Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Firman Pranoto
Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah,
Indonesia
ABSTRAK
Latar Belakang : Karsinoma nasofaring merupakan salah satu keganasan yang dapat
menjadi stressor selama pengobatan. Belum ada adanya data tentang perbedaan
kecemasan pada pasien karsinoma nasofaring yang berasal dari desa dan kota di
RSUD Prof.Dr. Margono Soekarjo perlu mendapatkan penangan lebih lanjut untuk
menekan terjadinya kecemasan pada pasien.Tujuan Penelitian : Mengetahui
perbedaan tingkat kecemasan pada pasien karsinoma nasofaring di RSUD Prof.Dr.
Margono Soekarjo yang berasal dari desa dan di kota. Metode : Rancangan penelitian
yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan
cross-sectional. Sampel yang diteliti adalah pasien Karsinoma Nasofaring yang
berasal dari desa dan kota yang terdaftar di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi Hasil : Berdasarkan hasil uji
statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diketahui nilai chi-square sebesar 6,600
dengan nilai signifikan α = 0,05, p value = 0,037. Karena nilai probabilitas < 0,05,
maka Ho ditolak yang artinya ada perbedaan tingkat kecemasan pada pasien
karsinoma nasofaring masyarakat desa dan kota di RSUD Prof.Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto. Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Prof.DR. Margono
Soekarjo tingkat kecemasasan pada masyarakat yang berasal dari kota lebih tinggi
dibandingkan pasien yang berasal dari desa. Dan dari perhitungan disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan tingkat kecemasan pada pasien karsinoma nasofaring di RSUD
Prof.Dr. Margono Soekarjo yang berasal dari desa dan kota
ABSTRAK
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang
Asia dan merupakan salah satu jenis tumor yang memiliki prognosis buruk
dikarenakan posisi tumor yang berdekatan dengan dasar tengkorak dan berbagai
keadaan geografis setempat dan diperkirakan 1/100.000 penduduk per tahun. Angka
nasofaring dan merupakan tumor ganas yang tersering ditemukan di bidang telinga
adalah sebanyak 127 kasus karsinoma baru pada tahun 2000-2002. Pada tahun 2002-
2004 dilaporkan peningkatan kasus menjadi 455 kasus (152 kasus/tahun) atau
meningkat sebesar 35% per tahun dan diperkirakan akan terus meningkat dari tahun
pendahuluan November 2014, sepanjang tahun 2013 dilaporkan sebanyak 202 kasus
karsinoma nasofaring yang tercatat di Pusat Rekam Medik, sedangkan pada periode
Januari 2014 hingga November 2014, kasus karsinoma nasofaring mencapai 209
kasus. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa terjadi peningkatan kasus sebanyak
kondisi stress pada individu yang tidak dapat memiliki koping positif (Asmadi,
2008). Koping merupakan upaya perilaku dan kognitif dalam menghadapi ancaman
fisik dan psikososial, sehingga koping merupakan suatu mekanisme untuk mengatasi
perubahan atau masalah yang sedang dihadapi. Koping positif adalah koping yang
psikologis tidak dapat dihadapi dengan koping positif maka akan mencetuskan stress
(Hawari, 2006).
METODE
penelitian cross sectional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan
antara faktor resiko (variabel bebas) terhadap efek yang akan ditimbulkan (variabel
pengambilan sampel yang digunakan adalah kuota sampling dengan jumlah sampel
30 orang. Subyek yang digunakan pada penelitian ini adalah subyek pada populasi
terjangkau yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusinya
adalah sebagai berikut: Pasien Karsinoma Nasofaring yang dibuktikan dengan hasil
pemeriksaan Patologi Anatomi serta terdaftar di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto, Berasal dari desa atau kota di Kabupaten Banyumas berdasarkan Kartu
Tanda Penduduk (KTP) yang disesuaikan dengan klasifikasi desa kota menurut
Badan Pusat Statistik (2010) Jawa Tengah, Bersedia diikutsertakan dalam penelitian
dan bersedia menjadi responden untuk diwawancarai dan mengisi kuisioner secara
lengkap, dan Memperoleh skor Lie <5 pada skala L-MMPI yang digunakan untuk
mengukur tingkat kejujuran respoden dalam menjawab kuesioner yang akan diajukan.
Sedangkan untuk kriteria eksklusinya adalah sebagai berikut: Responden yang tidak
HASIL
dengan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 30 orang dengan metode Cross
karsinoma nasofaring dilakukan pada tanggal 5 Juli 2015 sampai dengan 5 Agustus
2015.
30 – 60 15 50,00
Perempuan 9 30,00
Hasil penelitian mengenai pasien karsinoma nasofaring paling banyak sampel
berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 21 orang (70%). Menurut kelompok umur,
2 Sedang 10 66,67
3 Berat 3 20,00
Total 15 100,00
2 Sedang 3 20,00
3 Berat 4 26,67
Total 15 100,00
Desa 8 3 4
Jumlah 10 13 7
orang pasien karsinoma nasofaring yang berasal dari kota, 9 orang diantaranya
PEMBAHASAN
antara tingkat kecemasan pasien karsinoma nasofaring masyarakat kota dan desa di
mempengaruhi tingkat kecemasan seorang pasaien dan salah satu diantaranya adalah
karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga,
sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah lingkungan sosial
tempat tinggal. Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada lingkungan yang tidak baik,
dan individu tersebut menimbulkan suatu perilaku yang buruk, maka akan
pada pasien karsinoma nasofaring masyarakat desa dan kota di RSUD Prof.Dr.
tapi juga masalah emosional lainnya seperti marah dan kecewa, ketika mengetahui
diagnosa yang ditegakkan mereka akan jatuh pada kondisi frustasi dan ketika
perpanjangan jarak antara kekambuhan dan harus menanggung resiko efek samping
yang sangat berat pula yang dapat mengancam kehidupan. ( Hadjam, 2003).
Adanya perbedaan tingkat kecemasan pasien dari masyarakat daerah kota dan
desa karena pola hidup yang cenderung berbeda, dimana masyarakat kota cenderung
sangat individual dan tidak memiliki tempat untuk saling berkomunikasi. Adanya
perbedaan itulah yang membuat tingkat kecemasan masyarakat kota dan desa saat
menghadapi masalah tidak terkecuali masalah penyakit menjadi beda. Kehidupan
KESIMPULAN
nasofaring yang berasal dari desa dan kota di RSUD Prof.Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.
REFERENSI
Badan Pusat Statistik. 2010. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun
2010 Klasifikasi perkotaan dan perdesaan Di indonesia, Buku 2. Badan pusat
statistik.
Barbara C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah (SuatuPendekatan Proses
Keperawatan ),Yayasan IAPK Pajajaran . Bandung.
Brennan B. Review: Nasopharyngeal Carcinoma. Orphanet Journal of Rare Diseases,
2006; 1:23: 1-5
Cassem EH. Depression and Anxiety Secondary to Medical Illness. Dalam: Kaplan,
HI., Sadock, BJ., Grebb, JA (editor). 2005. Synopsis of Psychiatry Seventh
Edition. Hongkong: Williams and Wilkins.
Stuart GW. Anxiety responses and anxiety disorders. In: Stuart GW, Laraia MT,
(editors). Principles and practice of psychiatry nursing. 8th edn. St Louis:
Mosby; 2005:260-284.
Sun Nee-ngor. 1996. Stress, coping and psychological distress in Hong Kong
nasopharyngeal carcinoma patients. Thesis. Pokfulam, Master of sosial
science, The University of Hongkong.