Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
oleh:
Kelas T01
Rumusan Masalah
Apa pengertian toksin?
Apa pengertian eksotoksin dan endsotoksin?
Apa yang dimaksud dengan intoksikasi dan infeksi?
Tujuan Makalah
Tujuan makalah ini adalah untuk memahami pengertian toksin dan
berbagai macam bakteri yang dapat mengganggu kesehatan manusia baik karena
intoksikasi dan infeksi karena bakteri itu sendiri.
PEMBAHASAN
2.1.1. Eksotoksin
Adalah toksin yang dikeluarkan dari tubuh sel Kuman-Kuman yang dapat
menghailkan eksotokin misalnya:
Corynebacterium diphteriae
Shigella dysentriae
Clostridium tetani
Clotridium botolium
Clotorium elcbii
Vibrio chlorea
Beberapa stain Escherichia coli
Pada infeki bakteri-bakteri tersebut, eksotoksin yang dikeluarkannya
menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh, keadaan ini dinamakan
taksoemia. Eksotoksin mudah dipisahkan dari sel bakteri dengan jalan
penyaringan. Contoh eksotoksin yang mengganggu kesehatan manusia dihasilkan
oleh Corynebacterim diphtheri, Clostridium tetani dan Clostridium botulinum.
Toksin botulinum tipe A adalah eksotoksin yang pertama kali dapat
dihablurkan.Toksin ini kedapatan pada makanan yang basi. Orang akan mati, jika
termakan olehnya 0,0024 miligram toksin ini.
Kebanyakan eksotoksin mudah terurai dengan perebusan atau penyinaran
yang kuat. Eksotoksin tidak begitu berbahaya jika tertelan, akan tetapi akan
membawa maut jika masuk dalam peredaran darah. Pengalaman menunjukkan
bahwa, penyuntikan binatang dengan sedikit eksotoksin menyebabkan timbulnya
zat antitoksin dalam tubuh binatang tersebut. Antitoksin ini tidak membunuh
bakteri, akan tetapi hanya sekadar menawar toksinnya saja. Inilah prinsip
pengobatan dengan serum/ serum therapy.
Menurut Ehrilich, eksotoksin mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
mudah dilarutkan dalam air
termasuk golongan protein, meskipun tidak memberikan semua putih telur
dan dengan larutan sulfas magnesikus yang pekat membuat endapan.
bila disuntikkan kepada jasad hidup yang peka, jasad ini akan menjadi sakit
sesudah masa inkubasi tertentu dan menunjukkan gejala dan mengenai
alat-alat tertentu
kekuatan toksin untuk memberi dampak sakit dapat hilang jika dipanaskan
pada 56o c (bersifat termolabil). Akan hilang juga kekuatannya apabila
disimpan dalam waktu yang lama dalam suhu kamar atau dicampur
dengan bahan kimia.
bila toksin disuntikkan kepada jasad hidup, maka jasad ini di dalam
badannya akan membuat bahan-bahan penentang (antitoksin).
2.1.2. Endotoksin
Adalah toksin yang tidak dikeluarkan dari tubuh sel namun tetap diproduksi
dan tersimpan didalam tubuh sel. Banyak juga bakteri yang tidak menghasilkan
eksotoksin, meskipun sifatnya sangat panas. Dalam hal ini dianggap bahwa
bakteri itu menyebabkan sakit, apabila bahan-bahan toksin keluar setelah bakteri
itu mati atau hancur, toksin tersebut dinamakan endotoksin, dengan sifat
umumnya ialah:
Tahan terhadap panas (termostabil), juga terhadap temperatur yang tinggi
ysng lazim dipergunakkan di dalam otoklaf.
Menyebabkan sakit dengan gejala-gejala yang sama sehingga tidak
spesifik.
Ada perioda inkubasi pada jasad yang disuntikan racun.
Endotoksin sukar sekali penyelidikannya dan hingga beberapa tahun lalu
belum ditemukan jalan untuk memisahkannya dari bakteri. Kalau kita lewatkan
suatu suspensi bakteri melalui saringan halus, maka cairan yang lewat itu tidak
mengandung toksin,akan tetapi jika kita ambil bakteri yang sudah mati,nyatalah
adanya toksin. Dari kejadian ini dapatlah kita tarik kesimpulan,bahwa toksin itu
semula kedapatan terkurung di dalam sel bakteri.Akhir-akhir ini orang telah
berhasil memecahkan sel-sel bakteri secara mekanis dengan demikian terlepaslah
isinya dari sel dan endotoksin muncul dalam keadaan lepas dari sel. Contoh:
o Endotoksin dari Salmonella typhi dapat diekstrak dengan asam
trichlorasetat atau dengan dietilen glikol dan ternyata berbentuk
polisakarida lipoid.
o Endotoksin dari Vibrio chlorea yang diekstrak denagn asam trichlorasetat
berbentuk gabungan dari polisakarida-lipoid.
