Вы находитесь на странице: 1из 17

ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN

MODUL 1
PRINSIP ETIKA DAN MORALITAS DALAM
PELAYANAN KEBIDANAN

Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini Anda diharapkan


Mampu menjelaskan prinsip etika moral
dalam pelayanan kebidanan

Tujuan Khusus

Memahami pengertian (Etika, Etiket, Moral dan Hukum)


Memahami sistematika etika
Memahami fungsi etika dan moralitas dalam pelayanan Kebidanan
Memahami Hak, Kewajiban, tanggungjawab
Memahami Kode Etik Profesi Bidan
Memahami Sumber Etika

Etika Profesi dan Hukum Kesehatan dalam Pelayanan 1


Kebidanan
PENGANTAR

Tuntutan terhadap kualitas pelayanan kebidanan semakin meningkat seiring dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi dan era globalisasi. Pemahaman yang baik mengenai etika profesi
merupakan landasan yang kuat bagi profesi bidan agar mampu menerapkan dan memberikan
pelayanan kebidanan yang profesional dalam melakukan profesi kebidanan, dan dalam berkarya di
pelayanan kebidanan, baik kepada individu, keluarga dan masyarakat. Pengkajian dan pembahasan
tentang etika tidak selalu berhubungan dengan moral dan norma. Kadang etika diidentikan
dengan moral, walaupun sebenamya terdapat perbedaan dalam aplikasinya. Moral lebih menunjuk
pada perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan Etika dipakai sebagai kajian terhadap sistem nilai yang
berlaku. Etika juga sering dinamakan filsafat moral yaitu cabang filsafat sistematis yang
membahas dan mengkaji nilai baik buruknya tindakan manusia yang dilaksanakan dengan
sadar serta menyoroti kewajiban-kewajiban yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Perbuatan
yang dilakukan sesuai dengan norma moral maka akan memperoleh pujian sebagai rewardnya, namun
perbuatan yang melanggar norma moral, maka si pelaku akan memperoleh celaan sebagai
punishmentnya. Oleh karena itu, para bidan maupun calon bidan, harus mampu memahami kondisi
masyarakat yang semakin kritis dalam memandang kualitas pelayanan kebidanan, termasuk pula
ketidakpuasan dalam pelayanan.

URAIAN TEORI
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan dalam Pelayanan 2
Kebidanan
1.1 Pengertian Etika, Etiket, Moral dan Hukum
a. Pengertian Etika
Diartikan "sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam
hidup manusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh kehandak dengan
didasari pikiran yang jernih dengan pertimbangan perasaan".

Menurut bahasa, Etik diartikan sebagai:


 YUNANI à Ethos, kebiasaan atau tingkah laku
 INGGRIS à Ethis, tingkah laku/perilaku manusia yang baik : tindakan yang harus
dilaksanakan manusia sesuai dengan moral pada umumnya.
Menurut K. Bertens etika dirumuskan sebagai berikut :
 Kata etika dapat digunakan dalam arti nilai dan norma moral yang menjadi pegangan
bagi seseorang /suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
 Etika berati kumpulan asas/moral, yang dimaksud disini adalah kode etik.
Menurut konteks lain secara luas dinyatakan bahwa:
 Etik adalah aplikasi dari proses dan teori filsafat moral terhadap kenyataan yang
sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar, konsep yang
membimbing makhluk hidup dalam berpikir, dan bertindak serta menekankan nilai-nilai
mereka.
Menurut Shirley R Jones(2000), Etika terbagi dalam 3 bagian :
 Meta- Ethics ( Ethics) : bentuk filsafah moral yang paling abstrak, mencakup pemikiran
moral manusia mengenai suatu kejadian.
 Ethical/ Moral Theory : mekanisme untuk menyelesaikan masalah etika atau
pengambilan keputusan yang cepat dan tepat untuk menghadapi konsekuensi dari
keputusan tersebut.
 Practical Ethics : mengaplikasikan bentuk etika dalam wujud sikap/ perilaku untuk
menghadapi masalah etika yang dihadapi .

