Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bernapas merupakan aktivitas yang penting bagi manusia. Tubuh memerlukan suplai
oksigen yang cukup untuk proses metabolisme. Jika terjadi gangguan pada saluran pernapasan
misalnya saluran pernapasan terisi oleh zat lain seperti cairan, maka pertukaran gas akan
terganggu. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan untuk membantu mengembalikan fungsi
normal saluran pernapasan, salah satunya adalah dengan pemasangan WSD (Water Seal
Drainage).

Kebutuhan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) misalnya, pada trauma (luka tusuk
di dada), biasanya disebabkan oleh benda tajam, bila tidak mengenai jantung, biasanya dapat
menembus rongga paru-paru. Mekanisme penyebabnya bisa satu tusukan kuat ataupun satu
gerakan mendadak yang hebat. Akibatnya, selain terjadi peradarahan dari rongga paru-paru,
udara juga akan masuk ke dalam rongga paru-paru, sehingga udara atmosfer dapat masuk ke
rongga pleura dan mengganggu mekanisme ventilasi vakum paru. Oleh karena itu, paru-paru
pada sisi yang luka akan mengempis. Penderita nampak kesakitan ketika bernapas dan
mendadak merasa sesak dan gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang (Kartono, M.
1991).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari WSD (Water Seal Drainage)?


2. Apa saja tujuan pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
4. Apa saja komplikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
5. Apa saja macam-macam dari WSD (Water Seal Drainage)?
6. Bagaimana prosedur pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan pemasangan WSD (Water Seal
Drainage)?

1
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Memahami asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada pasien dengan


pemasangan WSD (Water Seal Drainage).

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mampu memahami definisi dari WSD (Water Seal Drainage)?


2. Mampu memahami tujuan pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
3. Mampu memahami indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan WSD (Water
Seal Drainage)?
4. Mampu memahami komplikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
5. Mampu memahami macam-macam dari WSD (Water Seal Drainage)?
6. Mampu memahami prosedur pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
7. Mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan pemasangan WSD
(Water Seal Drainage)?

1.4 Manfaat

Dengan adanya makalah ini, diharapkan mampu memahami asuhan keperawatan


pada pasien dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) serta mampu
mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN

WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
(darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam keadaan normal
rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.

Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :

1. Diagnostik :

Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat
ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shoks.

2. Terapi :

Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan


tekanan rongga pleura sehingga “mechanis of breathing” dapat kembali seperti yang
seharusnya.

3. Preventive :

Mengeluarkan udara atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga “mechanis of
breathing” tetap baik.

Perubahan Tekanan Rongga Pleura

Tekanan Istirahat Inspirasi Ekspirasi


Atmosfer 760 760 760

3
Intrapulmoner 760 757 763
Intrapleural 756 750 756

2.2 TUJUAN

1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan
tekanan negatif rongga tersebut

2.3 INDIKASI PEMASANGAN WSD

a. Pneumothoraks :
 Spontan > 20% oleh karena rupture bleb
 Luka tusuk tembus
 Klem dada yang terlalu lama
 Kerusakan selang dada pada sistem drainase

b. Hemothoraks :
 Robekan pleura
 Kelebihan antikoagulan
 Pasca bedah thoraks

c. Hemopneumothorak

d. Thorakotomy :
 Lobektomy
 Pneumoktomy

4
e. Efusi pleura : Post operasi jantung

f. Emfiema :
 Penyakit paru serius
 Kondisi inflamsi

g. Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk

h. Flail Chest yang membutuhkan pemasangan ventilator

2.4 KONTRAINDIKASI PEMASANGAN WSD

a. Infeksi pada tempat pemasangan


b. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol

2.5 KOMPLIKASI

a. Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial


aritmia
b. Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema
c. Komplikasi lainnya : laserasi ( yang mencederai organ: hepar, lien),
perdarahan, empisema subkutis, tube terlepas, tube tersumbat

2.6 MACAM-MACAM

1. WSD dengan sistem satu botol

 Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple
pneumothoraks

5
 Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1
untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol. Jenis ini mempunyai 2 fungsi,
sebagai penampung dan botol penampung
 Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk
mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru

Note:

