang memiliki gen BRCA1
dan BRCA2 akan mempunyai risiko kanker payudara 40-85%. Wanita dengan gen
BRCA1 yang abnormal cenderung untuk berkembang menjadi kanker payudara pada
usia yang lebih dini.
Riwayat reproduksi dan menstruasi :
Meningkatnya paparan estrogen berhubungan dengan peningkatan risiko untuk
berkembangnya kanker payudara, sedangkan berkurangnya paparan justru memberikan
efek protektif. Beberapa faktor yang meningkatkan jumlah siklus menstruasi seperti
menarche dini (sebelum usia 12 tahun), nuliparitas, dan menopause yang terlambat (di
atas 55 tahun) berhubungan juga dengan peningkatan risiko kanker. Diferensiasi akhir
dari epitel payudara yang terjadi pada akhir kehamilan akan memberi efek protektif,
sehingga semakin tua umur seorang wanita melahirkan anak pertamanya, risiko kanker
meningkat.
Radiasi pada daerah dada :
Wanita yang mendapat terapi radiasi di daerah dada (termasuk payudara) sebelum
usia 30 tahun, risiko untuk berkembangnya kanker payudara akan meningkat di
kemudian hari.
Kepadatan jaringan payudara :
Jaringan payudara dapat padat ataupun berlemak. Wanita yang pemeriksaan
mammogramnya menunjukkan jaringan payudara yang lebih padat, risiko untuk menjadi
kanker payudaranya meningkat.
Overweight atau Obese setelah menopause:
Kemungkinan untuk mendapatkan kanker payudara setelah menopause meningkat
pada wanita yang overweight atau obese, karena sumber estrogen utama pada wanita
postmenopause berasal dari konversi androstenedione menjadi estrone yang berasal dari
jaringan lemak, dengan kata lain obesitas berhubungan dengan peningkatan paparan
estrogen jangka panjang.
Kurangnya aktivitas fisik :
Wanita yang aktivitas fisik sepanjang hidupnyakurang, risiko untuk menjadi kanker
payudara meningkat. Dengan aktivitas fisik akan membantu mengurangi peningkatan
berat badan dan obesitas. menopausal hormone therapymemakai estrogen, atau
mengkonsumsi estrogen ditambah progestin setelah menopause juga meningkatkan risiko
kanker.
Diet :
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang sering minum alkohol
mempunyai risiko kanker payudara yang lebih besar. Karena alkohol akan meningkatkan
kadar estriol serum. Sering mengkonsumsi banyak makan berlemak dalam jangka
panjang akan meningkatkan kadar estrogen serum, sehingga akan meningkatkan risiko
kanker. 9
3.1.4 Klasifikasi
1. Non invasive carcinoma
a) Ductal carcinoma in situ
Ductal carcinoma in situ, juga disebut intraductal cancer, merujuk pada sel
kanker yang telah terbentuk dalam saluran dan belum menyebar. Saluran menjadi
tersumbat dan membesar seiring bertambahnya sel kanker di dalamnya. Kalsium
cenderung terkumpul dalam saluran yang tersumbat dan terlihat dalam mamografi
sebagai kalsifikasi terkluster atau tak beraturan (clustered or irregular calcifications)
atau disebut kalsifikasi mikro (microcalcifications) pada hasil mammogram seorang
wanita tanpa gejala kanker.10
DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan puting atau munculnya massa yang
secara jelas terlihat atau dirasakan, dan terlihat pada mammografi. DCIS kadang
ditemukan dengan tidak sengaja saat dokter melakukan biopsy tumor jinak. Sekitar
20%-30% kejadian kanker payudara ditemukan saat dilakukan mamografi. Jika
diabaikan dan tidak ditangani, DCIS dapat menjadi kanker invasif dengan potensi
penyebaran ke seluruh tubuh.
DCIS muncul dengan dua tipe sel yang berbeda, dimana salah satu sel cenderung
lebih invasif dari tipe satunya. Tipe pertama, dengan perkembangan lebih lambat,
terlihat lebih kecil dibandingkan sel normal. Sel ini disebut solid, papillary atau
cribiform.11 Tipe kedua, disebut comedeonecrosis, sering bersifat progresif di awal
perkembangannya, terlihat sebagai sel yang lebih besar dengan bentuk tak beraturan.