CONTOH PENERAPAN ETIKA


 Seorang dosen memergoki salah satu mahasiswinya sedang menyotek saat ujian di kelas.
Fase meta-ethics :

Etika Profesi dan Hukum Kesehatan dalam Pelayanan 3


Kebidanan
Dosen memutuskan bahwa tindakan mahasiswinya tersebut merupakan “perilaku buruk
/kejahatan”. Pemikiran tersebut merupakan respons si dosen setelah ia melihat perbuatan
mahasiswinya
Fase ethical/ moral theory :
Dosen sedang menimbang tindakan yang akan ia lakukan berdasarkan nilai dan norma yang ia
yakini. Ia mengetahui bahwa perbuatan mahasiswinya itu salah. Namun tindakan apa yang paling
tepat ia lakukan untuk menyadari bahwa perbuatan mahasiswinya salah dan membuat
mahasiswinya jera sehingga tidak akan mengulanginya lagi. Pilihannya antara lain mengeluarkan
anak itu dari kelas dan menskorsnya / ia akan memanggil ortu mahasiswi tsb sehingga orang tua
bisa turut memperbaiki perilaku si anak
Fase practical ethics :
Dosen mengambil tindakan yang dianggapnya paling tepat

b. Pengertian Etiket
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari kata “etiket”, yaitu :
 Etiket berasal dari bahasa inggris Etiquette. Etika berarti moral sedangkan etiket berarti
sopan santun.
 Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan dalam
pergaulan agar hubungan selalu baik.

Perbedaan Etika dan Etiket


 Etiket menyangkut suatu perbuatan yang dilakukan manusia,
Misal :
Jika saya menyerahkan sesuatu ke atasan harus menggunakan tangan kanan. Dianggap
melanggar etiket bila menyerahkan dengan tangan kiri. Tetapi etika memberi norma tentang
perbuatan itu sendiri. Jangan mencuri merupakan norma etika. Apakah orang mencuri pakai
tangan kanan atau kiri

 Etiket hanya berlaku dalam pergaulan


Misal :
Bila tidak ada saksi mata etiket tidak berlaku misal ; dianggap melanggar jika kita
makan berbunyi / dengan meletakkan kaki di atas meja. Tapi jika makan sendirian tidak
melanggar etiket. Etika tidak tergantung pada hadir tidaknya orang lain. Larangan untuk
mencuri selalu berlaku entah ada orang / tidak ada. Barang yang dipinjam juga harus
dikembalikan meskipun pemiliknya sudah lupa.
 Etiket bersifat relatif.
Misal : Makan dengan tangan atau bersendawa
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan dalam Pelayanan 4
Kebidanan
 Etika bersifat absolut ,

Misal : jangan mencuri , jangan berbohong dan jangan membunuh. Merupakan prinsip-prinsip
etika yang tidak bisa ditawar-tawar

 Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriah sedang etika menyangkut manusia
lebih dalam.

Misal : Bisa saja orang tampil sebagai “musang berbulu ayam” : dari luar sangat sopan dan
halus tapi di dalam penuh kebusukan.

 Orang yang bersikap etis adalah orang yang sungguh-sungguh baik.

Persamaan etika dengan etiket :


 Sama-sama menyangkut perilaku manusia
 Memberi norma bagi perilaku manusia, yaitu menyatakan tentang apa yang harus
dilakukan atau tidak boleh dilakukan

c. Pengertian Moral
Moral adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Moral juga berarti mengenai apa yang dianggap
baik atau buruk di masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu sesuai perkembangan atau
perubahan norma atau nilai. Moralitas berasal dari bahasa Latin Moralis, artinya:

 Segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya.


 Sifat moral atau keseluruhan azas dan nilai yang berkenaan dengan baik buruk.

