Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Terjemahan Jurnal
Profil Ekshumasi dan Otopsi pada Mayat yang Telah Digali atau Sisa
Manusia: Sebuah Studi Retrospektif
1Departemen Kedokteran Forensik & Toksikologi, Rumah Sakit St. Paul Millennium
Medical College, P.O. Box 1271, Addis Ababa, Ethiopia, Afrika Utara, 2Departemen Kedokteran
Forensik & Toksikologi, Al Ameen Medical College and Hospital, Athani Raod, Vijayapur-
586108, Karnataka, India dan Departemen Kesehatan Forensik & Toksikologi, Universitas BLDE,
Sri B.M. Patil Medical College, Jalan Solapur, Vijayapur-586103, Karnataka, India
Abstrak: Latar Belakang: Ekshumasi adalah proses dimana mayat yang sudah dikubur
dibawa keluar dengan cara menggali di bawah permukaan tanah. Sebagian besar ekshumasi
dihadiri oleh non-forensik sehingga prosedur hukum ekshumasi dan pemeriksaan yang teliti
terhadap tubuh mayat kurang dan tidak ditemukan referensi mengenai hal itu. Tujuan:
Mengkaji proses ekshumasi, lamanya waktu, kedalaman penguburan, postur tubuh, sisa-sisa
manusia, penyebab kematian dan interval antara kematian dan penguburan dipelajari. Bahan
& Metode: 18 kasus ekshumasi yang dilakukan di Kabupaten Vijayapur dari tahun 2003
sampai 2015 dipelajari. Hasil: Rata-rata waktu penggalian 56 menit; kedalaman rata-rata
penguburan 3,56 kaki; postur tubuh dalam 50% duduk dan di horisontal 50%; dalam semua
kasus diperkirakan satu kerangka kasus tak diperiksa, penyebab kematian ditemukan pada
88,88% kasus, durasi rata-rata penguburan 103 hari; Interval antara kematian dan
pemakaman mempengaruhi tingkat dekomposisi. Dalam 2 kasus penyebab kematian tidak
ditemukan oleh karena itu tanah dan jaringan lunak yang terdekomposisi diawetkan, durasi
skeletinisasi terjadi 2 sampai 3 bulan. Kesimpulan: Ekshumasi bukan latihan sia-sia dan
penyebab kematian bisa ditemukan di sebagian besar kasus terlepas dari durasi
penguburannya. Interval antara tanggal dan waktu kematian sampai dengan tanggal & waktu
pemakaman juga Faktor penting yang mempengaruhi tingkat dekomposisi. Akan selalu lebih
baik untuk mengadakan ekshumasi dan autopsi medikolegal pada mayat yang digali atau
yang masih tersisa oleh ahli Forensik Kedokteran & Toksikologi. Kata kunci: Ekshumasi,
Adiposera, Waktu sejak kematian.
1
Pendahuluan
Seringkali dikatakan bahwa penggalian itu untuk keperluan di dalam hukum, dimana
penyebab kematian belum ditentukan dan paling banyak bisa membantu Untuk
mengkonfirmasi kematian orang hilang atau dugaan orang mati. Inhumasi adalah proses
mengubur jenazah, sedangkan ekshumasi adalah proses pengangkatan mayat yang sudah
terkubur dari kuburan. [1]. Alasan paling umum untuk ekshumasi secara global adalah
mediko-legal, yaitu, jika seseorang meninggal dunia dalam keadaan mencurigakan, polisi
mungkin meminta ekshumasi untuk menentukan penyebab kematian. Namun ada banyak hal
lainnya seperti agama [2] alasan budaya dan sosial atas dasar dimana penggalian dilakukan
secara berbeda di berbagai bagian dunia. Ekshumasi dilakukan dengan beberapa tujuan yang
pasti sesuai urutan dari pihak yang berwenang [3] untuk tujuan: i) Identifikasi, Untuk
mengkonfirmasi individu dari kriminal atau tujuan sipil yang timbul setelah penguburan ii)
untuk mengetahui penyebab kematian: bila ada pelanggaran dicurigai, penggalian bisa
diperintahkan tergantung permintaan masyarakat atau oleh keluarga iii) Untuk otopsi kedua
saat laporan otopsi pertama ditentang atau ambigu [4]. Di negara-negara barat melaporkan
bahwa para penjahat menempa mayat sudah dikubur untuk tebusan. Sejauh mana ekshumasi
akan menyelesaikan pertanyaan yang diajukan masih merupakan masalah yang dapat
diperdebatkan [3], setidaknya itu akan mengakhiri rumor tentang kecurigaan kematian orang
yang dikabarkan hilang [5].
