Вы находитесь на странице: 1из 20

KEGIATAN BELAJAR 13

PENERAPAN TERAPI DIET KEPADA PASIEN DENGAN


PENYAKIT INFEKSI (PENYAKIT HIV-AIDS)

A. Penyakit HIV-AIDS

1. Pengertian

Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu infeksi oleh

salah satu dari 2 jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah

putih yang disebut limfosit, menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency

Syndrome) dan penyakit lainnya sebagai akibat dari gangguan kekebalan

tubuh.

Pada awal tahun 1980, para peneliti menemukan peningkatan

mendadak dari 2 jenis penyakit di kalangan kaum homoseksual di Amerika.

Kedua penyakit itu adalah sarkoma Kaposi (sejenis kanker yang jarang

terjadi) dan pneumonia pneumokista (sejenis pneumonia yang hanya terjadi

pada penderita gangguan sistem kekebalan).

Kegagalan sistem kekebalan tubuh yang mengakibatkan timbulnya 2

jenis penyakit yang jarang ditemui ini sekarang dikenal dengan AIDS.

Kegagalan sistem kekebalan juga ditemukan pada para pengguna

obat-obatan terlarang yang disuntikkan, penderita hemofilia, penerima

transfusi darah dan pria biseksual. Beberapa waktu kemudian sindroma ini

juga mulai terjadi pada heteroseksual yang bukan pengguna obat-obatan,

bukan penderita hemofilia dan tidak menerima transfusi darah.

113
AIDS sudah menjadi epidemi di Amerika Serikat dengan lebih dari

500.000 orang terjangkit dan 300.000 meninggal sampai bulan Oktober 1995.

WHO memperkirakan 30-40 juta penduduk dunia akan terinfeksi HIV pada

tahun 2000

2. PENYEBAB

Terdapat 2 jenis virus penyebab AIDS, yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1

paling banyak ditemukan di daerah barat, Eropa, Asia dan Afrika Tengah,

Selatan dan Timur. HIV-2 terutama ditemukan di Afrika Barat.

3. PERJALANAN PENYAKIT

Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini

sel darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke

dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada

akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru.

Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan

menghancurkannya.

Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein

yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. Sel-sel yang memiliki

reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T

penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem

kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang

kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing.

Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga

terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan

114
kanker. Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T

penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun:

a. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL

darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya

menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa

menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang

terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi

tubuh tidak mampu meredakan infeksi.

b. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam darah mencapai

kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel

CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar

partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu

dokter dalam menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita

AIDS.

c. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya

menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka

penderita menjadi rentan terhadap infeksi.

Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B

(limfosit yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi

antibodi yang berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV

115
dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu

dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS.

Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus

menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam

mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang.

4. PENULARAN

Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh yang

mengandung sel terinfeksi atau partikel virus. Yang dimaksud dengan cairan

tubuh disini adalah darah, semen, cairan vagina, cairan serebrospinal dan air

susu ibu. Dalam konsentrasi yang lebih kecil, virus juga terdapat di dalam air

mata, air kemih dan air ludah. HIV ditularkan melalui cara-cara berikut:

a. Hubungan seksual dengan penderita, dimana selaput lendir mulut,

vagina atau rektum berhubungan langsung dengan cairan tubuh yang

terkontaminasi.

b. Suntikan atau infus darah yang terkontaminasi, seperti yang terjadi

pada transfusi darah, pemakaian jarum bersama-sama atau tidak

sengaja tergores oleh jarum yang terkontaminasi virus HIV.

c. Pemindahan virus dari ibu yang terinfeksi kepada anaknya sebelum

atau selama proses kelahiran atau melalui ASI.

116
Kemungkinan terinfeksi oleh HIV meningkat jika kulit atau selaput

lendir robek atau rusak, seperti yang bisa terjadi pada hubungan seksual

yang kasar, baik melalui vagina maupun melalui anus. Penelitian

menunjukkan kemungkinan penularan HIV sangat tinggi pada pasangan

seksual yang menderita herpes, sifilis atau penyakit menular seksual

lainnya, yang mengakibatkan kerusakan pada permukaan kulit. Penularan

juga bisa terjadi pada oral seks (hubungan seksual melalui mulut),

walaupun lebih jarang.

