Вы находитесь на странице: 1из 9

DISKUSI KELOMPOK 2 PEMICU 2

1. DEFINISI KATA SULIT


-edema : istilah medis untuk retensi cairan dalam tubuh

-eritema : perubahan warna kulit menjadi kemerahan tanpa adanya perubahan bentuk

-pus : adalah cairan/bahan bewarna kuning keputihan atau kuning kehijauan yang hadir
dibagian yang terjangkiti bakteri.

-operasi caesar : Bedah caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui
vagina tidak memungkinkan karena berisiko kepada komplikasi medis lainnya. Sehingga
dilakukan incisi di abdomen bagian bawah.

2. ETIOLOGI LUKA

a. Luka mekanik (cara luka didapat dan luas kulit yang terkena)

1) Luka insisi (Incised wound), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Luka dibuat
secara sengaja, misal yang terjadi akibat pembedahan.

2) Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura setelah seluruh pembuluh darah yang
luka diikat (ligasi).

3) Luka memar (Contusion Wound), adalah luka yang tidak disengaja terjadi akibat benturan
oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh: cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan
bengkak, namun kulit tetap utuh. Pada luka tertutup, kulit terlihat memar.

4) Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang
biasanya dengan benda yang tidak tajam.

5) Luka tusuk (Punctured Wound), luka ini dibuat oleh benda yang tajam yang memasuki
kulit dan jaringan di bawahnya. Luka punktur yang disengaja dibuat oleh jarum pada saat
injeksi. Luka tusuk/ punktur yang tidak disengaja terjadi pada kasus: paku yang menusuk
alas kaki bila paku tersebut terinjak, luka akibat peluru atau pisau yang masuk ke dalam kulit
dengan diameter yang kecil.

6) Luka gores (Lacerated Wound), terjadi bila kulit tersobek secara kasar. Ini terjadi secara
tidak disengaja, biasanya disebabkan oleh kecelakaan akibat benda yang tajam seperti oleh
kaca atau oleh kawat. Pada kasus kebidanan: robeknya perineum karena kelahiran bayi.
7) Luka tembus/luka tembak (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh
biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya
lukanya akan melebar, bagian tepi luka kehitaman.

8) Luka bakar (Combustio), luka yang terjadi karena jaringan tubuh terbakar.

9) Luka gigitan (Morcum Wound), luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagian luka.

b. Luka non mekanik : luka akibat zat kimia, termik, radiasi atau serangan listrik.

4. JENIS-JENIS LUKA DIGOLONGKAN BERDASARKAN :

1. Berdasarkan sifat kejadian, dibagi menjadi 2, yaitu luka disengaja (luka terkena radiasi
atau bedah) dan luka tidak disengaja (luka terkena trauma). Luka tidak disengaja dibagi
menjadi 2, yaitu :

a. Luka tertutup : luka dimana jaringan yang ada pada permukaan tidak rusak (kesleo,
terkilir, patah tulang, dsb).

b. Luka terbuka : luka dimana kulit atau selaput jaringan rusak, kerusakan terjadi karena
kesengajaan (operasi) maupun ketidaksengajaan (kecelakaan).

2. Berdasarkan penyebabnya, di bagi menjadi :

a. Luka mekanik (cara luka didapat dan luas kulit yang terkena)

1) Luka insisi (Incised wound), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Luka dibuat
secara sengaja, misal yang terjadi akibat pembedahan.

2) Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura setelah seluruh pembuluh darah yang
luka diikat (ligasi).

3) Luka memar (Contusion Wound), adalah luka yang tidak disengaja terjadi akibat benturan
oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh: cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan
bengkak, namun kulit tetap utuh. Pada luka tertutup, kulit terlihat memar.

4) Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang
biasanya dengan benda yang tidak tajam.

5) Luka tusuk (Punctured Wound), luka ini dibuat oleh benda yang tajam yang memasuki
kulit dan jaringan di bawahnya. Luka punktur yang disengaja dibuat oleh jarum pada saat
injeksi. Luka tusuk/ punktur yang tidak disengaja terjadi pada kasus: paku yang menusuk
alas kaki bila paku tersebut terinjak, luka akibat peluru atau pisau yang masuk ke dalam kulit
dengan diameter yang kecil.

6) Luka gores (Lacerated Wound), terjadi bila kulit tersobek secara kasar. Ini terjadi secara
tidak disengaja, biasanya disebabkan oleh kecelakaan akibat benda yang tajam seperti oleh
kaca atau oleh kawat. Pada kasus kebidanan: robeknya perineum karena kelahiran bayi.

7) Luka tembus/luka tembak (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh
biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya
lukanya akan melebar, bagian tepi luka kehitaman.