Di India, antara lain, praktik pemakaman dan interval postmortem faktor - faktor yang
sangat besar menentukan kemungkinan hasil pada ekshumasi. Literatur minmal tang tersedia
tidak menunjukkan secara tepat keberhasilan proses ekshumasi ini. Oleh karena itu
penelitian retrospektif tentang ekshumasi dilakukan melalui literatur yang ada , di Kabupaten
Vijayapur dari bulan Mei 2003 sampai Maret 2015 oleh penulis, termasuk dalam studi.
Tujuan penelitian: Sering dipahami bahwa ekshumasi adalah sia-sia, tidak perlu, Usaha
jumlah banyak, karena lenyapnya bukti karena komposisi dan artefak yang diakibatkan oleh
Proses penggalian itu sendiri berakibat negative Pendapat. Sebelum Kemerdekaan atau
setelah enam puluh plus Tahun pasca kemerdekaan jaman literatur yang tepat Seperti jumlah
penggalian, hasilnya tidak Tersedia untuk referensi Informasi yang ada Tersedia dalam buku
teks Forensic Medicine & Toksikologi tidak hanya tidak memadai dan tidak Memiliki
referensi ilmiah yang otentik Oleh karena itu Diperlukan untuk mengembangkan kriteria
2
referensi ilmiah Untuk generasi penerus Dalam pengalaman Penulis artikel ini yang telah
hadir / dilakukan Jumlah penggalian dilakukan di & sekitar Vijayapur dipelajari secara
retrospektif.
Hasil
Permintaan untuk menghadiri penggalian &Melakukan otopsi hukum medico di tempat
kejadian Kejadian dengan cara menginvestigasi petugas.
Sama Satu Dua 3-6 hari Total
hari hari hari sebelum Kasus
sebelum sebelum
3 9 2 4
(16.66%) (50% ) (11.11%) (22.22%) 18
Waktu ekshumasi:
Pagi 6 pagi Tengah hari Sore 1pm Total
sampai 11:00 to 6.30pm
11:00 sampai
1 siang
2 (11.11%) 9 (50 %) 7 18
(38.88%)
Waktu yang diperlukan untuk ekshumasi, dari mulai menggali sampai pengangkatan komplit
jenazah dari kuburan:
Minimum Rata-rata Maksimum
3
15 menit 55,27 menit 195 menit
Kedalaman penguburan:
Minimum Rata-rata Maksimum
2 kaki 3,56 kaki 6 kaki
Umur almarhum saat kematian: termuda 1 ½ tahun, tertua 68 tahun, Rata-rata 40,30 tahun.
0-10 tahun 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70
tahun tahun tahun tahun tahun tahun
2 (11.11 1 (5.55%) 2 (11.11 1 (5.55 %) 7 (38.88 4 (22.22 1 (5.55 5)
%) %) %) %)
4
kelamin: Lamanya Lamanya
Pria Wanita Total Penguburan antara
15 (83.33 3 ( 16.66 18 Kematian Kondisi mayat
%) %) &
Pemakaman
Distribusi kasus menurut agama: 5 hari 11 Jam Dekomposisi awal
Hindu Muslim Total 6 Hari 4 Jam Dekomposisi awal
16 2 (11.11 18 12 Hari 6 Jam Dekomposisi sebagian
(88.88%) %) 20 Hari 14 Jam Liquifaksi
Penguraian
Penyebab Yg tak dpt Total
22 Hari 16 Jam Dekomposisi parsial
kematian ditentukan
(Berpasir kering)
ditemukan
35 Hari 15 Jam Penguraian &
16 (88.88 %) 2 (11.11 % 18
Adipocere (lembab)
)
38 Hari 4 Jam Pencairan /
Skeletonisasi (kering)
Jumlah kasus dan penyebab kematian
Pemakaman dangkal
44 Hari 5 Jam Adipocere (Semi
Post mortem interval antara kematian
Humid Agri)
dan penguburan:
45 Hari 8 Jam Adipocere (lembab / basah)
Minimum 4 jam
52 Hari 7 Jam Dekomposisi parsial /
Rata – rata 9.16 Jam
Adipocere
Maksimum 18 Jam
53 Hari 6 Jam Dekomposisi parsial +
Adipocere
Durasi pemakaman dalam hari:
63 Hari 4 Jam Penguraian/
Minimum 5 hari
Adipocere /
Rata – rata 103,61 hari
Mumifikasi (kering)
Maksimum 850 hari
63 Hari 8 Jam Penguraian,
Skeletinisasi +
Adipocere
68 Hari 12 Jam Penguraian/ Adipocere /
Mumifikasi
Distribusi luka pada jenazah yang
109 Hari 14 Jam Adipocere (Semikering)
digali:
5
Kepal Kepal Kepal Dada Tot 110 Hari 18 Jam Skeletonisasi
a a& a& & al 270 Hari 6 Jam Skeletonisasi
ceder Leher dada Perut 850 Hari 7 Jam Tengkorak dengan cairan dan
a Ceder Ceder Luka bau penguraian
sendir a a
ian
9 2 4 1 16
(50 (11.1 (22.2 (5.55 (18
%) 1%) 2%) %) )
Diskusi
Dalam penelitian ini dari 18 kasus, 9 diantaranya (50%) adalah dilakukan ekshumasi pada
pertengahan hari yaitu pukul 11.00 sampai 13.00, 7 kasus dilakukan setelah jam 1 siang, dua
kasus dilakukan sebelum pukul 11 pagi. Hanya di satu ekshumasi kasus ditangguhkan
keesokan harinya setelahnya karena penggalian tidak dilanjutkan akibat cahaya yang buruk.