Virus pada penderita wanita yang sedang hamil bisa ditularkan

kepada janinnya pada awal kehamilan (melalui plasenta) atau pada saat

persalinan (melalui jalan lahir). Anak-anak yang sedang disusui oleh ibu

yang terinfeksi HIV bisa tertular melalui ASI. Beberapa anak tertular oleh

virus ini melalui penganiayaan seksual.

HIV tidak ditularkan melalui kontak biasa atau kontak dekat yang

tidak bersifat seksual di tempat bekerja, sekolah ataupun di rumah.

Belum pernah dilaporkan kasus penularan HIV melalui batuk atau bersin

penderita maupun melalui gigitan nyamuk.

Penularan dari seorang dokter atau dokter gigi yang terinfeksi terhadap

pasennya juga sangat jarang terjadi.

117
5. GEJALA

Beberapa penderita menampakkan gejala yang menyerupai

mononukleosis infeksiosa dalam waktu beberapa minggu setelah

terinfeksi. Gejalanya berupa demam, ruam-ruam, pembengkakan kelenjar

getah bening dan rasa tidak enak badan yang berlangsung selama 3-14

hari. Sebagian besar gejala akan menghilang, meskipun kelenjar getah

bening tetap membesar.

Selama beberapa tahun, gejala lainnya tidak muncul. Tetapi

sejumlah besar virus segera akan ditemukan di dalam darah dan cairan

tubuh lainnya, sehingga penderita bisa menularkan penyakitnya. Dalam

waktu beberapa bulan setelah terinfeksi, penderita bisa mengalami gejala-

gejala yang ringan secara berulang yang belum benar-benar

menunjukkan suatu AIDS.

Penderita bisa menunjukkan gejala-gejala infeksi HIV dalam waktu

beberapa tahun sebelum terjadinya infeksi atau tumor yang khas untuk

AIDS.

Gejalanya berupa:

a. pembengkakan kelenjar getah bening

b. penurunan berat badan

c. demam yang hilang-timbul

d. perasaan tidak enak badan

e. lelah

118
f. diare berulang

g. anemia

h. thrush (infeksi jamur di mulut).

Secara definisi, AIDS dimulai dengan rendahnya jumlah limfosit

CD4+ (kurang dari 200 sel/mL darah) atau terjadinya infeksi oportunistik

(infeksi oleh organisme yang pada orang dengan sistem kekebalan yang

baik tidak menimbulkan penyakit). Juga bisa terjadi kanker, seperti sarkoma

Kaposi dan limfoma non-Hodgkin.

Gejala-gejala dari AIDS berasal dari infeksi HIVnya sendiri serta

infeksi oportunistik dan kanker. Tetapi hanya sedikit penderita AIDS yang

meninggal karena efek langsung dari infeksi HIV. Biasanya kematian terjadi

karena efek kumulatif dari berbagai infeksi oportunistik atau tumor.

Organisme dan penyakit yang dalam keadaan normal hanya menimbulkan

pengaruh yang kecil terhadap orang yang sehat, pada penderita AIDS bisa

dengan segera menyebabkan kematian, terutama jika jumlah limfosit CD4+

mencapai 50 sel/mL darah. Beberapa infeksi oportunistik dan kanker

merupakan ciri khas dari munculnya AIDS:

1. Thrush.

Pertumbuhan berlebihan jamur Candida di dalam mulut, vagina atau

kerongkongan, biasanya merupakan infeksi yang pertama muncul.

Infeksi jamur vagina berulang yang sulit diobati seringkali merupakan

gejala dini HIV pada wanita. Tapi infeksi seperti ini juga bisa terjadi pada

119
wanita sehat akibat berbagai faktor seperti pil KB, antibiotik dan

perubahan hormonal.

