Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK BELIMBING
HANSEN SATRIAWAN
HIKMAH PUJIATI
NURHAYATI
PARDI
PUTRI DIAH KUSUMA
PROFESI KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah seminar yang berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa
Pada Tn. R dengan Masalah Utama gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran diruang
Belimbing Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit “. Makalah seminar ini merupakan salah
satu bentuk penugasan dalam profesi keperawatan jiwa yang kami laksanakan selama 3 minggu,
dari tanggal 17 April sampai dengan 05 mei 2017.
Penyusunan makalah seminar ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Jum’atina, S.Kep., M.Kep selaku Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit Kusus
Daerah Duren Sawit Jakarta Timur.
2. Ibu Ns. Slametiningsih, M.Kep, Sp.KJ selaku Koordinator mata ajar keperawatan jiwa
3. Ibu Ns. Betty Herawati, S.Kep selaku Pembimbing Klinik di RSKD Duren Sawit.
4. Bapak Eman Saepurohman, AMK selaku kepala ruangan ruang Belimbing RSKD Duren
Sawit.
5. Rekan-rekan perawat di ruangan Belimbing RSKD Duren Sawit
6. Teman-teman kelompok 2 yang telah bekerja dan berusaha dengan semaksimal mungkin
untuk menyelesaikan makalah seminar
7. Rekan-rekan seangkatan yang mengikuti profesi keperawatan jiwa yang telah banyak
memberikan dorongan, masukan dan bantuan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.
Kelompok Belimbing
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa
bukan hanya terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang
dibutuhkan oleh semua orang. Kesehtan jiwa adalah perasaaan sehat dan bahagia serta
mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya. Serta
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005).
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada study
terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa ada negara-negara berkembang sekitar 78-
85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun utama (Hardian,
2008). Masalah gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian
tinggi dibandingan masalah kesehatan lain yang ada di masyarakat.
Dari 150 juta populasi orang dewasa di indonesia, berdasarkan data dari Departemen
Kesehatan (Depkes) ada 1,74 juta mengalami gangguan mentalemosional. Sedangkan, 4%
dari jumlah tersebut terlambat untuk berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan
unatuk penyakit kejiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah
penderita gangguan jiwa di dunia semakin meningkat. Diperkirakan sekitar 50 juta atau
25% dari penduduk indonesia mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008).
Berdasarkan grafik kunjungan pasien rawat jalan di rumah sakit jiwa diseluruh
indonesia tercatat adanya peningkatan gangguan jiwa tiap 3 tahunnya. Pada tahun 2005 ada
9.841 pasien, tahun 2006 menjadi 11.675, dan pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi
19.936 pasien
Berdasarkan hasil anamnesa pasien yang dirawat dirumah sakit Duren Sawit banyak
yang mengalami halusinasi, berdasarkan hal tersebut maka kami kelompok tertarik untuk
membahas kasus halusinasi dalam seminar kelompok yang sebagai salah satu syarat tugas
untuk menyelesaikan praktek di RSKD Duren Sawit.
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan asuhan keperawatan dalam mengatasi permasalahan kesehatan masalah
utama Halusinasi.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu:
a. Memahami lebih dalam mengenai konsep Halusinasi
b. Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Halusinasi berdasarkan teori
yang ada.
A. PENGKAJIAN
Tn. R umur 30 tahun anak satu-satunya, pendidikan SI informatika alasan masuk rumah
sakit klien sering marah-marah, gelisah, ngoceh-ngoceh dan tertawa sendiri. Saat pengkajian
diperoleh data klien nampak sering menyendiri,nampak gelisah, mondar- mandir, bicara
sendiri, Kontak mata kurang dan sering menunduk, suara pelan, nampak tegang, malu untuk
berbaur dengan teman yang lainnya , malu karena belum mendapatkan pekerjaan, merasa
sedih sejak karena bapaknya sudah meninggal. Klien mengatakan malas untuk berinteraksi
dengan yang lain. Klien mengatakan sering mendengar suara-suara, suara itu mengajaknya
untuk berjalan terus. Klien anak satu-satunya dalam kelurga, sekarang hanya tinggal bersma
ibunya. Sejak saat itu klien menunjukkan gejala tidak mau keluar rumah, suka marah dan
tersenyum dan tertawa sendiri. Klien sudah 5 kali dirawat, awalnya klien menunjukkan
gejala gangguan jiwa sejak gagal terus dalam mencari pekeraan dan ayahnya meninggal
dunia, Keluarga mengatakan sejak saat itu klien suka menyendiri dan cepat tersinggung.
