Вы находитесь на странице: 1из 23

PERKEMBANGAN TEORI EVOLUSI

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evolusi
yang dibimbing oleh Bapak Abdul Ghofur

Oleh :
Aushofusy Syarifah Agustin (150341606815)
Regia Ilmahani (150341600415)
Shela Emilia Permatasari (150341603981)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Januari 2018

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup yang ada di bumi ini sangat beranekaragam.
Keanekaragaman itu tampak dari struktur tubuh, fungsi-fungsi tubuh, dan perilaku
setiap jenis (spesies) makhluk hidup. Makhluk hidup di bumi ini selain
menampakkan keanekaragaman juga terdapat beberapa kemiripan antar makhluk
hidup. Berlandaskan pada kenyataan yang demikian ini para ilmuwan mencoba
untuk menafsirkan bahwa pada spesies yang beranekaragam itu terlihat pola yang
sama, sehingga diduga berasal dari moyang yang sama. Dengan kata lain, antara
jenis satu dengan yang lain ada hubungan kekerabatan. Pendapat ini adalah paham
yang ada dalam teori evolusi (Henuhili, 2012).
Biologi sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan
keadaan fisik organisme atau mkhluk hidup mengemukakan juga ide atau gagasan
evolusi biologis (biological evolution). Teori evolusi biologis mengemukakan
bahwa hewan, tumbuhan, dan juga manusia merupakan hasil perkembanagn
evolusi dari makhluk-makhluk hidup yang berbentuk lebih sederhana, bermula
dari adanya satu atau beberapa bentuk makhluk hidup sangat sederhana pda awal
kehidupan di bumi yang secara perlahan-lahan berkembang menjadi berbagai
spesies organisme (Widodo, 1993). Terdapat sejumlah bukti tidak langsung yang
tidak lengkap dan penjelasan dari berbagai cabang biologi yang dapat digunakan
untuk mendukung gagasan evolusi.
Evolusi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi
organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Teori yang populer
dikalangan masyarakat umum adalah teori Darwin. Darwin menjelaskan dalam
bukunya yang berjudul “the Origin of Species” bahwa ada dua gagasan mengenai
evolusi. Gagasan pertama menjelaskan bahwa spesies-spesies yang ada sekarang
ini merupakan keturunan dari spesies moyangnya. Diedisi pertama bukunya,
Darwin tidak menggunakan kata evolusi. Darwin menyebutnya modifikasi
keturunan (descent with modifcation). Gagasan utama yang kedua adalah seleksi
alam sebagai mekanisme modifikasi keturunan. Teori evolusi hingga saat ini telah

2
mengalami penyempurnaan atau modifikasi. Seperti halnya teori evolusi Darwin
menjadi teori evolusi sintesis modern (Luthfi dan Khusnuryani, 2005).
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teori evolusi
dari waktu ke waktu telah mengalami perkembangan dengan melewati tahapan-
tahapan penting. Tahap perkembangan teori Evolusi dibedakan menjadi tiga
periode besar: (1) Masa Pra-Darwin, (2) Masa Darwin, dan (3) Masa Pasca-
Darwin. Pada tahapan periode ini, kajian evolusi semakin berkembang, mulai dari
teori evolusi masa Darwin hingga saat ini pada masa evolusi modern yang
memandang dan mengkaji teori evolusi dari berbagai aspek dan pendekatan
(Henuhili, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan judul dan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa konsep dasar teori evolusi?
2. Bagaimana perkembangan teori evolusi?
3. Bagaimana perbandingan teori Lamarck, Darwin, dan Weismann?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat
ditarik tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui konsep dasar teori evolusi.
2. Mengetahui perkembangan teori evolusi.
3. Mengetahui perbandingan teori Lamarck, Darwin, dan Weismann.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Evolusi


Kata evolusi awalnya diungkapkan oleh seorang ahli filsafat dari Inggris,
akan tetapi belum mengarah pada evolusi kehidupan. Dalam perkembangannya,
evolusi digunakan oleh seorang ahli naturalis untuk menjelaskan fenomena
kehidupan yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Evolusi merupakan
kata yang umum dipakai orang untuk menunjuk adanya perubahan, perkembangan
atau pertumbuhan secara berangsur-angsur. Perubahan tersebut dapat terjadi
karena pengaruh alam atau rekayasa manusia. Teori evolusi sesungguhnya adalah
sebuah hipotesis tentang asal-usul mahluk hidup. Fakta bahwa banyak jenis
mahluk hidup yang ada disaat sekarang tidak dijumpai pada kehidupan di masa
jutaan bahkan milyaran tahun yang lalu (Widodo, 2002).
Evolusi mempunyai arti suatu proses perubahan atau perkembangan secara
bertahap dan perlahan-lahan. Perubahan yang terjadi menuju ke arah semakin
kompleksnya struktur dan fungsi makhluk hidup dan semakin banyak ragam jenis
yang ada. Definisi lain tentang evolusi adalah proses perubahan yang berlangsung
sedikit demi sedikit, memakan waktu lama, dan menghasilkan perkembangan
spesies baru. Evolusi juga dapat diartikan sebagai suatu perubahan secara bertahap
dalam waktu yang lama akibat seleksi alam terhadap variasi gen dalam suatu
individu hingga menghasilkan perkembangan spesies baru. Spesies baru yang
terbentuk mengalami perkembangan dari sederhana menuju kompleks (Sudarno,
1994).
Evolusi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi
organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini
disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi.
Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan
kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu
populasi. Evolusi adalah perubahan bertahap pada rentang waktu yang sangat
panjang. Di dalam biologi, pengertian evolusi telah mengalami perkembangan,
dimana menurut Darwinisme, evolusi adalah perubahan bertahap pada rentang

4
waktu yang sangat panjang. Dengan berkembangnya genentika molekuler, para
ilmuwan mengembangkan teori evolusi komprehensip yang menggabungkan
Darwinisme dengan Mendelisme yang selanjutnya dikenal sebagai sintesis moder
(modern syntesis), yang artinya evolusi adalah perubahan frekuensi alel dari suatu
polpulasi persatuan waktu (Hendriani, 2008).

