Вы находитесь на странице: 1из 16

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa : Pitra Elita, Skep


NIM : 160403080
Tanggal Praktek : 27 Januari 2018
R uang Rawat : Keperawatan RS Bhayangkara
Diagnosa Medis : Leukemia

1. Pendahuluan
a.Definisi dan Insiden Penyakit

Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima yang
berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh sel
darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika seldarah yang bersifat kanker membelah
secara tak terkontrol dan mengganggu pembelahan sel darah normal.
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentukan darah
atau kanker jaringan yang menghasilkan leukosit. Leukosit yang imatur atau abnormal dalam
jumlah berlebihan tersebut menyusup ke berbagai organ tubuh. (Suriadi & yuliani: 2010)

Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angkakematian mencapai 83,6
% (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO) menunjukkan
bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120 anak yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya
disebabkan oleh leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan bahwa angka kematian di
AmerikaSerikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971 (Katrin, 1997).Di
Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa menderita leukemia.Pada akhir tahun
2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal dikarenakan leukemia (TLLS, 2009)

b. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
1. Genetik
a. keturunan
1. Adanya Penyimpangan Kromosom
Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma
Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van
Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan
neurofibromatosis. Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan
informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak
stabil, seperti pada aneuploidy.
2. Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik dimana kasus-kasus
leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran. Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan
insidensi leukemia yang sangat tinggi
b. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom dapatan, misal :
radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada
leukemia akut, khususnya ALL ,
2. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan leukemia pada
hewan termasuk primata. Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA dependent DNA
polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal
dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan.
(Wiernik, 1985). Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia
adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell
Leukemia.
3. Bahan Kimia dan Obat-obatan
a. Bahan Kimia
Paparan kromis dari bahan kimia (misal : benzen) dihubungkan dengan peningkatan insidensi
leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen. Selain benzen beberapa
bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara lain : produk – produk minyak,
cat , ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik
b. Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik (misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II) dapat mengakibatkan
penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML. Kloramfenikol, fenilbutazon,
dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang lambat laun
menjadi AML
4. Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (ANLL) ditemukan pada pasien-
pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus lain seperti
peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat dari ledakan bom atom.
Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang mendapat terapi radiasi misal :
pembesaran thymic, para pekerja yang terekspos radiasi dan para radiologis .
5. Leukemia Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain disebut Secondary Acute
Leukemia ( SAL ) atau treatment related leukemia. Termasuk diantaranya penyakit Hodgin,
limphoma, myeloma, dan kanker payudara. Hal ini disebabkan karena obat-obatan yang
digunakan termasuk golongan imunosupresif selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan
DNA .

c. Manifestasi Klinis

Gejala klinis dari leukemia pada umumnya :


1. Pilek tidak sembuh-sembuh
2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
3. Demam dan anoreksia, berat badan menurun
4. Ptechiae, memar tanpa sebab
5. Nyeri pada tulang dan persendian serta nyeri abdomen
6. Limpadenopati
7. Hepatosplenomegali
Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalahartikan sebagai
penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat infiltrasi sel leukemia pada alat tubuh
seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura, kejang pada leukemia serebral (Iman, 1997).

d. Komplikasi
1. Perdarahan

Akibat defisiensi trombosit (trombositopenia). Angka trombosit yang rendah ditandai dengan:

a. Memar (ekimosis)

b. Petekia (bintik perdarahan kemerahan atau keabuan sebesar ujung jarum dipermukaan kulit)

Perdarahan berat jika angka trombosit < 20.000 mm3 darah. Demam dan infeksi dapat memperberat
perdarahan

2. Infeksi

Akibat kekurangan granulosit matur dan normal. Meningkat sesuai derajat netropenia dan disfungsi imun.

3. Pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal.

Akibat penghancuran sel besar-besaran saat kemoterapi meningkatkan kadar asam urat sehingga perlu
asupan cairan yang tinggi.