2. Pneumonia pneumokistik.

Pneumonia karena jamur Pneumocystis carinii merupakan infeksi

oportunistik yang sering berulang pada penderita AIDS. Infeksi ini

seringkali merupakan infeksi oportunistik serius yang pertama kali muncul

dan sebelum ditemukan cara pengobatan dan pencegahannya,

merupakan penyebab tersering dari kematian pada penderita infeksi HIV

3. Toksoplasmosis.

Infeksi kronis oleh Toxoplasma sering terjadi sejak masa kanak-kanak,

tapi gejala hanya timbul pada sekelompok kecil penderita AIDS. Jika

terjadi pengaktivan kembali, maka Toxoplasma bisa menyebabkan infeksi

hebat, terutama di otak.

4. Tuberkulosis.

Tuberkulosis pada penderita infeksi HIV, lebih sering terjadi dan bersifat

lebih mematikan. Mikobakterium jenis lain yaitu Mycobacterium avium,

merupakan penyebab dari timbulnya demam, penurunan berat badan dan

diare pada penderita tuberkulosa stadium lanjut. Tuberkulosis bisa diobati

dan dicegah dengan obat-obat anti tuberkulosa yang biasa digunakan.

5. Infeksi saluran pencernaan.

Infeksi saluran pencernaan oleh parasit Cryptosporidium sering ditemukan

pada penderita AIDS. Parasit ini mungkin didapat dari makanan atau air

120
yang tercemar. Gejalanya berupa diare hebat, nyeri perut dan penurunan

berat badan.

6. Leukoensefalopati multifokal progresif.

Leukoensefalopati multifokal progresif merupakan suatu infeksi virus di

otak yang bisa mempengaruhi fungsi neurologis penderita.

Gejala awal biasanya berupa hilangnya kekuatan lengan atau tungkai dan

hilangnya koordinasi atau keseimbangan.

Dalam beberapa hari atau minggu, penderita tidak mampu berjalan dan

berdiri dan biasanya beberapa bulan kemudian penderita akan meninggal.

7. Infeksi oleh sitomegalovirus.

Infeksi ulangan cenderung terjadi pada stadium lanjut dan seringkali

menyerang retina mata, menyebabkan kebutaan.

Pengobatan dengan obat anti-virus bisa mengendalikan sitomegalovirus.

8. Sarkoma Kaposi.

Sarkoma Kaposi adalah suatu tumor yang tidak nyeri, berwarna merah

sampai ungu, berupa bercak-bercak yang menonjol di kulit.

Tumor ini terutama sering ditemukan pada pria homoseksual.

9. Kanker.

Bisa juga terjadi kanker kelenjar getah bening (limfoma) yang mula-mula

muncul di otak atau organ-organ dalam. Wanita penderita AIDS

cenderung terkena kanker serviks. Pria homoseksual juga mudah terkena

kanker rektum.

121
6. DIAGNOSA

Pemeriksaan yang relatif sederhana dan akurat adalah pemeriksaan

darah yang disebut tes ELISA. Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya

antibodi terhadap HIV, hasil tes secara rutin diperkuat dengan tes yang lebih

akurat.

Ada suatu periode (beberapa minggu atau lebih setelah terinfeksi HI)

dimana antibodi belum positif. Pada periode ini dilakukan pemeriksaan yang

sangat sensitif untuk mendeteksi virus, yaitu antigen P24 . Antigen P24

belakangan ini digunakan untuk menyaringan darah yang disumbangkan untuk

keperluan transfusi.

Jika hasil tes ELISA menunjukkan adanya infeksi HIV, maka pada contoh

darah yang sama dilakukan tes ELISA ulangan untuk memastikannya.

Jika hasil tes ELISA yang kedua juga positif, maka langkah berikutnya

adalah memperkuat diagnosis dengan tes darah yang lebih akurat dan lebih

mahal, yaitu tes apusan Western. Tes ini juga bisam enentukan adanya antibodi

terhadap HIV, tetapi lebih spesifik daripada ELISA. Jika hasil tes Western juga

positif, maka dapat dipastikan orang tersebut terinfeksi HIV.

Pada saat ini sudah banyak obat yang bisa digunakan untuk menangani infeksi

HIV:

1. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor

- AZT (zidovudin)

- ddI (didanosin)

122
- ddC (zalsitabin)

- d4T (stavudin)

- 3TC (lamivudin)

- Abakavir

2. Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor

- Nevirapin

- Delavirdin

- Efavirenz

3. Protease inhibitor

- Saquinavir

- Ritonavir

- Indinavir

- Nelfinavir.

