Вы находитесь на странице: 1из 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASI merupakan bahan makanan terbaik untuk bayi karena memiliki
kandungan semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam masa enam bulan pertama
sejak lahir. Pemberian ASI juga lebih fleksibel karena ibu bayi dapat memberikannya
walau sedang dalam keadaan sakit, haid, bepergian atau tidur. Jadi ASI selalu siap
untuk diberikan pada bayi dan tidak memerlukan persiapan juga tidak membutuhkan
biaya alias tidak dibeli. Bisa dibandingkan dengan susu formula yang harus
memerlukan persiapan waktu untuk menyajikannya dan mengeluarkan uang untuk
mendapatkannya.
Kandungan zat gizi ASI seperti adanya protein dan lemak, mengandung
laktosa dan vitamin, ada zat besi, garam, kalsium dan fosfat serta memiliki kandungan
air yang cukup sekalipun berada pada iklim panas. ASI memiliki kandungan protein
dan lemak yang tepat untuk kebutuhan bayi dalam jumlah yang pas. Kandungan
laktosa (gula susu) ASI juga sangat tepat untuk kebutuhan bayi disamping kandungan
vitamin sehingga tidak perlu lagi menyediakan vitamin tambahan selama enam bulan
pertama.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, terdapat pergeseran akan
pengertian urgenitas pemberian ASI oleh para ibu kepada bayinya. Terdapat banyak
faktor yang menyebabkan seorang ibu enggan memberikan ASI, mungkin terkait
dengan kekhawatiran akan penampilannya atau memang karena produksi ASI yang
tidak mencukupi. Pentingnya pemberian ASI sebagai langkah awal penentuan kualitas
SDM, membuat para praktisi kesehatan berupaya untuk memberikan penyuluhan akan
pemberian ASI. Bahkan dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang
dicetuskan oleh para ahli gizi, menyatakan bahwa diwajibkan pemberian ASI
eksklusif pada bayi sampai bayi berumur 6 bulan. Ternyata, Allah sudah mengatur
segala sesuatu yang sangat sempurna untuk bekal umat-Nya di dunia. Salah satunya
yaitu pada Q.S. Al-Baqarah:233. Bahwasanya membuktikan bahwa firman Allah
selalu benar.
Status gizi yang optimal diharapkan pula dapat mengurangi angka kematian
bayi dan balita di Indonesia. Kematian bayi dan balita akibat infeksi diare semakin
hari semakin meningkat. Hal ini merupakan salah satu akibat bayi yang tidak
diberikan ASI. UNICEF (2006 diacu dalam Mulyaningsih 2010) menyatakan bahwa
kematian bayi dan balita di Indonesia dapat dicegah dengan pemberian ASI.
Menurut Abd-Alda'em Al-Kheel, banyak studi yang dilakukan di tiga puluh
negara menunjukkan ibu yang menyusui bayinya kurang terkena kanker payudara.
Rahim melebar dua puluh kali selama kehamilan dan melahirkan. Penelitian
menunjukkan menyusui bermanfaat untuk membantu rahim kembali ke ukuran
normal. Sebaliknya ibu yang tidak menyusui bayinya ukuran rahimnya tetap lebih dari
batas normal. Selain itu, menyusui juga melindungi dari kanker rahim.
Di negara-negara maju, donor ASI sudah lama dikenal, terbukti sudah 30
tahun lamanya bank ASI dipraktikkan oleh sebuah bank ASI di Amerika, Human

1
Milk Banking Association of North America (HMBANA). Bank ASI juga
dipraktikkan di Inggris oleh sebuah bank ASI (Mothers Milk Bank of New England).
Bayi-bayi prematur d Inggris, Amerika, Australia (Mothers Milk Bank Austin), dan
India (Indiana Mothers Milk Bank) mampu bertahan hidup berkat ASI donor dari
bank ASI. Ibu yang tidak mampu menyusui bayinya sendiri karena alasan kesehatan
pun bisa mengandalkan bank ASI..
Pada tahun terakhir ini masyarakat Indonesia mulai gencar membicarakan
persoalan donor ASI. Namun di Indonesia sampai sekarang belum ada bank ASI
sebagaimana di negara maju. Proses donor yang terjadi di Indonesia hanya dilakukan
oleh suatu lembaga independen dan klinik Rumah Sakit. Diantaranya adalah lembaga
Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) dan klinik Laktasi dsb

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses terjadinya ASI dalam perspektif sains dan islam?
2. Apa manfaat ASI bagi anak?
3. Bagaimana ASI dalam perspektif islam?
4. Apa masalah kontemporer ASI dalam islam?