 Apabila < 2 cm H2O, berarti no water seal. Hal ini sangat berbahaya karena
menyebabkan paru kolaps.
 Apabila > 2 cm H2O, berarti memerlukan tekanan yang lebih tinggi dari paru untuk
mengeluarkan cairan atau udara.
 Apabila tidak ada fluktuasi yang mengikuti respirasi apat disebabkan karena adanya
kinking, clotting atau perubahan posisi chest tube.
 Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari
rongga pleura keluar
 Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi
 Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :
a) Inspirasi akan meningkat
b) Ekpirasi menurun

2. WSD dengan sistem 2 botol

 Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke-2 botol
water seal.
 Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa
udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi
water seal. Dapat dihubungkan dengan suction control
 Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura
masuk ke water seal botol 2
 Prinsip kerjasama dengan ystem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga
pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD

6
 Biasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi
peural
 Keuntungannya adalah water seal tetappada satu level

3. WSD dengan sistem 3 botol

 Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan
yang digunakan. Selain itu terpasang manometer untuk mengontrol tekanan
 Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan
 Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah
hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol WSD
 Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan
 Botol ke-3 mempunyai 3 selang :
 Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua
 Tube pendek lain dihubungkan dengan suction
 Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke atmosfer

7
BAB 3

PROSEDUR PEMASANGAN WSD

3.1 TEMPAT PEMASANGAN WSD

a. Bagian apex paru (apical)


 Anterolateral interkosta ke 1-2
 Fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura

b. Bagian basal
 Postero lateral interkosta ke 8-9
 Fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura

3.2 CARA PEMASANGAN WSD

3.2.1 Persiapan

1. Pengkajian

a. Memeriksa kembali instruksi dokter

b. Mengecek inform consent

c. Mengkaji status pasien; TTV, status pernafasan

2. Persiapan pasien

a. Siapkan pasien

b. Memberi penjelasan kepada pasien mencakup :

c. Tujuan tindakan

d. Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD. Posisi klien dapat
duduk atau berbaring

8
e. Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti nafas dalam,
distraksi

f. Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu sisi yang terkena

3. Persiapan alat

1. Sistem drainage tertutup


2. Motor suction
3. Slang penghubung steril
4. Botol berwarna putih/bening dengan kapasitas 2 liter, gas, pisau
jaringan/silet, trokart, cairan antiseptic, benang catgut dan jarumnya, duk
bolong, sarung tangan , spuit 10cc dan 50cc, kassa, NACl 0,9%, konektor,
set balutan, obat anestesi (lidokain, xylokain), masker.

3.3.2 Pelaksanaan

Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat
dilaksanakan dengan baik , dan perawat memberi dukungan moril pada pasien.

1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea aksilaris
anterior dan media
2. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan
3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai
muskulus interkostalis
4. Pada saat inspirasi:
1. Tekanan dalam paru-paru > kecil dibanding tekanan yang ada di dalam WSD
2. Paru- paru mengembang

Note:

Apabila menggunakan WSD tipe satu botol, saat inspirasi cairan biasanya akan tertarik ke
atas, namun tidak sampai masuk kembali ke rongga pleura karena adanya gaya gravitasi dan
perbedaan sifat cairan yang lebih berat daripada udara.

9
1. Pada saat ekspirasi:

Tekanan dalam paru- paru > besar dibanding tekanan yang ada di dalam WSD

1. Masukkan Kelly klem melalui pleura parietalis kemudian disebarkan. Masukkan jari
melalui lubang tersebut. untuk memastikan sudah sampai rongga pleura / menyentuh
paru
2. Masukkan selang (chest tube) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan
Kelly forceps
3. Chest tube yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan di dinding dada
4. Chest tube disambung ke WSD yang telah disiapkan
5. Foto X-ray dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan

3.3.3 Tindakan setelah prosedur

1. Perhatikan undulasi pada selang WSD

Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain :

1. Motor suction tidak berjalan


2. Slang tersumbat dan terlipat
3. Paru-paru telah mengembang
4. Yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi system drainage, amati
tanda-tanda kesulitan bernafas
5. Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar
6. Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah
ditetapkan serta pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air
7. Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui jumlah
cairan yg keluar
8. Observasi pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama
9. Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan
10. Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan sampai
slang terlipat
11. Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi

10
12. Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu
13. Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang
dibuang
14. Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran
15. Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema
subkutan
16. Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan ystem cara batuk efektif
17. Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh
18. Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD
19. Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak
pada persendian bahu daerah pemasangan WSD

3.3 PERAWATAN WSD

1. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.


Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari sekali,
dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya slang dan
tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.
2. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan
diberi analgetik oleh dokter.
3. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :
1. Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak
terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian
masuknya slang dapat dikurangi.
2. Pergantian posisi badan.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil
dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut,
merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di
bawah lengan atas yang cedera.
3. Mendorong berkembangnya paru-paru.
1. Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
2. Latihan napas dalam.

11
3. Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk
waktu slang diklem.
4. Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
5. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.

Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan dalam 1
jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan
bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan keadaan pernapasan.

PERAN PERAWAT DALAM PEMASANGAN WSD

1. Suction harus berjalan efektif :


1. Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1
- 2 jam selama 24 jam setelah operasi.
2. Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka,
keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
3. Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika
suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2
terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di
cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan darah, slang
bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan
di dinding paru-paru.
4. Perawatan “slang” dan botol WSD/ Bullow drainage.
1. Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan
yang keluar kalau ada dicatat.
2. Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan
adanya gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.
3. Penggantian botol harus “tertutup” untuk mencegah udara masuk
yaitu meng”klem” slang pada dua tempat dengan kocher.
4. Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol
dan slang harus tetap steril.
5. Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-
sendiri, dengan memakai sarung tangan.

12
Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang terlepas,
botol terjatuh karena kesalahan dll WSD (Water Seal Drainage)

3.4 INDIKASI PELEPASAN WSD

1. Produksi cairan <50 cc/hari


2. Bubling sudah tidak ditemukan
3. Pernafasan pasien normal
4. 1-3 hari post cardiac surgery
5. 2-6 hari post thoracic surgery
6. Pada thorax foto menunjukkan pengembangan paru yang adekuat atau tidak adanya
cairan atau udara pada rongga intra pleura

13
BAB 4

ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN

4.1.1. Anamnesa

1. Identitas Pasien

Terdiri dari nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, dan pekerjaan.

1. Keluhan Utama
1. Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama dirasakan pasien
2. Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak
nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat
tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non
produktif, sedangkan pada pneumothorak
3. Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat yang menceritakan perjalanan penyakit pasien hingga pasien dibawa ke rumah sakit.

1. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit yang dulu pernah diderita klien yang berhubungan dengan penyakit yang
diderita pasien sekarang.

1. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit yang mungkin diderita oleh anggota keluarga pasien yang disinyalir
sebagai penyebab penyakit pasien sekarang. Contohnya: Ca paru, TBC, dll.

1. Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta


bagaimana respon pasien terhadap tindakan pengobatan yang dilakukan terhadap dirinya.

14
4.1.2. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda-tanda vital meliputi: tekanan darah, suhu, nadi, dan RR.


2. Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, apakah composmentis, apatis, somnolen, sopor
atau koma. Bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien
selama dilakukan anamnesa, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat
kecemasan dan ketegangan pasien.
3. ROS (Review of System)

B1 (Breath)

1. Kaji ada tidaknya kesulitan bernafas seperti adanya keluhan sesak


2. Batuk (produktif atau tidak produktif, secret, warna, konsistensi, bau)
3. Irama nafas pasien (teratur/tidak teratur), takipnea
4. Adanya peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi interkostal
5. Fremitus fokal
6. Perkusi dada : hipersonor
7. Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetris
8. Pada kulit terdapat sianosis, pucat, krepitasi subkutan
9. Selain itu kaji riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi paru, tumor, biopsi
paru.

B2 (Blood)

1. Taki kardi, irama jantung tidak teratur ( disaritmia )


2. Suara jantung III, IV, galop / gagal jantung sekunder
3. Hipertensi / hipotensi
4. CRT untuk mengetahui tingkat perfusi perifer, normalnya < 3 detik
5. Akral : hangat, panas, dingin, kering atau basah

B3 (Brain)

1. Tentukan GCS pasien


2. Tentukan adanya keluhan pusing,

15
3. Lamanya istirahat/tidur, normal kebutuhan istirahat tiap hari adalah sekitar 6-7 jam.
4. ada tidaknya gangguan pada nerves pendengaran, penglihatan, penciuman.
5. Kaji adanya nyeri, tentukan skala nyeri pasien, lokasi nyeri misallnya nyeri dada
sebelah kanan, frekuensi nyeri (serangan datang secara tiba-tiba), nyeri bertambah
saat bernapas, nyeri menyebar ke dada, badan dan perut dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan nyeri yang dirasakan pasien

