Вы находитесь на странице: 1из 36

1

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Latar Belakang

Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis berbagai keadaan psikopatologis yang

sangat mengganggu, melibatkan proses pikir, emosi, persepsi, dan tingkah laku

dengan insidensi pada pria lebih besar dari pada wanita. Skizofrenia terkait

dengan stres, gangguan neurobiologis yang ditandai dengan gangguan pikiran.

Data menunjukkan bahwa 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia.

Skizofrenia lebih sering terjadi pada populasi urban dan pada kelompok sosial

ekonomi rendah.1

Skizofrenia sebagai salah satu bentuk gangguan psikotik kejiwaan kronik yang

seringkali disertai dengan halusianasi, pikiran kacau dan perubahan tingkah laku.

Laporan pertumbuhan penderita gangguan skizofrenia terjadi 7 per seribu orang

yang terjadi pada rentang usia 15 sampai 35 tahun World Health Organization

(WHO).2

Skizofrenia dikenal sebagai gangguan yang memiliki riwayat tidak begitu baik

untuk dapat sembuh total. Ketika penderita skizofrenia dikembalikan ke rumah,

ada tantangan-tantangan baru yang membuat penderita harus bertahan dalam

kehidupannya yang belum tentu lebih baik. Untuk itu penting bagi penderita

skizofrenia untuk mencari makna dalam hidupnya mengingat pentingnya makna

hidup bagi setiap manusia. Dengan mencari hal yang berharga dalam hidup,

penderita skizofrenia secara tidak langsung mempertahankan kesembuhan dan

meminimalisir potensi untuk relaps.3


2

1.2 Definisi

Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan

utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku. Pemikiran penderita skizofrenia

seringkali tidak berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian keliru,

afek yang datar atau tidak sesuai, dan memiliki gangguan pada aktivitas

motorik yang bizzare.4

1.3 sejarah

Besarnya masalah klinis skizofrenia secara terus-menerus telah menarik

perhatian tokoh-tokoh utama psikiatri dan neurologi sepanjang sejarah gangguan

ini. Dua tokoh tersebut adalah Emil Kraepelin (1856-1926) dan Euglen Bleuler

(1857-1939). Sebelumnya Benedict Morel (1809-1873), seorang psikiater

Perancis, menggunakan istilah demence precoce untuk pasien dengan penyakit

yang dimulai pada masa remaja yang mengalami perburukan, Karl Ludwig

Kahlbaum (1828-1899)menggambarkan gejala katatonia , Ewold Hacker (1843-

1909) menulis mengenai perilaku aneh pada pasien dengan hebefrenia.5

 Emil Kraepelin

Kraepelin mendefinisikan istilah demence precoc dari Morel menjadi

demensia prekoks, yaitu istilah yang menekankan terhadap proses kognitif

(demensia) dan awitan dini (prekoks) yang nyata dari gangguan ini. Pasien

dengan demensia prekoks digambarkan memiliki perjalanan penyakit yang

memburuk dalam jangka waktu lama dan gejala klinis umum berupa

halusinasi dan waham. Gejala utama pasien dengan paranoia adalah waham

kejar persisten dan pasien tersebut digambarkan tidak begitu mengalami

perjalanan penyakit demensia prekoks yang memburuk serta gejala intermiten


3

psikosis manic depresif. Meski Kraepelin telah mengakui bahwa sekitar 4%

pasien nya sembuh sempurna dan 13 persen mengalami remisi yang

signifikan, para peneliti dikemudian hari seringkali salah menyatakn bahwa

kraepelin menganggap demensia prekoks memiliki perjalanan penyakit

dengan perburukan yang tak terhindarkan.5

 Eugen Bleuler

Bleuler mencetuskan istilah skizofrenia, yang menggantikan demensia

prekoks dalam literatur. Ia memilih istilah tersebut untuk menunjukkan

adanya skisme (perpecahan, pen.) antara pikiran, emosi, dan perilaku pada

pasien dengan gangguan ini. Blueler menekankan bahwa tak seperti konsep

Kraepelin tentang demensia prekoks, skizofrenia tak harus memiliki

perjalanan penyakit yang memburuk. Sebelum dipublikasikannya istilah

Diagnostik of Statistical Mental Disorders (DSM III), insidensi skizofrenia di

Amerika Serikat (dengan para psikitater mengikuti prinsip Bleuler)

meningkat hingga mungkin mencapai dua kali insidensi di Eropa (dengan

para psikiater mengikuti prinsip Kraepelin). Namun, istilah skizofrenia dari

Bleuler menjadi label yang diterima secara internasional untuk gangguan ini.5

 Empat A.

Bleuler mengidentifikasi gejala fundamental (atau primer) skizofrenia yang

spesifik untuk membangun teori mengenai perpecahan mental internal pada

pasien. Gejala tersebut meliputi empat A. yaitu gangguan asosiasi, khususnya

kelonggaran, gangguan afektif, autisme dan ambivalensi. Bleuer juga


4

mengidentifikasi gejala asesoris (sekunder), yang banyak menambah

pemahaman mengenai skizofrenia.5

1.4 Epidemiologi

Di Amerika Serikat, prevalensi seumur hidup skizofrenia sekitar 1%

yang berarti bahwa kurang lebih 1 dari 100 orang akan mengalami

skizofrenia selama masa hidupnya. Studi epidemiologic Catchment Area

(ECA) yang disponsori National Institute of Mental Health (NIMH)

melaporkan prevalensi seumur hidup sebesar 0.6 sampai 1.9 persen. Menurut

DSM IV TR, insidensi tahunan skizofrenia berkisar antara 0,5 sampai 5,0 per

10.000 dengan beberapa variasi geografik. 5

 Gender dan Usia

Skizofrenia setara prevalensinya pada pria dan wanita. Namun kedua jenis

kelamin tersebut berbeda awitan dan perjalanan penyakitnya. Awitan terjadi

lebih dini pada pria disbanding wanita. Lebih dari separuh pasien skizofrenik

wanita pertama kali dirawat di Rumah sakit psikiatri sebelum usia 25 tahun.