8) Luka bakar (Combustio), luka yang terjadi karena jaringan tubuh terbakar.

9) Luka gigitan (Morcum Wound), luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagian luka.

b. Luka non mekanik : luka akibat zat kimia, termik, radiasi atau serangan listrik.

3. Berdasarkan tingkat kontaminasi

a. Clean Wounds (luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses
peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari
tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup, jika diperlukan
dimasukkan drainase tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.

b. Clean-contamined Wounds (luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan


dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol,
kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.

c. Contamined Wounds (luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat
kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi
dari saluran cerna. Pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen.
Kemungkinan infeksi luka 10% – 17%.

d. Dirty or Infected Wounds (luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme
pada luka.

4. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka

a. Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan
epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis
dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti
abrasi, blister atau lubang yang dangkal.

c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan
atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati
jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia
tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam
dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.

d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang
dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

5. Berdasarkan waktu penyembuhan luka

a. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan
yang telah disepakati.

b. Luka kronis : yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat
karena faktor eksogen dan endogen.

5. PROSES PENYEMBUHAN LUKA


1. Inflamasi
2. Proliferasi
3. Maturasi

6. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA :


A. Faktor lokal (internal)

1. Suplai pembuluh darah yang kurang

2. Denervasi

3. Hematoma

4. Infeksi

5. Iradiasi

6. Mechanical stress

7. Dressing material

8. Tehnik bedah
9. Irigasi

10. Elektrokoagulasi

11. Suture materials

12. Antibiotik

13. Tipe jaringan

14. Facilitious wounds

B. Faktor umum (eksternal)

1. Usia

2. Anemia

3. Anti inflammatory drugs

4. Cytotoxic and metabolic drugs

5. Diabetes mellitus

6. Hormon

7. Infeksi sistemik

8. Jaundice

9. Penyakit menular

10. Malnutrisi

11. Obesitas

12. Temperatur

7. KOMPLIKASI PENYEMBUHAN LUKA MELIPUTI INFEKSI,


PERDARAHAN, DEHISCENCE DAN EVISCERASI

1. Infeksi Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau
setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah
pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase,
nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah
sel darah putih.
2. Perdarahan Perdarahan dapat menunjukkan adanya pelepasan jahitan, darah sulit
membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing
(seperti drain). Waspadai terjadinya perdarahan tersembunyi yang akan mengakibatkan
hipovolemia. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat
selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu. Jika perdarahan
berlebihan terjadi, penambahan tekanan luka dan perawatan balutan luka steril mungkin
diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan juga mungkin diperlukan.

3. Dehiscence dan Eviscerasi Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang
paling serius. Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah
keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang
nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan
dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat
terjadi 4 – 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence
dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres
dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.

Sumber : perawatan luka dan praktik kebidanan poltekes surakarta

8. BAGAIMANA PENATALAKSAAN LUKA ?


Jawab :

Langkah membersihkan luka secara umumnya seperti lakukan tindakan dan diberi
juga antiseptik. Apabila luka sudah bersih dan jaringn kulit dapat menutup ,
makalakukan jahitan primer. Jika luka bersih namun diperkirakan produktif ,
misalkan terjadi infeksi maka pasanglah drin. Jika luka kotor , maka lakukan
perawatan luka terbuka untuk selanjutnya dilakukan hekting sekunder ( apabila
luka sudah menutup). Berikan antibiotik, Tujuan pemberian antibiotik ini adalah
untuk profilaksis dapat berupa salap atau larutan, mengurangi pembentukn
krusta yang dapat menghambat epitaelisasi, mencegah kassa melekat pada luka
dan mengurangi tingkat infeksi serta jika perlu diberi anti tetanus.

9. PERTOLONGAN TIDAK SESUAI


-alat tidak steril

-jahitan luka dibiarkan terbuka

-menggaruk luka

-tidak memakai salep jamur

-melanjutkan pemakaian obat terus-menerus

-tidak memberitahu riwayat keloid


10. KLINIS BERUPA ERITEM, EROSI, EDEMA DAN TIDAK ADANYA
PUS MERUPAKAN TANDA-TANDA ADANYA INFEKSI.
Berdasarkan pemicu karena tidak dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, maka bisa dikatakan
infeksi dikarenakan parasit atau alergi terhadap antiseptik.

Peneliti dari Health Protection Agency dari Imperial College London mempelajari 4.107
wanita yang telah menjalani operasi caesar antara april dan September 2009 berdasarkan
data NHS. Mereka menemukan bahwa 394 perempuan pelaku caesar terserang infeksi
sebanyak 9,6%.