Pengertian Kode Etik


Norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi didalam melaksanakan tugas
profesinya dan didalam hidupnya di masyarakat. Kode etik juga diartikan sebagai suatu ciri
profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan
pengetahuan komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam
melaksanakan pengabdian profesi.

d. Pengertian Hukum
Segala peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam kehidupan bersama yang
dapat dipaksakan dengan suatu sanksi dalam pelaksanaannya. Hukum berhubungan erat

Etika Profesi dan Hukum Kesehatan dalam Pelayanan 5


Kebidanan
dengan moral. Hukum membutuhkan moral. Hukum tidak mempunyai arti, kalau tidak dijiwai
oleh moralitas. Sebaliknya moral juga berhubungan erat dengan hukum. Moral hanya sebatas
hal yang abstrak saja tanpa adanya hukum.

Contoh : bahwa mencuri itu adalah moral yang tidak baik, supaya prinsip etis ini berakar di
masyarakat maka harus diatur dengan hukum.

Berikut pendapat para tokoh mengenai definisi hukum:

Menurut Aristoteles :

 Particular law is that which each community lays down and applies to its own member.
Universal law is the law of nature.

Menurut Grotius :

 Law is a rule of moral action obliging to that which is right.

Menurut Hobbes :

 Where as law, properly is the word of him, that by right had command over others.

Menurut Prof. Mr Dr C. van Vollenhoven :

 Recht is een verschijnsel in rusteloze wisselwerking van stuw en tegenstuw.

Menurut Bertens, ada beberapa perbedaan antar hukum dan moral:


 Hukum ditulis sistematis, disusun dalam kitab undang-undang, mempunyai kepastian
lebih besar dan bersifat obyektif.
 Moral bersifat subyektif, tidak tertulis dan mempunyai ketidak pastian lebih besar.
 Hukum membatasi pada tingkah laku lahiriah saja dan hukum meminta legalitas.
 Moral menyangkut sikap batin seseorang.
 Hukum bersifat memaksa dan mempunyai sanksi.
 Moral tidak bersifat memaksa, sanksi moral adalah hati nurani tidak tenang, sanksi dari
Tuhan.
 Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan negara, masyarakat atau negara
dapat merubah hukum. Hukum tidak menilai moral.
 Moral didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi masyarakat dan negara,
masyarakat dan negara tidak dapat merubah moral. Moral menilai hukum.
Menurut Immanuel Kant

 Keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu
dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang lain, menuruti hukum
tentang kebebasan.

Etika Profesi dan Hukum Kesehatan dalam Pelayanan 6


Kebidanan
Menurut Leon Duguit

 Aturan tingkah laku para anggota masyarakat , aturan yang daya penggunaannya
pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari
kepentingan bersama dan yang jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama terhadap
orang yang melakukan pelanggaran.

Pada dasarnya hukum merupakan cerminan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat dan
memegang nilai-nilai secara konsisten merupakan tindakan yang etis , sehingga antara hukum
dan etika juga memiliki keterkaitan .Digunakan sebagai pedoman bagi Bidan dalam
menjalankan tugas profesinya. Tujuan adanya hukum adalah

a. Menjamin pelayanan yang aman dan berkualitas.

b. Sebagai landasan untuk standarisasi dan perkembangan profesi

1.2 Sistematika Etika


a. Etika Umum
 Hati Nurani
Hati nurani akan memberikan penghayatan tentang baik atau buruk berhubungan
dengan tingkah laku nyata kita. Hati nurani memerintahkan atau melarang kita untuk
melakukan sesuatu sekarang dan disini. Ketika kita tidak mengikuti hati nurani berarti kita
menghancurkan integritas kepribadian kita dan mengkhianati martabat terdalam kita. Hati
nurani berkaitan erat dengan kenyataan bahwa manusia mempunyai kesadaran.
Berikut ini ada beberapa contoh-contoh pengalaman hati nurani sesuai lingkup
pengalaman tugas sebagai bidan.
Contoh kasus:
“Seorang bidan menjalankan praktek pelayanan kebidanan di klinik atau rumah bersalin,
kemudian ada seorang remaja datang diantar oleh ibunya. Kemudian diperoleh data hasil
anamnese bahwa remaja tersebut hamil di luar nikah atau unwanted pregnancy, kemudian atas
permintaan si ibu dari remaja tersebut meminta untuk menggugurkan janin yang dikandung
anaknya. Dengan menawarkan sejumlah besar uang yang menggiurkan bila si bidan bersedia
menggugurkan kandungan anaknya. Bidan tersebut pada dasarnya menyadari bahwa perbuatan
tersebut melanggar kode etik profesi bidan dan aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Tapi
bidan tersebut tergiur oleh uang yang begitu besar. Bidan tersebut akhirnya memutuskan untuk
menggugurkan kandungan si remaja tersebut. Ia mendapat uang yang banyak, namun dalam
batinnya merasa gelisah. Ia merasa malu pada dirinya sendiri, batinnya tidak tenang.”