C. Tujuan
1. Mengetahui proses terjadinya ASI dalam perspektif sains dan islam
2. Mengetahui manfaat dari ASI terhadap anak
3. Mengetahui perspektif islam tentang ASI
4. Mengetahui masalah kontemporer mengenai ASI dalam islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Terjadinya ASI berdasarkan perspektif sains dan Islam

ASI menurut IFIS (2005) adalah susu yang dihasilkan oleh wanita selama masa
laktasi. Komposisinya berbeda dengan susu sapi. Walaupun kandungan lemak pada
ASI dan susu sapi mirip, namun asam lemak yang dikandungnya berbeda. ASI
mengandung protein yang lebih sedikit daripada susu sapi, proporsi protein dan asam
aminonya pun berbeda. Kandungan laktosa, oligosakarida, dan beberapa vitamin pada
ASI lebih tinggi daripada susu sapi, namun ASI mengandung total mineral yang lebih
rendah. Namun, memiliki komposisi keseimbangan ideal yang sesuai dengan kesiapan
saluran cerna bayi.

Proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi. Ketika bayi
menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat ASI mengalir dari
dalam alveoli, melalui saluran susu (ducts/milk canals) menuju reservoir susu {sacs}
yang berlokasi di belakang areola, lalu ke dalam mulut bayi. Mulai dari bulan ketiga
kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI
dalam sistem payudara:
 Progesteron: mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron
dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi
secara besar-besaran
 Estrogen: menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen
menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap
menyusui Karena itu, sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis
hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.

Fase pertama adalah Laktogenesis I. Fase ini terjadi saat masa terakhir
kehamilan. Saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental
yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi
ASI sebenarnya. Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat
hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin
tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan
fase Laktogenesis II. Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah
meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level
sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi
sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI
itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi
apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun
level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.
Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam
proses ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi
mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah
melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73

3
jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak
langsung setelah melahirkan.
Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung
sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi
dalam level immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih
rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan.
Dalam dua minggu pertama setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan
tergantikan oleh ASI sebenarnya.
Setelah fase Laktogenesis II, dilanjutkan dengan fase Laktogeneses III. Sistem
kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari
pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin
dimulai. Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan
memproduksi ASI dengan banyak pula. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila
payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi
ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan
seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan.
Keluarnya hormon oksitosin menstimulasi turunnya susu (milk ejection / let-down
reflex). Oksitosin menstimulasi otot di sekitar payudara untuk memeras ASI keluar
(Judarwanto 2010).
Pada proses pembentukan susu, bahan baku pembentukan susu ditransportasi
melalui aliran darah ke sel sekretori. Pada proses ini dibutuhkan 400-800 liter darah
untuk memberikan komponen untuk 1 liter susu (Goff, 1995)

Hal ini termaktub dalam Al-quran :


