Вы находитесь на странице: 1из 10

PHILOSOPHY SYSTEMATICS

A. Ontology
Ontology comes from the Greek language that is the meaning “essence” or “there”,
while logos is the theory. Thus, ontology is a theory that speaks of the essence
(there). In relation to science, the foundation of ontology is to question about the
object studied by science, how its true nature, and how its relation with the capture of
human beings in the form of thinking, feeling, and senses that produce knowledge.
The object of the ontology study is that which discusses the universally
existing, that is to seek the core that contains every reality that includes all reality in
all its forms. The existence of all things is an aspect of reality that transcends all the
differences between things and living things, between types and individuals.
The object of ontology study is divided into two parts, the object of study of material
and object of formal study. The formal object of Ontology is the essence of all reality
or reality. The essence of reality or reality can be approached Ontology with two
kinds of point of view:
1. Quantitative, ie by questioning whether reality is singular or plural?
2. Qualitative, namely by questioning whether the reality (reality) has certain
qualities, such as leaves that have a greenish color, roses that smell nice. While the
object of material review is covering everything that exists, which can.

From the discussion led to some views that are grouped in several schools of thought,
namely:
1. Materialism
This flow says that, the essence of everything that exists, it is matter. An existing (ie
matter) may only be born from the existing.
2. Idealism (spiritualism)
This flow tells us that the nature of the existence (reality) is spiritual (spiritual).
Spiritual is a world of ideas more intrinsic than matter. This flow is the answer to the
weakness of materialism.
3. Dualism
This flow unifies between matter and idea. It argues that the nature of the (reality) in
the universe is composed of two sources, material and spiritual.
4. Agnotitism
This flow is the opinion of the philosophers who take a skeptical attitude, that is,
doubt about any possible answers that may or may not be.

B. Epistemology
Epistemology also comes from the Greek word episte which means knowledge, while
logos is the theory. Thus, epistemology is a theory of knowledge. The object of
epistemological study is to question how something came and how to know it, how to
distinguish it from others. So, arguably, epistemology is what formulates or proves
the truth that has been obtained from ontology studies. Whereas the foundation of
epistemology is what processes allow to gain knowledge of logic, ethics, aesthetics,
how and how to obtain scientific truth, moral goodness, and the beauty of art, and
what is its definition.
In epistemology emerges several schools of thought, namely:
1. Empiricism, which means experience (emperia), in which human knowledge is
derived from sensory experience.
2. Rationalism, without rejecting the magnitude of the benefits of sense experience in
human life, but sensory perception is only used to stimulate the work of reason. So
this is where the mind is above the sensory experience.
3. Positivism, is a synthesis of empiricism and rationalism. By taking the starting
point of empiricism, it must be sharpened by experimentation, capable of objectively
determining the validity and reliability of knowledge.
4. Intuitionism, intuition is not the same as feelings, but is the result of the evolution
of a high understanding that only humans have. This ability can understand the whole
truth, which is fixed and unique.

C. Axiology
Axiology is also derived from Greek, meaning action which means value, while logos
is a theory. Thus, axiology is a theory of value. This aspect of value has something to
do with categories:
1. good and bad
2. beautiful and ugly
The category of value that is number one under the study of philosophy of behavior
or called ethics. While the value category which is number two is the object of
philosophy study of beauty or aesthetics.
a. Ethics
Ethics is also called moral philosophy (moral philosophy), which comes from the
word ethos (Greek) which means character. Moral comes from the word mos or
mores (Latin) which means habit. In Indonesian, the term moral or ethical means
decency. The object of ethical material is the behavior or deed of man, while the
formal object of ethics is good or evil, immoral or immoral.
Human morality is a very old object of ethical study. Since human societies are
formed, issues of behavior that are compatible with morality have been discussed.
Related to that, then came two theories that explain how a behavior can be measured
ethically. The theory in question is deontological and theological.
1. Deontological
Deontological theory is inspired by Immanuel Kant's thought, which seems rigid,
conservative and preserves the status quo, which states that the good of a behavior is
judged by itself, not the result. A good behavior if the behavior is in accordance with
the norms that exist.