Etika Profesi dan Hukum Kesehatan dalam Pelayanan 7


Kebidanan
Kisah tersebut diatas merupakan contoh yang dapat digunakan sebagai bahan refleksi
perenungan mengenai seperti apa hati nurani itu.
Dalam hati nurani ada suatu kesadaran bahwa ada yang turut mengetahui tentang
perbuatan-perbuatan kita. Hati nurani merupakan semacam saksi terhadap perbuatan moral kita.
Hati nurani bisa merupakan penilaian terhadap perbuatan yang berlangsung di masa lampau
(retrospektif). Hati nurani juga bisa merupakan penilaian perbuatan yang sedang dilaksanakan
saat ini atau penilaian terhadap perbuatan kita di masa yang akan datang (prospektif).

 Kebebasan dan Tanggung Jawab


Terdapat hubungan timbal balik antara kebebasan dan tanggung jawab, sehingga
pengertian manusia bebas dengan sendirinya menerima juga bahwa manusia itu bertanggung
jawab. Tidak mungkin kebebasan tanpa tanggung jawab dan tidak mungkin tanggung jawab
tanpa kebebasan. Batas-batas kebebasan meliputi:
1) Faktor internal
2) Lingkungan
3) Kebebasan orang lain
4) Generasi penerus yang akan datang

Tanggung jawab dalam arti sempit berarti bahwa seseorang harus mampu menjawab,
tidak boleh mengelak bila dimintai penjelasan tentang perbuatannya. Tanggung jawab meliputi
tanggung jawab terhadap perbuatan yang telah berlangsung dengan segala konsekuensinya,
tanggung jawab terhadap perbuatan yang sedang dilaksanakan dan tanggung jawab terhadap
perbuatan yang akan datang.

 Nilai dan Norma


Nilai merupakan sesuatu yang baik, sesuatu yang menarik, sesuatu yang dicari,
sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yan disukai, sesuatu yang diinginkan. Menurut filsuf
Jerman Hang Jones nilai adalah the addressee of a yes, sesuatu yang ditujukan dengan kita.
Sesuatu yang kita iyakan (setujui). Nilai mempunyai konotasi yang positif. Nilai mempunyai tiga
ciri:
1) Berkaitan dengan subyek.
2) Tampil dalam suatu nilai yang praktis karena subyek ingin membuat sesuatu.
3) Nilai menyangkut pada sifat yang ditambah oleh subyek pada sifat yang dimiliki
obyek.
Norma berasal dari bahasa Latin Norma, artinya aturan atau kaidah yang dipakai
sebagai tolok ukur menilai sesuatu.

Etika Profesi dan Hukum Kesehatan dalam Pelayanan 8


Kebidanan
Norma umum meliputi tiga hal:
1) Norma kesopanan atau etiket.
2) Norma hukum.
3) Norma moral, adalah norma yang tertinggi, dan norma moral tidak dapat dilampau
oleh norma yang lain tetapi menilai norma-norma yang lain.
Norma merupakan hal yang terpenting bagi martabat manusia. Sumber dari nilai dan
norma adalah agama, kebudayaan, nasionalisme dan lain-lain.