Dalam QS. An-Nahl 16: 66
“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi
kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa)
susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang
meminumnya. (QS. An-Nahl 16 : 66)”
Dari serangkaian proses produksi ASI di atas ada banyak hormon yang
berperan di dalamnya. Sebagai contoh, agar produksi oksitosin berjalan secara
normal, sel-sel yang membentuk hipotalamus harus mengetahui semua unsur yang
terlibat dalam proses persalinan. Padahal ada jarak yang jauh dari kedua sistem organ
tersebut. Keduanya harus mengetahui bahwa persalinan adalah proses rumit dan harus
terjadi kontraksi otot rahim untuk mendorong bayi keluar. Selain itu, mereka harus
mengetahui bahan kimia apa saja yang diperlukan untuk kontraksi otot-otot rahim
untuk terjadi serta rumus yang digunakan agar tepat.
Satu-satunya Dzat yang mengatur jalannya produksi hormon dalam gen sel-sel
hipotalamus, yang menciptakan bayi ke dunia melalui rahim ibu, dan sel-sel
hipotalamus adalah Allah Yang Maha Menciptakan dan Mengatur segala yang terjadi
di dunia ini.
Ada banyak hikmah dibalik segala keteraturan dalam proses pembentukan
ASI. Bagaimana mungkin segala keteraturan yang ada hingga tingkat sel terjadi tanpa
dikendalikan oleh ‘Sesuatu’ Dzat Yang Maha Agung? Jika tidak dikendalikan maka
akan sering kali terjadi kesalahan random dalam mekanisme produksi ASI tersebut.
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi (QS.As-Sajdah 32 : 5).

4
B. Manfaat ASI bagi anak

ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung berbagai zat gizi
dan antibody yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan. Bayi yang
mendapatkan ASI secara eksklusif terbukti lebih cerdas dan tidak mudah terserang
penyakit.
Menurut para ahli, saat lahir ke dunia, seorang bayi telah memiliki otak yang
berkapasitas 100 miliar sel otak (neuron) dengan koneksi-koneksi awal. Artinya,
jumlah neuron di dalam otak si kecil 16 kali lebih banyak daripada jumlah penduduk
bumi. Bahkan, lebih banyak daripada jumlah bintang di Galaksi Bima Sakti.
Akan tetapi, otak bayi dengan potensi sedahsyat ini bukanlah“barang jadi”Ia“belum
matang” karena belum terhubung dalam jaringan, antarsatu dengan yang lainnya.Ia
membutuhkan sentuhan agar bisa berkembang secara optimal. “Otak bayi masih
berupa produk mentah yang belum selesai. Otak neonatal (otak pada usia empat
minggu pertama) hanyalah sebuah lukisan berbentuk sketsa,cetak biru yang sama
sekali belum sempurna.Tangan-tangan lingkunganlah yang akan menyelesaikan atau
membengkalaikannya,”demikian ungkap Dr. Jalaluddin Rakhmat (2005: 223).
Berbagai penelitian melaporkan bahwa struktur otak, termasuk pula kualitas
daya ingat, konsentrasi, penilaian, kecerdasan, perasaan, dan emosi anak, sangat
dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas asupan zat makanan yang dikonsumsinya.
Dengan kata lain, terdapat hubungan antara konsumsi makanan dan fungsi kognitif
pada bayi.
Pada anak yang baru lahir, nutrisi atau zat gizi sebagai sumber energi untuk
menjalankan berbagai proses metabolisme sebagian besar digunakan untuk
melakukan proses tumbuh kembang, termasuk tumbuh kembang otaknya.
Dari manakah anak bisa mendapatkan asupan nutrisi tersebut? Asupan gizi seimbang
pada balita, khususnya bayi, tidak lain dan tidak bukan berasal dari ASI alias Air Susu
Ibu. Inilah cairan ajaib tiada tanding ciptaan Yang Mahakuasa untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi sekaligus melindunginya dari serangan penyakit.
Bagi bayi, khususnya dalam rentang usia 0-6 bulan, ASI adalah makanan utama
sekaligus makanan paling sempurna. Komposisi gizi yang sangat pas untuk
mendukung proses tumbuh kembang bayi.Keseimbangan aneka zat gizi yang
terkandung di dalamnya pun berada pada tingkat terbaik dan memiliki bentuk paling
baik bagi tubuh bayi.
ASI pun kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel
otak dan perkembangan sistem saraf.Betapa tidak berkhasiat,ASI mengandung lebih
dari 1000 jenis nutrien. Itulah mengapa, jumlah asupan zat gizi yang dibutuhkan bayi
dapat terpenuhi secara seimbang dan proporsional. Artinya, jumlah protein,
karbohidrat,dan lemak, berkisar antara 10-15 persen, 60-70 persen, dan 20-25 persen
dari kalori yang dibutuhkan per kilogram berat badan dapat terpenuhi.Penelitian para
ahli pun menunjukkan bahwa ASI mampu memberikan perlindungan terhadap
penyakit dengan menyediakan lingkungan yang ramah bagi flora normal (bakteri
baik).
Keberadaan bakteri ini menghambat perkembangan bakteri, virus, dan parasit
berbahaya. ASI pun mengandung taurin, DHA (decosahexanoic acid ), dan AA
(arachidonic acid ) yang sangat dibutuhkan oleh bayi yang baru lahir.Taurin
merupakan asam amino kedua terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai
membantu proses pematangan sel otak.
Adapun DHA dan AA adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang yang
diperlukan untuk mengoptimalkan pembentukan sel-sel otak.Komponen-komponen