4. Anemia

5. Masalah gastrointestinal.

a. mual

b. muntah
c. anoreksia

d. diare

e. lesi mukosa mulut

Terjadi akibat infiltrasi lekosit abnormal ke organ abdominal, selain akibat kemoterapi.

e. . Patofisiologi

Klasifikasi leukemia dibagi menjadi menjadi 2 kelompok besar, yang ditandai dengan
ditemukannya sel darah putih matang yang menyolok – agranulosit (leukemia
granuosit/mielositi) atau limfosit ( limpfositik ). Klasifikasi ini didasarkan
pada morfologis diferensiasi sel dan pematangan sel-sel leukemia predominan di
dalam sum-sum tulang dan sitokimiawi (Gralnick, 1977; Dabich, 1980, Price,1995).
Kalsifikasi ini juga dapat dijadikan suatu gambaran varian dalam manifestasi klinik,
prognosis dan pengobatannya.

Walaupun leukemia menyerang kedua jenis kelamin, tetapi pria terserang sedikit lebih
banyak dibanding wanita. Leukemia limfositik, terutama akut menyolok pada anak-
anak umur kurang dari 15 tahun, dengan puncaknya pada umur 2-4 tahun.

Penyebab leukemia secara jelas hingga saat ini belum diketahui dengan pasti, tetapi
pengaruh lingkungan dan genetik diperkirakan memegang peranan penting. Faktor
genetik dapat dilihat pada tingginya kasus leukemia pada anak kembar
monozigot. Faktor lingkungan berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai
manifestasi leukemia timbul bertahun-tahun kemudian. Zat kimia misalnya : benzen,
arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen antineoplastik, dikaitkan dengan
frekwensi yang meningkat , khususnya agen alkil. Agent virus HTLV-1 dari leukemia sel
T sejak lama dapat menyebabkan timbulnya leukemia.

Leukemia akut baik granulositik atau mielositik merupakan jenis leukemia yang banyak
terjadi pada orang dewasa. Manifestasi klinis berkaitan dengan berkurangnya atau tidak
adanya sel hematopoietik (Clarkson, 1983). Tanda dan gejala leukemia akut berkaitan
dengan netropenia dan trombositopenia. Ini adalah infeksi berat yang rekuren disertai
timbulnya tukak pada membrana mukosa, abses perirektal, pnemonia, septikemia
disertai menggigil, demam, tachikardi dan tachypnea. Trombositopenis menyebabkan
perdarahan yang tak terkontrol. Tulang mungkin sakit dan lunak. Anemia bukan
merupakan manifestasi awal disebabkan karena umur eritrosit yang panjang. Gejala
anemia berupa pusing, malaise, dan dispnea waktu kerja fisik yang melelahkan.
Pensitopenia dapat terjadi setelah dilakukan kemoterapi.

Leukemia limfositik akut (LLA), paling sering menyerang anak-anak dibawah 15 tahun
dan mencapai puncaknya pada umur 2-4 tahun. Manifestasi LLA berupa proliferasi
limfoblas abnormal dalam sum-sum tulang dan tempat ekstra medular seperti kelenjar
limfe dan limpa. Tanda dan gejala dikaitkan dengan penekanan pada unsur – unsur
sum-sum tulang normal. Karena itu, infeksi, perdarahan dan anemia merupakan
manifestasi utama. Tanda lain berupa limfadenopati, hepatosplenomegali, nyeri tulang,
sakit kepala, muntah, kejang, gangguan penglihatan. Data laboratorium berupa
leukositosis, limfositosis, trombosit dan sel darah merah rendah, hiperseluler sum-sum
tulang belakang.

f.Pemeriksaan Penunjamg

1. Pemeriksaan darah lengkap (CBC) : anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis
memiliki prognosis paling baik; jumlah leukosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis
kurang baik pada anak (Best & swoden : 2005)
2. Aspirasi sumsum tulang (bmp): hiperseluler terutama banyak sel muda.
Jika ditemukannya 25% sel blas akan memperkuat diagnosis (Rita & suriadi : 2010)
3. Lumbal punksi untuk mengetahui apakah syaraf pusat terinfiltrasi (Rita & suriadi : 2010)
4. Hitung trombosit untuk menunjukan kapasitas pembekuan (Best & swoden : 2005)

