Вы находитесь на странице: 1из 3

http://geoenviron.blogspot.co.id/2011/05/geomorfologi-pulau-jawa.

html

3. Jawa Barat
 Morfologi jawa barat terbagi menjadi tiga zone antara lain :
a. Zona Selatan
Zona Selatan merupakan jalur yang bersambung dan luas, berawal dari Nusa Kambangan sebelah timur ke pelabuhan
Ratu di sebelah barat yang terakhir dibatasi oleh laut yang dalam dari samudera Hindia. Zona Selatan terdiri dari :
- Plato Jampang
Plato Jampang memiliki dip ke Selatan dengan escarpment di sebelah utaranya.. Pada Plato Jampang ini terdapat cliff
yang sangat mencolok karena proses pengangkatan. Pada sudut barat daya sisa-sisa dari endapan tanggul yang
terangkat ditemukan Duyfjespada “Platform” bawah yang menunjukan penurunan sementara ke bawah permukaan
laut. Daerah ini mempunyai keistimewaan berupa pola lembah yang sejajar dengan garis pantai. Pola lembah tersebut
terjadi karena alur sungai yang mengalir sejajar dengan garis pantai diantara tanggul pantai yang belum terjadi
pengangkatan. Di dekat batas bagian utara daerah ini terangkat dengan ketinggian kurang lebih 700 meter dan tanggul
pantai bagian dalam terangkat sampai 400 meter. Di daerah-daerah pada permukaan Lengkong terdapat bukit-bukit
yang menonjol tinggi. Jalur yang mencolok dari bukit-bukit tersebut memotong Plato secara miring yang terletak di
sebelah selatan Cikaso Udik sampai Cibuni.
- Plato Rongga
Plato Rongga terletak di sebelah timur gunung Malang. Plato ini dipnya merupakan “Flexur” tidak teratur berarah ke
dataran Bandung dan sisi tenggaranya dibatasi oleh massa intrusi yang lebih tinggi yaitu gunung Cillin. Jauh ke timur
seluruh escarpment besar dari zona selatan ini tertimbun oleh pegunungan muda gunung Malabar, Papandai dan
Cikurai. Plato ini merupakan bagian plato selatan yang sudah tertutup oleh bahan-bahan vulkanis.
- Plato Karangnunggal
Plato ini terletak jauh ke timur dekat dengan Karangnunggal dengan permukaan 350-400 meter di atas permukaan
laut. Di sebelah utaranya terdapat igir yang lebih tinggi. Plato Karangunggal ini jauh lebih rendah, lebih muda dan tidak
diketahui apakah berkaitan dengan Plato Lengkong atau masih lebih muda lagi.
b. Zona Tengah
Ada Persamaan antara zona tengah di Jawa Timur dan di Jawa Barat. Keduanya merupakan depresi jika dibandingkan
terhadap zona disekitarnya dan kedua-duanya merupakan kedudukan dari gunung berapi. Selain persamaan ada
beberapa perbedaaan, yaitu :
• Zona Tengah di Jawa Barat disebut depresi tetapi memiliki kedudukan yang masih tetap tinggi, contoh: Depresi
Bandung mempunyai ketinggian 675 meter di atas permukaan air laut.
• Pada zona tengah Jawa Barat gunung berapi tidak terletak pada garis lurus sepanjang bagian tengah depresi.
• Pada zona tengah Jawa Barat terdapat beberapa igir dari lipatan yang jarang ditemukan di zona tengah Jawa Timur,
dimana keadaanya berganti-ganti dengan depresi.
• Di bagian barat (Banten) yang menunjukan sifat yang berbeda, dimana tidak terdapat depresi, tetapi terdapat komplek
pegunungan yang sedikit demi sedikit merendah menjadi perbukitan yang rendah sampai ke ujung sebelah barat pulau
Jawa.

Zona Tengah Jawa Barat terdiri dari :