7. PENGOBATAN

Semua obat-obatan tersebut ditujukan untuk mencegah reproduksi virus

sehingga memperlambat progresivitas penyakit. HIV akan segera membentuk

resistensi terhadap obat-obatan tersebut bila digunakan secara tunggal.

Pengobatan paling efektif adalah kombinasi antara 2 obat atau lebih, Kombinasi

obat bisa memperlambat timbulnya AIDS pada penderita HIV positif dan

memperpanjang harapan hidup. Dokter kadang sulit menentukan kapan

dimulainya pemberian obat-obatan ini. Tapi penderita dengan kadar virus yang

tinggi dalam darah harus segera diobati walaupun kadar CD4+nya masih tinggi

dan penderita tidak menunjukkan gejala apapun.

123
AZT, ddI, d4T dan ddC menyebabkan efek samping seperti nyeri

abdomen, mual dan sakit kepala (terutama AZT). Penggunaan AZT terus

menerus bisa merusak sumsum tulang dan menyebabkan anemia. ddI, ddC dan

d4T bisa merusak saraf-saraf perifer. ddI bisa merusak pankreas. Dalam

kelompok nucleoside, 3TC tampaknya mempunyai efek samping yang paling

ringan.

Ketiga protease inhibitor menyebabkan efek samping mual dan muntah,

diare dan gangguan perut. Indinavir menyebabkan kenaikan ringan kadar enzim

hati, bersifat reversibel dan tidak menimbulkan gejala, juga menyebabkan nyeri

punggung hebat (kolik renalis) yang serupa dengan nyeri yang ditimbulkan batu

ginjal. Ritonavir dengan pengaruhnya pada hati menyebabkan naik atau

turunnya kadar obat lain dalam darah.

Kelompok protease inhibitor banyak menyebabkan perubahan

metabolisme tubuh seperti peningkatan kadar gula darah dan kadar lemak, serta

perubahan distribusi lemak tubuh (protease paunch).

Penderita AIDS diberi obat-obatan untuk mencegah infeksi ooportunistik.

Penderita dengan kadar limfosit CD4+ kurang dari 200 sel/mL darah

mendapatkan kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol untuk mencegah

pneumonia pneumokistik dan infeksi toksoplasma ke otak. Penderita dengan

limfosit CD4+ kurang dari 100 sel/mL darah mendapatkan azitromisin seminggu

sekali atau klaritromisin atau rifabutin setiap hari untuk mencegah infeksi

Mycobacterium avium.

124
Penderita yang bisa sembuh dari meningitis kriptokokal atau terinfeksi

candida mendapatkan flukonazol jangka panjang. Penderita dengan infeksi

herpes simpleks berulang mungkin memerlukan pengobatan asiklovir jangka

panjang.

8. PROGNOSIS

Pemaparan terhadap HIV tidak selalu mengakibatkan penularan,

beberapa orang yang terpapar HIV selama bertahun-tahun bisa tidak terinfeksi.

Di sisi lain seseorang yang terinfeksi bisa tidak menampakkan gejala selama

lebih dari 10 tahun. Tanpa pengobatan, infeksi HIV mempunyai resiko 1-2 %

untuk menjdi AIDS pada beberapa tahun pertama. Resiko ini meningkat 5% pada

setiap tahun berikutnya.

Resiko terkena AIDS dalam 10-11 tahun setelah terinfeksi HIV mencapai

50%. Sebelum diketemukan obat-obat terbaru, pada akhirnya semua kasus akan

menjadi AIDS. Pengobatan AIDS telah berhasil menurunkan angka infeksi

oportunistik dan meningkatkan angka harapan hidup penderita. Kombinasi

beberapa jenis obat berhasil menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak

dapat terdeteksi. Tapi belum ada penderita yang terbukti sembuh.

Teknik penghitungan jumlah virus HIV (plasma RNA) dalam darah seperti

polymerase chain reaction (PCR) dan branched deoxyribonucleid acid (bDNA)

test membantu dokter untuk memonitor efek pengobatan dan membantu

125
penilaian prognosis penderita. Kadar virus ini akan bervariasi mulai kurang dari

beberapa ratus sampai lebih dari sejuta virus RNA/mL plasma.