5
gizi ini terkandung dalam ASI dalam jumlah yang mencukupi sehingga seorang bayi
tidak memerlukan makanan tambahan hingga berusia enam bulan.
ASI mengandung komponen-komponen yang memberikan perlindungan kekebalan
tubuh terhadap berbagai macam penyakit dan infeksi. ASI meningkatkan
pertumbuhan bakteri sehat di dalam saluran pencernaan bayi, dan mengurangi resiko
terhadap alergi dan asma saat dia tumbuh. Walaupun enzim pencernaan di dalam
perut bayi menguraikan beberapa zat di dalam ASI,

Seorang ibu hendaknya lebih memperhatikan ASI bagi anaknya, berikut manfaat air
susu ibu (ASI), diantaranya adalah
1. ASI cocok untuk bayi karena mengandung zat-zat penting yang bermanfaat bagi
pertumbuhan anak, sekaligus sebagai proteksi bagi diri anak. ASI memuat
kandungan unsur-unsur seimbang yang tidak bisa diwujudkan pada susu buatan
2. ASI steril dari bakteri dan kuman
3. ASI mengandung antibodi bagi anak untuk melemahkan bibit penyakit seperti :
campak/cacar air, difteri dan polio.
4. Memperkuat hubugan rohani dan emosi di antara ibu dan anaknya sehingga
menimbulkan rasa kasih sayang kekeluargaan
5. Ekonomis dibanding dengan susu buatan yag memerlukan biaya besar
6. Memperkuat otot wajah dan mulut pada saat menyusui dengan adanya gerakan-
gerakan bayi ketika menghisap ASI

C. ASI dalam perspektif islam

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan
pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan
menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban
demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu
ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Al-Baqarah [2]:
233)

Hikmah ayat yang terkandung dalam kitab Suci Alqur’an tersebut, setidaknya
menekankan bahwa Air Susu Ibu (ASI) sangat penting. Walaupun masih ada
perbedaan pendapat tentang wajib atau tidaknya menyusui, tapi selayaknya bagi
seorang muslim menghormati ayat-ayat Allah tersebut. Terlepas wajib atau tidaknya
hukum menyusui, dalam ayat tersebut dengan tegas dianjurkan menyempurnakan
masa penyusuan. Dan di sana juga disinggung tentang peran sang ayah, untuk
mencukupi keperluan sandang dan pangan si ibu, agar si ibu dapat menuyusi dengan
baik. Sehingga jelas, menyusui adalah kerja tim. Keputusan untuk menyapih seorang
anak sebelum waktu dua tahun harus dilakukan dengan persetujuan bersama antara
suami isteri dengan mengutamakan kepentingan terbaik bagi si bayi. Insprasi utama
dari pengambilan keputusan ini harus didasarkan pada penghormatan kepada perintah
Allah dan pelaksanaan hukum-Nya, dan tidak bertujuan meremehkan perintahNya.
Demikian pula jika seorang ibu tidak bisa menyusui, dan diputuskan untuk

6
menyusukan bayinya pada wanita lain, sehingga haknya untuk mendapat ASI tetap
tertunaikan.
Berikut adalah ASI dalam perspektif islam :
a) ASI jaminan rizki untuk setiap bayi ” Dan tidak ada suatu binatang melata
pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia
mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya.
Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)”. (Q.S Huud [11]:
6).
b) ASI dalam Al-Qur’an Dalam Keadaan Darurat hak bayi tetap dilindungi “
Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka
berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika
mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka
upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan
baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh
menyusukan (anak itu) untuknya .” (Q.S At Thalaq:6)
c) ASI dalam Al-Qur’an Investasi Dunia Akhirat ” Dan Kami perintahkan
kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu .” (Q.S. Luqman :14)