2.2 Teori-teori Evolusi


Teori evolusi dimulai pada saat C. Darwin menerbitkan buku “On The
Origin of Spesies by Means of Natural Selection”. Buku tersebut menyajikan
kasus-kasus yang meyakinkan tentang evolusi (Campbell, 2012). Evolusi terjadi
pada semua makhluk hidup dan membutuhkan waktu yang cukup lama, maka
evolusi dapat dibedakan menjadi berdasarkan pembedanya yaitu sebagai berikut.
2.2.1. Evolusi berdasarkan arahnya
1. Evolusi Progresif, merupakan evolusi yang menuju pada kemungkinan
yang dapat bertahan hidup (survival). Contoh evolusi yang terjadi pada
burung finch di Kepulauan Galapagos. Radiasi adaptif pada burung finch
yang beradaptasi untuk mempertahankan hidup. Radiasi adaptif adalah
ketika anggota kelompok tunggal atau garis keturunan sama menjadi
berbagai bentuk yang berbeda. Bentuk ini ditentukan oleh tekanan seleksi
dan penggunaan habitat atau sumber daya.
2. Evolusi Regresif, merupakan proses evolusi yang menuju pada
kemungkinan kepunahan. Contoh evolusi pada dinosaurus yang tidak lagi
adaptif dengan lingkungan sehingga punah.
2.2.2. Evolusi berdasarkan pada skala perubahannya
1. Makroevolusi, merupakan perubahan evolusi yang dapat mengakibatkan
perubahan dalam skala yang besar. Adanya makroevolusi dapat mengarah
kepada terbentuknya spesies baru.
2. Mikroevolusi, merupakan proses evolusi yang hanya mengakibatkan
perubahan dalam skala kecil. Mikroevolusi ini hanya mengarah pada
perubahan frekuensi gen atau kromosom.

5
2.2.3. Evolusi berdasarkan hasil akhirnya
1. Evolusi divergen, adalah proses evolusi yang perubahannya berasal dari
satu spesies menjadi banyak spesies baru. Contoh evolusi divergen adalah
moyang vertebrata sebenarnya berjari 5, sekarang vertebrata yang masih
memiliki jari 5 adalah manusia dan primata.
2. Evolusi konvergen¸adalah proses evolusi yang perubahannya didasarkan
pada kesamaan struktur antara dua organ atau organisme pada garis sama
pada nenek moyang yang sama. Contoh evolusi konvergen yang
ditemukan pada lumba-lumba atau duyung dan ikan hiu yang terlihat
sama, padahal ikan hiu termasuk dalam kelompok pisces, sedangkan
lumba – lumba termasuk kelompok mamalia.

2.3 Perkembangan Teori evolusi


Teori evolusi dari waktu ke waktu telah mengalami perkembangan dengan
melewati tahapan-tahapan penting. Pada hakekatnya apa yang telah digagas dan
dikembangkan oleh para pakar evolusi itu selalu menampilkan pemikiran yang
bersifat:
1. Sebagai upaya untuk menjelaskan fakta-fakta dan memadukannya dengan
konsep esensial dalam teori evolusi, sehingga teori evolusi terus
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu demikian juga dengan
konsep-konsepnya.
2. Teori evolusi tidak bertentangan dengan agama manapun di dunia.
3. Teori evolusi modern dapat menjelaskan proses-proses yang terjadi/
mungkin terjadi pada masa lampau, meskipun sebagian masih bersifat
hipotetik, namun selalu didasarkan pada fakta (fenomena) dan asumsi-
asumsi yang kuat.
Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin,
namun sebenarnya biologi evolusioner telah berakar sejak zaman Aristoteles.
Darwin adalah ilmuwan pertama peletak dasar-dasar ilmiah teori evolusi, karena
telah banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah. Sampai saat ini.
Konsep utama teori Darwin mengenai evolusi adalah tentang seleksi alam yang
dianggap oleh mayoritas komunitas sains sebagai teori terbaik dalam menjelaskan

6
peristiwa evolusi. Tahap perkembangan teori Evolusi dibedakan menjadi tiga
besar : (1) Masa Pra-Darwin, (2) Masa Darwin, dan (3) Masa Pasca-Darwin
(Henuhili, 2012).

2.3.1. Masa Pra-Darwin


Pemikiran-pemikiran evolusi tentang nenek moyang bersama dan
transmutasi spesies telah ada paling tidak sejak abad ke-6 SM ketika hal ini
dijelaskan secara rinci oleh seorang filsuf Yunani, Anaximander. Beberapa orang
dengan pemikiran yang sama meliputi Empedocles, Lucretius, biologiawan Arab
Al Jahiz, filsuf Persia Ibnu Miskawaih, Ikhwan As-Shafa, dan filsuf Cina
Zhuangzi. Pada masa pra Darwin, teori evolusi organik memperkirakan bahwa
sejak kehidupan muncul di bumi, telah terjadi suatu proses berkesinambungan.
Organisme yang hidup berasal dari bentuk-bentuk sebelumnya. Variasi-variasi
yang besar adalah sabagai hasil respons makhluk hidup terhadap perubahan
lingkungan. Respons ini berupa perubahan struktur dan fungsi tubuh makhluk
individu hidup yang kemudian dilangsungkan kepada generasi selanjutnya melalui
suatu proses pewarisan sifat yang telah mengalami perubahan itu.