Usia puncak awitan adalah 8 sampai 25 tahun untuk pria dan 25-35 tahun

untuk wanita. Tidak seperti pria, wanita menunjukkan dua puncak kedua

terjadi pada usia paruh baya. Kurang lebih 3-10% wanita mengalami awitan

penyakit diatas usia 40 tahun. Hampir 90% pasien yang menjalani

pengobatan skizofrenia berusia antara 15 dan 55 tahun. Secara umum, hasil

akhir dari pasien skizofrenik wanita lebih baik disbanding hasil akhir pada

pasien pria. Bila awitan terjadi setelah umur 45 tahun, gangguan ini dicirikan

sebagai skizofrenia awitan lambat.5


5

 Infeksi dan Musim saat lahir

Suatu temuan yang kuat dalam peneitian skizofrenia adalah bahwa orang-

orang yang mengalami skizofrenia adalah kemungkinan besar dilahirkan di

musim dingin dan awal musim semi dan lebih jarang yang dilahirkan di akhir

musim semi dan musim panas. Beberapa studi menunjukkan bahwa frekuensi

skizofrenia meningkat setelah pajanan influenza yang terjadi dimusim dingin

selama trimester kedua kehamilan. Hipotesis lain adalah bahwa orang dengan

predisposisi genetic terhadap skizofrenia mengalami penurunan keuntungan

biologis untuk bertahan dari cobaan spesifik musim.5

 Distribusi Geografik

Sejumlah regio geografis bumi, seperti Irlandia memiliki prevalensi

skizofrenia yang luar biasa tinggi, dan para peneliti menginterprestasikan

kantung skizofrenia geografis ini sebagai kemungkinan dukungan terhadap

teori kausa skizofrenia infektif (contohnya, viral).5

 Faktor Reproduktif

Penggunaan obat psikoterapeutik, kebijakan terbuka dirumah sakit,

deinstitusonalisasi dirumah sakit pemerintah, penekanan pada rehabilitasi dan

perawatan berbasis masyarakat untuk pasien skizofrenia, semuanya telah

menyebabkan angka pernikahan dan kesuburan diantara pasien skizofrenia.

Akibat faktor tersebut, jumlah anak yang dilahirkan dari orang tua skizofrenia

terus meningkat, dan keluarga biologis derajat pertama memiliki resiko

terkena penyakit ini sepuluh kali lebih besar dibanding populasi umum.5
6

 Penyakit Medis

Orang dengan skizofrenia memiliki angka kematian akibat kecelakaan dan

penyebab alami yang lebih tinggi daripada populasi umum. Sejumlah studi

menunjukkan bahwa hingga 80 persen dari semua pasien skizofrenia

mengalami penyakit medis yang signifikan pada saat yang bersamaan dan

bahwa hingga 50 persen kondisi ini mungkin tidak terdiagnosis.5

 Risiko Bunuh Diri

Bunuh diri merupakan penyebab utama kematian pada orang yang menderita

skizofrenia. Taksirannya bervariasi, namun hingga 10% orang dengan

skizofrenia mungkin meninggal akibat percobaan bunuh diri.5

 Penggunaan Zat

Merokok Kretek. Sebagian besar survei telah melaporkan bahwa lebih dari

tiga perempat pasien skizofrenia merokok kretek, dibanding kurang dari

setengah pasien psikiatri lain secara keseluruhan. Sejumlah studi melaporkan

bahwa merokok kretek dikaitkan dengan penggunaan obat antipsikotik dalam

dosis yang lebih tinggi, mungkin karena meningkatkan laju metabolism obat-

obatan tersebut.5

Zat lain. Kurang lebih 30 sampai 50 persen pasien skizofrenia mungkin

memenuhi kriteria penyalahgunaan atau ketergantungan alkohol; dua zat lain

yang paling sering digunakan adalah kanabis dan kokain.5


7

 Factor populasi

Prevalensi skizofrenia senantiasa berkorelasi dengan kepadatan populasi local

dikota dengan populasi lebih dari 1 juta orang. Korelasi ini lebih lemah dikota

yang berpenduduk 100.000 sampai 500.000 orang dan tidak terdapat di kota

dengan penduduk kurang dari 10000 orang. Efek kepadatan penduduk sejalan

dengan pengamatan bahwa insiden skizofrenia pada anak dengan salah satu

atau kedua orang tua skizofrenik dua kali lebih tinggi di perkotaan disbanding

di masyarakat pedesaan. Pengamatan ini menyatakan bahwa stressor social

disuasana perkotaan mempengaruhi timbulnya skizofrenia pada orang yang

beresiko.5

 Factor sosioekonomi dan Kultural

Skizofrenia digambarkan terdapat pada semua kebudayaan dan kelompok

status sosioekonomi. Di Negara maju, jumlah pasien skizofrenik yang tdk

seimbang berada pada kelompok sosioekonomi lemah, suatu pengamatan

yang dijelaskan oleh dua hipotesis alternative. Hipotesis aliran menurun

menyatakan bahwa orang yang terkena bergeser kea tau gagal berpindah dari

kelompok sosioekonomi lemah akibat penyakit ini. Hipotesis penyebab social

menyatakan bahwa stress yang di alami anggota kelompok sosioekonomi

lemah berperan dalam timbulnya skizofrenia.5


8

Tabel : 1
Prevalensi Skizofrenia pada Populasi Spesifik3

Populasi Prevalensi (%)