2. Theological
Theological theories put more emphasis on the element of results. A good behavior if
the fruit of the behavior is more profitable than its loss, where profit and loss is seen
from the indicators of human interest. This theory raises two views, namely egoism
and utilitarianism (utilism). The character who taught was Jeremy Bentham (1742 -
1832), which was later restored by John Stuart Mill (1806 - 1873).
b. Aesthetics
Aesthetics is also called the philosophy of beauty, derived from the word aisthetika or
aisthesis (Greek) which means things that can be absorbed by the senses or sensory
uptake. Aesthetics deals with matters relating to a critical reflection of the values of
something called beautiful or not beautiful.
In the course of philosophy from the era of ancient Greece to the present the question
of aesthetics, namely: the question of what beauty is, the beauty of an objective and
subjective, the size of beauty, the role of beauty in human life and the relation of
beauty with the truth. So from the question it becomes an interesting polemic
especially if it is associated with religion and moral values, propriety, and law.
============================================================
SISTEMATIKA FILSAFAT
A. Ontologi
Ontologi berasal dari bahasa yunani yaitu onto yang artinya hakikat atau ada,
sedangkan logos adalah teori. Jadi, ontologi adalah teori yang membicarakan tentang
hakikat (ada). Dalam kaitannya dengan ilmu, landasan ontologi yaitu
mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu, bagaimana wujud hakikinya,
serta bagaimana hubungannya dengan daya tangkap manusia yang berupa berpikir,
merasa, dan meng-indera yang membuahkan pengetahuan. Objek telaah ontologi
tersebut adalah yang membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha
mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua
bentuknya. Adanya segala sesuatu merupakan suatu segi dari kenyataan yang
mengatasi semua perbedaan antara benda-benda dan mahluk hidup, antara jenis-jenis
dan individu-individu.
Objek kajian ontologi dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek kajian material
dan objek kajian formal. Objek formal Ontologi adalah hakikat seluruh realitas atau
kenyataan. Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati Ontologi dengan
dua macam sudut pandang:
1. Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau
jamak?
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut
memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan,
bunga mawar yang berbau harum. Sedangkan objek kajian material adalah meliputi
segala yang ada, yang dapat.

Dari pembahasannya memunculkan beberapa pandangan yang dikelompokkan


dalam beberapa aliran berpikir, yaitu :
1. Materialisme
Aliran ini mengatakan bahwa, hakikat dari segala sesuatu yang ada, itu adalah materi.
Suatu yang ada (yaitu materi) hanya mungkin lahir dari yang ada.
2. Idealisme (spiritualisme)
Aliran ini mengatakan bahwa, hakikat pengada (kenyataan) itu justru rohani
(spiritual). Rohani adalah dunia ide yang lebih hakiki dibanding materi. Aliran ini
menjadi jawaban atas kelemahan dari materialisme.
3. Dualisme
Aliran ini mempersatukan antara materi dan ide. Aliran ini berpendapat bahwa
hakikat pengada (kenyataan) dalam alam semesta ini terdiri dari dua sumber, yaitu
materi dan rohani.
4. Agnotitisme
Aliran ini adalah pendapat dari filsuf yang mengambil sikap skeptis, yaitu sikap ragu
atas setiap jawaban yang mungkin benar dan yang mungkin pula tidak.

B. Epistemologi
Epistemologi juga berasal dari bahasa yunani yaitu episte yang artinya
pengetahuan, sedangkan logos adalah teori. Jadi, epistemologi adalah teori tentang
pengetahuan. Objek telaah epistemologi adalah mempertanyakan bagaimana sesuatu
itu datang dan bagaimana mengetahuinya, bagaimana membedakannya dengan yang
lain. Jadi, bisa dibilang, epistemologi adalah yang merumuskan atau membuktikan
kebenaran yang sudah didapat dari kajian ontologi. Sedangkan landasan dari
epistemologi adalah proses apa yang memungkinkan mendapatkan pengetahuan
logika, etika, estetika, bagaimana cara dan prosedur memperoleh kebenaran ilmiah,
kebaikan moral, dan keindahan seni, serta apa definisinya.
Dalam epistemologi muncul beberapa aliran berpikir, yaitu :

