Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
www.jik.ub.ac.id
171
PENDAHULUAN perawat, terutama jika tidak ada yang
Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit mendampingi. IGD RSUD dr. Saiful Anwar
Rumah Sakit yang memprioritaskan pasien Laporan Tahunan RSUD dr. Saiful Anwar
sesuai dengan tingkat keadaan gawat darurat. (2014) di IGD menerima pasien terlantar pada
Dalam hal ini perawat dituntut untuk mampu tahun 2012 sebanyak 69 orang, pada tahun
dalam berkomunikasi dan memberikan 2013 sebanyak 55 orang pasien terlantar, dan
pelayanan secara profesional. Kondisi pasien tahun 2014 mengalami peningkatan 75 orang
mengancam jiwa maupun yang menjelang Berdasarkan pengamatan peneliti pada bulan
ajal. Pasien dengan kondisi mengancam desember 2015 di IGD RSUD dr.Saiful Anwar,
nyawa berfokus pada tindakan resusitasi, perawat tidak dapat maksimal menemani dan
sedangkan pada pasien yang menjelang ajal selalu berada mendampingi disisi pasien
lebih berfokus pada perawatan End of Life. terlantar ini. Persepsi perawat pada pasien
End of Life Care diberikan pada pasien yang terlantar dengan End of Life bukanlah pasien
menjelang meninggal atau fase kritis dengan yang prioritas lagi. Banyak pasien lain dalam
(Ruland & Moore, 1998 dalam Aligood & penanganan sehingga perawat tidak memiliki
Tomey, 2014). Teori iniyang mencakup konsep banyak waktu untuk fokus membantu pasien
persiapan yang baik dalam menghadapi terlantar melewati fase End of Life.
www.jik.ub.ac.id
175
dan ditentukan tidak berhasil. Usaha suportif lebih tinggi.Tema terpaksa meninggalkan
adalah perawatan lanjutan pada pasien tanpa pasien tanpa pendampingan spiritual
melakukan intubasi dan pembukaan jalan dibangun dari subtema lebih memprioritas
nafas secara non-invasif. Pasien yang pasien yang harapan hidup lebih tinggi, tidak
menjelang ajal perawatannya lebih berfokus mampu melakukan pendampingan spiritual
pada kebutuhan fisik dan kebutuhan dasar. dan mengalami ketidakseimbangan antara
Perawatan suportif dalam pemenuhan beban kerja dan tenaga perawat.
kebutuhan dasar meliputi pemberiaan Perawat IGD lebih memprioritas pasien yang
oksigen, pemberiaan cairan, obat-obatan harapan hidup lebih tinggi. Hal ini seperti yang
antinyeri. diungkapkan oleh partisipan:
“…Kalau perawatan...... yang menjelang “Kalau ada pasien lain yang gawat.. ya
ajal harus di ini ... gak .. jadi itu hanya prioritas tetap pada pasien yang hidup
istilah secara umum-umum... sama saja .. dulu …. kalau yang pertama kita
secara medis itu atau kesehatan itu yah kepentingannya menyelamatkan nyawa ..