A
A B
Gambar 4 Ductal Carcinoma in situ (A) dan Sel-sel kanker menyebar keluar dari
ductus, menginvasi jaringan sekitar dalam mammae (B)
Tis(Paget's) Paget's disease dari papilla mammae tanpa tumor (Catatan : Paget's disease
yang berhubungan dengan tumor diklasifikasikan menurut ukuran tumor)
T1 Tumor ≤ 2 cm
T3 Tumor > 5 cm
N2a Metastasis ke KGB aksilla ipsilateral dengan KGB saling melekat atau
melekat ke struktur lain sekitarnya.
N2b Metastasis hanya tampak secara klinis ke KGB internal mammary ipsilateral
dan tidak terbukti secara klinis terdapat metastasis ke KGB aksilla ipsilateral
pNX KGB regional tidak dapat dinilai (sebelumnya telah diangkat atau tidak
dilakukan pemeriksaan patologi)
pN0b Secara histologis tidak terdapat metastasis ke KGB, tidak ada pemeriksaan
tambahan untuk isolated tumor cells (Catatan : Isolated tumor cells (ITC)
diartikan sebagai sekelompok tumor kecil yang tidak lebih dari 0.2 mm,
biasanya dideteksi hanya dengan immunohistochemical (IHC) atau metode
molekuler
pN0(i–) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, IHC (-)
pN0(i+) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, IHC (+), IHC
cluster tidak lebih dari 0.2 mm
pN1 Metastasis ke 1-3 KGB aksila, dan atau KGB internal mammary terdeteksi
secara mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB, secara klinis tidak tampak
pN1c Metastasis ke 1-3 KGB aksila dan ke KGB internal mammary terdeteksi
secara mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB, secara klinis tidak
tampak (jika berhubungan dengan >3 (+) KGB aksila, KGB internal
mammary diklasifikasikan sebagai pN3b)
pN2 Metastasis ke 4-9 KGB aksila, atau tampak secara klinis ke KGB internal
mammary tetapi secara klinis tidak terbukti terdapat metastasis ke KGB
aksilla
pN2b tampak secara klinis ke KGB internal mammary tetapi secara klinis tidak
terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla
pN3 Metastasis ke 10 KGB aksila, atau KGB infraklavikula, atau secara klinis ke
KGB internal mammary ipsilateral dan terdapat 1 atau lebih metastasis ke
KGB aksilla atau > 3 metastasis ke KGB aksilla tetapi secara klinis
microscopic metastasis (-) ke KGB internal mammary; atau ke KGB
supraklavikular ipsilateral
pN3a Metastasis ke ≥10 KGB aksila (minimal 1 tumor > 2 mm), atau metastasis ke
KGB infraklavikula
pN3b Secara klinis metastasis ke KGB internal mammary ipsilateral dan terdapat 1
atau lebih metastasis ke KGB aksilla atau > 3 metastasis ke KGB aksilla dan
dalam KGB internal mammary dengan kelainan mikroskopis yang terdeteksi
melalui diseksi KGB sentinel, tidak tampak secara klinis
Stadium 0 T1s N0 M0
Stadium I T1 NO M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
T3 N1-2 M0
Stadium I : Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh. Tumor terbatas pada payudara dan tidak terfiksasi pada kulit dan otot
pektoralis
Gambar 6. Stadium 1
Stadium IIa : Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN)
dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter kurang 5 cm tanpa keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
Stadium IIb : Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN)
dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter lebih 5 cm tanpa keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
Stadium IIIb : Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN)
dan terdapat penyebaran jauh berupa metastasis ke supraklavikula dengan keterlibatan
limfonodus (LN) supraklavikula atau metastasis ke infraklavikula atau menginfiltrasi /
menyebar ke kulit atau dinding toraks atau tumor dengan edema pada tangan. Tumor telah
menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga luka bernanah di
payudara. Didiagnosis sebagai Inflamatory Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa juga belum
menyebar ke pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian
lain dari organ tubuh.