Populasi umum 1,0

Saudara kandung bukan kembar pasien 8,0

skizofrenia

Anak dengan salah satu orangtua penderita 12,0

skizofrenia

Kembaran dizigotik pasien skizofrenia 12,0

Anak yang kedua orangtua menderita 40,0

skizofrenia

Kembar monozigotik pasien skizofrenia 47,0

1.5 Etiologi

Skizofrenia didiskusikan seolah-olah sebagai suatu penyakit tunggal

namun kategori diagnostiknya mencakup sekumpulan gangguan, mungkin

dengan kausa yang heterogen, tapi dengan gejala perilaku yang sedikit

banyak serupa. Pasien skizofrenia menunjukkan presentasi klinis, respon

terhadapat terapi, dan perjalanan penyakit yang berbeda-beda.5

 Neurobiologi

Kausa skizofrenia belum diketahui. Meski demikian, dalam satu dekade

belakangan, terdapat peningkatan jumlah penelitian yang mengindikasikan

adanya peran patofisiologi area otak tertentu, termasuk sistem limbik, korteks
9

frontal, serebelum dan ganglia basalis. Keempat area ini saling terhubung

sehingga disfungsi satu area dapat melibatkan proses patologi primer

ditempat lain.5

 Hipotesis Dopamin

Rumusan paling sederhana hipotesis dopamin tentang skizofrenia

menyatakan bahwa skizofrenia timbul akiban dopaminergik yang berlebihan.

Teori ini berkembang berdasarkan dua pengamatan. Pertama kemanjuran

serta potensi sebagian besar obat antipsikotik. Kedua, obat yang

meningkatkan aktivitas dopaminergik. Hipotesis dopamin tentang skizofrenia

terus diperbarui dan diperluas, dan reseptor dopamin baru terus diidentifikasi.

Satu studi melaporkan peningkatan reseptor D4 pada sampel otak postmortem

pasien skizofrenia.5

 Neurotransmitter Lain.

Meski neurotransmitter dopamin telah menjadi pusat perhatian sebagian besar

penelitian skizofrenia, terdapat peningkatan perhatian yang ditujukan kepada

neurotransmitter lain contohnya seperti serotonin dan norepinefrin, GABA,

Glutamat, Neuropeptida, Neuropatologi, system limbik. 5

 Faktor Genetik

Serangkaian studi genetik secara meyakinkan mengusulkan adanya kompone

genetik dalam pewarisan sifat skizofrenia. Kembar monozigot memiliki

angka kejadian bersama yang paling tinggi. Telah banyak dilaporkan adanya

hubungan antara lokasi kromosom dan skizofrenia sejak penerapan teknik


10

biologi molekuler dilakukan secara luas. Lebih dari separuh dari seluruh

kromosom dikaitkan dengan skizofrenia pada berbagai laporan, namun

lengan panjang kromosom 5, 11, dan 18, lengan pendek kromosom 19, serta

kromosom X paling sering disebut. Lokus pada kromosom 6, 8, dan 22 juga

diaggap terlibat.5

 Faktor Psikososial

Jika skizofrenia merupakan penyakit otak, maka penyakit ini mungkin sejalan

dengan penyakit organ lain (contohnya, infark miokardium dan diabetes)

yang perjalanan penyakitnya dipengaruhi stres psikososial. Meskipun, secara

historis, para pembuat teori menyatakan faktor psikososial berperan dalam

terjadinya skizofrenia, klinisi masa sekarang dapat memanfaatkan

penggunaan teori dan pedoman yang relevan yang dibuat berdasarkan

pengamatan dan hipotesis dimasa lampau ini.5

 Skisme dan Keluarga yang Menyimpang

Theodore Lidz mendeskripsikan dua pola perilaku keluarga yang abnormal.

Pada satu tipe keluarga, dengan skisme yang prominen antara kedua orang tua

salah satu orang tua sangat dekat dengan anak dengan jenis kelamin berbeda.

Pada tipe keluarga lain, terdapat suatu hubungan yang menyimpang antara

anak dengan salah satu orang tua yang melibatkan perebutan kekuasaan antar

orang tua yang mengakibatkan dominasi salah satu orang tua.5


11

1.6 Patofisiologi

Pola gejala pramorbid dapat menjadi bukti pertama adanya penyakit

meski makna gejala tersebut biasanya hanya dikenali secara

retrospektif.Secara karakteristik, gejala bermula pada masa remaja dan diikuti

munculnya gejala prodromal dalam hitungan hari sampai beberapa bulan.

Perubahan sosial atau lingkungan, seperti pergi jauh untuk kuliah,

menggunakan zat, atau kematian sanak saudara, dapat mempresipitasi gejala

yang mengganggu, dan sindrom prodromal ini dapat berlangsung selama

setahun atau lebih sebelum awitan gejala psikotik yang nyata.5

Perjalanan penyakit skizofrenia yang klasik adalah eksaserbasi dan

remisi. Setelah episode psikotik pertama, pasien berangsur-angsur sembuh

dan kemudia dapat berfungsi relatif normal untuk waktu yang lama. Namun,

pasien biasanya mengalami relpas dan pola penyakit selama 5 tahun pertama

setelah diagnosis umumnya mengindikasikan perjalanan penyakit pasien.

Perburukan lebih lanjut dalam kemampuan dasar pasien untuk berfungsi

mengikuti tiap relaps psikosis. Kegagalan untuk kembali ke kemampuan

dasar untuk berfungsi setelah relaps ini merupakan pembedah utama antara

skizofrenia dengan gangguan mood. Kadang-kadang, depresi pascapsikotik

yang teramati secara klinis terjadi setelah suatu episode psikotik, dan

kerentanan pasien skizofrenik terhadap stres biasanya berlangsung seumur

hidup. Gejala positif cenderung menjadi kurang parah seiring berjalannya

waktu, namun gejala negatif atau defisit yang melumpuhkan secara

sosialdapat meningkat keparahannya.5


12

1.7 Manifestasi Klinis

Pada tahun 1980, T.J. Crow mengajukan klasifikasi pasien skizofrenik

ke dalam tipe I dan II, berdasarkan ada atau tidaknya gejala positif (atau

produktif) dan negatif (atau defisit).5

Gejala positif mencakup waham dan halusinasi. Gejalan negatif

meliputi afek mendatar atau menumpul, miskin bicara (alogia) atau isi bicara,

bloking, kurang merawat diri, kurang motivasi, anhedonia, dan penarikan

diri.5

1.8 Diagnostik

Pedoman Diagnostik Skizofrenia menurut PPDGJ III 6

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut yang amat jelas (dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang

jelas) :

(a) “Thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berualang atau

bergema dalam kepalanya (tidak keras).

“Thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar

masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar

(withdrawal).

“Thought broadcasting” = isi pikirannya disiarkan keluar sehingga orang

lain atau umum mengetahuinya.

(b) “delusion of control” = waham dikendalikan oleh sesuatu kekuatan dari

luar.

“delusion of influence” = waham dipengaruhi oleh sesuatu kekuatan

tertentu.
13

“delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar.

“delusional perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar biasanya

bersifat mistik atau mukjizat.

(c) halusinasi auditorik :

o suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien

o mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri

o jenis suara halusinasi lain yang berasal dari satu bagian tubuh.

(d) waham waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya setempat

dianggap tidak serta wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan

manusia super (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau

berkomunikasi dengan mahkluk asing dari dunia lain).

 atau paling sedikit dua gejala di bawah yang harus selalu ada secara jelas :

(e) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang

menetap atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau

berbulan bulan terus menerus

(f) arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang berakibat

inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.

(g) perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah, posisi tubuh tertentu,

atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan stupor.


14

(h) Gejala-gejala “negatif” seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan

respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya

kinerja social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau mediksi neuroleptika.

 Adanya gejala – gejala khas tersebut diatas telah selama kurun waktu satu

bulan atau lebih.

 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi

(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak

bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri( self

absorbed attitude), dan penarikan diri secara social.

F20.0 Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated)

Pedoman Diagnostik 6

 Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis Skizofrenia.

 Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik,

atau katatonik.

 Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca-

skizofrenia.

1.9 Diagnosis Banding

Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia 6

Untuk diagnosis pasti harus memenuhi :

a. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari suatu

keadaan nonpsikotik menjadi keadaan yang jelas psikotik.


15

b. Gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (f20.-) harus ada

untuk sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran klini yang

jelas psikotik.

c. Kriteria untuk psikotik polimorfik akut tidak terpenuhi.

 Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk kurun waktu lebih dari

satu bulan lamanya, maka diagnosis harus dirubah menjadi skizofrenia

(F20.-).

 Gangguan Waham 6

Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khas klinis atau gejala yang

paling mencolok. Waham-waham tersebut (baik tunggal maupun sebagai

suatu sistem waham) harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya dan harus

bersifat khas pribadi (personal) dan bukan budaya setempat. Tidak boleh

adanya halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada bersifat

sementara. Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan,

siar pikiran penumpukan afek.

 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan gejala skizofrenia 6

Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan gejala skizofrenia biasanya onset

gangguan ini harus berlangsung selama 2 minggu atau kurang sedangkan

skizofrenia harus berlangsung selama 1 bulan atau lebih.

Diagnosis banding skizofrenia tak terinci

1. Skizoafektif

2. Skizofrenia paranoid

3. Skizofrenia katatonik
16

4. Skizofrenia herbefrenik

5. Residual

6. Depresi pasca-skizofrenia

1.10 Penatalaksanaan

1. Rawat Inap

Rawat inap diindikasikan terutama untuk tujuan diagnostic, untuk stabilisasi

pengobatan, untuk keamanan pasien karena adanya ide bunuh diri atau

pembunuhan, serta untuk perilaku yang sangat kacau atau tidak pada

tempatnya, termasuk ketidakmampuan untuk mengurus kebutuhan dasar

seperti pangan , sandang, dan papan.5

2. Terapi Psikososial

Terapi psikososial mencakup berbagai metode untuk meningkatkan

kemampuan social, kecukupan diri, keterampilan praktis, dan komunikasi

interpersonal pada pasien skizorenik. Tujuannya adalah memungkinkan

seseorang yang sakit parah untuk membangun keterampilan social dan

keterampilan pekerjaan untuk hidup yang mandiri. Penanganan semcam ini

dilaksanakan di berbagai tempat, seperti rumah sakit, klinik rawat jalan,

pusat kesehatan jiwa, rumah sakit sehari, dan rumah atau klub social.5

3. Terapi Medikamentosa

1. Obat Golongan Anti Psikosis Tipikal 7

 Phenothiazine

 Rantai aliphatic : Chlorpromaziene (largactill)

 Rantai piperazine : Pherphenazine (trilafon),trifluoperazine

(stelazine), fluphenazine (anatensol)


17

 Rantai piperidine : Thioridazine (Melleril)

 Butyrophenone : Haloperidol (Haldol, Serenace)

 diphenyl-butyl piperidine : Pimozide(orap)

2. Obat Anti Psikosis Atipikal

o Benzamide : Sulpiride (Dogmatil)

o Dibenzodiazepine : Clozapine (clozaril), olanzapine (zyprexa),

quetiapine (seroquel), zotepine (Lodopin).

o Benzisoxazole : Risperidon (Risperidal), aripiprazole (Ability)

Tabel : 2

SEDIAAN OBAT ANTI-PSIKOSIS dan DOSIS ANJURAN 7

(yang beredar di Indonesia menurut MIMS Edisi 2013/2014)

No Nama Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran


Generik
1. chlorpromazine CHLORPROMAZINE Tab.25-100 300-100 mg/h
(Indofama) mg 50-100 mg (im)
CEPEZET Tab.100 mg Setiap 4-6 jam
(Mersifarma) Ampul 50
mg/2cc
2. Haloperidol HALOPERIDOL Tab.0,5-1,5 5-20 mg/h
(Indofarma) mg
5 mg
DORES (Pyridam) Cap.5 mg
Tab.1,5 mg
SERENACE (Pzimer- Tab.0,5-1,5
Pharmacia mg
5 mg
Liq.2 mg/ml
Amp.5mg/cc 5-10mg(im) dapat
diulang setiap ½
jam (maksimum
20 mg/h)

LODOMER Tab. 2-5 mg


(Mersifarma) Amp.5mg/cc 5-10 mg (im)
Tetes 5-20 mg/h
2mg/ml
HALDOL Amp.50 50 mg(im) setiap
18

DECANOAS mg/cc 2-4 minggu.