 Hak dan Kewajiban


Hak berkaitan dengan manusia yang bebas, terlepas dari segala ikatan dengan hukum
obyektif. Hak merupakan pengakuan yang dibuat oleh orang atau sekelompok orang terhadap
orang atau sekelompok orang lain. Ada beberapa macam hak, antara lain hak legal, hak moral,
hak individu, hak social, hak positif, dan hak negatif .
1) Hak legal merupakan hak yang didasarkan atas hukum.
2) Hak moral adalah hak yang didasarkan pada prinsip atau etis.
Setiap kewajiban seseorang berkaitan dengan hak orang lain dan setiap hak seseorang
berkaitan dengan kewajiban orang lain untuk memenuhi hak tersebut. Menurut John Stuart Mill
kewajiban meliputi kewajiban sempurna dan kewajiban tidak sempurna. Kewajiban sempurna
artinya kewajiban didasarkan atas keadilan, selalu terkait dengan hak orang lain. Sedangkan
kewajiban tidak sempurna, tidak terkait dengan hak orang lain tetapi bisa didasarkan atas
kemurahan hati atau niat berbuat baik.
Faktor-faktor yang melandasi etika adalah meliputi hal-hal tersebut di bawah ini:
1) Nilai-nilai atau value.
2) Norma
3) Sosial budaya, dibangun oleh konstruksi sosial dan dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4) Religius, agama mempunyai hubungan erat dengan moral karena agama
merupakan motivasi terkuat perilaku moral (etik) dan merupakan salah satu
sumber nilai dan norma etis yang paling penting. Setiap agama mengandung
ajaran moral yang menjadi pegangan bagi perilaku para anggotanya.
5) Kebijakan atau policy maker, siapa pembuat kebijakannya dan bagaimana
kebijakan yang dibuat sangat berpengaruh atau mewarnai etika maupun kode etik.

b. Etika Sosial
Seorang bidan adalah sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi pasien, seorang bidan harus
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan dalam Pelayanan 9
Kebidanan
mempunyai etika, karena yang dihadapi bidan adalah juga manusia. Bidan harus bertindak
sopan, murah senyum dan menjaga perasaan pasien. Ini dilakukan karena bidan adalah
membantu proses penyembuhan pasien bukan memperburuk keadaan. Dengan etika yang
baik diharapkan seorang bidan bisa menjalin hubungan yang lebih akrab dengan pasien.
Dengan hubungan baik ini, maka akan terjalin sikap saling menghormati dan
menghargai di antara keduanya. Etika dapat membantu para bidan mengembangkan kelakuan
dalam menjalankan kewajiban, membimbing hidup, menerima pelajaran, sehingga para bidan
dapat mengetahui kedudukannya dalam masyarakat dan lingkungan perawatan. Dengan
demikian, para bidan dapat mengusahakan kemajuannya secara sadar dan seksama.

Oleh karena itu dalam perawatan teori dan praktek dengan budi pekerti saling
memperoleh, maka 2 hal ini tidak dapat dipisah-pisahkan. Sejalan dengan tujuan tersebut,
maka dapat dikemukakan bahwa nama baik rumah sakit antara lain ditentukan oleh
pendapat/kesan dari masyarakat umum. Kesehatan masyarakat terpelihara oleh tangan
dengan baik, jika tingkatan pekerti perawat dan pegawai-pegawai kesehatan lainnya luhur
juga. Sebab akhlak yang teguh dan budi pekerti yang luhur merupakan dasar yang penting
untuk segala jabatan, termasuk jabatan bidan.