sudah kita.. sudah melakukan ini (P2)”
prosedurnya, obat-obatnya sudah
“...... kita memprioritaskan apa yang
masuk... seperti itu oksigen, cairan ini
masih bisa kita dilakukan dengan pasien
tetap kita berikan……”(P3)
yang lain ... dibanding dengan pasien
“…kalau saya oksigen tidak stop, infus terminal” (P4)
tetap jalan tapi tidak ada tindakan yang
“kalau saya secara pribadi sendiri ..itu
lain ... yah sudah … sudah terpasang itu
saya yang mendominakan pasien yang
kita tidak melepas itu ... berarti alat yang
belum terminal..”(P6)
terpasang pada saat resusitasi, sebelum
resusitasinya dinyatakan gagal yah sudah “kita secara psikologis kita meningkat
dibiarkan saja sampai meninggal ... “(P2) yang harapan hidupannya lebih tinggi
..”(P6)
Tema Terpaksa meninggalkan pasien tanpa
pendampingan spiritual “… disini banyak pasien ..kalau ada
Meninggalkan pasien yang terlantar kondisi yang gawat lainnya tentu saja
menjelang ajal ketika ada pasien kritis yang yang hidup dulu,.. tetap yang hidup dulu
yang dilakukan oleh partisipan, memilih utama, kemudian nanti baru menyiapkan
pasien yang prioritas harapan hidup yang pasien yang terlantar untuk berangkat
www.jik.ub.ac.id
177
kadang-kadang kita mesti harus menginfus atau lainnya istilahnya
ngomong...”(P1) lebih membantu yang lain (P3)
“….gak ada ... atau belum pernah ada kita
Jumlah tenaga perawat dengan beban kerja
berikan dukungan spiritual….yah cuman
yang tidak seimbang dirasakan oleh partisipan
...... kalau secara spontan yah….”(P5)
sehingga tidak mampu melakukan
Tugas perawat di IGD selain melakukan
pendampingan secara maksimal. Kurangnya
tindakan mandiri, perawat juga bertugas
tenaga perawat mengurangi keterlibatan
dalam kelengkapan administrasi dan
dalam pendampingan secara intens.
kelengkapan dokumentasi pasien yang
Pendampingan dalam makna kontekstual
menjadi tanggung jawab perawat IGD..
yaitu memberikan dukungan secara
“…kita harus di tuntut administrasi,
emosional, sosial, kenyamanan juga
kelengkapan dokumentasi, pasien yang
memberikan perasaan ketenangan hati bagi
akan pindah keruangan ... jika kita tidak
pasien yang menghadapi fase menjelang ajal.
mengerjakan itu .. maka IGD akan penuh
…” (P7) “.. secara halnya petugasnya juganya
“…tapi kan kita juga ada dibebani dengan kurang secara BOR .. pasiennya juga tidak
target ..dibebani dengan mana yang wes karuan seperti itu ….ditambah lagi
harus kita prioritaskan... tergantung dari kondisi disini situasi yang sulit jumlah
“…semuanya perawat jadi multi fungsi 4 .. tenaganya sangat jauh “.... dan
Peran perawat di IGD selain melaksanakan ini.. tapi kalau dalam aplikasinya kita kan
www.jik.ub.ac.id
179
kita bisa…...memfasilitasi atau mungkin menjadikan suatu hal yang sangat
ingin berdoa disana lebih privasi…”(P2) menyedihkan.
“….harapan saya .. memang harus ada Mengatasi perubahan psikologis yaitu dengan
tempat.. kalau untuk IGD..... memang mengendalikan perasaan, dimana
tempat pasien DNR itu harus ada …oh iya membedakan simpati empati,
kalau lingkungannya lebih tenang kan menyampingkan empati, tidak terpengaruh
lebih enak membimbing..”(P3) oleh perasaan. Pengendalian dan mengatasi
perubahan psikologis yang dirasakan sangat
PEMBAHASAN
perlu disadari oleh perawat IGD untuk tetap
Perawat memiliki kecenderungan merasa hati
bersikap professional dalam melakukan
tersentuh dan terharu pada pasien yang
perawatan pasien terlantar yang menjelang
dirawat secara langsung. Pasien terlantar yang
ajal. Bersikap professional dengan
menjelang ajal hanya sendiri tanpa ada
memberikan perawatan caring secara fisik,
dukungan dan pendampingan dalam
secara emosional dan psikologis. Hal ini
perawatannya. Hal ini menjadikan
sejalan dengan yang diungkapkan oleh Hudak
kecenderungan munculnya perubahan
& Gallo (2010) yang menyatakan bahwa
psikologis timbul perasaan tersentuh,
perawat peka dalam membangun rasa empati
mengalami suatu perasaan yang berbeda saat
pada pasien, tapi bukan perawat yang
merawat pasien terlantar yang menjelang ajal,
kehilangan kendali.