B4 (Bladder)

Kaji beberapa hal yang berhubungan dengan system perkemihan, meliputi:

1. Keluhan kencing : nocturia, poliuria, disuria, oliguria, anuria, retensi, inkontinensia


2. Produksi urine tiap hari, warna, dan bau. Produksi urine normal adalah sekitar
500cc/hari dan berwarna kuning bening
3. Keadaan kandung kemih : membesar atau tidak, adanya nyeri tekan
4. Intake cairan tiap hari, pemberiannya melalui oral atau parenteral. Intake cairan yang
normal setiap hari adalah sekitar 1 liter air.
5. Kaji ada tidaknya penggunaan alat bantu kateter

B5 (Bowel)

1. Kaji keadaan mulut pasien: bersih, kotor atau berbau


2. Keadaan mukosa: lembab, kerig, stomatitis
3. Tenggorokan : adanya nyeri menelan, pembesaran tonsil, nyeri tekan
4. Keadaan abdomen: tegang, kembung atau ascites
5. Adanya nyeri tekan, ada tidaknya luka bekas operasi
6. Peristaltic usus tiap menitnya
7. Frekuensi BAB tiap hari da konsistensinya (keras, lunak, cair atau berdarah)
8. Nafsu makan, adanya diet makanan dan porsi makan tiap hari

B6 (Bone)

1. Tentukan pergerakan sendi pasien (bebas, terbatas)


2. Kaji adanya kelainan ekstermitas, kelainan tualang belakang dan fraktur

16
3. Keadaan kulit: ikteri, siaonis, kemerahan atau hiperglikemi
4. Keadaan turgor kulit

4.1.3. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium
2. Darah lengkap dan kimia darah
3. Bakteriologis
4. Analisis cairan pleura
5. Pemeriksaan radiologis
6. Biopsi

4.1.4 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola pernapasan b.d ekspansi paru yang tidak maksimal karena
akumulasi udara/cairan
2. Nyeri Akut b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder
3. Resiko infeksi b.d tempat masuknya organisme sekunder terhadap trauma
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan
kurang terpajan informasi.

4.1.5 Intervensi

1. Ketidakefektifan pola pernapasan b.d ekspansi paru yang tidak maksimal karena
akumulasi udara/cairan

Kemungkinan dibuktikan oleh : dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernapasan,


penggunaan otot aksesori, gangguan pengembangan dada, sianosis.

Tujuan : Pola nafas efektif

Kriteria hasil :

17
a. Menunjukkan pola napas normal/efektif (klien tidak merasa tercekik, irama
napas teratur, frekuensi napas dalam rentang normal, tidak ada suada napas
yang abnormal)
b. Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia
c. Tanda vital dalam rentang normal

Intervensi :

Intervensi Rasional
Pertahankan posisi nyaman dengan membuka Meningkatkan inspirasi maksimal,
jalan napas dengan chin lift atau jaw trust meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi
(bila perlu), biasanya peninggian kepala pada sisi yang tak sakit.
tempat tidur (head up)
Bila selang dada dipasang :

 Periksa pengontrol penghisap, batas Mempertahankan tekanan negative


cairan intrapleural sesuai yang diberikan, yang
meningkatkan ekspansi paru optimum dan/
atau drainase cairan

Gelembung udara selama ekspirasi


menunjukkan lubang angin dari
 Observasi gelembung udara botol
pneumothorak. Naik turunnya
penampung
gelembung udara menunjukkan ekspansi paru

Mengisolasi lokasi kebocoran udara pusat


system

Fluktuasi (pasang surut) menunjukkan


 Klem selang pada bagian bawah unit
perbedaan tekanan inspirasi dan eksprirasi
drainase bila terjadi kebocoran
 Awasi pasang surutnya air
Berguna dalam menevaluasi perbaikan
penampung dan water seal
kondisi/terjadinya komplikasi atau perdarahan
yang memerlukan upaya intervensi

18
 Catat karakter/jumlah drainase selang
dada.

Berikan oksigen melalui kanul/masker, latih Alat dalam menurunkan kerja napas;
napas dalam dan batuk efektif meningkatkan penghilangan distress respirasi
dan sianosis b.d hipoksemia.
Perawatan :

Observasi pola napas dan komplikasi Agar pasien tercukupi oksigennya dan pola
napasnya efektif, serta untuk mencegah
terjadinya komplikasi yang bias
memperparah kondisi klien

