Вы находитесь на странице: 1из 3

Lagu Sedih

Ada kejadian menarik saat aku mengajar ekstra musik kelas 4-5 di SD Hidayatullah,
Surabaya tadi pagi. Sengaja materi yang kuberikan untuk hari ini adalah lagu berjudul
‘Pertengkaran Kecil’ karya EdCoustic. Lagu ini bertema persahabatan dengan tempo
rendah, melow.

Pas lah pikirku. Pasti anak-anak bakal baper, dan nangis. Secara, anak-anak punya
perasaan yang peka. Mereka tak sungkan menangis apabila mendengar atau melihat
sesuatu yang mengharukan.

Kemudian kuberi contoh nada lagu tersebut kepada mereka. Di depan mereka,
kunyanyikan lagu itu terlebih dahulu dengan suara yang menurutku sudah paling sedih,
menyayat, tak lupa kupasang ekspresi mirip orang gak dikasih makan tiga hari berturut-
turut. Sedih. Pasti abis ini mereka akan nangis, pikirku.

Dan benar saja, saat aku sudah mencapai bagian reff, aku melihat salah satu siswa
menusap mata. Nampak mata itu merah. Wah, pasti anak ini menangis setelah
mendengar suaraku yang merdu unyu-unyu ini, aku membatin. Melihat anak itu
menangis, aku makin bersemangat.

Sambil nyanyi, kali ini aku pasang ekspresi orang tidak makan 3 hari + ekspresi orang
kebelet tapi gak nemu toilet. Dramatis. Baper, baper dah kau, Nak.

Setelah lagu habis, aku tanya kepada anak yang terlihat mengucek matanya tadi.
“Kenapa nangis, Mbak?”

“Eh,” Yang kutanyai gelagapan.

“Kenapa nangis? Sampai matanya merah gitu. Sedih ya dengar lagu yang baru kakak
nyanyikan?” aku tersenyum.

Eh, dia menggeleng, “Ndak, Kak. Aku gak sedih, kok. Aku cuma ngantuk tadi, soalnya
kemarin malam aku gak bisa tidur nyenyak.”

Aku nelan ludah.


Rasa Bintang lima, Harga kaki lima

“Bang. Setiap naik kereta, aku pasti ingat kejadian dua tahun lalu.” Istriku berucap setelah
kami sempurna duduk di kursi gerbong kereta, hendak berlibur di kampung halaman.

“Kejadian apa, Neng?” tanyaku penasaran. Sebentar lagi kereta api akan berangkat.

Istriku tersenyum, “Saat itu aku dari stasiun Bandung mau ke Pare, Kediri.”

“Pasti mau beli sate.” Aku memotong.

Istri menimpukku pakai roti, “Dengerin dulu. Jangan sok tau. Aku mau les bahasa Inggris
sama kedua teman kuliah di sana.”

“Terus?”

“Nah, waktu itu kami bertiga beli tiket ekonomi. Di tiket itu tertulis kalau kami bertiga
duduk di gerbong 1. Akhirnya kita naik dan cari gerbong tersebut. Di dalam kereta kita
terus berjalan maju, hingga menemukan ruangan bertulis ‘Gerbong 1’. Ya Allah, Bang.
Ternyata ruangan itu bagus banget. Tempat duduknya kayak tempat duduk bioskop. Gak
nyangka ada ruangan kelas ekonomi sebagus itu. Kami sesuaikan nomor di tiket,
menaruh barang, sambil duduk selonjoran.”

“Mau minum dulu?” Aku menyodorkan air minum pada istri.

Istriku marah, “Jangan potong dulu ceritanya.”

“Eh, ya sudah. Lalu?”

Ia tersenyum, “Sepanjang menunggu kereta berangkat, kami bertiga ketawa-ketawa.


Bayangkan, dengan harga ekonomi, kita dapat fasilitas kereta kelas bisnis. Ah, mungkin
ini kebijakan presiden untuk memanjakan para pengguna kereta. Kalau presiden yang
sekarang mau nyalon lagi, aku pasti memilihnya. Beneran. Soalnya baik banget sama
orang-orang gak berduit banyak kayak aku. Kami pun selfie bareng, terus upload foto itu
ke fb dengan status ‘Rasa Bintang 5, Harga Kaki 5. Wkwkwkwk.’ Pasti iri deh yang lihat
foto kita.”

Aku kagum, “Wah, enak banget ya? Bayar harga ekonomi, dapat fasilitas kelas bisnis.”

“Cerita belum selesai,” ucap istriku. “Sebab, satu menit sebelum kereta berangkat, ada
tiga penumpang yang datang ke tempat duduk kami. Bilang bahwa tempat duduk yang
kami duduki adalah tempat duduk mereka.”
“Terus?” kali ini terpaksa aku memotong. Penasaran dengan kelanjutan cerita.

“Tentu kami bertiga ngeyel. Bilang kalau ini tempat duduk kami. Terus salah satu dari
mereka mengeluarkan tiketnya dan menyuruh kami menunjukkan tiket masing-masing.
Dan alamak, ternyata gerbong yang kami naiki adalah gerbong kelas bisnis. Kelas
ekonomi ada di barisan gerbong paling belakang. Takut dilaporin petugas dan
diturunkan secara paksa, kami bertiga akhirnya pindah ke belakang dengan kepala
tertunduk malu. Abang bisa bayangkan betapa malunya kami saat itu? Rasanya pingin
sekali aku sembunyi di kamar mandi selama perjalanan.”

Aku menepuk dahi. Benar-benar kejadian konyol.

Pesan moral: Jangan pernah foto selfie di kereta sebelum memastikan bahwa tempat
yang kau duduki adalah benar-benar tempatmu. Apalagi pakai acara pamer segala. Dan
ingat! Bayar tiket kereta dengan harga kelas ekonomi, dapat fasilitas kelas bisnis itu
hanya terjadi pada film Doraemon.

Вам также может понравиться