1. Masa Teori Fixisme


Awal masa Pra-darwin dimulai dengan masa “Teori Fixisme”. Para ahli
hingga abad ke 18 atau sebelumnya beranggapan bahwa suatu jenis organisme
adalah identik sebagai ciptaan Tuhan (fix= tetap), sehingga dalam bahasan
Biologi tentang “Asal-usul Kehidupan” disebut sebagai Teori Ciptaan Khusus
(The Special Creation). Leewenhoek, meskipun dengan eksperimen yang
menemukan Paraemecium dari potongan jerami yang direndam air selama 7 hari
(sesuai dengan kitab Kejadian, saat Tuhan menciptakan dunia dan seisinya),
menyatakan bahwa kehidupan berasal dari benda tak hidup, yang disebutnya
dengan konsep generatio spontanea. Para ahli menganggap adanya kelainan atau
cacat tubuh adalah sebagai kutukan, jadi bukanlah sebagai perubahan makhluk
hidup yang dilatarbelakangi oleh seleksi alam maupun perubahan genetik (mutasi)
makhluk hidup. Penganut teori Fixisme adalah Aristoteles, Plato, Leeuwenhoek,
Cuvier, Linnaeus, Buffon, Hooke dll (Waluyo, 2010).

7
Gambar 1. Aristoteles (384-322 SM) Gambar 2. Corolus Linnaeus
Sumber: (Iskandar, 2001) Sumber: (Iskandar, 2001)

Teori fixisme tidak mendukung adanya evolusi pada makhluk hidup. Teori
evolusi fixisme berpenadapat bahwa suatu makhluk hidup itu tetap atau tidak
berubah. Setiap makhluk hidup sudah tercipta sempurna sedemikian rupa dalam
kondisi yang stabil dan dapat hidup. Salah satu tokoh yang mendukung fixisme
adalah Aristoteles (384 - 322 S.M) meyakini adanya kekuatan supernatural, yang
berawal dari benda mati kemudian diciptakan beranekaragan organisme.
Aristoteles menyatakan bahwa organisme-organisme yang telah tercipta dengan
proses penyempuraan menyusun “scala nature” atau”ladder of nature” atau anak
tangga alam, dimana terdapat suatu tingkatan skala kompleksitas organisme-
organisme tersebut, misalnya manusia menempati urutan teratas, kemudian
tumbuhan primitive dan benda mati berada pada urutan terbawah (Widodo, 1993).
Akan tetapi, Aristoteles tidak megemukakan postulat tentang adanya hubungan
suatu golongan organisasi dalam proses kejadian tersebut.
Pada tahun 1700-an telah banyak pemikiran yang semakin menguatkan
teori penciptaan oleh Tuhan dalam bentuk yang sudah sempurna, salah satunya
adalah Carolus Linnaeus (1707-1778), ahli botani Swedia yang kemudian
mengelompokkan keberagaman makhluk hidup yang telah diciptakan Tuhan
dengan alasan “demi kejayaan Tuhan” (Campbell, 2012). Carolus Linnaeus
meyatakan bahwa (1) Semua tanaman dan binatang yang hidup sekarang ini
dahulu dengan serentak diciptakan diatas bumi oleh satu ciptaan saja, (2) makhluk
hidup diciptakan dalam bentuk seperti yang tampak sekarang ini , dan (3) tidak
pernah ada tanaman-tanaman dan binatang-binatang yang lain di bumi ini kecuali
tanaman-tanaman dan binatang-binatang yang hidup sampai sekarang. Akan
tetapi, hal yang mungkin teerlewatkan oleh pemikir fixisme yang
8
mengelompokkan berdasarkan kesamaan seperti Carolus Linnaeus kurang
memperhatikan pada alasan kemiripan diantara kelompok atau perbedaan diantara
spesies bisa jadi disebabkan oleh adanya kekerabatan evolusioner, dan hanya
melihat dari sudut pandang pola penciptaan.

2. Masa teori J. B. Lamarck: Teori Transformisme


Berdasarkan postulat Aristoteles yang menyatakan adanya seri susunan
“anak tangga” kesempurnaan, dipandang sebagai refleksi evolusi oleh Chevalier
de Lamarck atau lebih lengkapnya Jean-Baptiste Pierre Antoine de Monet,
Chevalier de Lamarck. Dalam bukunnya “Philosophie Zoologigue” tahun 1809,
Lamarck beranggapan bahwa organisme yang lebih kompleks berkembang dari
hasil evolusi organisme yang lebih sederhana, dan bahkan evolusi itu berjalan
dalam satu jalur perkembangan dengan hanya sedikit perubahan dalam beberapa
tempat (Dobzhansky, 1959). Bahkan beberapa naturalis sebelum Lamarck, seperti
Erasmus Darwin (Kakek Darwin) berpendapat bahwa makhluk hidup berubah
seiring dengan perubahan pada lingkungan. Lamarck merupakan pendahulu yang
berhasil sampai pada pemikiran tentang bagaimana makhluk hidup dapat berubah
seiring dengan waktu. Akan tetapi pada saat ini Lamarck lebih diingat bukan
tentang pemikiran visionernya yang menyatakan bahwa perubahan evolusi inilah
yang mampu menjelaskan pola pada fosil dan kecocokan organisme dengan
kondisi lingkunngan pada masa-masanya, namun lebih terkenal dengan teori yang
dianggap kurang tepat ketika menjelaskan bagaimana evolusi terjadi (Campbell,
2012).
Berdasarkan pengamatan dengan membandingkan spesies yang hidup saat
itu dengan bentuk fosil-fosil, Lamarck menemukan sesuatu yang dianggapnya
merupakan suatu yang tampaknya berupa sejumlah garis keturunan yang
menggambarkan rangkaian kronologis dari fosil yang lebih tua ke fosil yang lebih
muda hingga mengarah pada spesies yang hidup pada saat ini. Lamarck
beranggapan bahwa spessies dapat berbeda karena adanya perbedaan dalam
kebutuhan. Terdapat dua prinsip yang mendasari penjelasan temuan Lamarck,
yaitu:

