Вы находитесь на странице: 1из 5

Patofisiologi

Perjalanan SIRS dijelaskan menurut teori yang dikembangkan oleh Bone dalam
beberapa tahap.
Tahap I
Respon inflamasi sistemik didahului oleh suatu penyebab, misalnya luka bakar atau
trauma berat lainnya. Kerusakan lokal merangsang pelepasan berbagai mediator pro-inflamasi
seperti sitokin; yang selain membangkitkan respon inflamasi juga berperan pada proses
penyembuhan luka dan mengerahkan sel-sel retikuloendotelial. Sitokin adalah pembawa pesan
fisiologik dari respon inflamasi. Molekul utamanya meliputi Tumor Necrotizing Factor
(TNFα), interleukin (IL1, IL6), interferon, Colony Stimulating Factor (CSF), dan lain-lain.
Efektor selular respon inflamasi adalah sel-sel PMN, monosit, makrofag, dan sel-sel endotel.
Sel-sel untuk sitokin dan mediator inflamasi sekunder seperti prostaglandin, leukotrien,
thromboxane, Platelet Activating Factor (PAF), radikal bebas, oksida nitrit, dan protease.
Endotel teraktivasi dan lingkungan yang kaya sitokin mengaktifkan kaskade koagulasi
sehingga terjadi trombosis lokal. Hal ini mengurangi kehilangan darah melalui luka, namun
disamping itu timbul efek pembatasan (walling off) jaringan cedera sehingga secara fisiologik
daerah inflamasi terisolasi.
Tahap II
Sejumlah kecil sitokin yang dilepaskan ke dalam sirkulasi justru meningkatkan respon
lokal. Terjadi pergerakan makrofag, trombosit dan stimulasi produksi faktor pertumbuhan
(Growth Factor/GF). Selanjutnya dimulailah respon fase akut yang terkontrol secara simultan
melalui penurunan kadar mediator proinflamasi dan pelepasan antagonis endogen (antagonis
reseptor IL1 dan mediator-mediator anti-inflamasi lain seperti IL4, IL10, IL11, reseptor terlarut
TNF (Transforming Growth Factor/TGF). Dengan demikian mediator-mediator tersebut
menjaga respon inflamasi awal yang dikendalikan dengan baik oleh down regulating cytokine
production dan efek antagonis terhadap sitokin yang telah dilepaskan. Keadaan ini berlangsung
hingga homeostasis terjaga.
Tahap III
Jika homeostasis tidak dapat dikembalikan, berkembang tahap III (SIRS); terjadi reaksi
sistemik masif. Efek predominan dari sitokin berubah menjadi destruktif. Sirkulasi dibanjiri
mediator-mediator inflamasi sehingga integritas dinding kapiler rusak. Sitokin merambah ke
dalam berbagai organ dan mengakibatkan kerusakan. Respon destruktif regional dan sistemik
(terjadi peningkatan vasodilatasi perifer, gangguan permeabilitas mikrovaskular, akselerasi
trombosis mikrovaskular, aktivasi sel leukosit-endotel) yang mengakibatkan perubahan-
perubahan patologik di berbagai organ. Jika reaksi inflamasi tidak dapat dikendalikan, terjadi
syok septik, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC), ARDS, MODS, dan kematian.
MODS merupakan bagian akhir dari spektrum klinis SIRS. Pada pasien luka bakar
dapat dijumpai secara kasar 30% kasus mengalami MODS. Ada 3 teori yang menjelaskan
timbulnya SIRS, MODS dan sepsis; yang mana ketiganya terjadi secara simultan.