Ayat diatas mengandung dua pengertian, yaitu: pertama, adalah perintah bagi
seorang ibu untuk menyusui anaknya selama 2 tahun penuh. Kedua, perintah bagi
anak untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya karena ibunya telah merawatnya
siang dan malam. Terdapat kewajiaban anak untuk berbuat baik kepada orangtuanya,
sementara terdapat hak anak untuk diberi ASI selama 2 tahun penuh. Terdapat
kewajiban ibu untuk menyusukan anaknya selama dua tahun penuh, sementara
terdapat hak ibu agar anaknya berbakti kepadanya.

D. Masalah kontemporer ASI dalam islam

Bank ASI

Bank ASI merupakan tempat penyimpanan dan penyalur ASI dari donor ASI
yang kemudian akan diberikan kepada ibu-ibu yang tidak bisa memberikan ASI
sendiri ke bayinya. Ibu yang sehat dan memiliki kelebihan produksi ASI bisa menjadi
pendonor ASI. ASI biasanya disimpan di dalam plastik atau wadah, yang didinginkan
dalam lemari es agar tidak tercemar oleh bakteri.
Bank ASI, yaitu suatu sarana yang dibuat untuk menolong bayi-bayi yang tidak
terpenuhi kebutuhannya akan ASI. Pendapat lain mengatakan bahwa Bank ASI adalah
Bank khusus untuk menampung air susu ibu atau suatu lembaga untuk menyimpan
atau menghimpun air susu ibu. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Bank ASI

7
adalah suatu lembaga yang tujuannya khusus untuk menyimpan atau mengumpulkan
ASI guna memenuhi kebutuhan bayi yang tidak terpenuhi.

Metode Memahami Dalil Hukum Bank ASI


Seorang bayi boleh saja menyusu kepada wanita lain, bila air susu ibunya tidak
memadai, atau karena suatu hal, ibu kandung bayi tidak dapat menyusuinya. Status
ibu yang menyusukan seorang bayi, sama dengan ibu kandung sendiri, tidak boleh
kawin dengan wanita itu, dan anak-anaknya. Dalam hukum Islam disebut sebagai
saudara sepersusuan. Gambaran yang dikemukakan jelas bahwa siapa wanita yang
menyusukan dan siapa pula bayi yang disusukan itu hukumnya jelas yaitu sama
dengan mahram.
“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut....(Q.S Al-
Baqarah : 233)
Sekarang yang menjadi persoalan ialah, air susu yang disimpan pada Bank ASI,
maka air susu itu sama saja seperti darah yang disumbangkan untuk kemaslahatan
umat. Sebagaimana darah boleh diterima dari siapa saja dan boleh diberikan kepada
yang memerlukannya, maka air susupun demikian juga hukumnya. Bedanya ialah
darah najis, sedangkan air susu bukan najis. Oleh sebab itu, darah baru dapat
dipergunakan dalam keadaan darurat atau terpaksa, begitu juga halnya dengan ASI itu
dihalalkan karena dharurah bagi bayi, sebagaimana qawaid fiqih :

َ‫ت‬
ِ ‫ظ ْورا‬ ْ ‫ض ُر ْورةَُت ُ ِب ْي ُح‬
ُ ‫َالم ْح‬ َّ ‫اَل‬
Darurat itu bisa membolehkan yang dilarang.