9
1. Prinsip pertama adalah “digunakan atau dibuang”, gagasan dimana bagian
tubuh yang sering digunakan akan semakin kuat, dan bagian tubuh yang
tidak digunakan akan semakin lemah dan mungkin juga berpotensi untuk
tereduksi (Campbell, 2012). Menurut Futuyama (2005), penggunaan
bagian tubuh tertentu akan melatih bagian tersebut akan lebih banyak
membutuhkan cairan yang oleh Lamarck disebut “Nervous Fluid” yang
kemudian akan meningkatkan kemampuan bagian tubuh tersebut. Sebagai
contoh, terdapat jerapah yang selalu meregangkan lehernya untuk
mencapai daun yang tinggi.
2. Prinsip yang kedua adalah “pewarisan sifat dari karakteristik yang
diperoleh (inheritance of acquired characteristics), bahwa suatu
organisme dapat meneruskan modifikasi-modifikasi yang terbentuk
kepada keturunannya. Lamarck menalar bahwa leher yang panjang dan
berotot milik jerapah yang masih hidup hingga sampai saat ini adalah hasil
evolusi selama beberapa generasi jerapah purba, dan seiring dengan
rentangan generasi, leher jerapah akan semakin tinggi (Campbell, 2012).

Berdasarkan pemaparan Lamarck yang mengenai organisme yang


berevolusi dari organisme sederhana menuju kearah yang lebih kompleks,
perubahan tersebut merupakan suatu modifikasi yang terjadi karena adanya
pembiasaan sehingga mempengaruhi fisiologi dan akan berdampak pada
perubahan hingga bentuk morfologi yang dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya hingga dapat bertahan hidup. Perubahan yang dialami organisme
dan diwariskan ini juga dapat disebut dengan transformastional evolution
(Futuyama, 2005).

10
Gambar 3. Jean Baptiste de Lamarck Gambar 4. teori evolusi Lamarck adalah
Sumber: Henulihi 2012 pertumbuhan leher panjang pada jerapah
Sumber: Henuhili, 2012

Aktivitas yang dilakukan berulang ulang dari jerapah adalah suatu


mekanisme adaptasi sedangkan perubahan yang terjadi adalah suatu proses
transformasi. Akhirnya terjadi perubahan struktur anatomi leher jerapah menjadi
semakin panjang dan sifat ini diwariskan kepada keturunannya. Wawasan
Lamarck tentang evolusi makhluk hidup menunjukkan bahwa evolusi makhluk
hidup terjadi sebagai akibat respons yang diberikan makhluk hidup terhadap
lingkungan sekitarnya (Widodo, 2003).

2.3.2. Masa Teori Evolusi Darwin


Teori Darwin muncul setelah Darwin mengumpulkan berbagai data yang
menunjukkan jika evolusi organic terjadi di lingkungan makhluk hidup. Evolusi
organic terjadi karena adanya seleksi alam. Wawasan mengenai seleksi alam dan
hubungannya dengan evolusi ini ditulis dalam karya tulisnya yang berjudul “ On
The Origin of Species by Means of Natural Selection, or The Preservation of
Favoured Races”. Dalam karya tulisnya ini Darwin mengemukakan jika makhluk
hidup yang ada pada saat itu adalah makhluk hidup yang mampu beradaptasi
dengan lingkungannya. Menurut Darwin makhluk hidup yang bisa menyesuaikan
pertahanan tubuhnya dengan keadaan alam yang akan tetap melanjutkan
keturunan dan mewariskan sifat-sifat yang dimilikinya. Darwin juga menyebutkan
jika dengan adanya seleksi alam makhluk hidup akan menjadi lebih adaptif
(Widodo, 2003).
Darwin dianggap sebagai pencetus teori evolusi, maka ia dinobatkan
sebagai bapak evolusi. Darwin tidak mengenyam pendidikan formal dibidang

11
biologi, tetapi mempunyai minat yang tinggi untuk mengetahui hal lain dari
makhluk hidup. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Cambridge, dan
melakukan perjalanan mengelilingi dunia dengan para ahli ilmu alam melalui
ekspedisi H.M.S. Beagle (1832 – 1837) dan juga pada ekspedisi Beagle yang
berikutnya (1837 – 1838) ke kepulauan Galapagos, Darwin mengalami masa-
masa yang paling krusial dalam kehidupannya berkenaan dengan kenyataan yang
terlihat di alam.