F. PENATALAKSANAAN
 Penatalaksanaan terapeutik
1. Pelaksanaan kemoterapi
Terdapat 3 fase pelaksanaan kemoterapi:
1) fase induksi: dimulai 4 sampai 6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan
terapi kortikosteroid (prednison), vrincristin, dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan
berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan
sel-sel darah muda kurang dari 5%.
2) fase profilaksis: sistem syaraf pusat: pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan
hydocortison melaui intratekal untuk mencegah inflasi sel leukimia ke otak. Terapi iradiasi
kranial dilakukan hanya pada pasien leukimia yang mengalami gangguan sistem syaraf pusat.
3) konsolidasi: pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisi dan
mengurangi jumlah sel leukimia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala mingguan atau
bulanan dilakukan pemerikasaan darah lengkap untuk emniai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang langkah pengobatan dihentikan sementara atau
dosis obat dikurangi.
2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Sinar
berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya
sel leukemia. Energi ini bisa menjadi gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan
sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan
karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.
3. Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak dengan
sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi
kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk
mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker. Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80%
angka keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah
terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen (HLA) yang sesuai. Pada penderita
LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap
pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap
pengobatan.
4. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan penyakit leukemia
dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia dengan
keluhan anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi
infeksi.

2. WOC ( Web of Caution)

3.Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian
1. Biodata

a) Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan pendidikan.

b) Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, dan alamat.

2. Riwayat kesehatan sekarang

a) Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang.

b) Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan perdarahan.

3. Riwayat kesehatan sebelumnya

a) Riwayat kehamilan/persalinan.
b) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.

c) Riwayat pemberian imunisasi.

Riwayat nutrisi, pemberian makanan yang adekuat.

e) Infeksi-infeksi sebelumnya dan pengobatan yang pernah dialami.

4. Riwayat Imunisasi

Riwayat imunisasi yang di dapatkan oleh klien yaitu BCG, DPT (I, II, III), Polio (I, II ,III), Campak,
Hepatitis, dan riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi.

5. Riwayat Tumbuh Kembang

a. Pertumbuhan Fisik

- Berat badan

BBL : 2500 gr – 4000 gr

3 - 12 bulan : umur (bulan) + 9

1 - 6 tahun : umur (tahun) x 2 + 8

6 - 12 tahun : umur (tahun) x 7 – 5

- Tinggi Badan

Tinggi badan lahir : 45 - 50 cm

Umur 1 tahun : 75 cm

2 - 12 tahun : umur (tahun) x 6 + 7

Atau

1 tahun : 1,5 x TB lahir

4 tahun : 2 x TB lahir

6 tahun : 1,5 x TB setahun

13 tahun : 3 x TB lahir

Dewasa : 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)


b. Perkembangan tiap tahap usia

- Berguling : 3-6 bulan

- Duduk : 6-9 bulan

- Merangkak : 9-10 bulan

- Berdiri : 9-12 bulan

- Jalan : 12-18 bulan

- Senyum pertama kali dengan orang lain : 2-3 bulan

- Bicara : 2-3 tahun

- Berpakaian tanpa dibantu : 3-4 tahun

(Aziz Alimul Hidayat, Hal : 27).