Menurut Ali Hasan, agak sukar menentukan atau mengetahui donor asli itu,
sebagaimana donor darah. Dengan demikian, baik ibu “susuan”, maupun “anak
susuan”, tidak saling mengenal. Hal ini berarti, masalah pemanfaatan air susu dari
Bank ASI, tidak dapat disamakan dengan ar-Radhaah. Pemanfaatan air susu dari
Bank ASI adalah dalam keadaan terpaksa (bukan karena haram). Sebab, selagi ibu si
bayi itu masih mungkin menyusukan anak itu, maka itulah sebenarnya yang terbaik.
Hubungan psikologis antara si bayi dan ibunya terjalin juga dengan mesra pada saat
menyusukan bayi itu. Si bayi merasa disayangi dan si ibu pun merasakan bahwa air

8
susunya akan menjadi darah daging anak itu. Berbeda, kalau air susu yang diminum
anaknya itu berasal dari orang lain. Pertumbuhan dan perkembangan anak itu, dibantu
oleh pihak lain, sebagaimana air susu sapi yang kita kenal selama ini, dan makanan
yang khusus dibuat (diproduksi) untuk bayi.
Dalam memberikan putusan hukum, Yusuf Qardhawi memakai metode Ijtihad
Tarjih Intiqa’i (selektif), yaitu memilih satu pendapat dari beberapa pendapat terkuat
yang terdapat pada warisan fiqih Islam yang penuhdengan fatwa dan keputusan
hukum dengan tidak membatasi satu mazhab,melainkan beberapa mazhab, sehingga
dapat dipilih pendapat yang terkuat, dalil, dan alasannya serta kesesuaiannya dengan
kaidah tarjih, diantaranya :
a. Hendaknya pendapat relevan dengan kehidupan zaman sekarang
b. Hendaknya mempunyai sifat lemah lembut dan kasih sayang kepada
umatmanusia
c. Hendaknya lebih mendekati kemudahan oleh hukum Islam.
d. Hendaknya lebih memprioritaskan untuk merealisasikan maksud-maksud
syara’, kemaslahatan manusia dan menolak bahaya bagi mereka.
Adapun faktor lain yang memengaruhi Ijtihad Tarjih Intiqa’i (selektif) menurut
Yusuf Qardhawi adalah desakan zaman dan kebutuhannya, sehinggawajib untuk
memerhatikan realita, kemudahan, dan keringanan dalam hukum Islam yang bersifat
cabang (furu’) dan praktis. Dituntut juga agar selalu memerhatikan darurat halangan
dan kondisi-kondisi pengecualian hukum, sebagai pengamalan dari al-Qur’an :
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.”

Perdebatan Dari Segi Dalil


Perbedaan pendapat dari dua kelompok ulama terjadi di seputar syarat dari
penyusuan yang mengakibatkan kemahraman. Setidaknya ada dua syarat penyusuan
yang diperdebatkan.
1. Menghisap Lewat Punting Susu
Kalangan yang membolehkan bank susu mengatakan bahwa bayi yang diberi
minum air susu dari bank susu, tidak akan menjadi mahram bagi para wanita yang
air susunya ada di bank itu. Sebab kalau sekedar hanya minum air susu, tidak terjadi
penyusuan. Sebab yang namanya penyusuan harus lewat penghisapan puting susu
ibu. Mereka berdalil dengan fatwa Ibnu Hazm, di mana beliau mengatakan bahwa

9
sifat penyusuan haruslah dengan cara menghisap puting susu wanita yang menyusui
dengan mulutnya.
Dalam fatwanya, Ibnu Hazm mengatakan bahwa bayi yang diberi minum susu
seorang wanita dengan menggunakan botol atau dituangkan ke dalam mulutnya
lantas ditelannya, atau dimakan bersama roti atau dicampur dengan makanan lain,
dituangkan ke dalam mulut, hidung, atau telinganya, atau dengan suntikan, maka
yang demikian itu sama sekali tidak mengakibatkan kemahraman.
Menurut Ibnu Hazm, proses memasukkan puting susu wanita di dalam mulut
bayi harus terjadi sebagai syarat dari penyusuan. Sedangkan bagi mereka yang
mengharamkan bank susu, tidak ada kriteria menyusu harus dengan proses bayi
menghisap puting susu. Justru yang menjadi kriteria adalah meminumnya, bukan
cara meminumnya.
Dalil yang mereka kemukakan juga tidak kalah kuatnya, yaitu hadits yang
menyebutkan bahwa kemahraman itu terjadi ketika bayi merasa kenyang.