Pada awal penemuan virus HIV, penderita segera mengalami penurunan

kualitas hidupnya setelah dirawat di rumah sakit. Hampir semua penderita akan

meninggal dalam 2 tahun setelah terjangkit AIDS. Dengan perkembangan obat-

obat anti virus terbaru dan metode-metode pengobatan dan pencegahan infeksi

oportunistik yang terus diperbarui, penderita bisa mempertahankan kemampuan

fisik dan mentalnya sampai bertahun-tahun setelah terkena AIDS. Sehingga

pada saat ini bisa dikatakan bahwa AIDS sudah bisa ditangani walaupun belum

bisa disembuhkan.

9. PENCEGAHAN

Program pencegahan penyebaran HIV dipusatkan terutama pada

pendidikan masyarakat mengenai cara penularan HIV, dengan tujuan merubah

kebiasaan orang-orang yang beresiko tinggi untuk tertular.

Cara-cara pencegahan ini adalah:

a. Untuk orang sehat

1. Abstinens (tidak melakukan hubungan seksual)

2. Seks aman (terlindung)

b. Untuk penderita HIV positif

1. Abstinens

2. Seks aman

126
3. Tidak mendonorkan darah atau organ

4. Mencegah kehamilan

5. Memberitahu mitra seksualnya sebelum dan sesudah diketahui

terinfeksi

c. Untuk penyalahguna obat-obatan

1. Menghentikan penggunaan suntikan bekas atau bersama-sama

2. Mengikuti program rehabilitasi

d. Untuk profesional kesehatan

1. Menggunakan sarung tangan lateks pada setiap kontak dengan cairan

tubuh

2. Menggunakan jarum sekali pakai

Bermacam-macam vaksin sudah dicoba untuk mencegah dan

memperlambat progresivitas penyakit, tapi sejauh ini belum ada yang berhasil.

Rumah sakit biasanya tidak mengisolasi penderita HIV kecuali penderita

mengidap penyakit menular seperti tuberkulosa.

Permukaan-permukaan yang terkontaminasi HIV dengan mudah bisa

dibersihkan dan disucihamakan karena virus ini rusak oleh panas dan cairan

desinfektan yang biasa digunakan seperti hidrogen peroksida dan alkohol.

127
10. MANAJEMEN DIIT

a. Tujuan Umum Diit Penyakit HIV/AIDS adalah:

1. Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan

seluruh aspek dukungan gizi pada sema tahap dini penyakit infeksi

HIV

2. Mencapai dan mempertahankan berat badan serta kompiosisi tubuh

yang diharapkan, terutama jaringan otot (lean Body Mass)

3. Memenuhi kebutuhan energi dan semua zat gizi

4. Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diit, olahrag dan

relaksasi

b. Tujuan Khusus Diit HIV/AIDS adalah:

1. Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah

2. Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang terlihat

pada pasien dapat membedakan antara gejala anoreksia, perasaan

kenyang, perubahan indra pengecap dan kesulitan menelan

3. Mencapai dan mempertahankan berat badan normal

4. Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama jarngan

otot)

5. Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat

sesuai dengan kemampuan makan dan jenis terapi yang diberikan

128
c. Syarat-Syarat Diit HIV/AIDS adalah:

1. Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor

stres, aktivitas fisik dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi

sebanyak 13% untuk setiap kenaikan suhu 10C

2. Protein tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan

mengganti jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian protein

disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati

3. Lemak cukup, yaitu 10 – 25% dari kebutuhan energi total. Jenis lemak

disesuaikan dengan toeransi pasien. Apabila ada malabsorbsi lemak,

digunakan lemak dengan ikatan rantai sedang (Medium Chain

tryglyseride/MCT). Minyak ikan (asam lemak omega 3) diberikan

bersama minyak MCT dapat memperbaiki fungsi kekebalan

4. Vitamin dan mineral tinggi, yaitu 1½ kali (150%) Angka Kecukupan Gizi

yang dianjurkan (AKG), terutama vitamin A, B 12, C, E, folat, kalsium,

magnesium, seng dan selenium. Bila perlu daat ditambahkan vitamin

berupa suplemen, tapi megadosis harus dihindari karena dapat

enekan kekebalan tubuh

5. Serat cukup; gunakan seat yang mudah cerna

6. Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pda pasien dengan

gangguan fungsi menelan, pemberian cairan harus hati-hati dan

diberikan bertahap dengan konsistensi yang sesuai. Konsistensi cairan

dapat berupa cairan kental (thick fluid), semi kental (semi thick fluid)

dan cair (thin fluid)