Stadium IV : Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-paru, liver atau
tulang rusuk.13
A. Non invasive
- Mamografi
Indikasi mamografi antara lain kecurigaan klinis adanya kanker payudara,
sebagai tindak lanjut pascamastektomi (deteksi tumor prime kedua dan rekurensi
di payudara kontralateral), dan pasca-breast conserving therapy (BCT) untuk
mendeteksi kambuhnya tumor primer kedua (walaupun lebih sering dengan MRI),
adanya adenokarsinoma metastatic dari tumor primer yang tidak diketahui
asalnya, dan sebagai program skrining. Mamografi biasa dilakukan pada wanita
diatas 35 tahun karena lebih mudah diinterpretasikan. Temuan mamograf yang
menunjukkan kelainan yang mengarah ke keganasan antara lain tumor berbentuk
spikula, distorsi atau iregularitas, mikrokalsifikasi (karsinoma intraduktal), kadang
disertai pembesaran kelnjar limfe. Hasil mamografi dikonfirmasi lebih lanjut
dengan FNAB, core biopsy, atau biopsy bedah.
- Ultrasonografi
Ultrasonografi berguna untuk menentukan ukuran lesi dan membedakan kista
dengan tumor solid. Sedangkan, diagnosis kelainan payudaranya dapat dipastikan
dengan melakukan pemeriksaan sitology aspirasi jarum halus (FNAB), core
biopsy, biopsy terbuka, atau sentinel node biopsy.
- MRI
MRI dilakukan pada pasien muda, karena gambaran mamografi kurang jelas
pada payudara wanita muda, untuk mendeteksi adanya rekurensi pasca-BCT,
mendeteksi adanya rekurensi dini keganasan payudara yang dari pemeriksaan fisik
dan penunjang lainnya kurang jelas.
- Imunohistokimia
Pemeriksaan imunohistokimia yang dilakukan untuk membantu terapi target,
antara lain pemeriksaan status ER (estrogen receptor), PR (progesterone receptor),
c-erbC-2 (HER-2 neu), cathepsin-D, p53 (bergantung situasi), Ki67, dan Bcl2.
B. Invasive
- Biopsi
Jenis biopsy yang dapat dilakukan yaitu biopsy jarum halus (fine needle
aspiration biopsy, FNAB), core biopsy (jarum besar), dan biopsy bedah. FNAB
hanya memungkinkan evaluasi sitology, sedangkan biopsy jarum besar dan
biopsy bedah memungkinkan analisis arsitektur jaringan payudara sehingga ahli
patologi dapat menentukan apakah tumor bersifat invasive atau tidak.9
Open biopsy dengan lokal anestesi sebagai prosedur awal sebelum memutuskan
tindakan defintif merupakan cara diagnosis yang paling dapat dipercaya. FNAB
atau core-needle biopsy, ketika hasilnya positif, memberikan hasil yang cepat
dengan biaya dan resiko yang rendah, tetapi ketika hasilnya negatif maka harus
dilanjutkan dengan open biopsy. Open biopsy dapat berupa biopsy insisional atau
biopsi eksisional. Pada biopsi insisional mengambil sebagian massa payudara
yang dicurigai, dilakukan bila tidak tersedianya core-needle biopsy atau massa
tersebut hanya menunjukkan gambaran DCIS saja atau klinis curiga suatu
inflammatory carcinoma tetapi tidak tersedia core-needle biopsy. Pada biopsi
eksisional, seluruh massa payudara diambil.11
- Bone scanning
Dilakukan jika sitologi dan atau klinis sangat dicurigai ganas atau pada lesi
> 5 cm
- Scintimamography
Jika terdapat kecurigaan residif atau residu
- MRI
Dilakukan untuk kasus dengan kecurigaan ca mammae intraduktal.14
3.1.8 Tatalaksana15
Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung
pada stadium klinis penyakit, yaitu :
A. Pembedahan (Operasi)
Operasi adalah terapi untuk membuang tumor, memperbaiki komplikasi dan
merekonstruksi efek yang ada melalui operasi. Namun tidak semua stadium kanker dapat
disembuhkan atau dihilangkan dengan cara ini. Semakin dini kanker payudara ditemukan
kemungkinan sembuh dengan operasi semakin besar. Jenis-jenis operasi yang dilakukan
yaitu :
a. Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi yaitu :
1. Modified Radycal Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan
payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak.
2. Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tanpa
kelenjar di ketiak.
3. Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya
disebut Lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel
kanker, bukan seluruh payudara. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien
yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
b). Pengangkatan Kelenjar Getah Bening (KGB) Ketiak.