ُ ‫ََُللَاَا ُ ْن‬
َ‫ظ ْرنَم ْن‬ ِ َّ ‫سول‬ ُ ‫َقالَر‬:‫ت‬ ْ ‫ََللَاَُع ْنهاَقال‬
َّ ‫ضي‬ ِ ‫ع ْنَعائِشةَر‬
)‫َم ْنَا ْلمجاع ِةَ( ُمتَّف ٌقَعل ْي ِه‬
ِ ُ‫لرضاعة‬ َّ ‫َفإِنَّماَا‬,‫ِإ ْخوانُ ُك َّن‬
“Dari Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Perhatikan
saudara laki-laki kalian, karena saudara persusuan itu akibat kenyangnya menyusu”.
(HR Bukhari dan Muslim)
َ
2. Pentingnya Saksi
Hal lain yang menyebabkan perbedaan pendapat adalah masalah saksi.
Sebagian ulama mengatakan bahwa untuk terjadinya persusuan yang mengakibatkan
kemahraman, maka harus ada saksi. Seperti pendapat Ash-Sharabshi, ulama Azhar.
Namun ulama lainnya mengatakan tidak perlu ada saksi. Cukup keterangan dari
wanita yang menyusui saja.
Bagi kalangan yang mewajibkan ada saksi, hubungan mahram yang
diakibatkan karena penyusuan itu harus melibatkan saksi dua orang laki-laki. Atau
satu orang laki-laki dan dua orang saksi wanita sebagai ganti dari satu saksi laki-laki.
Bila tidak ada saksi atas penyusuan tersebut, maka penyusuan itu tidak
mengakibatkan hubungan kemahraman antara ibu yang menyusui dengan anak bayi
tersebut. Sehingga tidak perlu ada yang dikhawatirkan dari bank susu ibu. Karena

10
susu yang diminum oleh para bayi menjadi tidak jelas susu siapa dari ibu yang
mana. Dan ketidakjelasan itu membuat tidak akan terjadi hubungan kemahraman.
Sedangkan menurut ulama lainnnya, tidak perlu ada saksi dalam masalah
penyusuan. Yang penting cukuplah wanita yang menyusui bayi mengatakannya.
Maka siapa pun bayi yang minum susu dari bank susu, maka bayi itu menjadi mahram
buat semua wanita yang menyumbangkan air susunya. Dan ini akan mengacaukan
hubungan kemahraman dalam tingkat yang sangat luas. Dari pada kacau balau, maka
mereka memfatwakan bahwa bank air susu menjadi haram.

Analisis pendapat ulama


Perbedaan pandangan ulama terhadap beberapa masalah penyusuan mengakibatkan
mereka berbeda pendapat di dalam menyikapi munculnya Bank ASI, sebagaimana
berikut :
Pendapat Pertama menyatakan bahwa mendirikan bank ASI hukumnya boleh. Salah
satu alasannya: Bayi tidak bisa menjadi mahram bagi ibu yang disimpan ASI-nya di
bank ASI. Karena susuan yang mengharamkan adalah jika dia menyusu langsung.
Sedangkan dalam kasus ini, sang bayi hanya mengambil ASI yang sudah dikemas.
Menjual ASI tersebut akan membawa manfaat bagi manusia yaitu tercukupinya gizi.
Pendapat Kedua menyatakan hukumnya haram. Menimbang dampak buruknya
menyebabkan tercampurnya nasab. Dan mengikuti pendapat jumhur yang tidak
membedakan antara menyusu langsung atau lewat alat. Majma' al Fiqh al Islami (OKI)
dalam Muktamar yang diselenggarakan di Jeddah pada tanggal1-6 Rabi'u at Tsani 1406
H memutuskan bahwa pendirian Bank ASI di negara-negara Islam tidak dibolehkan,
dan seorang bayi muslim tidak boleh mengambil ASI darinya. Menjual ASI itu
mendatangkan kemungkaran karena bisa menimbulkan rusaknya pernikahan diantara
orang Islam, sedangkan Allah tidak menyukai kerusakan yang disebabkan kawinnya
orang sesusuan dan hal tersebut tidak dapat diketahui jika antara lelaki dan wanita
meminum ASI yang dijual bank ASI tersebut. Selain itu, Hukum Syara’ menyatakan
bahwa menolak kerusakan lebih didahului daripada mencari kemaslahatan.

