Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KASUS MEDIK
4. Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga memiliki keluhan yang sama
5. Riwayat Pekerjaan
-
6. Lain-lain
-
Hasil Pembelajaran
1. Tanda dan Gejala Kejang Demam Sederhana
2. Komplikasi Kejang Demam Sederhana
3. Penatalaksanaan Kejang Demam Sederhana dan Pencegahan Komplikasi
1. Subjektif
Pasien datang ke IGD dibawa oleh kedua orang tuanya dengan keluhan kejang yang
dialami ½ jam sebelum masuk IGD, frekuensi 1 kali, durasi < 5 menit, saat kejang kedua
mata mendelik ke atas pada satu arah, kedua tangan dan kaki kaku, saat kejang anak
tidak sadar, setelah kejang anak sadar dan langsung menangis, riwayat kejang
sebelumnya (-), riwayat orang tua / saudara kandung mengalami kejang seperti pasien (-
), demam (+) dialami anak sejak semalam pukul 22.00, batuk (+), pilek (+), dialami
sejak 5 hari yang lalu. Muntah (-), diare (-), mata cekung menurut keterangan orang tua
(-), anak masih mau minum seperti biasanya, anak tidak terlihat haus berlebihan, air
mata (+) saat anak menangis. Riwayat trauma kepala (-)
2. Objektif
HasilPemeriksaan yang mendukung diagnostik
A. Pemeriksaanfisik:
- Keadaan Umum: Sensorium Compos Mentis / sakit berat / gizi cukup
- Tanda Vital
Tekanan Darah : - mmHg
Frekuensi Nadi : 140 x/menit, reg,
Frekuensi Nafas : 38 x/menit, reg, torakal
Temperatur : 39 ºC
I. Kepala
- Mata:Konjungitva Palpebra Inferior Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Pupil
isokor Ø 3mm, Refleks Cahaya (+/+)
- Telinga / Hidung / Mulut: Dalam batas normal
II. Dada
- Inspeksi : Simetris kiri = kanan, normochest
- Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-) Vokal Fremitus Kanan = Kiri
- Perkusi : Sonor dikedua Lapangan Paru
- Aukultasi : Suara Pernafasan : Vesikuler kanan = kiri
Suara Tambahan : Tidak Dijumpai
III. Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : ukuran jantung normal
- Aukultasi : S1/S2 regular murmur (-)
IV. Abdomen
Inspeksi : Simetris, distensi (-), darm contour/stefung (-), cullen sign (-),
ikterik (-)
Palpasi : soepel, H/L/R ttb, turgor baik
Perkusi : Timpani
Aukultasi : BU (+) normal
V. Ekstremitas
Akral dingin, edema pretibial (-), CRT < 2 detik, arteri dorsalis pedis teraba kuat
VI. Genitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan
B. Pemeriksaan Penunjang:
Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di
atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium, terjadi pada anak berusia lebih dari 3
bulan dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya. Kejang demam merupakan kelainan
neurologis yang paling sering dijumpai pada anak berusia sekitar 3 bulan sampai 5 tahun tanpa
disertai infeksi intrakranial, gangguan elektrolit, dan gangguan metabolik lainnya
Klasifikasi
Unit Kerja Koordinasi Neurologi IDAI 2006 membuat klasifikasi kejang demam pada anak
menjadi 2 yaitu: kejang demam sederhana (simple febrile seizure) dan kejang demam kompleks
(complex febrile seizure).
a. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure) merupakan 80% di antara
seluruh kejang demam.
Kejang demam berlangsung singkat
Durasi kurang dari 15 menit
Kejang dapat umum, tonik, dan atau klonik
Umumnya akan berhenti sendiri
Tanpa gerakan fokal
Tidak berulang dalam 24 jam
b. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure), 20% di antara seluruh kejang
demam.
Kejang lama dengan durasi lebih dari 15 menit.
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial.
Berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Faktor Risiko
Faktor risiko kejang demam pertama adalah demam. Selain itu terdapat faktor riwayat
kejang demam pada orangtua atau saudara kandung, faktor prenatal (usia ibu saat hamil,
riwayat pre-eklampsi pada ibu, hamil primi/multipara, pemakaian bahan toksik), faktor
perinatal (asfiksia, bayi berat lahir rendah, usia kehamilan, partus lama, cara lahir), faktor pasca
natal (trauma kepala), jenis kelamin, dan kadar natrium.