Lima puluh persen dari kasus adalah dugaan pembunuhan dan pembunuhan, serta jenazahnya
telah dikubur, dalam 5 kasus mayat dimakamkan setelah meninggal akibat kecelakaan. Dua
6
kasus kematian alami dimana ada kecurigaan sebab dan cara kematian. Dalam penelitian kali
ini rata-rata durasi ekshumasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menggali tubuh yang
dikubur sekitar 55,27 Menit, minimum 15 menit dalam satu kasus, sedangkan 195 menit
dalam kasus lain, dimana di ekshumasi ditunda sampai hari berikutnya karena cahaya yang
buruk & ingin kedatangan ahli Forensik Kedokteran sebagaimana diminta oleh petugas medis
dari pusat pelayanan kesehatan primer yang bersangkutan.
Studi saat ini mengungkapkan bahwa, seringkali pemakaman tanahnya longgar dan
kedalaman rata – rata kuburan adalah 3,56 kaki, kuburan dangkal ditemukan dalam hal ini
studi hanya dua kaki, di mana jenazah dikuburkan dengan cepat di salah satu ruangan sudut
di rumah setelah dibunuh. Kedalaman maksimum kuburan ditemukan dalam satu kasus di
mana di almarhum tewas di perbatasan negara bagian tetangga dan mayat dipindahkan ke
desa asli (300) km di Distrik Karnataka Viajayapur, dimana di dalam tubuh dikuburkan
sampai kedalaman 6 Kaki, 35 hari sebelum hari ekshumasi, selama musim hujan & mayat
menunjukkan tanda-tanda perubahan adipocere. Di antara 18 kasus 9 (50%) dikubur dalam
posisi duduk, semuanya milik agama Hindu, di antaranya 5 kasus pembunuhan, kecelakaan &
bunuh diri masing-masing dua kasus. Dalam lima kasus mayat yang terkubur dalam posisi
horizontal tiga di antaranya adalah pembunuhan, 2 milik Muslim [6]. Diantara 5 dikuburkan
secara horizontal, 2 kasus adalah kematian yang tidak disengaja diantara mereka adalah anak
kecil dari Hindu. Dari 18 kasus, 4 diantaranya jenazah dikuburkan secara miring atau cara
yang aneh, dan semuanya adalah kasus pembunuhan.
Dari 18 kasus yang diteliti, 11 (61,11%) kasus Antara 41-60 tahun, sisanya tersebar di semua
rentang usia dari 1 ½ tahun sampai 68 tahun. Di antara 18 kasus yang dipelajari, 15 (83,33%)
kasus laki-laki & hanya tiga kasus adalah mayat permepuan. Sebagai Di India wanita tidak
mandiri secara finansial atau bukan pengambil keputusan independen di keluarga atau
masyarakat. Islam melarang ekshumasi mayat yang dikubur karena ingin dimakamkan. Dari
yang lain [6]. Dalam penelitian ini dua orang Muslim tewas mayat digali untuk dugaan
pembunuhan di hadapan hakim & polisi, dimana banyak luka ditemukan di jenazah yang
semakin mendukung tuduhan tersebut. Ekshumasi dilakukan hampir sepanjang tahun namun
jumlah kasusnya relatif lebih banyak dilakukan pada bulan Desember & Januari dalam
penelitian ini.
Waktu berlalu setelah kematian individu, sampai penguburan merupakan faktor penting yang
mana mempengaruhi laju dekomposisi di dalam kuburan. Oleh karena itu perkiraan keadaan
7
mayat menurut Casper dictum mungkin tidak ditemukan dalam kasus saat ekshumasi (karena
mayat terurai lebih cepat di udara dari pada dikubur di tanah). Berbagai usaha telah
dilakukan dalam studi ini mengumpulkan tanggal & waktu kematian individu dan tanggal &
waktu pemakaman. Ditemukan waktu minimum dalam kasus adalah 4 jam & maksimal 18
jam. Sejauh hukum tanah di wilayah negara kita tidak ada batas waktu untuk ekshumasi.