- Dataran Tasikmalaya
Gunung Sawal menempati posisi yang terpisah di tengah-tengah zona tengah. Dan kelompok pegunungan
selanjutanya terdapat di sebelah barat dari dataran Tasikmalaya. Pegunungan ini merupakan penghalang utama dalam
menghubungkan dengan zona selatan, dimana hanya terdapat celah sempit yang dipergunakan untuk jalur jalan raya
(Galunggung, Talagabodi Cakrabuana).
- Dataran Garut.
Kota Garut dikelilingi pada semua sisinya oleh gunung berapi, di sebelah selatan gunung Kracak Tua dan gunung
Cikaruai muda yang masih berbentuk kerucut yang teratur dan pada sebelah barat daya, barat dan utara berhubungan
dengan gunung-gunung yang melintang yaitu gunung Papandai, Guntur, Mandalawangi, Calancang.
- Kompleks Pegunungan di Barat Garut.
Gunung yang paling utara ialah gunung Calancang yang tua dan kompleks, dimana sebagian sudah merupakan zone
utara. Pegunungan dibagi menjadi dua golongan yaitu kelompok gunung Takuban Prahu dan Pegunungan Malabar
yang memanjang dari timur ke barat gunung Takuban Prahu di batas utara.
- Lipatan Rajamandala
Di sebelah dataran Bandung terdapat gunung Rajamandala memanjang miring memotong zona tengah dan
menghubungkan antara zona selatan dengan zona utara.
- Dataran Bandung.
Di sepanjang lembah Citarum terdapat tuff air tawar, tanah liat. Daerah ini telah mengalami patahan dan kemudian
terangkat dibeberapa tempat dan tertutup secara tidak konform oleh tuff lakustrin baru.
- Dataran Cianjur - Sukabumi.
Depresi Cianjur telah mengalami penurunan lebih rendah dari dataran Bandung. Bagian yang paling dalam lebih kurang
270 meter di atas permukaan air laut. Ditengah Depresi Cianjur-Sukabumi muncul gunung Gede Panrangro, berupa
gunung kembar.
- Kompleks gunung Gede-Pangrango
Gunung tertua pada daerah ini adalah gunung Pangrango Tua dengan kawahnya yang besar dimana diperdalam
karena proses erosi. Pada sebelah timur terdapat topografi longsoran vulkanis yang khas yang terdiri dari kubah-kubah
tidak beraturan pada dataran rendah.
- Sektor Banten
Bagian paling barat atau sektor Banten dari zona tengah keadaannya berbeda dengan bagian-bagian lainnya dari zona
ini. Sektor Banten terdiri dari daerah pegunungan yang rumit yang dibangun baik oleh intrusi maupun batuan berlapis
dan terkikis kuat dengan lembah-lembah yang dalam.

c. Zona Utara
Zona utara terdiri dari :
- Daerah Lipatan
Di Jawa timur dan Jawa tengah endapan-endapan berjalan terus tanpa gangguan selama pleosen dan pletosen tengah
bagian bawah. Di Jawa Barat endapan-endapan diselingi oleh beberapa lapisan tidak konform, dimana lapisan pleosen
atas dari alas Bojong di Banten serta alas pleosen Ciberang dan kali Glagah diendapkan sebagai endapan laut terakhir.
- Endapan Kipas
Berupa celah yang besar dibagian utara dekat dengan Bogor, dimana melalui celah ini mengalir bahan vulkanis Gede-
Pangrango dan gunung Salak memencar merupakan kipas alluvial mencapai dekat Jakarta. Rangkaian lipatan ke timur
dari celah ini ditutupi oleh endapan vulkanik lain pada permukaan yang lebih tinggi.
- Jalur Peneplain
Di bagian barat celah Bogor terdapat suatu peneplain dengan ciri-ciri khusus yang terdiri dari tuff sedikit terlipat diselingi
oleh massa intrusif yang keras dengan puncak yang datar dan reruntuhan pegunungan tua.
- Gunung Cireme dan Sekitarnya
Gunung Cireme berupa gunung muda endapan vulkanisnya mengalir dan menutupi sebagian besar dari batuan lipatan
lapissan bawahnya yang dibeberapa tempat batuan tadi menonjol dari batuan vulkanik bagian luar. Aliran vulkaniknya
bebas sampai mencapai laut Cirebon. Pada lereng barat daya terdapat reruntuhan dari pegunungan tua. Di selatan
terdapat pegunungan Celancang tua yang menutupi zona utara.

- Kompleks Takuban Prahu.


Kompleks pegunungan Takuban Prahu merupakan pusat peletusan yang terletak di utara Bandung. Bagian yang tua
telah terpotong/ terkoyak oleh beberapa patahan, dan sebagian dari pegunungan ini telah longsor. Pergerakan ini ada
hubungannya dengan pelipatan terakhir dari pegunungan Tambakan. Sebagian lereng selatan telah berbatasan
dengan patahan Lembang, dimana bagian utara dari kompleks ini telah terlempar dan longsor. Dan sisa yang tertinggal
dari pegunungan ini muncul lagi yang muda.
- Kompleks Pegunungan di Banten
Kompleks pegunungan yang besar di barat laut yang agak terpencil berupa komplek pegunungan dengan pusatnya
berupa kaldera. Danau dibagian barat dekat selat Sunda.