Faktor risiko berulangnya kejang demam:
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya
kejang demam adalah:
- Riwayat kejang demam dalam keluarga
- Usia kurang dari 12 bulan
- Temperatur yang rendah saat kejang
- Cepatnya kejang setelah demam
- Terdapat kelainan neurologis (meskipun minimal)
- Kejang awal yang unilateral
- Kejang berhenti lebih dari 30 menit
- Kejang berulang karena penyakit yang sama.
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80 %,
sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10 % -
15 %.
Etiologi
Etiologi kejang demam hingga kini belum diketahui. Demamnya sering disebabkan infeksi
saluran pernapasan atas, otitis media, gastroenteritis, pneumonia, bronkopneumonia, bronkhitis,
tonsilitis, dan infeksi saluran kemih (Staff Pengajar IKA FKUI, 2005).
Manifestasi Klinis
Secara umum, gejala klinis kejang demam adalah sebagai berikut (Mary & Malcolm, 2006):
Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba)
Kejang tonik-klonik atau grand mal
Penurunan kesadaran yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada
anak-anak yang mengalami kejang demam)
Postur tonik
Gerakan klonik
Lidah atau pipi tergigit
Gigi atau rahang terkatup rapat
Inkontinensia
Gangguan pernafasan
Apneu
Cyanosis.
Setelah mengalami kejang biasanya (Mary & Malcolm, 2006) :
Akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama 1 jam atau lebih.
Terjadi amnesia dan sakit kepala.
Mengantuk
Linglung
Jika kejang tunggal berlangsung kurang dari 5 menit, maka kemungkinan terjadinya cedera
otak atau kejang menahun adalah kecil.
Diagnosis
Langkah diagnostik untuk kejang demam adalah (Pusponegoro, Widodo, Ismael, 2006):
Anamnesis
a. Adanya kejang, sifat kejang, bentuk kejang, kesadaran selama dan setelah kejang,
durasi kejang, suhu sebelum/saat kejang, frekuensi, interval antara 2 serangan
kejang, penyebab demam di luar susunan saraf pusat.
b. Riwayat demam sebelumnya (sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap
atau naik turun).
c. Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai demam
atau epilepsi).
d. Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi).
e. Riwayat trauma kepala.
f. Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga.
g. Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA, OMA, dan lain-
lain).
h. Singkirkan penyebab kejang lainnya.
Pemeriksaan Fisik dan Neurologis
Tekanan
intrakranial
Sangat Sangat meningkat
Paresis
meningkat +++
Meningkat Normal Normal
Pungsi lumbal +++/-
Etiologi +/- - -
Jernih/xanto
Jernih
Limfo/segmen
Terapi Keruh/opalesen Jernih Jernih
Normal/limfo M.Tuberculosis
Virus HS Segmenter/limf Anti TBC Normal Normal
Bakteri
Antivirus Virus Di luar SSP
Antibiotik
Simtomatik Penyakit dasar
I. Penatalaksanaan
Dalam penanggulangan kejang demam ada 3 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu:
pengobatan fase akut, mencari dan mengobati penyebab dan pengobatan profilaksis terhadap
berulangnya kejang demam (Tumbelaka, 2005).
Circulation EKG
Elektrolit serum
Refrakter
Midazolam 0,2
mg/kg/iv bolus
2. Mencari dan Mengobati Penyebab
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian
kebanyakan dokter melakukan lumbal pungsi hanya pada kasus yang dicurigai mengalami
meningitis, atau bila kejang demam berlangsung lama. Pada bayi kecil manifestasi klinis
meningitis sering tidak jelas, sehingga pungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur
kurang dari 6 bulan dan dianjurkan pada pasien berumur kurang dari 18 bulan. Pemeriksaan
laboratorium lain perlu dilakukan (Tumbelaka, 2005).
3. Pengobatan Profilaksis
Pencegahan berulangnya kejang demam perlu dilakukan karena menakutkan dan
bila sering berulang menyebabkan kerusakan otak menetap. Ada 2 cara profilaksis, yaitu:
a. Profilaksis intermiten pada waktu demam untuk kejang demam sederhana
Antikonvulsan hanya diberikan pada waktu pasien demam dengan ketentuan
orangtua pasien atau pengasuh mengetahui dengan cepat adanya demam pada
pasien. Obat yang diberikan harus cepat diabsorpsi dan cepat masuk ke otak. Hal
yang demikian sebenarnya sukar dipenuhi. Peneliti-peneliti sekarang tidak mendapat
hasil dengan fenobarbital intermiten. Diazepam intermiten memberikan hasil lebih
baik karena penyerapannya cepat. Dapat digunakan diazepam intrarektal tiap 8 jam
sebanyak 5 mg untuk pasien dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk
pasien dengan berat badan lebih dari 10 kg, setiap pasien menunjukkan suhu 38,5o C
atau lebih. Diazepam dapat pula diberikan oral dengan dosis 0,3 mg/kg BB/hari
setiap 8 jam pada waktu pasien demam. Efek samping diazepam adalah ataksia,
mengantuk dan hipotonia.