(Janssen)

3. Fluphenazine SIKZONOATE Vial 25 12,5-25 mg (im)


decanote (Mersifarma) mg/cc setiap 2-4 jam
4. Trifluoperazine STELAZINE Tab.1-5 mg 15-50 mg/h
(Pharos)
STELOSIS Tab.5mg
(Mersifarma)
5. Sulpiride DOGMATIL FORTE Amp.100 3-6 Amp/h (im)
(Delagrange) mg/2cc
Tab.200mg 300-600mg/h

6. Paliperidone INVEGA (Janssen) Tab.SL 6mg 6 mg/h


7. Risperidone RISPERIDONE OGB Tab.1-2-3 2-8 mg/h
MERSI (Mersifarma) mg
RESPERIDONE OGB Tab.2mg
DEXA (Dexamedika)
RISPERDAL Tab.1-2-3
(Janssen) mg
RIPERDAL CONSTA 25-50 mg (im)
Setiap 2 minggu
Vial 25 mg/h
NERIPROS (Pharos) 50 mg/h
PERSIDAL
(Mersifarma) Tab.1-2-3
NODIRIL (Actavis) mg
NOPRENIA (Novell Tetes 1
Pharma) mg/ml
ZOFREDAL (Kalbe Tab.1-2 mg
Farma) Tab.1-2-3
mg

Tab.1-2-3
mg

8. Clozapine CLOZARIL Tab.25-100 150-600 mg/h


(Novartis) mg
CLOPINE Tab.25-100
(Ikapharmindo) mg
CLORILEX Tab.25-100
(Mersifarma) mg
CLOZAPINE OGB Tab.25-100
MERSI (Mersifarma) mg
LUFTEN (Pharos) Tab.25-100
19

mg

9. Quetiapine SEROQUEL (Astra Tab.IR: 25- 300-800 mg/h


Zeneca) 100-200-300
mg
Tab.XR: 50-
300-400 mg
10. Olanzapine ZIPREXA (Eli Lilly) Tab. 5-10 mg 10-30 mg/h
Vial 10 mg/h Dapat diulang
(im) setiap 2 jam
Tab. Zydis 5- (maksimal 30
10 mg mg/h)
REMITAL (Pharos) Tab. 5-10 mg
OLANDOZ (Sandoz) Tab. 5-10 mg
ONZAOIN (Actavis) Tab. 5-10 mg
11. Zotepine LODOPIN (Kalbe Tab.25-50mg 75-150 mg/h
Farma)
12. Aripiprazole ABILIFY (Otsuka) Tab. 5-10-15 10-30 mg/h
mg
Tab. Dosis 1x30 mg/h
Discomet 10-
15 mg
Vial 9,75 7,50 mg/ml (im)
mg/1,3 ml Dapat diuangi
Tetes setiap 2 jam
1mg/ml (maksimal 29,25
mg/h)
1 ml = 20
tetes

1.11 Prognosis

Tabel : 3 Diagnosis Baik dan Buruk Skizofrenia5


Prognosis Baik Prognosis Buruk
Awitan lama Awitan muda
Ada factor presipitasi yang jelas Tidak ada factor presipitasi
Awitan akut Awitan insidious
Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan Riwayat sosial, sekual , dan pekerjaan
pramorbid baik gejala gangguan mood pramorbid buruk
(terutama gangguan depresi menikah ) Perilaku autistic, menarik diri
Riwayat keluarga dengan gangguan mood Lajang, bercerai, atau menjanda/duda
System pendukung baik Riwayat keluarga skizofrenia
Gejala positif System pendukung buruk
20

Gejala negative
Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal tanpa remisi
dalam 3 tahun
Berulang kali relaps
Riwayat melakukan tindakan penyerangan.
21

BAB II

LAPORAN KASUS

Pemeriksaan mulai dilakukan pada Tanggal 05 September 2016 pada

pukul 13.00 WIB di Ruang Rawat Jiwa RSUD Datu Beru Takengon, sampai

Tanggal 16 September 2016. Sumber anamnesis : autoanamnesis dan

alloanamnesis.

KETERANGAN PRIBADI PASIEN

Nama : Salman

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat dan Tanggal Lahir : Bale redelung, 01-10-1965

Status Perkawinan : Belum Menikah

Bangsa : Indonesia

Suku : Gayo

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan :-

Alamat dan Telepon : Juraini, 0852 6041 4352

Pernah masuk ke RS dengan keluhan

yang sama atau berbeda : Pernah berulang kali masuk ke rumah

sakit jiwa dengan keluham yang sama

sejak 20 tahun yang lalu.


22

KETERANGAN DIRI ALLO / INFORMAN

Alloanamnesis dengan Adik pasien pada tanggal 12 september 2016 via Telepon.

Nama : Juraini

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 46 tahun

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SD

Alamat dan Telepon : bale simp.3

Hubungan dengan pasien : Adik kandung

Keakraban dengan pasien : Akrab

Sudah berapa lama mengenal pasien : Sejak pasien lahir

Kesan pemeriksa / dokter terhadap

keterangan yang diberikannya : Bisa dipercaya

I. Anamnesis

Keterangan / anamnesis diperoleh dari Informan (alloanamnesis)

1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan (RSJ Datu Beru) atas keinginan

Keluarga

2. Sebab utama pasien dibawa ke RSJ adalah sering tertawa sendiri, marah

tiba-tiba, suka memukul orang tuanya,serta pendiam dan meyendiri.

3. Keluhan utama (Chief Complaint) pasien dan telah berapa lama

keadaan ini berlangsung

Os sering tertawa sendiri, marah tiba-tiba, suka memukul orang tuanya, serta

pendiam dan menyendiri.