Gambar 6. Jalur Ekspedisi


Beagle
Sumber: Scotney, 2009
Gambar 5. Sir Charles
Darwin.
Sumber: Francis, 2007

Dalam ekspedisi ini yang dikerjakan oleh Darwin adalah mengoleksi


burung-burung (burung Finch) yang terdapat atau hidup di kepulauan Galapagos.
Ia menemukan kalau tiap pulau memiliki tipe finch nya sendiri-sendiri. Mereka
teradaptasi untuk makan makanan tertentu yang ada di pulaunya. Semua finch
hanya berbeda sedikit satu sama lain dengan burung finch primitif yang ada di
daratan Amerika Selatan Darwin menemukan fakta bahwa berbagai spesies finch,
berdasarkan pada tempat hidup (habitat khusus) dan jenis makanannya, terdapat
variasi pada struktur paruh mereka. Berdasarkan pengamatannya tersebut Darwin
melihat adanya keanekaragaman makhluk hidup, tetapi Darwin tidak mengetahui
proses keanekaragaman tersebut dapat terjadi (Iskandar,2001).

12
Gambar 7. Perbedaan Paruh pada Burung Finch di Kepulauan Galaphagos

Konsep utama teori Darwin mengenai evolusi adalah tentang seleksi alam
yang dianggap oleh mayoritas komunitas sains sebagai teori terbaik dalam
menjelaskan peristiwa evolusi. Darwin menjelaskan bahwa organisme di bumi
yang beraneka ragam merupakan hasil dari seleksi alam. Organisme yang kuatlah
yang akan melestarikan jenisnya. Tiga hal yang dapat menjelaskan tentang teori
seleksi alam menurut Darwin, Pertama di alam terdapat makhluk hidup yang
beranekaragam baik tumbuhan, maupun hewan, keanekaragaman tersebut
meliputi struktur, tingkah laku maupun aktifitas. Kedua, faktor lingkungan yang
terus menerus berubah, contohnya perubahan geografis dan fluktuasi cadangan
makanan. Situasi lingkungan demikian, mengakibatkan individu yang sesuai
dengan keadaan alam saja yang dapat bertahan, sedangkan yang tidak sesuai akan
mati. Ketiga, terdapat perbedaan keberhasilan “perjuangan untuk hidup” yang
tidak sama antar individu, kenyataan ini disebabkan adanya keanekaragaman
individu. Individu yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan lingkungan akan
mati (Widodo, 2003). Darwin mengemukakan pula adanya kemampuan adaptasi
organisme agar mampu melewati seleksi alam. Darwin menggambarkan
fenomena ketiga hal ini melalui contoh yang terkenal yaitu perkembangan leher
jerapah.

13
Gambar 7. Perubahan Leher Jerapah Menurut Darwin

Darwin menunjukkan bukti-bukti bagaimana evolusi dapat berlangsung.


Data-data yang dikemukakan oleh Darwin antara lain sebagai berikut.
1. Kecepatan reproduksi semua spesies (jenis) melebihi kecepatan
penambahan persediaan makanan.
2. Semua organisme menunjukkan variasi, tidak ada dua individu dalam satu
jenis yang persis sama.
3. Semakin banyak individu memiliki peluang untuk hidup, tetapi karena
keterbatasan makanan, tiap individu harus berjuang mempertahankan
hidup, yang didukung oleh : ukuran tubuh, kekuatan, kemampuan berlari
atau ciri apapun untuk bertahan yang menyebabkan individu punya
kelebihan terhadap orang lain.
4. Ciri yang mendukung kemampuan bertahan hidup akan diwariskan kepada
generasi berikutnya.
5. Sepanjang masa geologic, variasi-variasi yang mampu bertahan akan
mengahsilkan perbedaan yang kian nyata, dan terbentuklah jenis baru.
Selanjutnya Darwin menyatakan inti (konsep pokok) teori evolusi dapat dibagi
menjadi sebagai berikut.
1. Variasi pada tumbuhan dan hewan merupakan suatu variasi karakteristik
yang muncul dalam penampakan fenotip organisasi tersebut.
2. Rasio pertambahan terjadi secara geometric, yaitu jumlah setiap spesies
relative tetap. Ini terjadi karena banyak individu yang tersingkir oelh
predator, perubahan iklim dan proses persaingan.

14
3. Struggle for existence (usaha yang keras untuk bertahan) merupakan suatu
usaha individu organisme untuk bertahan hidup. Individu dengan variasi
yang tidak sesuai untuk kondisi-kondisi yang umum di alam, akan
tersingkir. Adapuan individu-individu dengan variasi yang
menguntukngkan dapat melanjutkan kehidupannya dan memperbanyak
diri dengan bereproduksi.
4. The survival of fittest, ketahanan didapat dari organisme yang memiliki
kualitas paling sesuai dengan lingkungan. Individu-individu yang dapat
hidup akan mewariskanvariasi-variasi tersebut jepada generasi berikutnya.
(Henuhili, 2012)
Seperti yang diketahui dari waktu ke waktu, komponen atau faktor-faktor
lingkungan terus berubah. Contohnya perubahan iklim, perubahan geografis
ataupun fluktuasi cadangan makanan dan sebagainya. Dalam situasi lingkungan
yang demikian, individu yang sesuai dengan keadaan alam saja yang dapat
bertahan, sedangkan yang tidak sesuai akan mati (Widodo, 2003).