Kepustakaan lain menyebutkan bahwa pemberian diazepam tidak selalu efektif
karena kejang dapat terjadi pada onset demam sebelum diazepam sempat diberikan.
Efek sedasi diazepam juga dikhawatirkan dapat menutupi gejala yang lebih
berbahaya, seperti infeksi sistem saraf pusat (Tumbelaka, 2005).
b. Profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan tiap hari (rumatan) untuk kejang
demam kompleks.
Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat
yang dapat menyebabkan kerusakan otak, tapi tidak dapat mencegah terjadinya
epilepsi di kemudian hari. Profilaksis setiap hari terus menerus hanya diberikan jika
kejang demam mempunyai ciri sebagai berikut (salah satu / lebih)
(Pedoman Pelayanan Medis, IDAI, 2010):
1. Kejang lama lebih dari 15 menit
2. Kelainan neurologi yang nyata sebelum/sesudah kejang, seperti hemiparesis,
paresis Todd, serebal palsi, retardasi mental, hidrosefalus.
3. Kejang fokal.
Antikonvulsan yang dapat diberikan antara lain fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 1-2 dosis. Obat lain yang digunakan adalah asam valproat dengan dosis
15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis (Pedoman Pelayanan Medis, IDAI, 2010).
Profilaksis terus menerus dapat dipertimbangkan jika
(Pedoman Pelayanan Medis, IDAI, 2010):
1. Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
2. Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
3. Kejang demam lebih dari 4 kali dalam 1 tahun.
Antikonvulsan terus menerus diberikan selama 1-2 tahun setalah kejang terakhir
dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan. Pemberian obat ini efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang (Pedoman Pelayanan Medis, IDAI, 2010).
Daftar Pustaka
1. American Academy of Pediatrics. Practice Parameter: Long-term Treatment of the Child
with Simple Febrile Seizure. 1999; 6: 1307-1309. Sumber Tulisan:
http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics
2. Asril Aminulah, Prof Bambang Madiyono. Hot Topik In Pediatric II : Kejang Pada Anak.
Cetakan ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2002.
3. Baumann Robert, MD. Febrile Seizures. 2002. Sumber Tulisan: http://www.
Emedicine.com/neuro/topic134.htm
4. Baumann RJ. Febrile Seizures. E Med J, March 12 2002, vol.2, No. 3 : 1 – 10.
5. Baumann RJ. Technical Report: Treatment of The Child with Simple Febrile Seizures. 2004.
http://www.pediatric.org/egi/content/full/103/e86.
6. Behrman dkk, (e.d Bahasa Indonesia), Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, EGC, 2000. Hal
2059-2067.
7. Behrman, Richard E., Robert M. Kliegman., Hal B. Jenson. Nelson Ilmu Kesehatan Anak :
Kejang Demam. 18 edition. Jakarta : EGC. 2007.
8. Berg AT, Shinnar S, Levy SR, Testa FM. Childhood-Onset Epilepsy With and Without
Preceeding Febrile Seizures. Neurology, vol. 53, no. 8, 1999 : 23-34.
9. Campfield P, Camfield C. Advance in Diagnosis and Management of Pediatrics Seizures
Disorders in Twentieth Century. J Pediatrics 2000, 136 : 847 – 9.
10. Duffer PK, Baumann RJ. A Synopsis of the American Academy of Pediatrics Practice
Parameter on The Evaluation and Treatment of Children with Febrile Seizures. Pediatrics in
Review, vol. 20, No. 8, 1999: 285 – 7.
11. Gordon KE, Dooley JM, Camfield PR, Campfield CS, MacSween J. Treatment of Febrile
Seizures: Influence of The Treatment Efficacy and Side-effect Profile on Value to Parents.
Pediatrics 2001; 108 : 65-9.
12. Haslam Robert H. A. Sistem Saraf, dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 3, Edisi 15.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2000; XXVII : 2059 – 2060.
13. Hendarto S. K. Kejang Demam. Subbagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSCM, Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran No.
27. 2002 : 6 – 8.
14. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2004. Kejang Demam. Dalam : Standar Pelayanan Medis
Kesehatan Anak. Jakarta : Badan Penerbit IDAI : 209.