1.3. Fungsi Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan


Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan issu utama diberbagai tempat, dimana
sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika.
Pelayanan kebidanan adalah proses dari berbagai dimensi. Hal tersebut membutuhkan bidan
yang mampu menyatu dengan ibu dan keluarganya. Bidan harus berpartisipasi dalam
memberikan pelayanan kepada ibu sejak konseling pra konsepsi, screening antenatal,
pelayanan intrapartum, perawatan intensive pada neonatal, dan pengakhiran kehamilan.
Mempersiapkan ibu untuk pilihannya meliputi persalinan di rumah, kelahiran SC dan
sebagainya. Bidan sebagai :
 Pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang professional dan akutabilitas serta
aspek legal dalam pelayanan kebidanan.
 Praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktik berdasarkan evidence based.
Sehingga disini berbagai dimensi etik dan bagaimana pendekatan tentang etika
merupakan hal yang penting untuk digali dan dipahami.
Moralitas merupakan suatu gambaran manusiawi yang menyeluruh, moralitas hanya
terdapat pada manusia serta tidak terdapat pada makhluk lain selain manusia. Moralitas berasal
dari bahasa latin moralis, artinya pada dasarnya sama dengan moral, moralitas suatu perbuatan

Etika Profesi dan Hukum Kesehatan dalam Pelayanan 10


Kebidanan
artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya. Moralitas adalah sifat moral atau
seluruh asas dan nilai yang menyangkut baik dan buruk. Kaitan antara etika dan moralitas
adalah, bahwa etika merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku moral atau ilmu
yang membahas tentang moralitas. Moral adalah mengenai apa yang dinilai seharusnya oleh
masyarakat. Etika adalah penerapan dari proses dan teori filsafat moral pada situasi nyata.
Etika berpusat pada prinsip dasar dan konsep bahwa manusia dalam berfikir dan tindakannya
didasari nilai-nilai.
Etika dibagi menjadi tiga bagian, meliputi:
1) Meta etika (nilai);
2) Etika atau teori moral;
3) Etika praktik.

Meta etika berasal dari bahasa Yunai meta, artinya melebihi, yang dipelajari disini
adalah ucapan-ucapan kita di bidang moralitas atau bahasa yang digunakan di bidang moral.
Metaetika mengenai status moral ucapan dan bahasa yang digunakan dalam batasan
pengertian baik, buruk atau bahagia. Etika atau teori moral untuk memformulasikan prosedur
atau mekanisme untuk memecahkan masalah etika. Teori praktik. Etika praktik merupakan
penerapan etika dalam praktik sehari-hari, dimana dalam situasi praktik ketika kecelakaan terjadi
keputusan harus segera dibuat.
Bagaimana menjaga prinsip moral, teori nilai dan penentuan suatu tindakan. Etika pada
hakekatnya berkaitan dengan falsafah dan moral, yaitu mengenai apa yang dianggap baik atau
buruk di masyarakat dalam kurun waktu tertentu, karena etika bisa berubah dengan lewatnya
waktu. Etika khusus adalah etika yang dikhususkan bagi profesi tertentu, misalnya etika
kedokteran, etika rumah sakit, etika kebidanan, etika keperawatan, dll.
Guna etika adalah memberi arah bagi perilaku manusia tentang:
 Apa yang baik atau buruk
 Apa yang benar atau salah, hak dan kewajiban moral (akhlak)
 Apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan.
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota profesi yang bersangkutan di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk bagi
anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, dan larangan-
larangan, termasuk ketentuan-ketentuan apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat atau
dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak hanya dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan
berkaitan juga dengan tingkah lakunya secara umum dalam pergaulan sehari-hari di
masyarakat.

Etika Profesi dan Hukum Kesehatan dalam Pelayanan 11


Kebidanan
Secara umum tujuan merumuskan kode etik adalah untuk kepentingan anggota dan
organisasi, meliputi :
1) Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi.
2) Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3) Meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4) Meningkatkan mutu profesi.
Dimensi kode etik meliputi:
1) Anggota profesi dan klien;
2) Anggota profesi dan system;
3) Anggota profesi dan profesi lain;
4) Semua anggota profesi.
Prinsip kode etik terdiri dari:
1) Menghargai otonomi;
2) Melakukan tindakan yang benar;
3) Mencegah tindakan yang dapat merugikan;
4) Memperlakukan manusia secara adil;
5) Menjelaskan dengan benar;
6) Menepati janji yang telah disepakati;
7) Menjaga kerahasiaan.

