Вы находитесь на странице: 1из 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mengungkapkan penyebab

kesehatan yang paling banyak merugikan bagi tubuh salah satunya

disebabkan karena tembakau. Hampir disetiap organ tubuh manusia

menimbulkan banyak penyakit dengan total kurang lebih 30 penyakit

mulai dari kepala hingga kaki, mulai dari kanker sampai gangguan janin.

Tembakau dikemas dalam bentuk rokok, sementara itu rokok sendiri bagi

sebagian orang telah dianggap sebagai budaya yang turun-temurun.

Walaupun telah diketahui dengan pasti akibat yang ditimbulkan dari

konsumsi rokok serta advokasi melalui paparan iklan masyarakat tidak

dapat merubah kebiasaan merokok (BPOM, 2015).

Menurut World Health Organization (WHO), jumlah perokok di

dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 miliar yang terdiri dari 47% pria,

12% wanita dan 41% anak-anak (Wahyono, 2010). Pada tahun 2030,

jumlah perokok diperkirakan terus meningkat dan sebagian besar adalah

orang-orang dari kalangan Negara berkembang.

1
2

Saat ini Indonesia menduduki peringkat ke tiga dengan jumlah

perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India. Sejak tahun 1995-2007,

jumlah perokok remaja meningkat hingga 12 kali lipat (kemenkes 2013).

Hasil analisis menunjukkan bahwa prevalesi perokok secara nasional

sekitar 27,7%. Prevalensi perokok ini berbanding terbalik dengan tingkat

pendidikan. Pada laki-laki yang berpendidikan SD di bawah sekitar 74,8%,

SLTP 70,9%, SMU 61,5% dan akademi/perguruan tinggi 44,2%. Di

daerah perdesaan lebih banyak dibanding diperkotaan (Afif Z, 2009).

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 masih sama

dengan tahun 2010 yaitu satu dari tiga orang satu orang didalamnya adalah

perokok. Perilaku merokok bervariasi dari berbagai aspek usia, jenis

kelamin, dan kelompok kerja, seperti pada penduduk berusia 10-14 tahun

ditemukan 1,4 persen perokok dan usia 15 tahun keatas dilaporkan ada

peningkatan perilaku merokok dari 34,2 % tahun 2007 menjadi 36,3 %

tahun 2013. Sementara presentase pengguna rokok 64,9 % persen pada

laki-laki dan 2,1 persen perempuan tahun 2013 (Riskesdas,2013).

Provinsi Jawa Barat adalah salah satu provinsi dengan proporsi

perokok terbanyak di Indonesia yang mengalami peningkatan tahun ke

tahun. Tahun 2013 tercatat proporsi penduduk ≥ 10 tahun yang merokok di

Jawa Barat adalah 27,1% (Riskesdas, 2013). Perokok laki-laki di Jawa

Barat lebih banyak dari pada perokok perempuan, dengan perbandingan

42,9% dan 1,8%. Selanjutnya perokok di Jawa Barat memiliki


3

kecenderungan tinggal di pedesaan 29,3% dari pada di perkotaan 26,0%.

(Riskesdas, 2013).

Data dari TCSC (Tobacco Control Support Center) Indonesia

tahun 2015 bahwa penduduk kota Bandung masuk dalam kategori berat

sekitar 30% hal ini tentu yang sangat mengkhawatirkan. Dimana, 10% dari

penduduk yang kecanduan rokok ini mulai merokok sejak usia 10 tahun.

Di kota Bandung tahun 2016 tercatat ada sekitar 10,9 juta warga kota

Bandung menjadi perokok. Rata-rata mereka menghabiskan 12-29 batang

rokok setiap harinya. Jumlah perokok di kota Bandung ini menyumbang

30% dari total dari penduduk Jawa Barat (TCSC-Indonesia).

Merokok merupakan masalah yang belum bisa terselesaikan

hingga saat ini. Merokok sudah melanda berbagai kalangan, baik anak-

anak sampai orang tua, laki-laki maupun perempuan, terlebih pada siswa-

siswi SMP dan SMU. Banyak faktor yang dapat menyebabkan siswa-

siswi tersebut merokok. Diduga beberapa faktor yang mempengaruhi

perilaku merokok ini diantaranya adalah karena pengaruh orang tua,

pengaruh teman, faktor kepribadian dan karena iklan. Hal ini kalau

dibiarkan akan sangat berpengaruh bagi kondisi fisiknya dan selanjutnya

akan menghambat prestasinya di sekolah (Komalasri D, Helmi AF. 2007).

Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan

atau tidak menentu. Menurut Daradjat (dalam Willis, 2008) remaja

merupakan usia transisi, pada masa ini remaja telah meninggalkan masa

kanak-kanak yang lemah dena penuh kebergantungan, akan tetapi belum


4

mampu bertanggung jawab terhadap dirinya atau masyarakat. Disamping

itu, masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif,

salah satunya adalah merokok. Saat ini banyak ditemukan fenomena

merokok. Kejadian tersebut dapat kita temukan dengan mudah, biasa

ditempat umum, kantor, pasar, terminal ataupun tempat umum lainnya.

Sebenarnya dampak buruk tentang merokok, tetapi hal tersebut tidak

menurunkan jumlah perokok itu sendiri banyak orang yang sudah

mengetahui.

Banyaknya pengguna rokok pada remaja menurut Arifudin tahun

2014 salah satunya dipengaruhi oleh faktor perilaku. Menurut Skinner

dalam buku Sugiyono (2015) perilaku merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu

perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,

dan kemudian organisme tersebut merespon. Dimana perilaku tersebut

didasarkan atas dua determinan: Determinan atau faktor internal, yakni

karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given, atau bawaan.

Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik,lingkungan fisik,

sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya (Sugiyono, 2015).