23

4. Riwayat perjalanan penyakit sekarang ini

Os datang dengan keluhan suka ketawa tiba-tiba, marah tiba-tiba, hingga

memukul orang tua os, serta pendiam dan menyendiri. Keluhan ini dirasakan

skitar 20 tahun yang lalu. Os sudah sering dirawat dan setahun belakang

keluar dan masuk lagi dalam 1 bulan terakhir akibat memukul ibu os. Os

selama ini mengkonsumsi obat dari puskesmas yaitu chlopromazine 100 mg,

haloperidol 5 mg, danTriheksifenidil 2 mg.

5. Riwayat penyakit sebelumnya

Os pernah mengalami gangguan jiwa dengan keluhan yang sama sejak 20

tahun yang lalu, dimana os pertama kali terlihat pendiam dan menyendiri,

ketawa tiba-tiba, memutar pergelangan tangan, marah-marah serta memukul

orang tua os, hal ini tidak diketahui penyebabnya.

6. Riwayat Keluarga OS

a. Identitas orang tua / pengganti

Identitas Orang tua / pengganti

Ibu Adik
Nama

Bangsa Indonesia Indonesia

Suku Gayo Gayo

Agama Islam Islam

Pendidikan SD SD

Pekerjaan - Tani

Umur 90 Tahun 46 Tahun


Alamat Bale simp.3 Bale simp.3
Hubungan
Akrab Akrab
OS
Dan Lain- - -
24

lain

b. Kepribadian

Kepribadian Bapak Salman dijelaskan oleh kakak kandung os bahwa beliau

bersifat pendiam dan sangat peduli terhadap anak-anaknya.

Kepribadian Ibu Salman dijelaskan oleh kakak kandung os bahwa ia

bersifat pemarah tapi baik.

c. OS bersaudara 6 orang dan OS anak ke 4 .

d. Urutan bersaudara
1. Laki-laki (<60 Tahun)
2. Laki-laki (<60 Tahun)
3. Perempuan (<60 Tahun)
4. Laki-laki ( Os sendiri 51 Tahun)
5. Perempuan (<50 Tahun)
6. Perempuan (<50 Tahun)
e. Gambaran kepribadian masing-masing saudar

Saudara Gambaran Kepribadian Hubungan dengan saudara


ke
1 baik akrab
2 biasa biasa
3 baik akrab
4 Os sendiri Os sendiri
5 baik akrab
6 baik akrab

f. Orang lain yang tinggal dirumah OS

No Status OS Gambaran Hubungan OS


Dengannya Kepribadian dengannya
1 Ibu os pemarah baik
25

OS tinggal bersama ibu os

g. Riwayat penyakit jiwa kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik (yang ada

kaitannya dengan gangguan jiwa) pada keluarga OS

Anggota Penyakit Jiwa Kebiasaan- Penyakit fisik


Keluarga kebiasaan
Bapak Tidak ada pendiam Tidak ada
Ibu Tidak ada Pemarah DM
Saudara 1 Tidak ada Tidak ada Tidak ada
2 Ada Suka tertawa Tidak ada
sendiri, jalan jauh
sendiri,mudah
tersinggung
3 Tidak ada Tidak ada Tidak ada
4 Os sendiri Marah-marah Tidak ada
sampai memukul
orang tua,
memutar
pergelangan
tangannya
5 Tidak ada Tidak ada Tidak ada
6 Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Nenek Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kakek Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Dan Lain-lain Tidak ada Tidak ada Tidak ada
h. Riwayat Tempat tinggal yang pernah ditinggali OS

Keadaan Rumah
Rumah
No Tempat Tak
tinggal Tenang Cocok Nyaman
Menentu

1 Bale simp.3 - - - Ya

7. Gambaran seluruh faktor-faktor fisik dan mental yang bersangkut

paut dengan perkembangan kejiwaan OS selama masa sebelum sakit

(pra morbid) yang meliputi :

a. Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan :


26

 Keadaan ibu saat hamil :

a.1.) Kesehatan fisik : Baik

a.2.) Kesehatan Mental : Baik

 Keadaan melahirkan : Aterm dan lahir normal

 OS anak yang diinginkan

b. Riwayat masa bayi dan kanak-kanak

Pertumbuhan Fisik : Baik

Minum ASI : 0 sampai usia 2 tahun

Usia mulai bicara : 1 tahun 3 bulan

Usia mulai berjalan : 1 tahun 4 bulan

c. Simptom-simptom sehubungan dengan problem perilaku yang

dijumpai pada masa kanak-kanak adalah ngompol.

d. Toilet training

Umur : 3 tahun

Tingkah laku orang tua : mengajarkan

Perasaan terhadap hal ini : Biasa

e. Kesehatan fisik masa kanak-kanak : tidak ada

f. Kepribadian serta temperamen sewaktu anak-anak adalah suka

bergaul dan suka berolahraga.

g. Masa Sekolah

Perihal SD SMP SMA PT


Umur 7-12 tahun 13-15 tahun - -
Prestasi Sedang sedang - -
Aktivitas
sedang sedang - -
Sekolah
Sikap
Sedang sedang - -
terhadap
27

teman
Sikap
Sedang sedang - -
terhadap guru
Kemampuan
Tidak ada Tidak ada - -
khusus
Tingkah Laku baik baik - -

h. Masa Remaja

Mulai pendiam dan menyendiri

i. Riwayat Pekerjaan

Os tidak pernah melakukan pekerjaan

Keadaan ekonomi : tidak ada

Konflik dengan pekerjaan : tidak ada

j. Percintaan, perkawinan, kehidupan seksual dan rumah tangga :

Usia haid pertama (-) tahun, tanggapan tentang haid pertama sudah /

belum tahu, usia hubungan seksual pertama kali sebelum menikah (-)

tahun.

OS belum menikah dan OS adalah laki-laki.