Namun dalam penelitian ini, dalam kasus tertentu ekshumasi dilakukan dalam waktu 5 Hari
setelah penguburan (dimakamkan di rumah) sementara kasus lain 850 hari (2 tahun 3 bulan
10 Hari) setelah penguburan.
Ini adalah gagasan masyarakat, polisi dan profesional medis bahwa, ekshumasi akan
mengakhiri rumor jika tidak mendeteksi sebab & cara kematian [3]. K S Narayanreddy's
Essentials of Forensic Medicine & Toxicology mendeskripsi-interpretasi temuan otopsi kedua
yang dilakukan pada jenazah yang sebelumnya diotopsi adalah sulit akibat berbagai artefak
dari penggalian & otopsi pertama. Bahkan jika hasil otopsi pada tubuh yang digali adalah
negative, akan mengakhiri rumor kecurigaan.
Bertentangan dengan penelitian ini adalah 16 (88,88%) dari 18 ekshumasi dapat ditentukan
penyebab kematian pasti & hanya dalam dua ekshumasi (11.11%) penyebab kematian tidak
dapat ditentukan. Di antara 18 mayat yang digali dalam 16 (88,88%) kasus luka ante-mortem
ditemukan di mayat yang diperiksa. Cedera kepala temuan paling banyak, yang ditemukan di
50% dari kasus sebagai luka fatal, luka di kepala/leher di 2 (11.11%), luka di bagian kepala
dan dada 4 (22,22%) serta luka di dada dan perut dalam satu kasus.
Pertanyaan identitas diantara kasus diekshumasi tidak muncul dalam kasus apapun yang
digali, namun, petugas investigasi ingin membuktikannya identitas pasti dalam satu kasus
dimana tulang femur diawetkan.
Kecuali dalam dua kasus, dalam semua kasus lainnya dikonfirmasi oleh otopsi dalam bentuk
luka mekanis, maka petugas penyidik hanya memutuskan untuk tidak melestarikan baik
organ dalam maupun tanah karena akan menunda kemajuan penyidikan. Hanya dalam dua
kasus luka & penyakit saja tidak ditemukan, di sisa-sisa jenazah diperiksa, sehingga organ
dalam diawetkan dimana laporan analisis kimia negatif untuk racun. Namun dalam kasus
lain (masa pemakaman 5 hari) organ dalam diawetkan karena ada bau tak sedap di perut
dimana ditemukan luka kepala fatal, laporan analisis kimia positif untuk Alkohol [7]. Tanah
dari atas, bawah, dan dua sisi jenazah atau peti mati harus diawetkan di kontainer bersih
secara terpisah.
8
Melihat tabel diatas sangat jelas bahwa untuk skeletinisasi terjadi dalam pemakaman,dengan
rata-rata interval post mortem adalah 2 sampai 3 Bulan, seperti Casper dictum di Patologi
Forensik, diperlukan lebih dari 8 minggu untuk perubahan ini terjadi. Rajesh Baradale dkk
[5] "di Penelitian saat ini yang kami catat sebagian skeletinasi dengan rata – rata interval
postmortem 45 hari ". Rajesh Bardale, Vipul Ambade, Pradeep Dixit. Diantara lain, praktik
penguburan dan interval post-mortem faktor-faktor yang sangat menentukan kemungkinan
hasil ekshumasi.
Namun Wilton Marion Krogman & Mehmet Yasar Iscan [8] mendeskripsikan, tulang
belulangnya sendiri memberi gambaran waktu yang telah berlalu melalui ada atau tidaknya
penempelan ligament, dan tingkat pelonggaran dari lemak & bahan organik lainnya.
Observasi:
1. Semua mayat diekshumasi dalam kehadiran polisi (tidak di bawah pangkat PSI),
Hakim Eksekutif atau Subdivisi Hakim dan ahli kedokteran Forensik.
2. Waktu penggalian yang dibutuhkan rata-rata adalah 56 Menit, minimum 15 menit &
Maksimal 195 menit.
3. Kedalaman pemakaman rata-rata 3,56 kaki, minimal 2 kaki dan maksimal 6 kaki. Di
kasus pembunuhan seringkali lebih dalam dangkal.
4. Sikap tubuh di kuburan 50% kasus itu ditemukan dalam postur duduk. Di antaranya 5
kasus dituduhkan pembunuhan semua beragama Hindu, sisa kasus diduga karena
kematian kecelakaan & bunuh diri masing-masing dua. Sisa 50% kasus dalam 5 kasus
mayat berada dalam postur horisontal sedangkan dalam 4 kasus Mayat berada dalam
posisi miring atauSemi-miring
5. Setelah ekshumasi di semua kasus jasad manusia diperiksa di / dekat lokasi digali,
hanya di satu kasus dimana, luka perforasi di tengkorak itu ditemukan, disimpan
untuk pemeriksaan lebih lanjut seperti Xray.