Klien mengatakan orang terdekat adalah bapaknya dan semenjak bapaknya meninggal orang
terdekatnya ibu. Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain karena tidak nyambung.
Klien mengatakan lebih suka menyendiri. Klien mengatakan dirinya tamatan S1 informatika
dan dirinya merasa malu karena belum ada tempat kerja yang mau menerimanya untuk
bekerja.
Hasil observasi didapatkan data klien selalu tampak duduk menyendiri, tampak bicara
sendiri, senyum-senyum sendiri, tidak mau interaksi dengan orang lain, kontak mata kurang,
bicara lambat dengan suara pelan dan seperlunya, tidak mau memulai pembicaraan, sering
menunduk, sering diam, ekspresi wajah tampak sedih dan menurut data klien putus minum
obat.
B. MASALAH KESEHATAN
1. Gangguan sensori persepsi: halusinasi
Data Subyektif:
- Klien mengatakan sering mendengar suara-suara, suara itu mengajaknya untuk
berjalan terus.
Data Obyektif :
- Klien nampak mondar-mandir, tampak bicara sendiri, senyum-senyum sendiri,
2. Isolasi sosial: Menarik diri
Data Subyektif:
- Klien mengatakan lebih suka menyendiri.
- Klien mengatakan malu untuk berbaur dengan teman yang lainnya
Data Obyektif :
- Kontak mata kurang
- Klien tampak sering menyendiri
- Tidak nampak jarang berinteraksi dengan orang lain.
- klien selalu tampak duduk menyendiri
3. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
Data Subyektif:
- Klien mengatakan malu untuk berbaur dengan teman yang lainnya
- malu karena belum mendapatkan pekerjaan
Data Obyektif :
- Klien nampak sering menunduk,
- Suara pelan,
- Kontak mata kurang
4. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif,
Koping keluarga inefektif
Data Subyektif:
- Klien mengatakan dirawat yang kelima kali
- Klien mengatakan tidak teratur minum obat saat dirumah klien.
Data Obyektif :
- Menurut data klien putus minum obat
C. POHON MASALAH DAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Pohon Masalah
2. Diagnosa keperawatan
1) Perubahan sensori persepsi: halusinasi
2) Isolasi sosial: menarik diri
3) Harga diri rendah
4) Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
5) koping keluarga inefektif: Resiko Perilaku Kekerasan
BAB III
LANDASAN TEORI
FAKTOR PREDISPOSISI
1. Biologis
Abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologik yang maladaptive yang baru
mulaidipahami (Stuart and Sundeen, 1998 : 305)
2. Psikologis
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang maladaptive belum
didukung oleh penelitian. Sayangnya, teori psikologik terdahulu menyalahkan keluarga
sebagai penyebabgangguan ini.
Sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya diri keluarga terhadap tenaga kesehatan
jiwa professional. (Stuart and Sundeen, 1998 : 309-310)
3. Social budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan gangguan
psikotik lain tapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.
(Stuart and Sundeen, 1998 : 309-310)
4. Organik
Gangguan orientasi realitas muncul karena kelainan organic yang mana bisa disebabkan
infeksi, racun, trauma atau zat-zat substansi yang abnormal sera gangguan metabolic masuk
didalamnya. (Shiver, 1998 : 2002)
FAKTOR PRESIPITASI
Menurut Stuart and Sundeen, 1998 hal.310, factor presipitasi halusinasi adalah sebagai
berikut :
1. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan resp[on neurobiologik yang maladaptive
termasuk :
• Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengtur proses informasi.
• Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan secara selektif menanggapi rangsangan.
2. Stres lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang terhadap toleransi stress yang berinteraksi dengan
steressor lingkungan untuk menentukkan terjadinya gangguan perilaku.
3. Pemicu gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologik yang maladaptive
berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku individu.