menjadi tersentuh, muncul perasaan kasihan,
Sikap menghargai harkat dan martabat
iba, empati dan rasa penyesalan karena tidak
menjadi bagian dalam perawatan pasien
ada keluarga yang mendampingi dalam tahap
terlantar yang menjelang ajal. Watson (2010)
akhir dalam kehidupan yang dirasakan oleh
menyebutkan perawat menunjukan nilai-nilai
perawat. Hal ini sejalan dengan penelitian
humanistic (rasa kemanusian) dengan nilai
yang dilakukan oleh Enggune., et al 2014 yang
kebaikan, empati dan caring pada pasien
menyebutkan bahwa perasaan empati dan
dengan mengutamakan kepentingan pasien
perasaan sedih merupakan dampak dari
yang akan berdampak rasa kebahagian dan
seringnya merawat pasien yang meninggal
kepuasaan dari perawat tersebut.
dan merupakan suatu hal yang wajar. Fridh,
Forsberg, & Bergbom, (2009) menyebutkan Perawatan pasien terlantar yang menjelang
bahwa pasien yang meninggal dalam keadaan ajal kondisi End of Life membutuhkan fokus
tanpa didampingi oleh keluarga akan memberikan perawatan suportif. Perawatan
www.jik.ub.ac.id
181
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dapat dijadikan gambaran kondisi IGD pada
sarana evaluasi pelayanan perawatan End of umumnya di Indonesia.
Life maupun perawatan pada pasien terlantar. KESIMPULAN
Evaluasi yang dilakukan sebagai perbaikan Perawat tetap bersikap profesional
dan penyempurnaan pelayanan End of Life. menghormati harkat dan martabat pasien
diharapkan dengan mempertimbangkan dalam memberikan perawatan. Konflik batin,
adanya team kerohanian dan team khusus emosi, perasaan hati tersentuh muncul
yang berfokus untuk pendampingan, dan dengan melihat kondisi pasien terlantar
dukungan spiritual pada pasien terlantar yang menjelang ajal.
menjelang ajal di IGD.
Dukungan spiritual tidak dapat diberikan
Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu
namun perawatan suportif menjadi bagian
peneliti tidak mengeksplorasi terkait upaya
perawatan terbaik bagi pasien terlantar yang
kolaboratif perawat dengan dokter dan
menjelang ajal. Tantangan dan hambatan
anggota lain dari tim perawatan kesehatan.
dalam perawatan End of Life yaitu kondisi
Kolaborasi bagian dari tanggung jawab dalam
lingkungan kerja di IGD tidak adanya team
merawat pasien. Fokus tenaga medis
kerohanian dan tidak adanya ruangan khusus
penanganan dan pengobatan pada pasien
untuk pasien yang End of Life. Selain itu
dengan harapan hidup yang lebih tinggi,
pelayanan IGD yang lebih memprioritaskan
sehingga tidak berperan secara nyata pada
pasien dengan kesempatan hidupnya lebih
pasien dalam transisi pasien yang menjelang
tinggi.
ajal dirumah Sakit RSUD dr. Saiful Anwar.
Penelitian ini hanya dilakukan terbatas di satu Adanya fasilitas ruangan yang khusus dan
rumah sakit yang tentunya memiliki team kerohanian bagi pasien terlantar
perbedaan kebijakan dan keterkaitan dengan diharapkan dapat menyiapkan kematian yang
lembaga-lembaga yang berhubungan dengan damai dan bermartabat dengan tidak adanya
kebijakan bagi pasien terlantar di rumah sakit perlakuan yang berbeda antara pasien
yang lainnya. Sehingga hasilnya mungkin tidak terlantar dengan pasien lain yang menjelang
ajal.
www.jik.ub.ac.id
183