Teori pertama menyebutkan bahwa syok yang terjadi menyebabkan penurunan
penurunan sirkulasi di daerah splangnikus, perfusi ke jaringan usus terganggu menyebabkan
disrupsi mukosa saluran cerna. Disrupsi mukosa menyebakan fungsi mukosa sebagai barrier
berkurang/hilang, dan mempermudah terjadinya translokasi bakteri. Bakteri yang mengalami
translokasi umumnya flora normal usus yang bersifat komensal, berubah menjadi oportunistik;
khususnya akibat perubahan suasana di dalam lumen usus (puasa, pemberian antasida dan
beberapa jenis antibiotika). Selain kehilangan fungsi sebagai barrier terhadap kuman, daya
imunitas juga berkurang (kulit, mukosa), sehingga mudah dirusak oleh toksin yang berasal dari
kuman (endo atau enterotoksin). Pada kondisi disrupsi, bila pasien dipuasakan, maka proses
degenerasi mukosa justru berlanjut menjadi atrofi mukosa usus yang dapat memperberat
keadaan.
Gangguan sirkulasi ke berbagai organ menyebabkan kondisi-kondisi yang memicu
SIRS. Gangguan sirkulasi serebral menyebabkan disfungsi karena gangguan sistem
autoregulasi serebral yang memberi dampak sistemik (ensefelopati). Gangguan sirkulasi ke
ginjal menyebabkan iskemi ginjal khususnya tubulus berlanjut dengan Acute Tubular Necrosis
(ATN) yang berakhir dengan gagal ginjal (Acute Renal Failure/ARF). Gangguan sirkulasi
perifer menyebabkan iskemi otot-otot dengan dampak pemecahan glikoprotein yang
meningkatkan produksi Nitric Oxide (NO); NO ini berperan sebagai modulator sepsis.
Gangguan sirkulasi ke kulit dan sitem integumen menyebabkan terutama gangguan sistim
imun; karena penurunan produksi limfosit dan penurunan fungsi barrier kulit.
Teori kedua menjelaskan pelepasan Lipid Protein Complex (LPC) yang sebelumnya
dikenal dengan burn toxin dari jaringan nekrosis akibat cedera termis. LPC memiliki toksisitas
ribuan kali di atas endotoksin dalam merangsang pelepasan mediator pro-inflamasi; namun
pelepasan LPC ini tidak ada hubungannya dengan infeksi. Respon yang timbul mulanya
bersifat lokal, terbatas pada daerah cedera; kemudian berkembang menjadi suatu bentuk respon
sistemik.
Teori ketiga menjelaskan kekacauan sistem metabolisme (hipometabolik pada fase akut
dilanjutkan hipermetabolik pada fase selanjutnya) yang menguras seluruh modalitas tubuh
khususnya sistim imunologi. Mediator-mediator pro-inflamasi yang dilepas ke sirkulasi
sebagai respon terhadap suatu cedera tidak hanya menyerang benda asing atau toksin yang ada;
tetapi juga menimbulkan kerusakan pada jaringan organ sistemik. Kondisi ini dimungkinkan
karena luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang bersifat imunosupresif.

Pendahuluan
SIRS adalah suatu bentuk respon klinik yang bersifat sistemik terhadap berbagai
stimulus klinik berat akibat infeksi ataupun noninfeksi seperti trauma, luka bakar, reaksi
autoimun, sirosis, pankreatitis, dll.
Respon ini merupakan dampak dari pelepasan mediator-mediator inflamasi
(proinflamasi) yang mulanya bersifat fisiologik dalam proses penyembuhan luka, namun oleh
karena pengaruh beberapa faktor predisposisi dan faktor pencetus, respon ini berubah secara
berlebihan (mengalami eksagregasi) dan menyebabkan kerusakan pada organ-organ sistemik,
menyebabkan disfungsi dan berakhir dengan kegagalan organ terkena menjalankan fungsinya;
MODS (Multi-system Organ Disfunction Syndrome) bahkan sampai kegagalan berbagai organ
(Multi-system Organ Failure/MOF).
SIRS dan MODS merupakan penyebab utama tingginya angka mortalitas pada pasien
luka bakar maupun trauma berat lainnya. Dalam penelitian dilaporkan SIRS dan MODS
keduanya menjadi penyebab 81% kematian pasca trauma; dan dapat dibuktikan pula bahwa
SIRS sendiri mengantarkan pasien pada MODS.