Masalah keperawatan yang bisa muncul pada klien dengan halusinasi yaitu: 1). Resiko
perilaku kekerasan, 2). Gangguan konsep diri: harga diri rendah, 3). Defisit perawatan
diri kebersihan diri. 4) . managemen regimen terapi inefektif 5)koping keluarga inefktif
B. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori :Halusinasi
Tujuan khusus :
1. Membina hubungan saling percaya
Tindakan keperawatan :
- Sapa klien dengan ramah baik verbal/non verbal
- Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
- Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
- Buat kontrak yang jelas
- Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaks
- Tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya
- Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
- Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
- Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya (mengidentifikasi jenis, isi, waktu, frekuensi,
perasaan, situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi serta respon klien
terhadap halusinasi )
Tindakan keperawatan :
- Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
- Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya
- Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri
kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
- Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut
- Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati
halusinasinya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
- Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi
- Diskusikan cara yang digunakan klien (jika cara yang digunakan adaptif beri
pujian, jika mal adaptif diskusikan kerugian cara tersebut)
- Ajarkan klien cara mengontrol halusinasi ( menghardik, bercakap-cakap, aktifitas
dan obat)
- Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya
- Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih
- Anjurkan dan bantu klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
- Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian
3. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, warna,
dosis, cara, efek terapi, dan efek samping penggunaan obat.
8. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat jika terjasi hal-hal
yang tidak diinginkan
Evaluasi:
Klien sudah mengetahui manfaat minum obat teratur dan dan kerugian tidak minum obat
teratur dan klien mengatakan akan minum obat teratur karena klien ingin cepat sembuh.
Rencana tindak lanjut yaitu, motivasi klien minum obat, beri pujian serta panjau dalam
mengkonsumsi obat.
BAB V
PEMBAHASAN
Tn. “R” mempunyai masalah utama gangguan persepsi sensori halusinasi hal ini sesuai
dengan data yang ditemukan pada tn. “R” Klien mengatakan sering mendengar suara-suara,
suara itu mengajaknya untuk berjalan terus, Klien nampak mondar-mandir, tampak bicara
sendiri, senyum-senyum sendiri.setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 hari klien
halusinasinya sudah jarang muncul, dan klien sudah tidak terlihat mondar-mandir maupun
bicaras endiri serta klien sudah mampu latihan cara mengontrol halusinasinya.
Hambatan yang ditemukan selam berinteraksi dengan klien terjadi hanya pada pertemuan
awal klien masih nampak malu namun kooperatif dan dilakukan pendekatan (BHSP) di
pertemuan kedua tidak ada habatan lagi dalam berinteraksi jadi tidak ada hambatan yang berarti
dalam melakukan asuhan keperwatan perdiagnosis klien.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Halusinasi merupakan persepsi terhadap stimulus dari luar tanpa obyek nyata dari
dunia luar. Hal itu memungkinkan mempengaruhi pemikiran mereka mencakup perasaan
merasa mendengar, melihat, membau, meraba atau merasa. Klien akan membuka persepsi
didalam pemikirannya sehingga memungkinkan memaksa klien untuk mempercayainya
daripada kenyataan dari luar. Hal yang sangat penting untuk diingat bahwa halusinasi terlihat
sangat nyata bagi klien dan klien mungkin melihat halusinasi sebagai kenyataan dan
mengingkari kenyataan lingkungan sekitarnya atau orang-orang sekitarnya (Judith and
Sheila, 1998 : 113). Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap sesuatu hal tanpa
stimulus dari luar. Haluasinasi merupakan pengalaman terhadap mendengar suara Tuhan,
suara setan dan suara manusia yang berbicara terhadap dirinya, sering terjadi pada pasien
skizoprenia. (Stuart and Sundeen, 1995 : 501)
Keliat, B.A. (1998). Kumpulan proses keperawatan masalah keperawatan jiwa: asuhan klien
gangguan hubungan sosial; menarik diri. Bagian Keperawatan Jiwa Komunitas FIK-UI.
Tidak dipublikasikan
Rawlins, P.R. & Haecock, P.E. (1993). Clinical manual of psychiatric nursing. 2nd Ed.
Philadelphia: Mosby-year Book, Inc.
Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. (1998). Buku saku keperawatan jiwa. 3nd Ed. Jakarta: EGC