Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Metode
Rancangan Penelitian dan Pemilihan Pasien
The IPSYS adalah suatu jaringan pusat neurologis nasional dengan ketertarikan khusus
di bidang iskemia serebri yang terjadi pada usia muda di seluruh Italia, yang merekrut
pasien berkulit putih dengan stroke akut pertama yang memenuhi kriteria berikut: (1)
usia 18 – 45 tahun dan (2) dengan infrak serebri yang terbukti dengan pemeriksaan
computed tomographic (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI) berbasis rumah
sakit pada penelitian multicentre observasional. Pusat yang termasuk ke dalam jaringan
tersebut merekrut kasus stroke secara prospektif. Dengan tujuan analisis saat ini, kami
menyaring data secara konsekutif dari pasien yang dirawat di 26 rumah sakit. Periode
rekrutmen dimulai dari 1 Januari 2000 sampai 30 Juni 2015. Stroke didefinisikan
sebagai kehilangan fungsi serebri global maupun fokal yang mendadak yang bertahan
lebih dari 24 jam dengan kemungkinan penyebab vaskular. Stroke iskemik akibat
trombosis vena sinus, vasospasme setelah perdarahan subaraknoid, dan pembedahan
jantung; IS yang terjadi sebagai konsekuensi segera dari trauma; dan stroke iatrogenik
merupakan kriteria eksklusi penelitian. Semua aspek penelitian disetujui oleh otoritas
lokal di setiap tempat penelitian (eAppendix 2 pada Supplement). Persetujuan tertulis
diperoleh dari semua pasien atau walinya.
Diagnosis CEAD
Angiografi konvensional empat pembuluh darah, MRI dengan angiografi MRI (3-
dimensional time of flight), dan/atau CT angiografi kepala dan leher termasuk ke dalam
pemeriksaan diagnostik. Tanda double-lumen (lumen palsu atau intimal flap),
penyempitan lumen dengan “string sign,” dan ujung yang perlahan meruncing pada
oklusi total lumen (flame- like occlusion) dianggap sebagai temuan angiografi CEAD
yang dapat diandalkan. Temuan penyempitan lumen yang dikelilingi dengan hematoma
intramural semilunar pada gambaran T1 aksial dianggal sebagai tanda patognomonik
MRI.
Analisis Statistik
Perbedaan antara dua subkelompok (CEAD IS dan non-CEAD IS) dianalisis dengan uji
χ2, uji t tidak berpasangan dan berpasangan, dan uji Mann-Whitney, jika diperlukan.
Regresi logistik kategorik (multinomial) direncanakan untuk menguji efek hipertensi,
diabetes, merokok, hiperkolesterolemia, dan riwayat migrain dan subtipenya (migrain
tanpa aura dan migrain dengan aura) dengan prediksi pada setiap kelompok, dan
disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin. Untuk menilai apakah besar efek migrain
bervariasi pada jenis kelamin dan usia yang berbeda, kami melakukan analisis yang
sama secara terpisah pada laki-laki dan perempuan dan dengan dua strata berbeda
berdasarkan median usia. Kami juga menganalisis apakah pada subkelompok pasien
CEAD (analisis kasus saja), profil faktor risiko berbeda antara pasien dengan migrain
dan tanpa migrain. Oleh karena adanya usulan hubungan antara PFO dan migrain, kami
melakukan analisis subkelompok berdasarkan status individu karier atau nonkarier
abnormalitas septal interartial ini. Hasil ditampilkan dalam odds ratios (ORs) dengan
95% CI. Nilai P ≤ 0,05 yang diperoleh dari uji berpasangan dianggap signifikan. Data
dianalisis dengan menggunakan SPSS, versi 16.0.
Hasil Penelitian
Sasaran penelitian ini berjumlah 2.485 pasien yang terdaftar dalam registrasi IPSYS. Di
antara pasien-pasien ini, 334 pasien (13,4%) mempunyai diagnosis CEAD IS dan 2.151
pasien (86.6%) mempunyai diagnosis non-CEAD IS. Mean (SD) usia pasien adalah
36,8 (7,1) tahun dan sebanyak 1.163 peserta (46,8%) adalah perempuan. Seperti yang
diharapkan, pasien non-CEAD IS cenderung mempunyai profil faktor risiko
kardiovaskular yang kurang baik, di antaranya diabetes, hiperkolesterolemia, dan
merokok. Migrain lebih sering dijumpai pada subkelompok pasien CEAD IS (103
[30,8%] vs 525 [24,4%], p = 0,01). Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan
frekuensi migrain tanpa aura (80 [24,0%] vs 335 [15,6%], p < 0,001), sedangkan
frekuensi migrain tanpa aura secara signifikan tidak berbeda pada kedua subkelompok
(21 [6,3%] vs 190 [8,8%], p = 0,12). Karakteristik demografik populasi penelitian yang
dibagi berdasarkan penyakit dan prevalensi faktor risiko tertentu ditampilkan pada
Tabel 1.