Ada 5 hal yang bisa menjadi aktivator timbulnya SIRS, yaitu infection, injury,
inflamation, inadequate blood flow, dan ischemia-reperfusion injury. Kriteria klinik yang
digunakan, mengikuti hasil konsensus American College of Chest phycisians dan the Society
of Critical Care Medicine tahun 1991, yaitu bila dijumpai 2 atau lebih menifestasi berikut
selama beberapa hari, yaitu:
- Hipertermia (suhu > 38°C) atau hipotermia (suhu < 36°C)
- Takikardi (frekuensi nadi > 90x/menit)
- Takipneu (frekuensi nafas > 20x/menit) atau tekanan parsial CO2 rendah (PaCO2 < 32
mmHg)
- Leukositosis (jumlah lekosit > 12.000 sel/mm3), leukopeni (< 4000 sel/mm3) atau
dijumpai > 10% netrofil dalam bentuk imatur (band).
Bila diperoleh bukti bahwa infeksi sebagai penyebab (dari hasil kultur
darah/bakteremia), maka SIRS disebut sebagai sepsis. SIRS akan selalu berkaitan dengan
MODS karena MODS merupakan akhir dari SIRS.
Pada dasarnya MODS adalah kumpulan gejala dengan adanya gangguan fungsi organ
pada pasien akut sedemikian rupa, sehingga homeostasis tidak dapat dipertahankan tanpa
intervensi. Bila ditelusuri lebih lanjut, SIRS sebagai suatu proses yang berkesinambungan
sehingga dapat dimengerti bahwa MODS menggambarkan kondisi lebih berat dan merupakan
bagian akhir dari spektrum keadaan yang berawal dari SIRS.

Tatalaksana
Penatalaksanaan luka bakar bersifat lebih agresif dan bertujuan mencegah
perkembangan SIRS, MODS, dan sepsis.
Pemberian Nutrisi Enteral Dini (NED) melalui pipa nasogastrik dalam 8 jam pertama
pasca cedera. Selain bertujuan mencegah terjadinya atrofi mukosa usus, pemberian NED ini
bertitik tolak mencegah dan mengatasi kondisi hipometabolik pada fase akut / syok dan
mengendalikan status hiperkatabolisme yang terjadi pada fase flow. Pemberian antasida dan
antibiotika tidak dibenarkan karena akan merubah pola / habitat kuman yang mengganggu
keseimbangan flora usus.
Jaringan nekrosis maupun jaringan non vital lainnya yang disebabkan cedera termis
harus segera dilakukan nekrotomi dan debridement, dan dilakukan sedini mungkin (eksisi dini,
hari ketiga-keempat pasca cedera luka bakar sedang, hari ketujuh-kedelapan pada luka bakar
berat), bahkan bila memungkinkan dilakukan penutupan segera (immediate skin grafting)
untuk mengatasi berbagai masalah akibat kehilangan kulit sebagai penutup (mencegah
evaporative heat loss yang menimbulkan gangguan metabolisme), barrier terhadap kuman dan
proses inflamasi berkepanjangan yang mempengaruhi proses penyembuhan, tidak menunggu
jaringan granulasi yang dalam hal ini mengulur waktu dan memperberat stres metabolisme.
Pemberian obat-obatan yang bersifat anti inflamasi seperti antihistamin dianggap tidak
bermanfaat. Pemberian steroid sebelumnya dianggap bermanfaat namun harus diingat saat
pemberian serta efek sampingnya.
Pemberian zat yang meningkatkan imunologik seperti Omega-3 akan menjinakkan
leukotrien (LTB4 yang bersifat maligna) dengan cara mempengaruhi lypoxygenase pathway
pada metabolisme asam arakhidonat, sehingga menghasilkan leukotrien yang lebih benigna.
Pemberian Omega-6 memiliki efek pada cyclo-oxygenase pathway asam arakhidonat, sehingga
menghasilkan tromboksan yang lebih benigna menggantikan tromboksan (ThromboxaneA2)
yang bersifat maligna.