Pendapat Ketiga menyatakan bahwa pendirian Bank ASI dibolehkan jika telah
memenuhi beberapa syarat yang sangat ketat, diantaranya: setiap ASI yang
dikumpulkan di Bank ASI, harus disimpan di tempat khusus dengan meregistrasi nama
pemiliknya dan dipisahkan dari ASI-ASI yang lain. Setiap bayi yang mengkonsumsi

11
ASI tersebut harus didata secara detail dan diberitahukan kepada pemilik ASI sehingga
yang membeli ASI mengetahui ASI-nya berasal dari siapa, maka hukumnya boleh,
supaya jelas nasabnya. Dengan demikian, percampuran nasab yang dikhawatirkan oleh
para ulama yang melarang bisa dihindari.

Bank ASI diperbolehkan harus memenuhi beberapa syarat di bawah ini, jika tidak
terpenuhi maka mengakibatkan bank ASI tersebut menjadi haram. Syarat yang diperbolehkan
untuk bank air susu ibu (ASI) adalah :
 Terdapat musyawarah antara orang tua bayi dan pendonor dan pembiayaannya
 Anak yang menyusui dari ibu yang sama di haramkan untuk menikah karena akan
menjadi saudara sesusunan dan donor tersebut kondisi juga harus dalam kondisi
sehat dan tidak hamil selama memberikan ASI-nya
 Bank ASI mampu menegakkan dan menjaga syariat Islam.
 Pemberian ASI benar-benar dalam keadaan darurat
 Anak yang menerima donor ASI harus berusia kurang dari 2 tahun

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Anak harus mendapatkan Air susu Ibunya jika hal tersebut


tidak memungkinkan, dianjurkan untuk mencari ibu susu mukmin dan sehat lahir dan
batin. Namun bila ibu susu dengan kriteria tersebut tidak didapatkan, kita
diperbolehkan untuk mengambil ibu susu yang tidak beragama (agama islam) dengan
syarat melarangnya meminum-minuman keras dan memakan atau meminum segala
sesuatu yang dapat membahagiakan kaselamatan anak .kestabilan mental dan
emosional ibu dan kesehatan jasmaninya haruslah diperhatikan. Selain itu, untuk
mendapatkan air susu dalam jumlah yang banyak dan berkrealitas tinggi, dianjurkan
agar ibu memakan makanan yang mengandung banyak gizi karena hal itu sangat
penting untuk pertumbuhan fisik dan psikis anak.

B. SARAN

Disarankan kepada Ibu-ibu untuk dapat memberikan ASI kepada bayinya


secara ekslusif. Karena selain dianjurkan oleh medis untuk kesehatan Ibu dan bayi,
juga dianjurkan dalam agama islam

13
DAFTAR PUSTAKA

Hakim Abdullah, Abdul. 1993. Keutamaan Air Susu Ibu, Alih Bahasa Abdul Rahman.
Jakarta : Fikahati Aneska
Yusuf al-Izazy, Adil . 1434 H. Fiqh Kehamilan : Panduan Hukum Islam Seputar
Kehamilan, Janin, Aborsi dan Perawatan Bayi. Pasuruan : Hilal Pustaka
Mahjuddin. 2003. Masailul Fiqhiyah : Berbagai Kasus yang Dihadapi Hukum Islam Masa
Kini, Cet. V. Jakarta: Kalam Mulia
Zuhdi, Masjfuk. 2000. Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam, Cet. XI. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Qadim, Zallum, Abdul. 2003. Beberapa Problem Kontemporer Dalam Pandangan Islam :
Kloning, Transplantasi Organ, Abortus, Bayi Tabung, Penggunaan Organ Tubuh
Buatan, Definisi Hidup dan Mati. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Bank ASI, htttp://9monthsmagazine.blogspot/bankasi.html.

14

Вам также может понравиться