1. Empirisme, yang berarti pengalaman (emperia), dimana pengetahuan manusia


diperoleh dari pengalaman inderawi.
2. Rasionalisme, tanpa menolak besarnya manfaat pengalaman indera dalam
kehidupan manusia, namun persepsi inderawi hanya digunakan untuk merangsang
kerja akal. Jadi, disinilah akal berada diatas pengalaman inderawi.
3. Positivisme, merupakan sintesis dari empirisme dan rasionalisme. Dengan
mengambil titik tolak dari empirisme, namun harus dipertajam dengan eksperimen,
yang mampu secara objektif menentukan validitas dan reabilitas pengetahuan.
4. Intuisionisme, intuisi tidak sama dengan perasaan, namun merupakan hasil
evolusi pemahaman yang tinggi yang hanya dimiliki manusia. Kemampuan ini yang
dapat memahami kebenaran yang utuh, yang tetap dan unik.

C. Aksiologi
Aksiologi juga berasal dari bahasa Yunani, yaitu aksi yang artinya nilai,
sedangkan logos adalah teori. Jadi, aksiologi adalah teori tentang nilai. Aspek nilai ini
ada kaitannya dengan kategori :
1. baik dan buruk
2. indah dan jelek
Kategori nilai yang nomor satu dibawah kajian filsafat tingkah laku atau disebut
etika. Sedangkan kategori nilai yang nomor dua merupakan objek kajian filsafat
keindahan atau estetika.
a. Etika
Etika disebut juga filsafat moral (moral philosophy), yang berasal dari kata ethos
(Yunani) yang berarti watak. Moral berasal dari kata mos atau mores (Latin) yang
artinya kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia istilah moral atau etika diartikan
kesusilaan. Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia, sedang
objek formal etika adalah kebaikan atau keburukan, bermoral atau tidak bermoral.
Moralitas manusia adalah objek kajian etika yang telah berusia sangat lama. Sejak
masyarakat manusia terbentuk, persoalan perilaku yang sesuai dengan moralitas telah
menjadi bahasan. Berkaitan dengan hal itu, kemudian muncul dua teori yang
menjelaskan bagaimana suatu perilaku itu dapat diukur secara etis. Teori yang
dimaksud adalah deontologis dan teologis.
1. Deontologis
Teori Deontologis diilhami oleh pemikiran Immanuel Kant, yang terkesan kaku,
konservatif dan melestarikan status quo, yaitu menyatakan bahwa baik buruknya
suatu perilaku dinilai dari sudut tindakan itu sendiri, dan bukan akibatnya. Suatu
perilaku baik apabila perilaku itu sesuai norma-norma yang ada.

2. Teologis
Teori teologis lebih menekankan pada unsur hasil. Suatu perilaku baik jika buah dari
perilaku itu lebih banyak untung daripada ruginya, dimana untung dan rugi ini dilihat
dari indikator kepentingan manusia. Teori ini memunculkan dua pandangan, yaitu
egoisme dan utilitarianisme (utilisme). Tokoh yang mengajarkan adalah Jeremy
Bentham (1742 – 1832), yang kemudian diperbaiki oleh john Stuart Mill (1806 –
1873).
b. Estetika
Estetika disebut juga dengan filsafat keindahan (philosophy of beauty), yang
berasal dari kata aisthetika atau aisthesis (Yunani) yang artinya hal-hal yang dapat
diserap dengan indera atau serapan indera. Estetika membahas hal yang berkaitan
dengan refleksi kritis terhadap nilai-nilai atas sesuatu yang disebut indah atau tidak
indah.
Dalam perjalanan filsafat dari era Yunani kuno hingga sekarang muncul
persoalan tentang estetika, yaitu: pertanyaan apa keindahan itu, keindahan yang
bersifat objektif dan subjektif, ukuran keindahan, peranan keindahan dalam
kehidupan manusia dan hubungan keindahan dengan kebenaran. Sehingga dari
pertanyaan itu menjadi polemik menarik terutama jika dikaitkan dengan agama dan
nilai-nilai kesusilaan, kepatutan, dan hukum.
FILSAFAT HUKUM

DEVI TRIANA HUTABARAT

14 400 500 94

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

Вам также может понравиться