6. Hampir semua kasus (88,88%) terlepas dari lamanya pemakaman, penyebab kematian
terdeteksi dalam bentuk luka mekanis dengan bekuan darah ante-mortem di sekitar,
dengan pemeriksaan mata telanjang.
7. Masa terpendek penguburan di antara kasus yang diteliti adalah 5 hari dan terpanjang
adalah 850 hari, sedangkan durasi rata-rata pemakaman adalah 103 hari.
8. Interval antara kematian & pemakaman, memiliki pengaruh lebih pada laju
dekomposisi tubuh terkubur, bersama dengan durasi penguburan.
9
9. Sampel tanah & jaringan lunak yang terdekomposisi diawetkan dalam dua kasus,
dimana luka & penyakit alami tidak ditemukan selama pemeriksaan post mortem.
10. Post mortem interval, untuk skeletinisasi terjadi, dalam penelitian ini sekitar 2 sampai
3 bulan.
11. Perubahan adipocere dicatat di dalam tubuh dikubur selama lebih dari 38 hari rata-
rata.
Kesimpulan
1. Penggalian bukanlah latihan yang sia-sia dan penyebab kematian dapat ditemukan di
sebagian besar kasus terlepas dari durasi pemakaman.
2. Interval antara tanggal dan waktu kematian sampai tanggal & waktu penguburan juga
faktor penting yang mempengaruhi laju penguraian.
3. Cukup menguntungkan untuk mengadakan ekshumasi dalam kehadiran pakar
kedokteran forensik & toksikologi saja
10
Bab III
Tinjauan Pustaka
Menentukan saat kematian merupakan hal yang penting untuk dilakukan baik pada
kasus kriminal atau sipil. Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenali secara klinis pada
seseorang melalui tanda kematian yaitu perubahan yang terjadi pada mayat. Memperkirakan
saat kematian yang mendekati ketepatan mempunyai arti penting khusunya bila dikaitkan
dengan proses penyidikan, dengan demikian penyidik dapat lebih terarah dan selektif di
dalam melakukan pemeriksaan terhadap para tersangka pelaku tindak pidana.
Benar tidaknya alibi seseorang yang diduga mempunyai hubungan dengan sebab
kematian korban dapat diketahui dari perkiraan saat kematian. Untuk dapat memperkirakan
saat kematian perlu diketahui perubahan-perubahan yang terjadi pada seseorang yang
meninggal dunia dan juga faktor-faktor yang bereperan dalam terjadinya perubahan-
perubahan tersebut. Adapun tanda kematian dibagi atas dua yaitu kematian awal dan
kematian lanjut. Tanda kematian awal adalah pernafasan berhenti, sirkulasi terhenti, kulit
pucat, tonus otot menghilang dan relaksasi, pembulu darah retina mengalami segmentasi dan
pengeringan kornea. Sedangkan kematian lanjut adalah lebam mayat (livor mortis), kaku
11
mayat (rigor mortis), penurunan suhu (algor mortis), pembusukan, dan mumifikasi. Melalui
ekshumasi telah banyak kasus kasus kejahatan yang berhasil diungkapkan kebenarannya.
A. DEFINISI
Kata Ekshumasi berasal dari bahasa latin yaitu “ex” yang artinya diluar dan
“humus” yang artinya tanah. Jadi gabungan dari kedua kata itu adalah diluar tanah,
yang artinya menggali kembali kuburan orang yang sudah meninggal untuk mencari
penyebab kematiannya dan mencari identitas seseorang.1
Ekshumasi adalah suatu tindakan medis yang dilakukan atas dasar undang-
undang dalam rangka pembuktian suatu tindakan pidana dengan menggali kembali
jenazah yang sudah dikuburkan dan berdasarkan izin dari keluarga korban. 2,3 Definisi
ekshumasi tersebut berlaku secara universal tetapi penekanan tujuannya yang berbeda.