11. ERITEMA MULTIFORME


Patologi robbins hal 885

Eritema multiforme adalah suatu penyakit swasirna yang jarang ditemukan yang
tampaknya merupakan suatu respons hipersensitivitas terhadap infeksi dan obat tertentu.
Penyakit ini berkaitan dengan keadaan berikut :

2. Penyakit infeksi( misal : herpes simpleks, infeksi mycoplasma, histoplasmosis,


koksidioidomikosis, tifoid, dan kusta).
3. Pemberian obat tertentu (sulfanoid, penisilin, barbiturat, salisilat,hidantoin, dan
antimalaria).
4. Keganasan ( karsinoma, dan limfoma).
5. Penyakit kolagen vaskular (lupus eritematosus, dermatomiositis, dan periarteritis
nodosa).

Secara klinis, pasien memperlihatkan beragam lesi “multiform” termasuk makula,


papula, vesikel, dan bula, serta lesi target khas yang terdiri atas suatu makula atau papula
merah dengan baguan tengah pucat vesikular atau erosif.

Bentuk penyakit yang luas dan menyebabkan demam ini,lebih sering pada anak, disebut
sindrom Stevens-johnson. Sindrom ini ditandai dengan erosi dan pembentukan krusta di
permukaan mukosa bibir, kojungtiva, rongga mulut, uretra, dan permukaan anogenital.
Varian lain, yang disebut nekrolisis epidermis toksik, menyebabkan nekrosis dan
pengelupasan difus permukaan epitel kulit dan mukosa, menimbulkan keadaan klinis yang
analog dengan luka bakar luas.

12. PERBEDAAN SALEP ANTI SEPTIK DENGAN SALEP ANTIBIOTIK


Salep antiseptik mempunyai jangkauan dan daya bunuh kuman yang luas, mengandung
agen kimia dan berfungsi untuk mencegah, memperlambat atau menghentikan
pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan luar tubuh.
Salep antibiotik jangkauan dan daya bunuh pada kuman-kuman tertentu saja.

13. EDUKASI
1. Menjaga kebersihan pasca operasi

2. Menggunakan Pakaian yang longgar dan nyaman

3. Olahraga yang ringan

4. Nutrisi Pangan

5. Obat-obatan

Gizi

 Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari

 Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi


kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral

 Minum sedikitnya 3 liter setiap hari

 Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum

 Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit

************************************************************************

HUBUNGAN USIA DAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA


 Pada proses penyembuhan luka, semakin tua usia seseorang akan semakin lama dalam
proses penyembuhan luka. Hal ini dipengaruhi oleh adanya penurunan elastin dalam
kulit dan perbedaan penggantian kolagen mempengaruhi penyembuhan luka.
 Usia mempengaruhi proses penyembuhan dalam berbagai cara. Pasien berusia lebih tua
cenderung memiliki komorbidibitas dan lebih sering berada dalam pengobatan untuk
penyakit lain, yang mana akan mempengaruhi proses penyembuhan. Penuaan sendiri
juga mempengaruhi kecepatan dan kualitas penyembuhan luka.
 Walaupun luka pada pasien tua dapat sembuh, tetapi kecepatan proses
penyembuhannya lebih lambat dan semua fase penyembuhan juga terpengaruh. Respon
inflamasi menurun atau tertunda, sama juga dengan respon proliferasinya. Proses
remodelling juga terjadi, tapi tingkatnya lebih rendah, dan pembentukan kolagen sangat
berbeda jumlahnya. Penyakit-penyakit yang mempengaruhi penyembuhan luka lazim
pada orang tua dan lebih merugikan daripada penyembuhan pada orang muda.

Sumber:
 Vowden P. 2011. Hard-to-Heal Wounds. Bradfords: Wound Healing Research, Bradfors
Teaching Hospitals dalam Made Easy Volume II, Issue 4.
 Hayati. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Penyembuhan Luka Pasca
Operasi di IRNA Bedah Rsup Dr. M. Djamil Padang Tahun 2010. Padang: Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas.

AKIBAT DARI OPERASI CAESAR SEPERTI PEMICU ?


Jawab :

Resiko dan efek negatif dari bedah atau operasi caesar adalah :

 Munculnya masalah baru akibat pembiusan yang digunakan dan obat-obatan


penghilang rasa nyeri pasca operasi.
 Meningkatkan resiko infeksi dan penggunaan antibiotik
 Terjadi perdarahan yang lebih berat yang dapat mengakibatkan anemia dan
perlunya transfusi darah.
 Nyeri luka caesar lebih lama dari pada persalinan normal.
 Timbulnya masalah jaringan parut pada luka bekas operasi.
 Peningkatn resiko plasenta yang tertahan pada kehamilan berikutnya, serta
kemungkinan besar pada persalinan berikutnya juga akan melakukan operasi
caesar lagi.

Вам также может понравиться