6. Pemeriksaan fisik

a) Keadaan Umum

Meliputi : Baik, Jelek, Sedang

b) Tanda-tanda vital

- TD : Tekanan Darah

- N : Nadi

- P : Pernapasan

- S : Suhu

- LLA : Lingkar lengan atas

- LK : Lingkar kepala

- LD : Lingkar dada

- LP : Lingkar perut
d) Sistem pernafasan

Frekuensi pernapasan, bersihan jalan napas, gangguan pola napas, bunyi tambahan ronchi dan
wheezing.

e) Sistem cardiovaskuler

Anemis atau tidak, bibir pucat atau tidak, denyut nadi, bunyi jantung, tekanan darah dan capylary
reffiling time.

f) Sistem pencernaan

Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, anoreksia atau tidak, palpasi abdomen apakah mengalami
distensi dan auskultasi peristaltik usus adakah meningkat atau tidak.

g) Sistem muskuloskeletal

Bentuk kepala, extermitas atas dan ekstermitas bawah.

h) Sistem integumen

Rambut : warna rambut, kebersihan, mudah tercabut atau tidak

Kulit : warna, temperatur, turgor dan kelembaban

Kuku : warna, permukaan kuku, dan kebersihannya

i) Sistem endokrin

Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi urine.

j) Sistem penginderaan

Mata : Lapang pandang dan visus.

Hidung : Kemampuan penciuman.

Telingan : Keadaan daun telinga dan kemampuan pendengaran.

k) Sistem reproduksi

Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.

l) Sistem neurologis

1) Fungsi cerebral

2) Status mental : orientasi, daya ingat dan bahasa.

3) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan menggunakan Gaslow Coma Scale (GCS).
4) Kemampuan berbicara.

5) Fungsi kranial :

a) Nervus I (Olfaktorius) : Suruh anak menutup mata dan menutup salah satu lubang hidung,
mengidentifikasi dengan benar bau yang berbeda (misalnya jeruk dan kapas alkohol).

b) Nervus II (Optikus) : Periksa ketajaman penglihatan anak, Persepsi terhadap cahaya dan warna,
periksa diskus optikus, penglihatan perifer.

c) Nervus III (Okulomotorius) : Periksa ukuran dan reaksi pupil, periksa kelopak mata terhadap posisi
jika terbuka, suruh anak mengikuti cahaya.

d) Nervus IV (Troklearis) : Suruh anak menggerakkan mata kearah bawah dan kearah dalam.

e) Nervus V (trigemenus) : Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika anak merapatkan giginya
dengan kuat, kaji terhadap kesimetrisan dan kekuatan, tentukan apakah anak dapat merasakan
sentuhan di ats pipi (bayi muda menoleh bila area dekat pipi disentuh), dekati dari samping, sentuh
bagian mata yang berwarna dengan lembut dengan sepotong kapas untuk menguji refleks berkedip dan
refleks kornea.

f) Nervus VI (Abdusen) : kaji kemampuan anak untuk menggerakkan mata secara lateral.

g) Nervus VIII (Fasialis) : Uji kemampuan anak untuk mengidentifikasiLarutan manis (gula), Asam (jus
lemon), atau hambar (kuinin) pada lidah anterior. Kaji fungsi motorik dengan meminta anak yang lebih
besar untuk tersenyum, menggembungkan pipi, atau memperlihatkan gigi, (amati bayi ketika senyum
dan menangis).

h) Nervus VIII (akustikus) : Uji pendengaran anak

i) Nervus IX (glosofharingeus) : Uji kemampuan anak untuk mengidentifikasi rasa larutan pada lidah
posterior.

j) Nervus X (vagus) : Kaji anak terhadap suara parau dan kemampuan menelan, sentuhkan spatel lidah
ke posterior faring untuk menentukan apakah refleks muntah ada (saraf cranial IX dan X mempengaruhi
respon ini), jangan menstimulasi refleks muntah jika terdapat kecurigaan epiglotitis, periksa apakah
ovula pada posisi tengah.

k) Nervus XI (aksesorius) : Suruh anak memutar kepala kesamping dengan melawan tahanan, minta
anak untuk mengangkat bahu ketika bahunya ditekan kebawah.