Di luar negeri ekshumasi diperkenankan untuk kepentingan asuransi sedangkan di
Indonesia hal tersebut belum pernah dilaporkan karena penekanan tujuan ekshumasi
di Indonesia adalah untuk kepentingan peradilan khususnya tindak pidana. Penggalian
kuburan atau ekshumasi diperlukan untuk tujuan tertentu sesuai dengan kepentingan:2
12
Oleh karena itu sifatnya lebih sederhana dan sifatnya tidak perlu ikut
serta kepolisian dari segi pengamanan pelaksanaan sehingga hanya
untuk mencegah seandainya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
b. Kadang-kadang atas kemauan keluarga sendiri untuk memindahkan
kuburan seseorang ke kuburan lain atau ke kota lain. Untuk tujuan ini
sudah ada cara tertentu dan biasanya tidak menjadi urusan kepolisian.
c. Untuk identifikasi.4
Alasan ekshumasi:2
1. Tertangkapnya terdakwa.
2. Pengakuan terdakwa sudah membunuh dan mengubur seseorang.
3. Adanya kecurigaan tindak pidana.
4. Pemeriksaan ulang atas permintaan hakim, karena pada awalnya sudah
diperiksa tetapi hanya pemeriksaan luar. Tetapi kemudian ada kecurigaan
penyebab kematian karena tindak pidana maka dilakukan autopsi.
5. Awalnya dianggap mati wajar, kemudian ditemukan bukti bahwa penyebab
mati tidak wajar.
13
2. Pada kasus dimana sebab kematian yang tertera dalam surat keterangan
kematian tidak jelas dan menimbulkan pertanyaan, seperti keracunan dan
gantung diri.
3. Pada kasus yang identitas mayat yang dikubur tidak jelas kebenarannya.
4. Pada kasus untuk mendapatkan ganti rugi dari pihak asuransi.
14
Identifikasi pada tulang belulang, saat kegiatan exhumation.
15
B. KETENTUAN HUKUM EKSHUMASI
Permintaan penyidik untuk melakukan pemeriksaan mayat dari penggalian
kuburan ini diatur dalam pasal 135 disini terkait pula pasal 133, 134 dan 136 KUHAP.
Penyidik berhak pula untuk memerintahkan dilakukan penggalian mayat, dan bagi
yang menghalang-halangi atau menolak membantu pihak peradilan dapat dikenakan
sanksi hukum seperti yang tercantum dalam pasal 222 KUHP. Dalam proses
pemeriksaan mayat maka sebaiknya dokter bekerja seteliti mungkin karena apabila
tidak maka pihak peradilan/ penegak hukum dapat meragukan kebenaran hasil
pemeriksaan tersebut dan visum et repertum yang dibuat dokter mungkin tidak akan
dipergunakan sebagai benda bukti di pengadilan. Pekerjaan dokter menjadi sia-sia
serta yang lebih merepotkan lagi bahwa dokter dapat dituntut karena membuat
keterangan palsu, terkait dengan pasal 163 dan pasal 180 KUHAP, dan penggalian
mayat dapat dilakukan kembali.1 Pasal-pasal yang tersebut di atas dapat diperinci
sebagai berikut:5
Ayat 1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan
tindak pidana, ia mengajukan permintaan keterangan kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter atau ahli lainnya.
Ayat 1. Dalam hal sangat diperlukan untuk keperluan pembuktian bedah mayat
tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu
kepada keluarga korban.
16
Pasal 163 KUHAP
Jika keterangan saksi di sidang berbeda dengan keterangan yang terdapat dalam
berita acara, hakim ketua sidang mengingatkan saksi tentang hal itu serta meminta
keterangan mengenai perbedaan yang ada dan dicatat dalam berita acara
pemeriksaan sidang.
Ayat 2. Dalam hal timbul keberatan beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum
terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.
17
penundaan beberapa hari tidak akan membawa pengaruh buruk terhadap pemeriksaan.
Apalagi kalau tertinggal diduga hanya tulang belulang saja, tidaklah perlu terburu-
buru menentukan saat yang baik untuk melakukan pemeriksaan. Dalam hal ini
mungkin dokter masih dapat melakukan identifikasi, kadang-kadang masih dapat
melihat sisa-sisa kekerasan pada tulang seperti fraktur atau retak tulang dan beberapa
jenis racun mungkin masih bisa didapat.1 Penetapan batas waktu untuk penggalian
mayat di beberapa negara memang berbeda, seperti:7,8
India dan Inggris : tidak ada batas waktu (ter masuk Indonesia)
Perancis : 10 tahun
Skotlandia : 20 tahun
Jerman : 30 tahun
C. TATALAKSANA EKSHUMASI
Bila mayat baru beberapa hari dikuburkan maka penggalian kuburan harus
segera dilakukan, tidak boleh ditunda tunda. Tetapi bila telah beberapa bulan
dikuburkan maka penundaan beberapa hari tidak menjadi masalah yang penting.
Segala persiapan harus rapi dan lengkap. Penggalian kubur atau Ekshumasi sebaiknya
dilakukan pada pagi hari atau siang hari, jadi hakim dan petugas yang meminta
penggalian kubur harus hadir pada tempat penggalian kuburan.