Komplikasi
Komplikasi SIRS bervariasi tergantung etiologi. Komplikasi yang mungkin terjadi pada
SIRS adalah gagal napas, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), dan pneumonia
nosokomial, gagal ginjal, perdarahan saluran cerna dan stres gastritis, anemia, Trombosis vena
dalam (Deep Vein Thrombosis/DVT), hiperglikemia, dan Disseminated intravascular
coagulation (DIC)

Вам также может понравиться

  • Laporan Kasus B20 Dengan TB Paru Revised
    Laporan Kasus B20 Dengan TB Paru Revised
    Документ55 страниц
    Laporan Kasus B20 Dengan TB Paru Revised
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • Hiperkes
    Hiperkes
    Документ8 страниц
    Hiperkes
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ2 страницы
    Cover
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • Lapkas Jiwa 1
    Lapkas Jiwa 1
    Документ16 страниц
    Lapkas Jiwa 1
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • Lapsus Sirosis + Pneumonia + Aki
    Lapsus Sirosis + Pneumonia + Aki
    Документ61 страница
    Lapsus Sirosis + Pneumonia + Aki
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • PTSD
    PTSD
    Документ19 страниц
    PTSD
    Firman Gustina
    Оценок пока нет
  • Perbandingan Anestesi Spinal Dengan Levobupivacain
    Perbandingan Anestesi Spinal Dengan Levobupivacain
    Документ6 страниц
    Perbandingan Anestesi Spinal Dengan Levobupivacain
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • Anamnes A
    Anamnes A
    Документ1 страница
    Anamnes A
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • Patofisiologi
    Patofisiologi
    Документ5 страниц
    Patofisiologi
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • DGBDGND
    DGBDGND
    Документ53 страницы
    DGBDGND
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • Laporan Puskesmas Imbi
    Laporan Puskesmas Imbi
    Документ29 страниц
    Laporan Puskesmas Imbi
    Anna Mariana Love Dolpin
    100% (3)
  • DGBDGND
    DGBDGND
    Документ53 страницы
    DGBDGND
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • Interna
    Interna
    Документ9 страниц
    Interna
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • Lapkas FR Mandibula
    Lapkas FR Mandibula
    Документ58 страниц
    Lapkas FR Mandibula
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • Lapsus Skizoafektif
    Lapsus Skizoafektif
    Документ25 страниц
    Lapsus Skizoafektif
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • Lapsus Anastesi
    Lapsus Anastesi
    Документ51 страница
    Lapsus Anastesi
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • Jadwal Jamal
    Jadwal Jamal
    Документ2 страницы
    Jadwal Jamal
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • Orthosis New
    Orthosis New
    Документ53 страницы
    Orthosis New
    Gabri
    Оценок пока нет
  • Jurnal Anes
    Jurnal Anes
    Документ41 страница
    Jurnal Anes
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • Lapkas Hipospadia
    Lapkas Hipospadia
    Документ100 страниц
    Lapkas Hipospadia
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • DIVISI
    DIVISI
    Документ2 страницы
    DIVISI
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • 1475 - Infeksi Nifas
    1475 - Infeksi Nifas
    Документ11 страниц
    1475 - Infeksi Nifas
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • 1503 - Tanda & Gejala
    1503 - Tanda & Gejala
    Документ36 страниц
    1503 - Tanda & Gejala
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • 1503 - Tanda & Gejala
    1503 - Tanda & Gejala
    Документ3 страницы
    1503 - Tanda & Gejala
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • Laporan
    Laporan
    Документ5 страниц
    Laporan
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • PSIKIATRI
    PSIKIATRI
    Документ15 страниц
    PSIKIATRI
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • Tugas IKM
    Tugas IKM
    Документ6 страниц
    Tugas IKM
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • Tugas I
    Tugas I
    Документ7 страниц
    Tugas I
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • 1503 - Tanda & Gejala
    1503 - Tanda & Gejala
    Документ3 страницы
    1503 - Tanda & Gejala
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет
  • Lapsus Fix
    Lapsus Fix
    Документ12 страниц
    Lapsus Fix
    Finny Boekorsjom
    Оценок пока нет