l) Nervus XII (hipoglosus) : Minta anak untuk mengeluarkan lidahnya. periksa lidah terhadap deviasi
garis tengah, (amati lidah bayi terhadap deviasi lateral ketika anak menangis dan tertawa).dengarkan
kemampuan anak untuk mengucapkan “r”. letakkan spatel lidah di sisi lidah anak dan minta anak untuk
menjauhkannya, kaji kekuatannya.
6) Fungsi motorik : massa otot, tonus otot dan kekuatan otot

7) Fungsi sensorik: respon terhadap suhu, nyeri dan getaran

8) Fungsi cerebrum: kemampuan koordinasi dan keseimbangan

7. Pemeriksaan diagnostic

a) Hitung darah lengkap : Menunjukkan normositik, anemia normositik.

Hemoglobin : Dapat kurang dari 10 g/100 ml

Retikulosit : Jumlah biasanya rendah

Jumlah trombosit : Mungkin sangat rendah (<50.000/mm)

SDP : Mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP imatur (“menyimpang ke
kiri”).mungkin ada sel blast Leukimia

b) PT/PTT : memanjang

b. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Resiko cedera : perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, malise,
mual dan muntah, efek samping terapi
4. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen injuri
5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum (anemia)

c. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


Keperawatan
1 Resiko infeksi b.d NOC : NIC
menurunnya sistem Immune status Infection control
pertahanan tubuh  Knowledge : infection control  Tempatkan anak dalam
 Risk control ruangan khusus untuk
Kriteria hasil : meminimalkan
 Anak (klien) bebas dari tanda terpaparnya anak dari
dan gejala infeksi sumber infeksi
 Mendeskripsikan proses  Anjurkan pengunjung
penularan penyakit, faktor untuk mencuci tangan
yang mempengaruhi penularan yang baik
dan penatalaksanaannya  Gunakan teknik aseptik
 Menunjukan kemampuan untuk seluruh prosedur
untuk mencegah timbulnya invasif
infeksi  Monitor tanda vital anak
 Jumlah leuosit dalam jumlah  Evaluasi keadaan anak
normal terhadap tempat-tempat
 Menunjukan perilaku hidup munculnya infeksi seperti
sehat tempat penusukan jarum,
ulserasi mukosa, masalah
gigi.

Infection Protection
 Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
 Monitor hitung granulosit,
WBC
 Monitor kerentanan
terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
2. Resiko cedera: NOC NIC
perdarahan b.d Risk control Environment
penurunan jumlah Kriteria hasil : Management
leukosit  Klien terbebas dari cedera  Sediakan lingkungan yang
 Klien mampu menjelaskan aman untuk klien
cara mencegah cedera  Identifikasi kebutuhan
 Klien mampu menjelaskan keamanan pasien sesuai
factor resiko dari limgkungan kondisi fisik
atau perilaku personal  Menghindarkan
 Mampu meodifikasi gaya linmgkungan yang
hidup untuk mencegah injury berbahaya
 Mampu mengenali perubahan  Menyediakan tempat tidur
status kesehatan yang nyaman dan bersih
 Memberikan penerangan
yang cukup
 Menganjurkan keluarga
untuk menemani klien
3. Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari  Nutritional status : food and Nutrition Management
kebutuhan tubuh fluid intake  Kaji adanya alergi
b.d anoreksia, Kriteria hasil : makanan
malaise, mual dan  Adanya peningkatan berat  Berikan makanan yang
muntah, efek badan sesuai dengan tujuan terpilih ( sudah
samping terapi.  Berat badan ideal sesuai dikonsultasikan dengan
dengan tinggi badan ahli gisi )
 Mampu mengidentifikasi  Anjurkan klien untuk
kebutuhan nutrisi meningkatkan in take fe
 Tidak ada tanda-tanda  Anjurkan klien untuk
malnutrisi meningkatkan protein dan
 Tidak terjadi penurunan berat vitamin c
badan  Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
 Berikan informasi tentang
kebutuhan nurisi