Keterangan pribadi dari suami / isteri :

Nama :- Umur :-

Bangsa / suku : - Agama :-

Pendidikan :- Pekerjaan :-

OS belum menikah

k. Situasi sosial saat ini

1. Tempat tinggal : Rumah ibu os

2. Polusi lingkungan ramai


28

1. Perihal anak-anak OS meliputi

Kesehatan Sikap OS
Ke
No Kelamin Umur Pendidikan Fisik Mental pada
pribadian
anak
1 - - - - - - -
2 - - - - - - -
3 - - - - - - -
OS belum menikah

8. Stressor Psikososial : tidak ada

9. Riwayat penyakit fisik tidak ada

10. OS pernah suicide : tidak ada

11. Tidak pernah berhubungan dengan polisi/ penegak hokum lainnya.

12. Pasien tidak pernah menggunakan alkohol / obat bius / zat addiktif lainnya.

II. Pemeriksaan Psikiatri Khusus

A. Gambaran Umum :

1. Penampilan

Sikap tubuh : biasa

Cara berpakaian : biasa

Kesehatan fisik : sehat

2. Tingkah laku dan aktifitas Psikomotor

Cara berjalan : Biasa

3. Sikap terhadap pemeriksa

Kooperatif

B. Pembicaraan dan fragmen pembicaraan :

Arus pembicaraan : biasa

Produktifitas : biasa

Perbendaharaan bahasa : sedikit


29

Isi pembicaraan : sesuai

C. Afek, Mood, dan Emosi lainnya

1. Afek : tumpul

2. Mood : disforik

3. Emosi lainnya : tidak ada

D. Pikiran

Gangguan Bentuk

1. Umum : RTA terganggu (+), Psikosis (-), autistik thinking (+)

2. Spesifik : (-)

Gangguan isi : miskin isi (+)

E. Persepsi :

Halusinasi : (-)

Ilusi : (-)

Depersonalisasi (-), Derealisasi (-)

F. Mimpi dan Fantasi

Mimpi : Tidak ada

Fantasi : Tidak ada

G. Sensorium

1. Alertnes : Compos Mentis

2. Orientasi : gangguan orientasi waktu (-)

gangguan orientasi tempat (-)

gangguan orientasi personal (-)

Konsentrasi dan kalkulasi : terganggu


30

3. Memori

 gangguan memori jauh (-)

 gangguan memori agak lama (-)

 gangguan memori baru saja (-)

 gangguan memori segera (-)

4. Pengetahuan umum : terganggu

5. Pikiran Abstrak : terganggu

H. Insight : 4 (pasien mengaku sakit dan sedang dirawat dirumah sakit, tetapi

pasien tidak mengetahui penyebab sakitnya).

I. Judgement :

Judgment sosial :baik

Judgment Test : baik

Kemampuan mengendalikan rangsang dalam diri sendiri : baik

III. Pemeriksaan Internal

Tidak dilakukan

IV. Pemeriksaan Neurologik

Tidak dilakukan

V. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik khusus lainnya

Tidak dilakukan

VI. Pemeriksaan oleh psikolog / petugas sosial dan lain-lain

Tidak dilakukan

VII. Resume

Seorang pasien laki-laki bernama Salman usia 51 tahun belum menikah

dibawah oleh keluaganya ke RSJ Datu Beru Takengon dengan sebab sering
31

tertawa-tawa sendiri, marah-marah hingga memukul orang tua korban, os juga

pendiam dan menyendiri, hal ini dirasakan sekitar 20 tahun yang lalu. Os

sebelumnya sudah pernah dibawa kerumah sakit dan dirawat berulang kali di RSJ

Zainal abidin dan keluar setahun belakangan serta masuk kembali di RSJ datu

beru satu bulan yang lalu akibat memukul orang tua os. Os selama ini

mengkonsumsi obat dari puskesmas yaitu chlopromazine 100 mg, haloperidol 5

mg, danTriheksifenidil 2 mg. (menurut informan)

Dalam keluarga os dan abang os menderita penyakit jiwa sedangkan

keluarga os yang lain tidak terdapat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan

penyakit fisik. Os tidak berpindah-pindah tempat, Os hanya tinggal di satu tempat

yaitu di Bale simpang 3 bersama ibunya dari lahir os sudah tinggal disitu. Os

sering pergi kerumah adiknya untuk makan ataupun hanya sekedar duduk, dalam

sehari os bisa sampai 20 kali bolak-balik ke rumah adik os, sikap os tetap saja

menyendiri tetapi bila os ada rejeki os membelikan makanan dan memberikan duit

jajan buat keponaan os.

Keadaan fisik dan mental ibu saat hamil os baik, keadaan saat ibu

melahirkan os aterm dan os anak yang diinginkan. Riwayat pada masa bayi dan

kanak-kanak dengan pertumbuhan fisik yang baik, minum ASI dimulai dari lahir

sampai usia 2 tahun, usia mulai berbicara 2 tahun 6 bulan dan usia mulai berjalan

7 tahun. Terdapatnya simptom-simptom sehubungan dengan problem perilaku

yaitu os sering ngompol. Toilet training pada usia 7 tahun. Kepribadian os

seorang yang pendiam dan suka menyendiri. Os hanya menyelesaikan pendidikan

di sekolah menengah pertama (SMP). Untuk prestasi sedang, Aktivitas sekolah

sedang, Sikap terhadap guru baik, Sikap terhadap teman sedang dan pasien tidak
32

memiliki kemampuan khusus. Tingkah laku os saat remaja biasa saja tetapi os

dulu pernah dipukulin kepalanya oleh teman sekolahnya hingga berdarah. Os

tidak pernah bekerja , Os belum menikah, Os tidak pernah berhubungan dengan

hukum dan polisi. Pasien tidak pernah menggunakan alkohol/ obat bius/ zat

addiktif lannya.