1. Salmonella
Salmonella merupakan bakteri Gram-negatif, bersifat anaerob fakultatif, motil,
dan tidak menghasilkan spora. Salmonella bisa terdapat pada bahan pangan
mentah, seperti telur dan daging ayam mentah serta akan bereproduksi bila
proses pamasakan tidak sempurna. Sakit yang diakibatkan oleh bakteri
Salmonella dinamakan salmonellosis. Cara penularan yang utama adalah
dengan menelan bakteri dalam pangan yang berasal dari pangan hewani yang
terinfeksi. Pangan juga dapat terkontaminasi oleh penjamah yanng terinfeksi,
binatang peliharaan dan hama, atau melalui kontaminasi silang akibat higiene
yang buruk. Penularan dari satu orang ke orang lain juga dapat terjadi selama
infeksi. Gejala keracunan pada kebanyakan orang yang terinfeksi Salmonella,
gejala yang terjadi adalah diare, kram perut, dan demam yang timbul 8-72 jam
setelah mengkonsumsi pangan yang tercemar. Gejala lainnya adalah
menggigil, sakit kepala, mual, dan muntah. Gejala dapat berlangsung selama
lebih dari 7 hari. Banyak orang dapat pulih tanpa pengobatan, tetapi infeksi
Salmonella ini juga dapat membahayakan jiwa terutama pada anak-anak,
orang lanjut usia, serta orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan
tubuh.
2. Clostridium perfringens merupakan bakteri Gram-positif yang dapat
membentuk endospora serta bersifat anaerobik. Bakteri ini terdapat di tanah,
usus manusia dan hewan, daging mentah, unggas, dan bahan pangan kering.
Clostridium perfringens dapat menghasilkan enterotoksin yang tidak dihasilkan
pada makanan sebelum dikonsumsi, tetapi dihasilkan oleh bakteri di dalam
usus. Organisme ini dapat menyebabkan infeksi yang bersifat histotoksik atau
enterotoksigenik. Gejala keracunan dapat terjadi sekitar 8-24 jam setelah
mengkonsumsi pangan yang tercemar bentuk vegetatif bakteri dalam jumlah
besar. Di dalam usus, sel-sel vegetatif bakteri akan menghasilkan enterotoksin
yang tahan panas dan dapat menyebabkan sakit. Gejala yang timbul berupa
nyeri perut, diare, mual, dan jarang disertai muntah. Gejala dapat berlanjut
selama 12-48 jam, tetapi pada kasus yang lebih berat dapat berlangsung
selama 1-2 minggu (terutama pada anak-anak dan orang lanjut usia). Menurut
Soedarto (2015), diagnosis dan pengobatan yang harus dilakukan secepat
mungkin untuk menyelamatkan jiwa penderita dengan cara membuang
jaringan nekrotik (debridemen), memberikan penisilin G dosis tinggi dan
memberikan antitoksin dan oksigen hiperbarik.
3. Bakteri Escherichia coli merupakan mikroflora normal pada usus kebanyakan
hewan berdarah panas. Bakteri ini tergolong bakteri Gram-negatif, berbentuk
batang, tidak membentuk spora, kebanyakan bersifat motil (dapat bergerak)
menggunakan flagela, ada yang mempunyai kapsul, dapat menghasilkan gas
dari glukosa, dan dapat memfermentasi laktosa. Kebanyakan strain tidak
bersifat membahayakan, tetapi ada pula yang bersifat patogen terhadap
manusia, seperti Enterohaemorragic Escherichia coli (EHEC). Escherichia coli
O157:H7 merupakan tipe EHEC yang terpenting dan berbahaya terkait dengan
kesehatan masyarakat. E. coli dapat masuk ke dalam tubuh manusia terutama
melalui konsumsi pangan yang tercemar, misalnya daging mentah, daging
yang dimasak setengah matang, susu mentah, dan cemaran fekal pada air dan
pangan. Gejala penyakit yang disebabkan oleh EHEC adalah kram perut, diare
(pada beberapa kasus dapat timbul diare berdarah), demam, mual, dan
muntah. Masa inkubasi berkisar 3-8 hari, sedangkan pada kasus sedang
berkisar antara 3-4 hari.
PENUTUP
Kesimpulan
Endotoksin dan eksotoksin memiliki tingkat bahaya yang sama apabila
terdapat dalam aliran darah dan bisa menyebabkan sakit hingga kematian.
Meskipun begitu, perkembangan dalam teknologi kesehatan membuat
keberadaan toksin yang dihasilkan oleh bakteri menjadi obat bagi penyakit itu
sendiri maupun yang disebakan oleh bakteri lain. Maka dari itu dengan
pengetahuan yang cukup kita bisa menyikapi dengan benar kebradaan bakteri dan
toksin yang hidup diantara kita.
DAFTAR PUSTAKA
Arthur G Johnson Ph.D. (mikrobiologi dan imunologi) alih bahasaDr, Yulius E.S.
1994 jakarta binarupa aksara
http://ilmupangan.blogspot.com/2008/04/perbedaan-endotoksin-dan
eksotoksin.html diakses pada hari selasa 6 juni 2107 jam 20.48
Marsidi, N. I. (2005). mikroorganisme patogen dan parasit di dalam air limbah
domestik serta alternatif teknologi pengolahan. Jal, 1 (1).
Prof dr. D. Dwijseputro. Dasar- dasar mikrobiologi.1994. Jakarta: Penerbit
Djambatan
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan
RI.1989.Bakteriologi Umum.Jakarta.hal55-57
Ridawati, A. d. (2013). Bahan Toksik dalam Makanan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.