129
7. Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti

(natrium, kalium dan klorida)

8. Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien. Hal ini

sebaiknya dilakukan dengan cara pendekatan perorangan, dengan

melihat kondisi dan toleransi pasien. Apabila terjadi penurunan barat

badan yang cepat, maka dia jurka pemberian makanan melalui pipa

atau sonde sebagai makanan utama atau makanan selingan

9. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering

10. Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik,

termik atau kimia

d. Jenis Diit dan Indikasi Pemberian

Diit AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV, yaitu

kepada pasien dengan:

1. Infeksi HIV positif tanpa gejala

2. Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare, kesulitan

menelan, sariawan dan pembesaran kelenjar getah bening)

3. Infeksi HIV sengan gangguan saraf

4. Infeksi HIV dengan TBC

5. Infeksi HIV dengan kanker dan HIV Wasting Syndrome

Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu

secara oral, enteral (sonde) dan parenteral (infus). Asupan makanan secara

130
oral; sebaiknya dievaluasi secara rutin. Bila tidak mencukupi dianjurkan

pemberian makanan enteral atau parenteral sebagai tambahan atau sebagai

makanan utama. Ada tuga macam diit AIDS yaitu Diit AIDS I, II dan III.

Contoh Menu Sehari

Waktu Makanan Lunak Makanan Biasa

Pagi Bubur havermout Nasi

Telur ½ masak Telur dadar

Susu Setup buncis + wortel susu

Pukul 10.00 Puding karamel bubur kacang hijau

Siang Bubur nasi Nasi

Semur daging ikan goreng

Orak arik telur telur bumbu rujak

Tumis tempe sambal goreng tahu

Setup wortel sayur asem

Air jeruk pepaya

Pukul 16.00 Sirup Sirup

Malam Bubur nasi Nasi

Sup daging + tomat empal daging

Tim tahu oseng-oseng tempe

Sayur bening bayam sup sayuran

Papaya pisang

Bahan makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan

131
Sumber Karbohidrat Semua bahan makanan bahan makanan yang

Kecuali yang menimbulkan menimbulkan gas seperti

Gas ubi jalar

Sumber protein hewani susu, telur, daging dan ayam daging dan ayam berlemak

Tidak berlemak; ikan kulit ayam

Sumber protein nabati Kacang hijau, minyak, semua makanan yang

Margarin, santan dan mengandung lemak tinggi

Kelapa dalam jumlah (digoreng, bersantan kental)