2.3.3. Masa Pasca-Darwin


1. Teori Evolusi Weismann
Weismann seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman yang hidup pada
tahun 1834-1912, menyatakan bahwa evolusi terjadi karena adanya seleksi alam
terhadap faktor genetis. Variasi yang diwariskan dari induk kepada anaknya
bukan diperoleh dari lingkungannya tetapi perubahan yang diatur oleh faktor
genetik atau gen. Dalam percobaannya Weismann memotong ekor tikus hingga 21
generasi, tetapi anak yang dihasilkan tetap berekor.
Pada saat Darwin mencetuskan teori evolusinya, ia tidak dapat
menjelaskan sumber variasi mana yang diwariskan dan yang diseleksi oleh seleksi
alam. Seperti halnya Lamarck, Darwin beranggapan bahwa induk atau parental
mewariskan adaptasi yang diperolehnya selama hidupnya. Akan tetapi teori dari
Lamarck disanggah oleh August Weismann yang mengindikasikan bahwa
perubahan ini tidak diwariskan. Selain itu, Darwin tidak dapat menjelaskan
bagaimana sifat-sifat diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain.
Kelemahan teori Darwin adalah mengenai proses dan mekanisme seleksi alam,
dimana Darwin masih belum dapat menjelaskan dari segi genetiknya.

15
Pendapat Weismann menentang pendapat Lamarck, Weismann
menyatakan bahwa perubahan sel tubuh karena pengaruh lingkungan tidak
diwariskan. Untuk membuktikan pendapatnya tersebut, Weismann melakukan
percobaan sebagai berikut: mengawinkan 2 ekor tikus yang masing-masing
dipotong ekornya. Ternyata anak-anaknya tetap berekor. Anak-anak tikus itu
setelah dewasa dipotong ekornya dan dikawinkan sesamanaya, ternyata anak-
anaknya tetap berekor. Percobaan tersebut dilaksanakan selama 21 generasi,
ternyata hasilnya tetap (Amin, 2009). Dari percobaan yang dilakukan tersebut
maka akhirnya Weismann menarik kesimpulan seperti berikut.
1. Perubahan sel tubuh karena pengaruh lingkungan tidak diwariskan kepada
generasi berikutnya.

2. Evolusi merupakan masalah genetika, artinya evolusi adalah gejala seleksi


alam terhadap faktor-faktor genetika.

Weismann menolak pendapat Pangensis Darwin, yaitu setiap bagian dari


tubuh induk berkontribusi pada keturunannya. Weismann mengemukakan
teorinya yang disebut dengan germplasm (plasma nutfah). Weismann juga
mengemukakan teorinya yang disebut dengan germplasm (plasma nutfah).
Beberapa sel adalah sel tubuh atau soma sedangkan sel lainnya disebut dengan sel
kelamin atau germplasm. Germplasm mengandung materi hereditas dasar. Soma
tidak ada ada hubungannya dengan sel kelamin (sperma atau ovum) dan tidak
dapat mempengaruhi sel kelamin. Tubuh dapat berubah seperti berolahraga yang
dapat membesarkan otot, tikus yang ekornya dapat dipotong, namun tidak ada
karakteristik yang diperoleh oleh tubuh dapat diteruskan secara sepenuhnya ke
germplasm secara terpisah (Scotney, 2009).

16
Tabel 1. Perbandingan Teori Lamarck, Darwin, dan Weismann
Perbedaan J. B Lamarck Darwin Weisman
Pendapat Gagasan use and Evolusi terjadi melalui Perubahan sel tubuh
disuse (digunakan seleksi alam dengan karena pengaruh
dan tidak digunakan) adanya adaptasi makhluk lingkungan tidak akan
Sifat atau ciri-ciri hidup. Individu yang diwariskan kepada
dari lingkungan sesuai dengan keadaan keturunannya Dan
dapat diwariskan alam akan bertahan dan evolusi adalah gejala
kepada keturunannya yang tidak bertahan akan seleksi alam terhadap
mati, faktor-faktor genetika
perbedaan Evolusi akibat Evolusi dari adaptasi Evolusi bukan karena
pendapat Pewarisan sifat dari seleksi alam adaptasi lingkungan,
adaptasi lingkungan evolusi terjadi karena
adanya seleksi alam
terhadap faktor genetis
Awalnya jerapah Ada dua jerapah berleher Gen jerapah leher
berleher pendek panjang dan berleher panjang dominan dan
kemudian adaptasi pendek. Jerapah berleher gen jerapah leher
menjadi jerapah pendek terseleksi pendek resesif. Jerapah
berleher panjang resesif tidak dapat
beradaptasi
Menyangga Lamarck
Contoh
dengan penelitian tikus
yang ekornya dipotong
lalu dikawinkan
sesamanya sampai 21
generasi dan tetap
anakan tikus
mempunyai ekor

17
2.3.4. Masa Teori Neo-Darwinisme
Neodarwinisme adalah pandangan yang mengatakan peristiwa seleksi
alam bukanlah sebab utama evolusi organik. Seleksi alam hanya berperan sebagai
faktor yang menentukan arah perubahan dan bukan merupakan faktor penuntun.
Hasil pengembangan dan penyempurnaan teori seleksi alam “Neodarwinisme” ini
mengerucut pada penemuan bahwa ilmu genetika sangat perlu dalam
menerangkan proses evolusi (Widodo, 2003).
Mutasi mengubah data genetik dari organisme hidup, namun perubahan ini
selalu terjadi sehingga merugikan makhluk hidup yang bersangkutan. Semua
mutasi diamati berakhir dengan penyakit dan kadang-kadang menyebabkan
organisme letal. Oleh karena itu, dalam upaya untuk menemukan contoh "mutasi
yang bermanfaat" yang meningkatkan data genetik dalam hidup organisme, neo-
Darwinis melakukan banyak percobaan dan pengamatan. Selama beberapa
dekade, mereka melakukan percobaan mutasi pada lalat buah dan berbagai jenis
lainnya. Setelah banyak percobaan yang dilakukan ternyata peristiwa mutasi akan
mengakibatkan terjadinya perubahan frekuensi gen, sehingga akan mempengaruhi
fenotipe dan genotipe. Mutasi dapat bersifat menguntungkan dan merugikan.
Menurut Kusuma (2010) secara singkat, proses evolusi oleh seleksi alam
(Neo Darwinian) terjadi karena adanya:
1. Perubahan frekuensi gen dari satu generasi ke generasi berikutnya.
2. Perubahan dan genotype yang terakumulasi seiring berjalannya waktu.
3. Produksi varian baru melalui pada materi genetik yang diturunkan
(DNA/RNA).
4. Kompetisi antar individu karena keberadaan besaran individu melebihi
sumber daya lingkungan tidak cukup untuk menyokongnya.
5. Generasi berikut mewarisi “kombinasi gen yang sukses” dari individu
fertile (dan beruntung) yang masih dapat bertahan hidup dari kompetisi.
Ilmuwan yang bernama Johansen (1909) menunjukkan bahwa peristiwa
seleksi alam tidak akan berpengaruh terhadap populasi pada berbagai generasi
keturunan; populasi tidak akan berubah karena peristiwa seleksi alam. Beberapa
ahli genetika berpendapat bahwa justru peristiwa mutasi dapat digunakan untuk
menjelaskan peristiwa evolusi. Jadi, apabila setiap individu dari berbagai