1.4. Hak dan Kewajiban serta tanggung jawab


a. Hak bidan
 Berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya.
 Berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat/jenjang
pelayanan kesehatan.
 Berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang bertentangan dengan
peraturan perundangan, dan kode etik profesi.
 Berhak atas privasi/kedirian dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik oleh
pasien, keluarga maupun profesi lain.
 Berhak atas kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.
 Berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun
pelatihan.
 Berhak mendapat kompensasi dan keseahteraan yang sesuai

b. Kewajiban bidan
 Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara
bidan tersebut dengan rumah bersalin dan sarana pelayanan dimana ia bekerja.

Etika Profesi dan Hukum Kesehatan dalam Pelayanan 12


Kebidanan
 Bidan waib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi
dengan menghormati hak-hak pasien.
 Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai
kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.
 Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk didampingi oleh suami
atau keluarga.
 Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah sesuia
dengan keyakinan.
 Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang seorang pasien.
 Bidan wajib memberi informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukan
serta resiko yang mungkin dapat timbul.
 Bidan wajib meminta persetujuan tertulis atau tindakan yang akan dilakukan.
 Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.
 Bidan wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta
menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal.
 Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secara timbal
balik dalam memberikan asuhan kebidanan
c. Hak pasien
Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien :
 Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan Peraturan yang berlaku
di Rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
 Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi adil dan makmur.
 Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa
diskriminasi.
 Pasien berhak memperoleh asuhan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa
diskriminasi.
 Pasien berhak memilih bidan untuk menolongnya sesuai dengan keinginannya.
 Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi kehamilan persalinan, nifas dan
bayinya yang baru dilahirkan.
 Pasien berhak mendapat pendamping suami selama proses persalinan berlangsung.
 Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit,dll.

d. Kewajiban pasien
 Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib
rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
 Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan, perawat yang
merawatnya.

Etika Profesi dan Hukum Kesehatan dalam Pelayanan 13


Kebidanan
 Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas
jasa pelayanan rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan, dokter bidan dan
perawat.
 Pasien atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang selalu
disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.

1.5. Kode Etika Pelayanan Kebidanan


Pelayanan kebidanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan oleh layanan
kesehatan. Pelayanan kebidanan tergantung bagaimana struktur sosial budaya masyarakat dan
termasuk kondisi sosial ekonomi, sosial demografi.
Parameter sosial demografi dalam pelayanan kebidanan, antara lain :
a. Perbaikan status gizi bayi
b. Cakupan pertolonggan persalinan, menurut angka kematian Ibu, menurunnya angka
kelahiran bayi, cakupan penanganan kasus beresiko, meningkatkan cakupan
pemeriksaan antenatal.
Bidan sebagai tenaga pemberi jasa pelayanan harus menyiapkan diri untuk
mengantisipasi perubahan kebutuhan masyarakat atau pelayanan kebidanan. Keadilan dalam
sumber daya pelayanan dimulai dari :
a. Pemenuahan kebutuhan klien sesuai
b. Sumber daya pelayanan dalam kebidanan untuk meningkatkan pelayan kebidanan
c. Keterjangkauan tempat pelayanan.
Tingkat ketersediaan ini merupaka syarat utama untuk terlaksananya pelayan
kebidanan. Sikap bidan harus tanggap terhadap klien, sesuai kebutuhan klien, tidak
membedakan pelayanan siapapun.

Pelaksanaan Kode Etika dalam Pelayanan Kebidanan


Pelayanan kebidanan di suatu institusi memiliki norma dan budaya yang unik. Setiap
institusi pelayanan memiliki norma sendiri dalam memberikan pelayanan yang terdiri dari
beberapa praktisi atau profesi kesehatan. Walaupun demikian subjek pelayanan hanya satu,
yaitu manusia atau individu. Sehingga setiap individu harus jelas batas wewenangnya.
Area kewenangan bidan tertuang dalam Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang
registrasi dan praktik bidan. Mengenai kejelas peran bidan diatur dalam standar praktik
kebidanan dan standar pelayanan kebidanan.
a. Etika dalam pelayanan kontrasepsi