15. Jones & Jacobsen. 2007. Childhood Febrile Seizure: Overview and Implications.
International Journal Medical Science, 4 (2) : 110-12. Diakses 19 November 2009.
Available from : URL
:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1852399/pdf/ijmsv04p0110.pdf/?tool=pmce
ntrez
16. Lumbantobing, S.M. Kejang Demam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007.
17. Mansjoer Arif, Suprohaita, Wardhani Wahyu Ika, et al. Neurologi Anak, dalam Kapita
Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius FK Universitas Indonesia,
Jakarta. 2000 : 48, 434 – 437.
18. Mardjono Mahar, dkk. Neurologi Klinis Dasar, PT. Dian Rakyat. Jakrta, 2006.
Mary Rudolf, Malcolm Levene. Pediatric and Child Health. Edisi ke-2. Blackwell
pulblishing, 2006. Hal 72-90.
19. Muid M ; Simposium Infeksi Pediatri Tropik dan Gawat Darurat Anak, Tata Laksana
Terkini Penyakit Tropis dan Gawat Darurat Pada Anak ; Kejang Demam ; IDAI Cabang
Jawa Timur : 2005, hal. 98-110.
20. Pusponegoro Hardiono D, Widodo Dwi Putro, Ismael Sofyan. Konsensus Penatalaksanaan
Kejang Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
2006 : 1 – 14.
21. Pusponegoro, Hardiono D. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI. 2004.
22. Pusponegoro H.D dkk ; Standart Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Kejang Demam ;
Penerbit : IDAI ; 2005, hal. 209-211.
23. Price, Sylvia, Anderson. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC, Jakarta
2006.
24. Rudolph AM. Febrile Seizures. Rudoplh Pediatrics. Edisi ke-20. Appleton dan Lange, 2002.
25. Saharso Darto. Kejang Demam, dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag./SMF Ilmu
Kesehatan Anak RSU dr. Soetomo, Surabaya. 2006 : 271 – 273.
26. Sastroasmoro, S, dkk. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Penyakit Anak. Cetakan
Pertama. RSUP Nasional Dr.Ciptomangunkusumo. Jakarta: 2007; Hal 252.
27. Soetomenggolo, S. Kejang Demam. Dalam Buku Neurologi UI. Jakarta: Penerbit FKUI.
2004. H 244-251.
28. Staf Pengajar IKA FKUI. 2005. Kejang Demam. Dalam : Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :
Bagian IKA FKUI : 847-8.
29. Tumbelaka, Alan R, Trihono, Partini P, Kurniati, Nia, Putro Widodo, Dwi. Penanganan Demam
Pada Anak Secara Profesional: Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak
XLVII. Cetakan pertama. FKUI-RSCM. Jakarta. 2005.
30. Waruiru & Appleton. Febrile Seizure: An Update. Arch Dis. 2008. Diakses 3
Agustus 2011. Available from URL:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1720014/pdf/v089p00751.pdf/?tool=pmcentr
ez.
Untuk mencari diagnosis pasti dan terapi definitif kejang demam sederhana pada
pasien tsb maka diperlukan pemeriksaan penunjang tambahan dibawah konsultasi dari
Dokter Spesialis Anak.
4. Plan
Diagnosis : Kejang Demam Sederhana
Pengobatan :
O2 nasal kanul 2L/i
IVFD RL 30 gtt/i mikro
Stesolid supp (k/p) pukul 08.25 wib
Dunmin supp (k/p) pukul 08.40 wib
Diazepam 2 mg 10 tab pulv + paracetamol (dalam 10 bungkus)
Inj. Novalgin 150 mg/ 8 jam
Ambroxol syr 5cc drop
Cetirizin syr 1x ½ cth
Paracetamol syr 3 x 1 cth
Nebule ventoline + Nacl (k/p)
Diet ASI + ML
Rencana:
- Konsul Dokter Spesialis Anak
- Rencana pemeriksaan Lab, X-Ray Thoraks
Rujukan :
Pasien tidak dirujuk tetapi dikonsulkan kepada Dokter Spesialis Anak untuk
penanganan lebih lanjut
Edukasi:
- Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien bahwa kemungkinan diperlukan
pemeriksaan lebih lanjut berupa pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis dan
follow up, X-Ray thoraks/abdomen bahwa penanganan pasien selanjutnya akan
ditangani oleh Spesialis Anak.
- Memberikan penjelasan singkat mengenai rencana dan tindakan dari Spesialis
Anak