18
kesempatan melakukan perkawinan yang sama, yang berlangsung secara acak
serta setiap genotip mempunyai viabilitas yang sama, perbandingan antara genotip
yang satu dengan yang lainnya dari generasi ke generasi tetap sama. Jadi peristiwa
seleksi alam bukan merupakan penyebab evolusi, namun hanya faktor yang
mengukuhkan varian varian yang sesuai dan bukan merupakan faktor yang
menjadi timbulnya varian varian baru (Widodo, 2003).

1. Masa Teori Genetika


Masa teori genetika ini diawali dari seorang ahli dalam bidang genetika
yaitu Johan Gregor Mendel yang mengemukakan teori genetika yang menyangkut
adanya sejumlah sifat yang di kode oleh satu macam gen, teori genetika ini dapat
menjadi jawaban yang benar tentang timbulnya keanekaragaman (Widodo, 2003).
Selain Mendel pada masa ini juga ada bebapa tokoh penting yang membawa
pemahaman teori evolusi ditijau dari segi genetika seperti De Vries, Tschernov,
dan Bateson. Gregor Johan Mendel mengemukakan Hukum tentang Pewarisan
Sifat. Dimana hasil eksperimen terhadap varietas Pisum sativum (ercis)
perkawinan dua induk tumbuhan yang berbeda varietas dapat menghasilkan ciri
ciri baru pada keturunannya. Contoh mudah dari teori Mendel ini adalah ada
tumbuhan berwarna merah dikawinkan dengan tumbuhan berwarna putih
menghasilkan tumbuhan berbunga merah atau ungu. Darwin mengemukakan
mengenai adanya variabilitas yang menjadi penting dengan bantuan genetika.
Dalam ilmu genetika ini adanya variasi genetik ini menimbukan ciri ciri baru yang
bisa diwariskan pada generasi berikutnya (inhereted charecterics) (Widodo,
2003).
De Vries mengemukakan bahwa evolusi disebabkan adanya mutasi
makhluk hidup. Jadi De Vries dan Tschernov menguatkan kembali hukum
Mendel melalui penelitian-penelitian yang dilakukan. Pada masa Darwin teori
Genetika dan teori Evolusi merupakan dua disiplin ilmu yang berkembang
bersama dan terpisah satu dengan lainnya tanpa ada sangkut pautnya. Mereka
berdualah yang menghubungkan antara dua teori tersebut, sehingga teori Evolusi
mampu memberikan penjelasan tentang bagaimana perubahan sifat yang terjadi
itu dilatarbelakangi oleh mutasi gen-gen, dan kemudian diwariskan kepada
keturunannya. Dalam perjalanan waktu, mutasi dapat berlangsung berulang kali,

19
sehingga perbedaan (penyimpangan) sifat (yang dibawa oleh gen hasil mutasi)
semakin jauh. Hasilnya adalah makhluk hidup yang makin beragam hingga kini.
De Vries melengkapi gagasannya dengan hasil pengamatan terhadap tumbuhan
Oenothera lamarckiana, yang ternyata dari hasil perkawinannya menghasilkan
keturunan yang mengalami mutasi dan menghasilkan spesies baru. Pada beberapa
spesies baru yang ditemukan ternyata dijumpai adanya susunan gen gen resesif
yang homozigot (Widodo, 2003).
Ahli-ahli lain yang terlibat dalam pengembangan teori evolusi genetika ini
adalah Morgan, seorang pemenang hadiah nobel ini melakukan pengamatan
terhadap fenomena kerja gen pada lalat buah (Drosophila melanogaster)
menujukan adanya mutasi pada Drosophila (Sturtevan, 1959). Sel mutan tersebut
memiliki sifat yang tidak sama dengan induk. Dari hasil penelitian Morgan ini
dapat diterima bahwa mutasi yang berpengaruh terhadap kejadian evolusi adalah
mutasi gen dan mutasi mutasi kromosom. Selain itu mutasi tersebut adalah mutasi
yang menguntungkan, yang mengakibatkan keturunan memiliki ciri ciri yang
lebih baik sehingga dapat bertahan dari seleksi alam. Jadi nantinya makhluk hidup
yang mengalami mutasi menguntungkan ini jumlahnya sedikit nantinya akan
berlipat ganda jumlahnya pada beberapa generasi setelahnya (Widodo, 2003).
2.3.5. Masa Evolusi Modern
Pada masa ini para ilmuwan mulai berpikir untuk mengadakan pendekatan
molekuler, fisologis perkembangan dan banyak pendekatan lainnya terhadap teori
evolusi. Penggunaan pendekatan ini misalnya dilakukan dengan cara
membandingkan protein darah dari spesies yang berbeda dengan cara
kromatografi atau elektroforesis (Widodo, 2003). Konsep evolusi tidak hanya
dikembangkan dengan mengandalkan ilmu genetika, namun juga tinjauan tentang
struktur DNA. Saat ini telaah tentang DNA mengungkapkan bahwa ada
mekanisme perubahan pada tingkat molekul DNA, sehingga membawa
pemahaman yang lebih baik pada proses perubahan organisasi makhluk hidup.
Selain itu juga ditemukan adanya gen yang tidak banyak berubah selama proses
evolusi sehingga dapat dilakukan perbandingan DNA untuk menentukan derajat
persamaan antara spesies yang berbeda. Dengan demikian dapatlah ditentukan
bahwa suatu makhluk hidup memiliki kekerabatan dekat atau jauh terhadap