Etika Profesi dan Hukum Kesehatan dalam Pelayanan 14


Kebidanan
Dalam merencanakan jumlah anak, seorang ibu telah merundingkan dengan
suami dan telah menetapkan metode kontrasepsi yang akan digunakan. Sehingga
keputusan untuk memilih kontrasepsi, merupakan hak klien dan berada diluar
kompetensi bidan. Jika klien belum mempunyai keputusan karena disebabkan
ketidaktahuan klien tentang kontrasepsi,maka menjadi kewajiban bidan untuk
memberikan informasi tentang kontrasepsi. Yang dapat dipergunakan klien, dengan
memberikan informasi yang lengkap mengenai alat kontrasepsi dan beberapa alternatif
sehingga klien dapat memilih sesuai dengan pengetahuan dan keyakinannya.
b. Etika dalam penelitian kebidanan
Menurut Kode Etik Bidan Internasional adalah bahwa bidan seharusnya
meningkatkan pengetahuannya melalui berbagai proses seperti dari pengalaman
pelayanan kebidanan dan dari riset keidanan. Tuntutan masyarakat terhadap mutu
pelayanan kebidanan makin tinggi, karena semakin majunya jaman, dan kita
memasuki era globalisasi, dimana akses informasi bagi masyarakat juga seamkin
meningkatkan.

1.6. Sumber Etika

Pancasila adalah sumber sumber nilai, maka nilai dasar Pancasila dapat dijadikan
sebagai sumber pembentukan norma etik (norma moral) dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai pancasila adalah nilai moral. Oleh karena itu, nilai
pancasila juga dapat diwujudkan kedalam norma-norma moral (etik). Norma-norma etik tersebut
selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam bersikap dan bertingkah laku
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila memegang peranan dalam perwujudan
sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Disetiap saat dan dimana saja kita berada kita
diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti tercantum di sila ke dua “
kemanusian yang adil dan beadab” tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam
membangun etika bangsa ini sangat berandil besar.

PENUTUP

Kesimpulan

Etika Profesi dan Hukum Kesehatan dalam Pelayanan 15


Kebidanan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah kumpulan asas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak, sedangkan etiket adalah sopan santun. Moral merupakan nilai-nilai
dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya. Hukum berhubungan erat dengan moral. Hukum membutuhkan moral, hukum
tidak mempunyai arti, kalau tidak dijiwai oleh moralitas. Etika dalam pelayanan kebidanan
merupakan issue utama di berbaai tempat, dimana sering terjadi karena kurang pemahaman
para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika. Pelayanan kebidanan adalah proses dari
berbagai dimensi.
Hal tersebut membutuhkan bidan yang mampu menyatu dengan ibu dan keluarganya.
Screening antenatal, pelayanan intrapartum, perawatan intensive pada neonatal, dan
pengakhiran yang profesional dan akuntabilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan
kode etik profesi bidan merupakan suatu pedoman dalam tata cara dan keselarasan dalam
pelaksanaan pelayanan profesional bidan.

Saran
Melalui makalah ini, penulis berharap agar para bidan maupun calon bidan menjalankan
profesionalitas pekerjaannya sesuai kode etik kebidanan, antara lain menjunjung tinggi martabat
dan citra profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan
pengabdian para anggoa profesi, dan meningkatkan mutu profesi.

DAFTAR PUSTAKA

Etika Profesi dan Hukum Kesehatan dalam Pelayanan 16


Kebidanan
Hadiwardoyo, Purwa, 1989. Etika Medis, Yogyakarta, Balai Pustaka
Heni, 2009. Etika Profesi Kebidanan, Yogyakarta. Fitramaya
Puji Heni, Yetty Asmar, 2005. Etika Profesi Kebidanan, Yogyakarta. Fitramaya

Etika Profesi dan Hukum Kesehatan dalam Pelayanan 17


Kebidanan

Вам также может понравиться