Untuk pelaksanaan pembongkaran kuburan perlu persiapan-persiapan dan
syarat kelengkapan serta sarana sarana tertentu serta pengadaan sarana untuk
pelaksanaan penggalian. Secara teknis, prosedur ekshumasi dibagi menjadi:1
1. Persiapan Penggalian Kuburan
a. Surat persetujuan dari keluarga yang meninggal yang menyatakan tidak
berkeberatan bahwa makam atau kuburan tersebut dibongkar.
b. Surat pernyataan dari keluarga, juru kubur, petugas pemerintah setempat
atau saksi-saksi lain yang menyatakan bahwa kuburan tersebut memang
kuburan dari orang-orang yang meninggal yang dimaksudkan.
c. Surat penyitaan dari kuburan yang akan digali sebagai barang bukti yang
dikuasai oleh penyidik (Kepolisian) untuk sementara.
d. Surat permintaan Visum et Repertum kepada Dokter pemerintah, Dokter
Polri atau Dokter setempat untuk pemeriksaan mayat dan penggalian
kuburan.
18
e. Berita acara pembongkaran kuburan harus dibuat secara kronologis serta
sesuai metode kriminalistik yang membuat semua kejadian kejadian sejak
pertama kali kuburan itu dibongkar.
f. Peralatan dan sarana lain yang diperlukan.
2. Pelaksanaan Penggalian Kuburan
a. Perlu dihadiri oleh dokter, penyidik, pemuka masyarakat setempat, pihak
keamanan, petugas pemakaman dan penggali kuburan.
b. Memastikan kuburan yang harus digali dengan kehadiran pihak keluarga
atau ahli waris atau saksi yang mengetahui dan menyaksikan penguburan
diperlukan kehadirannya.
c. Sebelum penggalian, sekitar kuburan harus ditutup dengan tabir (dari
bahan apa saja).
d. Mencatat kronologis acara pembongkaran kuburan:
Siapa saja yang hadir di tempat penggalian (nama dan alamat).
Tempat dan alamat penggalian.
Jam berapa dimulai pemeriksaan kuburan (dari luar).
Tanda-tanda yang ada dicatat, misalnya nisan dibuat dari apa,
berapa tingginya dan bagaimana bentuknya.
Identitas, nama, tanggal kematian dan sebagainya.
Keadaan cuaca, mendung, panas dan sebagainya.
Setiap mencapai kedalaman tertentu harus dicatat diukur dengan
mistar dan difoto. Misalnya jam 09.30 mencapai kedalaman 1
meter.
Keadaan tanah , komposisi tanah, pasir, tanah liat warna merah
atau coklat dan sebagainya. Tanah yang berada disekitar jenazah
diatas, dibawah dan disisi kanan kiri jenazah. Sebaiknya harus
diambil dan dimasukkan kedalam gelas kaca, yang ditempel kertas
label identitas. Sebaiknya sekurang-kurangnya dua sampel tanah
diambil dengan jarak kurang lebih 25 sampai 30 kaki dari kuburan,
hal ini sangat penting pada kasus keracunan. Pada kasus keracunan
Arsenik, racun akan ditemukan di tubuh jenazah pada saat
penggalian kubur dan tanah disekitar jenazah akan mengandung
arsenic.
19
Pada jam berapa mencapai papan penutup liang lahat atau peti
mayat dan sebagainya dan pada kedalaman berapa meter jangan
lupa selalu dibuat fotonya.
Jam berapa peti mayat atau papan penutup diangkat, atau bila tidak
ada peti, jenazah diangkat dari liang lahat.
Bagaimana keadaan jenazah, posisi mayat, keadaan kain kafan dan
lain lain.
Barang barang yang ditemukan.
Saat dokter mulai mengadakan pemeriksaan (autopsi) sampai
selesai.
e. Seandainya autopsi akan dilakukan di Rumah Sakit maka mayat atau peti
mayat sebagai barang bukti harus dibungkus, disegel dan sebagainya
sebelum dikirim ke Rumah Sakit dan harus disertai dengan Berita Acara
dan sebagainya
f. Untuk mengukur dapat disediakan mistar kayu 1 meter atau meteran dari
pita logam 2-5 meter.
g. Peralatan fotografi dilengkapi flash unit dengan film hitam putih oleh
petugas Polri sendiri. Tidak diperkenankan wartawan/ wartawan foto
berada dilokasi pengadilan.
3. Penyerahan ke Penyidik
Tahapan teknis yang terakhir dari ekshumasi adalah dilakukan penyerahan
kembali ke penyidik bahwa pemeriksaan terhadap jenazah telah selesai.
Dimana selanjutnya akan dibuat:
Berita acara pemakaman kembali.