2. Nyeri Akut b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder

Kemungkinan dibuktikan dengan : RR dan nadi meningkat, raut wajah pasien seperti
menahan rasa sakit, pasien merasa tidak nyaman

Tujuan : Kenyamanan pasien terpenuhi

Kriteria hasil:

a. Nyeri berkurang bahkan hilang


b. RR dan nadi kembali normal yaitu 16-20x/menit dan 60-100x/menit

Intervensi :

Intervensi Rasional
 Berikan tehnik relaksasi distraksi Mengalihkan perhatian apsien terhadap rasa
nyerinya sehingga nyeri pasien berkurang

19
 Jika nyeri tidak Mengurangi tingakt nyeri yang dirasakan
berkurang,kolaborasikan dengan pasien
dokter untuk pemberian obat analgesik

 Observasi skala nyeri setelah Sebagai evaluasi terhadap interensi yang


intervensi yang telah dilakukan telah dilakukan dan untuk merencanakan
intervensi selanjutnya

3. Kerusakan integritas kulit b.d trauma mekanik terpasang WSD

Kemungkina dibuktikan oleh: adanya inflamasi didaerah yang terpasang WSD, suhu
tubuh meningkat, nyeri pada daerah yang terpasang WSD

Tujuan : Tidak terjadi infeksi pada pasien

Kriteria hasil :

a. Tidak terjadi infalamsi pada daerah yang terpasang WSD


b. Tidak timbul rasa nyeri
c. Suhu tubuh normal (36,5-37,5)

Intervensi :

Intervensi Rasional
 Rawat daerah yang terpasang WSD Untuk menjaga kebersihan daerah yang
secara teratur terpasang WSD sehingga dapat
meminimalisir peluang terjadinya infeksi.
 Ajarkan kepada keluarga untuk Untuk melindungi tubuh dari resiko infeksi
merawat daerah WSD dan
instruksikan untuk merawatnya secara
teratur

20
 Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan Mencegah kontaminasi lingkungan terhadap
yang benar pasien yang dapat emmicu terjadinya infeksi
 Ajarkan kepada pengunjung untuk
mencuci tangan sewaktu masuk dan
meninggalkan ruang pasien
 Ajarkan kepada pasien dan keluarga
tanda/gejala infeksi dan kapan harus Mendeteksi adanya infeksi sedini mungkin
melaporkan ke pusat kesehatan sehingga dapa segera dilakukan tindakan agar
infeksi tidak semakin parah
 Kolaborasikan untuk member Mengendalikan factor pemicu infeksi
antibiotik jika diperlukan

 Batasi jumlah pengunjung jika Meminimalkan pemicu infeksi


diperlukan

4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan


kurang terpajan informasi.

Kemungkinan dibuktikan dengan : pasien sering bertanya, ketidakakuratan mengikuti


instruksi, pasien tampak gelisah.

Tujuan : Pengetahuan pasien dapat terpenuhi

Kriteria hasil:

a. Pasien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/ proses penyakit dan


rencana pengobatan
b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur dengan benar

Intervensi :

21
Intervensi Rasional

 Gambarkan proses penyakit dengan Pasien mengetahui proses penyaktinya


cara yang tepat

 Diskusi pilihan terapi atau penanganan Pasien dan keluarga dapat memilih pengobatan
dan terapi yang baik

 Tinjau ulang pengetahuan pasien akan Mengetahui keefektifan intervensi yang telah
penyakit dan proses pengobatannya dilakukan

22
BAB 5

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
(darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut.

Tujuan pemasangan WSD antara lain :

1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan
tekanan negatif rongga tersebut

23
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2008. Askep Pemasangan WSD.www.scribd.com, Diakses 20 Desember 2010


Jam 08.00 WIB

Anonymous. 2008. www.asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com , Diakses 20 Desember


2010 Jam 21.27 WIB

Anonymous. 2008. www.contoh-askep.blogspot.com , Diakses pada 20 Desember 2010 Jam


21.16 WIB

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Hudak & Gallo, 1996, Keperwatan Kritis Pendekatan Holistik Edisi VI, Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran ECG.

Smeltzer, S.C. & Bare. B.G., 2002. Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical
Nursing 8thEdition Volume I, Jakarta: ECG.

24

Вам также может понравиться