Pemeriksaan psikiatri khusus didapatkan dari penampilan sikap tubuh yang

biasa, cara berpakain biasa, kesehatan fisik sehat, tingkah laku dan psikomotor

biasa. Sikap terhadap pemeriksa kooperatif. Pembicaraan dan fragmen

pembicaraan: Arus pembicaraan biasa, produktifitas biasa, pembendaharaan

bahasa sedikit, isi pembicaraan sesuai. Afek didapatkan tumpul, mood disforik,

emosi lainnya tidak ada. Pikiran didapatkan gangguan bentuk yang umum adalah

psikosis(-), RTA terganggu (+), autistik thinking (+), sedangkan spesifik tidak ada

dan gangguan isi dijumpai miskin isi. Persepsi: halusinasi(-), Ilusi(-),

depersonalisasi(-), derealisasi(-), mimpi dan fantasi tidak ada. Pemeriksaan

sesorium didapatkan kesadaran kcmpos mentis, orientasi baik, konsentrasi

terganggu, memori lama (+) menengah (+) terganggu, pengetahuan umum

terganggu, pikiran abstrak terganggu. Insight derajat 1I dan judgment social

maupun tes baik. Kemampuan untuk mengendalikan rangsang diri dalam diri

sendiri baik.

VIII. Diagnosis Banding

1. Skizoafektif

Bukan skizoafektif karena skizoafektif itu ditandai dengan adanya gejala

skizofrenia dan afektif yang selalu menonjol secara bersamaan.


33

Sedangkan pasien kadangkala tidak menunjukan gejala afektif yang

menonjol bersamaan dengan gejala skizofrenia.

2. Skizofrenia paranoid

Bukan skizofrenia paranoid. Pada pasien tidak menunjukan gejla

halusinasi dan waham namun pasien juga suka berbicara kacau dimana

hal itu tidak termasuk dalam kriteria skizofrenia paranoid, sehingga saya

memasukannya ke gejala skizofrenia tak terinci.

3. Skizofrenia Herbefrenik

Bukan skizofrenia heberfrenik karena pasien tidak bersifat seperti anak-

anak. Pasien juga tidak pernah terlihat tertawa sendiri atau cecekikikan.

4. Skizfrenia Katatonik

Pasien tidak pernah menunjukan keanehan pada motoriknya.

IX. Diagnosis

Aksis I : Skizofrenia Tak Terinci


Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Tidak ada diagnosis
Aksis V : GAF Scale 40-31
X. Prognosis
Prognosis Buruk
1. Awitan tua ( 51 Tahun)
2. Belum menikah/lajang.
3. Prilaku autistic, menarik diri.
4. Riwayat keluarga dengan skizofrenia.
5. Berulang kali relaps (>10 x).
6. Gejala negatif : os miskis bicara, kurang motivasi.
34

XI. Terapi

Tabel Farmakologi dan Non-farmakologi :

Farmakologi
Persidal 2 mg 2x1
Hexymer 2 mg 2x1
Asam folat 2x1

Terapi Non-Farmakologi

Terapi Edukasi

 Menjelaskan tentang penyakit pasien

 Menganjurkan OS untuk rutin minum obat

 Menjelaskan kepada pasien tentang pentingnya perawatan diri

 Dukungan dan kasih sayang keluarga

 Mengingatkan keluarga untuk rajin kontrol keadaan pasien


35

BAB III

KESIMPULAN

Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis berbagai keadaan psikopatologis

yang sangat mengganggu, melibatkan proses pikir, emosi, persepsi, dan tingkah

laku dengan insidensi pada pria lebih besar dari pada wanita. Skizofrenia terkait

dengan stres, gangguan neurobiologis yang ditandai dengan gangguan pikiran.

Data menunjukkan bahwa 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia.

Skizofrenia lebih sering terjadi pada populasi urban dan pada kelompok sosial

ekonomi rendah.

Skizofrenia adalah gangguan mental atau kelompok gangguan mental

heterogen (skizofrenia atau gangguan skizofrenik) yang terdiri dari sebagian besar

gangguan psikotik mayor dan ditandai dengan terganggunya bentuk dan isi

pikiran (melonggarnya asosiasi, waham dan halusinasi, mood (afek tumpuk, datar,

atau tidak sesuai), sensasi-diri sendiri dan hubungan dengan dunia luar (hilangnya

batas-batas ego, pemikiran dereistik, dan penarikan-diri autistik), dan perilaku

(aneh, tampak tak ada tujuan, dan aktivitas stereotip).

Etiologi skizofrenia meliputi genetik, biokimia, dan biologi. Terdapat

beberapa klasifikasi pada skizofrenia, yaitu : Skizofrenia Paranoid, Skizofrenia

Hebefrenik, Skizofrenia Katatonik, Skizofrenia tak terinci, Depresi Pasca-

Skizofrenia, Skizofrenia Residual, Skizofrenia Simpleks, Skizofrenia Lainnya dan

Skizofrenia YTT.

Tanda dan gejala dari skizofrenia ada positif dan negatif. Diagnosa

Banding dari skizofrenia paranoi adalah skizofrenia herbefrenik, skizofrenia


36

katatonik, gangguan psikotik Lir-skizofrenia, gangguan waham, dan gangguan

psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofrenia.

Skizofrenia memerlukan terapi pemberian antipsikotik dalam jangka

waktu yang cukup lama, sehingga sangat mungkin dalam proses pengobatan dapat

ditermukan permasalahn dalam penggunaan antipsikotik. Beberapa jurnal ilmiah

menyatakan hubungan antara penggunaan antipsikotik terutama antipsikotik

atipikal dengan efek samping metabolik pada tingkat yang bervariasi dari

penambahan berat badan, dislipedemi dan resiko terhadap diabetes tipe 2.

Perubahan fisik seperti berat badan, perubahan kadar kolesterol maupun gula

darah bisa menjadi indikasi efek samping metabolik pada pasien yang diobati

dengan antipsikotik ini. Sejumlah studi telah menunujukan bahwa selama periode

5 sampai 10 tahun setelah rawat inap psikiatrik yang pertama untuk skizofrenia,

hanya sekitar 10 sampai 20 persen pasien yang dapat dideskripsikan memiliki

hasil akhir yang baik. Lebih dari 50 persen pasien dapat digambarkan memiliki

hasil akhir yang buruk.

Вам также может понравиться