20
makhluk hidup lainnya. Pendekatan molekuler telah dilakukan oleh sekelompok
peneliti dari Universitas California di Barkeley pada tahun 1987 para ahli tersebut
mengemukakan hasil analisis DNA mitokondria, menunjukkan bahwa DNA
mitokondria manusia primitive terdapat di Afrika. Kemajuan dalam biologi yang
terus dicapai khususnya dengan penemuan struktur DNA makin mengukuhkan
teori evolusi (Henulihi, 2008).

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Evolusi dapat diartikan sebagai proses perubahan pada makhluk hidup dengan
cara sedikit demi sedikit dan memerlukan waktu yang lam. Proses evolusi
bukan hanya sebuah perubahan namun membutuhkan banyak faktor agar
dapat terjadi evolusi. Apabila perubahan itu terjadi dalam populasi maka dapat
dikatakan evolusi jika masih dalam satu spesies saja belum dikatakan evolusi.
2. Sejarah teori berdasarkan kurun waktu mengalami suatu gagasan gagasan
yang dapat menguatkan ataupun menyanggah. Kurun waktu yang ditekankan
di sini terbagi menjadi enam masa teori evolusi, yaitu masa Pra-Darwin, masa
Teori Evolusi Darwin, masa Pasca-Darwin, masa Neo-Darwinian, dan masa
Modern.
3. Teori Lamarck menyatakan evolusi akibat dari pewarisan sifat hasil adaptasi
lingkungan, Teori Darwin menyatakan bawa evolusi dari adaptasi dan seleksi
alam, sedangkan Teori Weismann evolusi terjadi karena adanya seleksi alam
terhadap faktor genetis.

22
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Moh. 2009. Evolusi. Malang: Universitas Negeri Malang.


Campbell, Neil A., Reece, Jane B., Urry, Lisa A., Wasserman, Steven A.,
Minorsky, Peter V., and Jackson, Robert B. 2012. Biologi edisi 8 jilid 2
terjemah oleh Damaning tyas (Wibi Hardani,eds). Jakarta: Penerbit
Airlangga.
Craig, Lindsay R. 2015. Neo-Darwinism and Evo-Devo: An Argument for
Theoretical Pluralism in Evolutionary Biology. Perspectives on Science
2015.23(3):243-279.
Dahler, F. 1967. Asal dan Tujuan Manusia (Teori Evolusi). Terjemahan Julius
Chandra. Yogyakarta: Kanisius.
Dobzhanky, Theodosius. 1959. Evolution, Genetics, and Man. New york: John
Willey & Son, inc.
Francis, Keith A. 2007. Charles Darwin and The origin of species / Keith A.
Francis. London: Greenwood Prees.
Futuyma, Douglas. 2005. Evolution. Sunderland: Sinaur Associates.
Hendriani, Y. 2008. Ada Apa Dengan Teori Evolusi. Bandung: SEDEC
Depdiknas
Henuhili, V., Mariyam S, Sudjoko, Rahayu T. 2012. Diktat Kuliah Evolusi.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Henulihi, Victoria. 2008. Genetika Dan Evolusi. Yogyakarta: UNY Press.
Hickman, C.P., Larry S. R., Allan L. 2001. Integrated Principles Of Zoology 11
ed. New Yok : McGraw-Hill Education.
Iskandar T. Djoko. 2001. Evolusi. Departemen Biologi. Bandung : ITB
Jorde, Lynn B. 2003. Genetic Variation And Human Evolution. Utah : Department
Of Human Genetics University Of Utah School Of Medicine.
Noble, Denis.2015. Evolution beyond neo-Darwinism: a new conceptual
framework. J. Exp. Biol. 218, 7-13
Praharini, DL. 2015. Modul Pembelajaran Evolusi. Yogyakarta: UNY Press.
Scotney, John. 2009. The Theory of Evolution. London: Kuperard
Shull, A. Franklin. 1951. Evolution. New York: McGraw-Hill
Stearn, S.C. & Hoekstra, R.F. 2003. Evolution an Introduction. New York:
Oxford University Press
Waluyo, Lud. 2010. Miskonsepsi dan Kontroversi Evolusi. Malang: UMM Press.
Widodo, Umie L., Moh. Amin. 2003. Bahan Ajar Evolusi. Malang: Departemen
Pendidikan Nasional.
Widodo. 1993. Teori Evolusi Biologis. Malang: Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Malang.

23

Вам также может понравиться