Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Demensia merupakan sindrom akibat penyakit pada otak yang bersifat kronik atau
progresif dimana terdapat gangguan fungsi kognitif multipel berupa daya ingat, daya
pikir, daya tangkap, kemampuan belajar, orientasi, kalkulasi, bahasa, dan daya nilai.
Pada umumnya, gangguan kognitif disertai dengan kemunduran dalam kontrol
emosi, perilaku sosial, dan motivasi. Berdasarkan etiologinya, demensia
diklasifikasikan menjadi demensia pada penyakit Alzheimer, demensia vaskular
(demensia multiinfark), demensia pada penyakit Pick (sapi gila), demensia pada
penyakit Creufield-Jacob, demensia pada penyakit Huntington, demensia pada
penyakit Parkinson, dan demensia pada HIV/AIDS. Demensia pada penyakit
Alzheimer memiliki prevalensi tertinggi sebesar 50-60% yang disusul oleh demensia
vaskular sebesar 20-30%.
8. Isolasi sosial. Isolasi sosial meningkatkan risiko hipertensi dan depresi dimana
kedua hal ini merupakan faktor risiko demensia sendiri. Oleh karena itu, orang lanjut
usia perlu terlibat dalam kontak sosial.
Mengubah berbagai gaya hidup yang menjadi faktor risiko dapat mencegah
sepertiga angka kejadian demensia. Berdasarkan The Finnish Geriatric Intervention
Study to Prevent Cognitive Impairment and Disability (FINGER), digunakan empat
strategi pencegahan demensia berbasis gaya hidup, yaitu diet, olahraga, latihan
kognitif, dan manajemen vaskular. Diet MIND (Mediterranean-DASH Intervention for
Neurodegenerative Delay) diteliti dapat menurunkan risiko demensia dimana diet ini
menekankan peningkatan konsumsi buah, sayur, ikan, minyak zaitun, anggur merah
serta pembatasan konsumsi garam. Olahraga dilakukan secara teratur sesuai
dengan kapasitas tiap individu. Latihan kognitif dilakukan untuk menstimulasi
simpanan kognitif otak sehingga diharapkan risiko demensia menurun. Manajemen
vaskular perlu dilakukan secara ketat terhadap seseorang dengan hipertensi,
obesitas, dan diabetes melalui pengobatan rutin yang dimulai sedini mungkin.
Mengetahui berbagai faktor risiko demensia menjadi tahap awal untuk melakukan
perubahan gaya hidup di tengah-tengah masyarakat guna mencegah demensia.
Bagi para penderita demensia, diharapkan pengetahuan ini dapat menjadi sumber
motivasi untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dengan dukungan dari orang-orang
sekitar, demensia bukanlah kondisi yang tidak dapat dikendalikan.
Sumber:
5. Morris MC, Tangney CC, Wang Y, Sacks FM, Barnes LL, Bennett DA, et al.
(2015). MIND diet slows cognitive decline with aging. Alzheimers Dement; 11(9):
1015–22.
6. Morris MC, Tangney CC, Wang Y, Sacks FM, Bennett DA, Aggarwal NT. (2015).
MIND diet associated with reduced incidence of alzheimer’s disease. Alzheimers
Dement; 11(9): 1007–14.
Demensia merupakan sindrom akibat penyakit pada otak yang bersifat kronik atau
progresif dimana terdapat gangguan fungsi kognitif multipel berupa daya ingat, daya
pikir, daya tangkap, kemampuan belajar, orientasi, kalkulasi, bahasa, dan daya nilai.
Pada umumnya, gangguan kognitif disertai dengan kemunduran dalam kontrol
emosi, perilaku sosial, dan motivasi. Berdasarkan etiologinya, demensia
diklasifikasikan menjadi demensia pada penyakit Alzheimer, demensia vaskular
(demensia multiinfark), demensia pada penyakit Pick (sapi gila), demensia pada
penyakit Creufield-Jacob, demensia pada penyakit Huntington, demensia pada
penyakit Parkinson, dan demensia pada HIV/AIDS. Demensia pada penyakit
Alzheimer memiliki prevalensi tertinggi sebesar 50-60% yang disusul oleh demensia
vaskular sebesar 20-30%.
8. Isolasi sosial. Isolasi sosial meningkatkan risiko hipertensi dan depresi dimana
kedua hal ini merupakan faktor risiko demensia sendiri. Oleh karena itu, orang lanjut
usia perlu terlibat dalam kontak sosial.
Mengubah berbagai gaya hidup yang menjadi faktor risiko dapat mencegah
sepertiga angka kejadian demensia. Berdasarkan The Finnish Geriatric Intervention
Study to Prevent Cognitive Impairment and Disability (FINGER), digunakan empat
strategi pencegahan demensia berbasis gaya hidup, yaitu diet, olahraga, latihan
kognitif, dan manajemen vaskular. Diet MIND (Mediterranean-DASH Intervention for
Neurodegenerative Delay) diteliti dapat menurunkan risiko demensia dimana diet ini
menekankan peningkatan konsumsi buah, sayur, ikan, minyak zaitun, anggur merah
serta pembatasan konsumsi garam. Olahraga dilakukan secara teratur sesuai
dengan kapasitas tiap individu. Latihan kognitif dilakukan untuk menstimulasi
simpanan kognitif otak sehingga diharapkan risiko demensia menurun. Manajemen
vaskular perlu dilakukan secara ketat terhadap seseorang dengan hipertensi,
obesitas, dan diabetes melalui pengobatan rutin yang dimulai sedini mungkin.
Mengetahui berbagai faktor risiko demensia menjadi tahap awal untuk melakukan
perubahan gaya hidup di tengah-tengah masyarakat guna mencegah demensia.
Bagi para penderita demensia, diharapkan pengetahuan ini dapat menjadi sumber
motivasi untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dengan dukungan dari orang-orang
sekitar, demensia bukanlah kondisi yang tidak dapat dikendalikan.
Sumber:
5. Morris MC, Tangney CC, Wang Y, Sacks FM, Barnes LL, Bennett DA, et al.
(2015). MIND diet slows cognitive decline with aging. Alzheimers Dement; 11(9):
1015–22.
6. Morris MC, Tangney CC, Wang Y, Sacks FM, Bennett DA, Aggarwal NT. (2015).
MIND diet associated with reduced incidence of alzheimer’s disease. Alzheimers
Dement; 11(9): 1007–14.