Nutrition Monitoring
 BB dalam batas normal
 Monitor adanya
penurunan berat badan
 Monitor lingkungan selera
makan
 Monitor turgor kulit
 Monitor mual dan muntah
 Monior kalori dan in take
nutrisi
4. Nyeri b.d Agen NOC NIC
injury  Pain level Pain management
 Pain control  Lakukan pengkajian nyeri
 Comfort level secara komprehensif
Kriteria hasil :  Observasi reaksi
 Mampu mengontrol nyeri nonverbal dari
 Melaporkan bahwa nyeri ketidaknyamanan
berkurang dengan  Kontrol lingkungan yang
menggunakan manajemen dapat mempengaruhi nyeri
nyeri  Pilih penanganan nyeri
 Mampu mengenali nyeri baik farmakologi maupun
 Menyatakan rasa nyaman non farmakologi
setelah nyeri berkurang  Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
 Tingkatkan istirahat

Analgesic administration
 Tentukan lokasi,
karakteristik,dan derajat
nyeri sebelum pemberian
obat
 Cek intruksi dokter
tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik tergantung
tipe dan berat nyeri
 Monitor tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali

5. Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Terapi aktivitas


b.d kelemahan Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukan:
umum (anemia) untuk menormalkan: Kolaborasi dengan
Denyut nadi ketika terapis dalam
beraktivitas merncanakan dan
Laju pernapasan ketika memonitor program
beraktivitas aktivitas
Tekanan darah sistolik Tingkatkan
Tekanan darah diastolic komitmen pasien dalam
Kekuatan tubuh atas beraktivitas
Kekuatan tubuh bawah Bantu
Daya tahan mengekplorasi aktivitas
Klien diharapkan mampu yang bemanfaat bagi
untuk menormalkan: pasien
Kinerja dari rutinitas Bantu
Aktivitas mengidentifikasi
Konsentrasi sumberdaya yang dimiliki
Kepulihan energy dalam beraktivitas
setelah beraktivitas Bantu
Tingkat oksigen darah pasien/keluarga dalam
beradaptasi dengan
Tingkat kegelisahan lingkungan
Klien diharapkan mampu Bantu menyusun
untuk menormalkan: aktivitas fisik
Nyeri Pastikan
Cemas lingkungan aman untuk
Mengerang pergerakan otot
Stress Jelaskan aktivitas
Takut motorik untuk
Kegelisahan meningkatkan tonus otot
Nyeri otot Berikan
Meringis reinforcemen positif
Sesak nafas selama beraktivitas
Mual Monitor respon
Muntah emosional, fisik, sosial dan
spiritual

Manajemen energy
Intervensi yang dilakukan
Tentukan
pembatasan aktivitas fisik
pasien
Jelaskan tanda
yang menyebabkan
kelemahan
Jelaskan penyebab
kelemahan
Jelaskan apa dan
bagaimana aktivitas yang
dibutuhkan untuk
membangun energi
Monitor intake
nutrisi yang adekuat
Monitor respon
kardiorespirasi selama
aktivitas
Monitor pola tidur
Monitor lokasi
ketidaknyamanan/nyeri
Batasi stimulus
lingkungan
Anjurkan bedrest
Lakukan ROM
aktif/pasif
Bantu pasien
membuat jadwal istirahat
Monitor efek obat
stimulan dan depresan
Monitor respon
oksigenasi pasien

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8. EGC. Jakarta.

Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 Bagian I. Media Aesculapius,
FKUI. Jakarta.

Perry & Potter. 2000. Buku Saku Keterampilan & Prosedur Dasar edisi 3. EGC. Jakarta.

Oka, P.N. 1993. Buku Penuntun Ilmu Perawatan Mata. Airlangga University
Press. Surabaya.
Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 ed.8. Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman. 2008.Nursing
Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.
Elizabeth J. Corwin. 1996. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Geissler Doenges moorhouse, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC.
Moorhead, Sue., Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2008. Nursing Outcomes
Classification (NOC) : Fourth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.
Price, Sylvia A. 2002. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-proses penyakit

Вам также может понравиться