Berita acara penyerahan kembali kuburan kepada keluarga
Kegaitan ekshumasi
20
Untuk melaksanakan penggalian mayat harus dilakukan ha-hal sebagai berikut:
1. Persiapan Penggalian Kuburan
Dokter harus mendapat keterangan yang lengkap tentang peristiwa
kematian atau modus operandi kejahatan, supaya dokter dapat
memusatkan perhatian dan pemeriksaan kepada hal yang dicurigai.
Begitu pula sebelum penggalian dilakukan, identitas mayat harus telah
diberikan kepada dokter, terutama mengenai : jenis Kelamin, umur,
panjang badan, warna dan panjang rambut, keadaan gigi-geligi, tato
kalau ada, cacat didapat atau bawaan dan lain-lain. Biasanya jenazah
tidak bisa dibawa ke rumah sakit. Akan lebih praktis kalau
pemeriksaan dilakukan di tempat. Hanya pada keadaan sangat tertentu,
mayat harus dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Oleh karena
itu perlengkapan autopsi harus dibawa, termasuk ember, stoples bersih
yang belum dipakai, alkohol 95% 2 liter atau lebih, formalin 10%,
kantong plastik untuk membawa sampel tanah, sabun, kapas dan kain
kasa.
2. Waktu yang Baik
Pelaksanaan penggalian kuburan sebaiknya dilakukan pada pagi hari,
karena pada pagi hari daerah kuburan masih sunyi dan masyarakat
belum banyak yang berdatangan untuk menyaksikan penggalian
tersebut, karena panggalian mayat masih sangat asing, sehingga
kemungkinan mereka akan datang berbondong-bondong untuk
menyaksikannya. Bila tidak memungkinkan pagi hari, pemeriksaan
dapat dilakukan siang hari dalam cuaca yang baik.
3. Kehadiran Petugas
Pada saat pelaksanaan penggalian mayat haruslah hadir: Penyidik/
Polisi beserta pihak keamanan, Pemerintah setempat/ Pemuka
masyarakat, dokter beserta pembantunya, keluarga korban/ Ahli waris
korban, petugas pemakaman / Penjaga kuburan, penggali kuburan.
4. Keamanan
Daerah di sekitar dilakukannya penggalian haruslah dipasang tirai yang
tidak tembus pandang untuk menghindari tatapan langsung dari
masyarakat sekitarnya dan dijaga oleh petugas kepolisian, oleh karena
21
nantinya dapat menimbulkan gangguan pada waktu penggalian dan
pemeriksaan.
23
Bab IV
Jurnal Pembanding
Penelitian ini meneliti 18 kasus dengan ekshumasi yang terdiri dari 16 kasus ditemukan
penyebab kematiannya, dan 2 kasus tidak ditemukan penyebab kematiannya. Temuan pada
jurnal ini diantaranya :
1. Waktu penggalian yang dibutuhkan rata-rata adalah 56 menit, minimum 15
menit, dan maksimal 195 menit.
2. Kedalaman pemakaman rata-rata 3,56 kaki, minimal 2 kaki dan maksimal
6 kaki. Pada kasus pembunuhan seringkali lebih dalam dangkal.
3. Sikap tubuh di kuburan 50% kasus itu ditemukan dalam postur duduk. Di
antaranya 5 kasus dituduhkan pembunuhan semua beragama Hindu, sisa
kasus diduga karena kematian kecelakaan & bunuh diri masing-masing
dua. Sisa 50% kasus dalam 5 kasus mayat berada dalam postur horisontal
sedangkan dalam 4 kasus Mayat berada dalam posisi miring atauSemi-
miring
4. Hampir semua kasus (88,88%) terlepas dari lamanya pemakaman,
penyebab kematian terdeteksi dengan pemeriksaan mata telanjang dalam
bentuk luka mekanis dengan bekuan darah ante-mortem di sekitar.
5. Masa terpendek penguburan di antara kasus yang diteliti adalah 5 hari dan
terpanjang adalah 850 hari, sedangkan durasi rata-rata pemakaman adalah
103 hari
6. Interval antara kematian & pemakaman, memiliki pengaruh lebih pada laju
dekomposisi tubuh terkubur, bersama dengan durasi penguburan.
7. Sampel tanah & jaringan lunak yang terdekomposisi diawetkan dalam dua
kasus, dimana luka & penyakit alami tidak ditemukan selama pemeriksaan
post mortem
8. Post mortem interval untuk skeletinisasi terjadi, dalam penelitian ini
sekitar 2 sampai 3 bulan.
9. Perubahan adiposera dicatat pada tubuh dikubur selama rata-rata lebih dari
38 hari.
24
Perbandingan Dengan Jurnal lainnya
25
Daftar Pustaka
26