Keluarga adalah contoh dan model bagi remaja, namun bagi

keluarga yang kurang tahu tentang kesehatan secara tidak langsung

mereka telah mengajarkan perilaku atau pola hidup yang kurang sehat.

Banyaknya remaja yang merokok salah satu pendorongnya adalah dari

pola asuh orang tua mereka yang kurang baik, contohnya saja perilaku
5

orang tua yang merokok dan perilaku tersebut dicontoh oleh anak-anaknya

secara turun-temurun (Susanto, 2013).

Sebagai salah satu tenaga medis yaitu Perawat memiliki peran

yang penting untuk melaksanakn pendidikan kesehatan. Perawat perlu

mekukan peran ini pada semua tatanan pelayanan, baik pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat. Perawat juga perlu melaksanakan

peran ini pada semua tingkat pecegahan, mulai dari tingkat pencegahan

primer sampai dengan tersier. Pendidikan kesehatan harus dilaksanakan

secara terprogram dan sesuai dengan kebutuhan pengetahuan yang mereka

perlukan (WHO, 2008).

Menurut hasil penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Astri

ayu dkk tahun 2014 mengenai hubungan antara pengaruh keluarga dengan

perilaku merokok pada remaja atau siswa di SMP Negeri 1 Slogohimo

Wonogirin dengan jumlah responden 71 siswa, dapat dijelaskan bahwa

siswa dengan dengan pengaruh keluarga tergolong kurang kuat dengan

perilaku merokok negatif sebanyak 23 responden 32,4% dan perilaku

merokok sebanyak 10 responden 14,1%. Siswa dengan pengaruh keluarga

tergolong kuat dengan perilaku merokok sebanyak 13 responden 18,3%

dan dengan perilaku merokok positif sebanyak 25 responden 35,2%.

Menurut hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bayu

Hendra Sukma dan Sandy Kurniajati tahun 2012 mengenai Peran Orang

Tua Dalam Mencegah Perilaku Merokok Dengan Perilaku Merokok Pada

Remaja Putra Di SMA Negeri 3 Kediri. Dari data tabulasi silang dapat
6

diketahui bahwa sebagian besar resonden mempunyai peran orang tua

yang baik dan mempunyai perlaku merokok yaitu sebanyak 47 responden

85,5%, responden yang mempunyai peran orang tua baik dan mempunyai

perilaku tidak merokok yaitu sebanyak 35 responden 35%, responden yang

mempunyai peran orang tua cukup dan mempunyai perilaku merokok

yaitu sebanyak 8 responden 14,5%, dan responden yang mempunyai peran

orang tua cukup dan mempunyai perilaku tidak merokok yaitu sebanyak 2

responden 5,4%.

Dari laporan kerja puskesmas babakan sari kota bandung jumlah

remaja kelurahan babakan sari paling banyak bila dibandingkan dengan

jumlah remaja di kelurahan yang lain yaitu sebanyak 529 orang, serta

didapatkan juga laporan bahwa ramaja banyak yang merokok dan

kebanyakan remaja yang merokok di babakan sari melanjutkan pendidikan

ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 37 Kota Bandung, yang memiliki

jumlah murid dari kelas VII sampai kelas IX yaitu berjumlah 1203 dan

terbagi menjadi 34 kelas dengan jumlah laki-laki adalah 675 dan

perempuan 528 dan rata-rata perkelas yaitu kurang lebih 200 siswa laki-

laki.

Hasil studi pendahuluan pada tanggal 12 Juni 2017 terhadap 10

siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan pada siswa laki-laki SMP

Negeri 37 Kota Bandung mengenai apakah orang tua merokok, apakah

para siswa merokok, mengapa para siswa merokok, apakah orang tua para

siswa mengetahuinya, dan hasilnya dari 10 siswa yang diwawancarai 6


7

siswa yang menjawab. Dari 6 orang siswa yang merokok tersebut

didapatkan 1 orang menyatakan alasan mereka merokok dikarenakan

merokok dapat mengurangi beban pikirinnya dan juga bisa menenangkan

dirinya, 2 orang menyatakan bahwa Kedua orang tuanya tidak mengetahui

bahwa siswa tersebut sudah terbiasa merokok dan 3 orang

mengungkapkan bahwa siswa tersebut merokok karena orang tua nya

merokok.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Hubungan Kebiasaan Merokok Pada

Keluarga Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMP Negeri 37 Kota

Bandung’’

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah ada Hubungan Kebiasaan Merokok Pada

Keluarga Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMP Negeri 37 Kota

Bandung.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok pada keluarga

dengan perilaku merokok pada remaja di SMP Negeri 37 Kota

Bandung.
8

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi gambaran kebiasaan merokok pada keluarga

di SMP Negeri 37 Kota Bandung.

b. Mengidentifikasi perilaku merokok pada remaja SMP Negeri

37 Kota Bandung.

c. Mengidentifikasi “Hubungan Kebiasaan Merokok Pada

Keluarga Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMP

Negeri 37 Kota Bandung’’.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan orang tua/keluarga

dalam berperilaku di depan anak.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi serta

data dasar untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

kebiasaan merokok pada keluarga dan perilaku merokok pada remaja.

3. Bagi STIKes Dharma Husada Bandung

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi

dalam bidang keperawatan tentang Kebiasaan merokok pada keluarga

dengan perilaku merokok pada remaja.


9

E. Ruang lingkup penelitian

Ruang Lingkup Penelitian ini berkaitan dengan bidang keilmuan

keperawatan keluarga dan keperawatan medikal bedah dalam lingkup

“Hubungan Kebiasaan Merokok Pada Keluarga Dengan Perilaku Merokok

Pada Remaja Di SMP Negeri 37 Kota Bandung’’. pada bulan juli 2017
10

Вам также может понравиться