Setelah penyesuaian dilakukan terhadap variabel-variabel yang telah dipilih
sebelumnya, migrain tanpa aura dijumpai mempunyai hubungan yang bermakna dengan
dengan CEAD IS (OR, 1,74; 95%CI, 1,30 - 2,33), namun kami tidak menjumpai adanya
hubungan yang signifikan antara migrain dengan aura dan CEAD IS (OR, 0,80; 95%CI,
0,49 - 1,29). Sebaliknya, terdapat hubungan signifikan antara diabetes (OR, 3,84;
95%CI, 1,38 - 11,11), merokok saat ini (OR, 1,38; 95% CI, 1,07 - 1,78), dan
hiperkolesterolemia (OR, 1,38; 95% CI, 1,03 - 1,88) dengan non-CEAD IS. Riwayat
migrain juga secara signifikan berhubungan dengan subkelompok CEAD IS, tetapi
hanya pada laki-laki saja. Demikian pula pada migrain tanpa aura, walaupun migrain
tanpa aura berhubungan dengan diseksi pada kedua jenis kelamin dan usia pasien,
kekuatan hubungan ini lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan (OR,
1,99; 95%CI, 1,31 - 3,04 vs OR, 1,53; 95%CI, 1,04 - 2,25) dan pada usia yang lebih
muda daripada usia tua (OR, 1,82; 95% CI, 1,22 - 2,71 vs OR, 1,55; 95% CI, 1,04 -
2,31) (Tabel 2).
Pada analisis yang hanya dilakukan pada kelompok kasus yang terbatas pada
pasien CEAD IS, kami jumpai peningkatan prevalensi migrain pada perempuan
dibandingkan laki-laki, baik dengan maupun tanpa aura (62 [60,2%] vs 41 [39,8%], p ≤
0,001), sedangkan pada profil faktor risiko vaskular tidak terdapat perbedaan yang
signifikan di antara pasien dengan dan tanpa migrain (Tabel 3).
Status karier PFO tidak mempunyai pengaruh terhadap temuan penelitian ini.
Walaupun prevalensi migrain, terutama migrain dengan aura, lebih tinggi pada pasien
PFO dibandingkan tanpa PFO (migrain apapun 239 [30,3%] vs 389 [22,9%], p < 0,001;
migrain tanpa aura, 129 [16,3%] vs 286 [16,9%]; p = 0,74; migraine dengan aura, 110
[13,9%] vs 101 [6,0%], p < 0,001), eksklusi karier PFO dari analisis (763 non-CEAD IS
dan 26 CEAD IS) tidak mengubah hubungan antara tipe migrain, terutama migrain
tanpa aura, dengan CEAD (migrain apapun, 89 [28,9%] vs 300 [21,6%], p = 0,006;
migraine tanpa aura, 71 [23,1%] vs 215 [15,5%]; p = 0,001; migrain dengan aura, 16
[5,2%] vs 85 [6,1%], p = 0,53), yang juga mendukung temuan kami.
Diskusi
Pada penelitian kohort besar yang dilakukan terdahap pasien IS yang berusia 18 - 45
tahun, kami menemukan hubungan yang konsisten antara migrain dan CEAD spontan.
Pada analisis yang disesuaikan dengan faktor risiko vaskular, hubungan ini tetap
menunjukkan hubungan yang serupa. CEAD lebih berisiko pada migrain tanpa aura
dibandingkan dengan migrain dengan aura, laki-laki daripada perempuan, dan pada usia
muda daripada usia tua. Kami juga menemukan perbedaan yang tidak signifikan antara
profil faktor risiko pasien dengan CEAD IS dengan dan tanpa migrain, dan dengan
proporsi yang lebih besar pada wanita di kelompok migrain.
Kesimpulan
Data kami mendukung pertimbangan riwayat migrain sebagai marka peningkatan risiko
IS yang disebabkan oleh CEAD, dan suspek faktor risiko CEAD, tanpa memandang
manifestasi klinisnya. Temuan ini menekankan perlunya analisis lebih lanjut untuk
meneliti sifat dan mekanisme peningkatan risiko pada penderita migrain dan untuk
menjelaskan apakah risiko ini hanya berlaku pada kelompok spesifik tertentu penderita
migrain.