Terbatas

Sayuran sayuran yang tdk menim- sayuran yang menimbulkan

bulkan gas seperti labu gas seperti kol, sawi dan

kuning, wortel, bayam ketimun

kangkung, buncis, kacang

panjang dan tomat

Buah-buahan Pepaya, pisang, jeruk, apel buah-buahan yang menim-

Dan sebagainya bulkan gas, seperti nangka

Dan durian

Bumbu Bumbu yang tidak merang- bumbu yang merangsang

sang, seperti bawang merah seperti cabe, lada, asam,

bawang putih, daun salam, cuka, jahe

ketumbar, laos

Minuman Kecap, sirup, teh dan kopi minuman bersoda dan

Mengandung alkohol

132

Вам также может понравиться

  • Bab II Tinjauan Pustaka Teti Rosnawati.
    Bab II Tinjauan Pustaka Teti Rosnawati.
    Документ14 страниц
    Bab II Tinjauan Pustaka Teti Rosnawati.
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • Power Point Trias Uks
    Power Point Trias Uks
    Документ12 страниц
    Power Point Trias Uks
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • Dokter Kecil
    Dokter Kecil
    Документ66 страниц
    Dokter Kecil
    pinky_siregar
    Оценок пока нет
  • DFFF
    DFFF
    Документ112 страниц
    DFFF
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • KK Bugis Edisi Akhir 2018
    KK Bugis Edisi Akhir 2018
    Документ57 страниц
    KK Bugis Edisi Akhir 2018
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • Proposal Penelitian
    Proposal Penelitian
    Документ6 страниц
    Proposal Penelitian
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • Sop Sikat Gigi Massal
    Sop Sikat Gigi Massal
    Документ2 страницы
    Sop Sikat Gigi Massal
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • Sop Persiapan Pelayanan Gigi
    Sop Persiapan Pelayanan Gigi
    Документ4 страницы
    Sop Persiapan Pelayanan Gigi
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Ukm
    Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Ukm
    Документ2 страницы
    Monitoring Pelaksanaan Kegiatan Ukm
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • Sop Mencuci Tangan
    Sop Mencuci Tangan
    Документ1 страница
    Sop Mencuci Tangan
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • Sop Pelaksanaan Pelayanan Ukgs2
    Sop Pelaksanaan Pelayanan Ukgs2
    Документ1 страница
    Sop Pelaksanaan Pelayanan Ukgs2
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • Sop Persistensi Gigi Sulung
    Sop Persistensi Gigi Sulung
    Документ4 страницы
    Sop Persistensi Gigi Sulung
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • Sop Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah
    Sop Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah
    Документ2 страницы
    Sop Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • Sop Sikat Gigi Massal
    Sop Sikat Gigi Massal
    Документ2 страницы
    Sop Sikat Gigi Massal
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • Sop Mengukur Tinggi Badan
    Sop Mengukur Tinggi Badan
    Документ1 страница
    Sop Mengukur Tinggi Badan
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • 7.4.1 Ep.3 Form Ringkasan Temuan Audit
    7.4.1 Ep.3 Form Ringkasan Temuan Audit
    Документ2 страницы
    7.4.1 Ep.3 Form Ringkasan Temuan Audit
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • Sop Gangren Gigi
    Sop Gangren Gigi
    Документ3 страницы
    Sop Gangren Gigi
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • Format Ic Gigi
    Format Ic Gigi
    Документ2 страницы
    Format Ic Gigi
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • 7.4.2.1 Sop Melibtkn Pasien DLM Mysn Ren - Lay
    7.4.2.1 Sop Melibtkn Pasien DLM Mysn Ren - Lay
    Документ3 страницы
    7.4.2.1 Sop Melibtkn Pasien DLM Mysn Ren - Lay
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • Kak Ukgs PKM Batui 2017
    Kak Ukgs PKM Batui 2017
    Документ3 страницы
    Kak Ukgs PKM Batui 2017
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • Brosur Poli Gigi Teti
    Brosur Poli Gigi Teti
    Документ2 страницы
    Brosur Poli Gigi Teti
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • Kop PKM Bti
    Kop PKM Bti
    Документ2 страницы
    Kop PKM Bti
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • NOTULEN Lay - Terpadu Dan Lay - Medis
    NOTULEN Lay - Terpadu Dan Lay - Medis
    Документ2 страницы
    NOTULEN Lay - Terpadu Dan Lay - Medis
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • Sop Poli Gigi
    Sop Poli Gigi
    Документ30 страниц
    Sop Poli Gigi
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • Modul 14
    Modul 14
    Документ11 страниц
    Modul 14
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • Format Ic Gigi
    Format Ic Gigi
    Документ2 страницы
    Format Ic Gigi
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет
  • Kak Ukgs
    Kak Ukgs
    Документ6 страниц
    Kak Ukgs
    agung
    Оценок пока нет
  • 7.4.1 Ep 2 Pelaksanan Sosialisasi
    7.4.1 Ep 2 Pelaksanan Sosialisasi
    Документ5 страниц
    7.4.1 Ep 2 Pelaksanan Sosialisasi
    sukatani
    100% (1)
  • Sop Poli Gigi
    Sop Poli Gigi
    Документ30 страниц
    Sop Poli Gigi
    Tetty Rosnawaty09
    Оценок пока нет