 Kondisi Geologis Jawa Barat


a. Zona Selatan
Zona Selatan terdiri dari tiga plato yaitu plato Jampang, Rongga, Karangnunggal. Struktur geologi yang terbentuk pada
Zona Selatan adalah struktur patahan. Kondisi geologisnya yaitu berupa endapan yang luas yaitu meosen atas yang
terdiri dari breksea andesit seri batuan pegunungan Beser. Batuan yang dominan yaitu batuan andesit yang terbentuk
karena proses intrusi magma.
b. Zona Tengah
Zona Tengah merupakan zona depresi dimana banyak terdapat gunung berapi. Batuan yang dominan adalah batuan
beku karena proses erupsi (aktivitas gunung berapi). Dan juga terdapat batuan yang lain berupa batuan piroklastik dan
aliran lava dihasilkan oleh 3 pusat erupsi utama yaitu G. Calancang yang menghasilkan 1 satuan aliran piroklastik, G.
Kendan yang menghasilkan I satuan lava dan G. Mandalawangi yang menghasilkan 5 satuan lava dan 1 satuan jatuhan
piroklastik.
Struktur geologi yang terbentuk adalah struktur sesar yang menunjukkan pola struktur dengan arch barat laut -
tenggara. Terbentuknya struktur sesar sebagai akibat adanya aktivitas tektonik. Kegiatan magmatis yang berlanjut
hingga Pleistosen Akhir menimbulkan gejala alterasi pada endapan volkanik yang berumur lebih tua yaitu Satuan Lava
Pr. Citiis dan Satuan Lava Mandalawangi I.
c. Zona Utara
Struktur geologi yang terbentuk pada zone utara adalah struktur lipatan. Pada beberapa tempat seperti gunung
Tampomas dan sungai Cimanuk, dimana zona selatan telah diratakan dan membentuk plato dan memiliki hubungan
dengan pegunungan tua dan alas Tambakan. Di Zona sebelah luar dimana batuan Tambakan yang keras tidak ada,
riliefnya telah menjadi rata dengan sisa-sisa bukit rendah menonjol di atas dataran alluvial dan akhirnya dipping di
bawah lapisan-lapisan alluvial.
Gunung Ciremai termasuk gunungapi Kuarter aktif, tipe A (yakni, gunungapi magmatik yang masih aktif semenjak
tahun 1600), dan berbentuk strato. Gunung ini merupakan gunungapi soliter, yang dipisahkan oleh Zona Sesar Cilacap
– Kuningan dari kelompok gunungapi Jawa Barat bagian timur (yakni deretan Gunung Galunggung, Gunung Guntur,
Gunung Papandayan, Gunung Patuha hingga Gunung Tangkuban Perahu) yang terletak pada Zona Bandung.
Ciremai merupakan gunungapi generasi ketiga. Generasi pertama ialah suatu gunungapi Plistosen yang terletak di
sebelah G. Ciremai, sebagai lanjutan vulkanisma Plio-Plistosen di atas batuan Tersier. Vulkanisma generasi kedua
adalah Gunung Gegerhalang, yang sebelum runtuh membentuk Kaldera Gegerhalang. Dan vulkanisma generasi ketiga
pada kala Holosen berupa G. Ciremai yang tumbuh di sisi utara Kaldera Gegerhalang, yang diperkirakan terjadi pada
sekitar 7.000 tahun yang lalu (Situmorang 1991).
Letusan G. Ciremai tercatat sejak 1698 dan terakhir kali terjadi tahun 1937 dengan selang waktu istirahat terpendek 3
tahun dan terpanjang 112 tahun. Tiga letusan 1772, 1775 dan 1805 terjadi di kawah pusat tetapi tidak menimbulkan
kerusakan yang berarti. Letusan uap belerang serta tembusan fumarola baru di dinding kawah pusat terjadi tahun 1917
dan 1924. Pada 24 Juni 1937 – 7 Januari 1938 terjadi letusan freatik di kawah pusat dan celah radial. Sebaran abu
mencapai daerah seluas 52,500 km bujursangkar (Kusumadinata, 1971). Pada tahun 1947, 1955 dan 1973 terjadi
gempa tektonik yang melanda daerah baratdaya G. Ciremai, yang diduga berkaitan dengan struktur sesar berarah
tenggara – barat laut. Kejadian gempa yang merusak sejumlah bangunan di daerah Maja dan Talaga sebelah barat G.
Ciremai terjadi tahun 1990 dan tahun 2001. Getarannya terasa hingga Desa Cilimus di timur G. Ciremai.

Вам также может понравиться