Pengangkatan KGB Ketiak dilakukan terhadap penderita kanker payudara yang menyebar
tetapi besar tumornya lebih dari 2,5 cm.
B. Terapi Radiasi
Radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan
sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di
payudara setelah operasi. Efek pengobatan ini adalah tubuh menjadi lemah, nafsu makan
berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam serta Hb dan leukosit cenderung
menurun sebagai akibat dari radiasi.
C. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau
kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Obat –obatan ini tidak
hanya membunuh sel kanker pada payudara , tetapi juga seluruh sel dalam tubuh. Efek
dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok.
D. Terapi Hormon
Pemberian hormon dilakukan apabila penyakit telah sistemik berupa metastasis jauh.
Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi.
3.1.9 Pencegahan
- Pencegahan primer17
Pencegahan primer adalah usaha mencegah timbulnya kanker pada orang sehat yang
memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer dilakukan
terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Beberapa
usaha yang dapat dilakukan antara lain:
Pemberian ASI
SADARI
Semua wanita di atas umur 20 tahun sebaiknya melakukan SADARI setiap bulan
untuk menemukan ada tidaknya benjolan pada payudara. Sebaiknya SADARI
dilakukan pada waktu 5-7 hari setelah menstruasi terakhir ketika payudara sudah tidak
membengkak dan sudah menjadi lembut. Langkah-langkah SADARI dapat dilakukan
seperti pada gambar .
Gambar 14 .SADARI tahap I
- Pencegahan sekunder
- Pencegahan tersier
Pencegahan tertier dapat dilakukan dengan perawatan paliatif dengan tujuan
mempertahankan kualitas hidup penderita dan memperlambat progresifitas
penyakit dan mengurangi rasa nyeri dan keluhan lain serta perbaikan di bidang
psikologis, sosial, dan spritual
KESIMPULAN
Kanker payudara adalah tumor ganas pada jaringan payudara. Jaringan payudara
terdiri dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu), saluran kelenjar (saluran air
susu), dan jaringan penunjang payudara.
Kanker payudara saat ini menjadi kanker yang paling sering menyerang perempuan di
seluruh dunia dan menjadi penyebab kematian tersering pada perempuan dengan
rerata 1,3 juta kasus baru dan sekitar 458.000 kematian akibatnya.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan untuk menurunkan angka
mortalitas kanker payudara dengan penemuan kanker payudara sedini mungkin dan
pengobatan saat ukuran masih kecil sebelum kanker tersebut bermetastasis.Penemuan
kanker payudara sedini mungkin yang didiagnosis dan diobati secara benar akan
menambah harapan hidup penderita kanker payudara.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ellen W. Breast cancer screening. N Engl J Med. 2011;(365):1025-32.
2. Crum CP, Lester SC, Cotran RS. Sistem genitalia perempuan dan payudara. Dalam:
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL, editor (penyunting). Buku Ajar Patologi Robbins
Volume 2. Edisi ke-7. Jakarta:EGC; 2007.hlm. 788-801.
3. Mitchell JM, Mathews HF, Mayne L. Differences in Breast Self-Examination
Techniques between Caucasian and African American Elderly Women. Journal of
Women’s Health. 2005;14(6):476-84
4. Sjamsuhidajat R, De Jong W, editors. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi, 3rd ed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC . 2011,
5. Sadler TW. Langman’s Medical Embryology. 13th Ed. North Carolina: Williams and
Wilkins. 2015. P.242-266.
6. Juan Rosai. Ackerman’s Surgical Pathology. volume I. 9th edition.
7. Siallagan S., 2004. Karakteristik penderita kanker payudara yang dirawat inap di
RSUD dr Pirngadi Medan tahun 1999 – 2003, Skripsi, FKM USU Medan.
8. Moningkey, S., I., 2000. Epidemiologi Kanker Payudara. Medika; Januari 2000.
Jakarta.
13. Schrock. TR. Dharma A (alih bahasa). 2006. Ilmu Bedah. Edisi 7. Penerbit Buku
Kedokteran EGC Jakarta
17. Williams NS. Bailey and Love’s Short Practice of Surgery. 26th ed. Boca Raton, FL:
CRC Press; 2013. P 798-819