Вы находитесь на странице: 1из 18

LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK

DI RUANG ANGGREK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Ners Pada Stase
Keperawatan Gerontik

OLEH :

CHANDRA IRAWAN, S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

CAHAYA BANGSA BANJARMASIN

2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK

OLEH:

CHANDRA IRAWAN, S.Kep

MENGETAHUI

Banjarbaru, November 2017

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Agustina Lestari S.Kep, Ns) (Suyatno, S.I.Kom)


A. Definisi Katarak
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya
terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik, pemajanan radiasi,
pemajanan yang lama sinar ultraviolet, atau kelainan mata lain seperti uveitis
anterior (Suzzane C Smeltzer, 2002).
Menurut Corwin (2001), katarak adalah penurunan progresif kejernihan
lensa. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman
penglihatan berkurang. Katarak terjadi apabila protein-protein lensa yang secara
normal transparan terurai dan mengalami koagulasi.
Sedangkan menurut Mansjoer (2000), katarak adalah setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (panambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai
kedua mata dan berjalan progresif.
Jadi, dapat disimpulkan katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya
transparan dan dilalui cahaya menuju retina, dapat disebabkan oleh berbagai hal
sehingga terjadi kerusakan penglihatan.

B. Etiologi Katarak
Menurut Mansjoer (2000), penyebab terjadinya katarak bermacam-
macam. Umumnya adalah usia lanjut (katarak senil), tetapi dapat terjadi secara
kongenital akibat infeksi virus di masa pertumbuhan janin, genetik, dan
gangguan perkembangan. Dapat juga terjadi karena traumatik, terapi
kortikosteroid metabolik, dan kelainan sistemik atau metabolik, seperti diabetes
mellitus, galaktosemia, dan distrofi miotonik. Rokok dan konsumsi alkohol
meningkatkan resiko katarak.
C. Manifestasi Klinik
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien
melaporkan penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan
penglihatan tadi, temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika
lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya
adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan
distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.
Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau
putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun , dan ketika
katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan
mampu memperbaiki penglihatan.
Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk
menghindari silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah
arah. Misalnya, ada yang mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar
tidak akan langsung menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi
berkelepak lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat
mengendarai mobil pada siang hari (Smeltzer, 2002).
Menurut Mansjoer (2000), pada katarak senil, dikenal 4 stadium yaitu:
insipiens, matur, imatur, dan hipermatur.
INSIPIENS MATUR IMATUR HIPERMATUR
KEKERUHAN Ringan Sebagian Seluruh Masif
CAIRAN
Normal Bertambah Normal Berkurang
LENSA
IRIS Normal Terdorong Normal Tremulans
BILIK MATA
Normal Dangkal Normal Dalam
DEPAN
SUDUT BILIK
Normal Sempit Normal Terbuka
MATA
SHADOW
Negative Postitif Negative Pseudopositif
TEST
Uveitis,
PENYULIT - Glaucoma -
Glaukoma

D. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus,
di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior
dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang
dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan
penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein
lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak
ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang
berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti
diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang
normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika seseorang
memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus
diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia
dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam
terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obatobatan, alkohol,
merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka
waktu lama (Smeltzer, 2002).

E. Klasifikasi Katarak
Menurut Dale Vaughan (2000), katarak dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Katarak terkait usia (katarak senilis)
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai.
Satusatunya gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin
kabur.
2. Katarak anak- anak
Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a) Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya.
Banyak katarak kongenital yang tidak diketahui penyebabnya walaupun
mungkin terdapat faktor genetik, yang lain disebabkan oleh penyakit
infeksi atau metabolik, atau beerkaitan dengan berbagai sindrom.
b) Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan
sebab-sebab spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh trauma,
baik tumpul maupun tembus. Penyyebab lain adalah uveitis, infeksi mata
didapat, diabetes dan obat.
3. Katarak traumatic
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa
atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah
masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor
aqueus dan kadang- kadang korpus vitreum masuk kedalam struktur lensa.
4. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraocular
pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul posterior
dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit- penyakit intraokular
yang sering berkaitan dengan pembentukan katarak adalah uveitis kronik
atau rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa dan pelepasan retina.
5. Katarak akibat penyakit sistemik
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik berikut:
diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis atropik,
galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau Down.
6. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai
akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan
nafsu makan). Kortokosteroid yang diberikan dalam waktu lama, baik secara
sistemik maupun dalam bentuk tetes yang dapat menyebabkan kekeruhan
lensa.
7. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak
traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak
ekstrakapsular.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan kecuali bila terdapat dugaan
penyakit sistemik yang harus dieksklusi atau katarak telah terjadi sejak usia
muda. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan
sinar celah (slitlamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin, tonometer
selain daripada pemeriksaan prabedag yang diperlukan lainnya seperti adanya
infeksi pada kelopak mata, konjungtiva, karena dapat komplikasi yang berat
berupa panoftalmitis pasca bedah dan fisik umum.
Pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam pengelihatan
sebelum dilakukan pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding
dengan turunnya tajam pengelihatan.

G. Penatalaksanaan
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian
rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan
penyulit seperti glaukoma dan uveitis (Mansjoer, 2000). Dalam bedah katarak,
lensa diangkat dari mata (ekstraksi lensa) dengan prosedur intrakapsular atau
ekstrakapsular. Ekstraksi intrakapsular yang jarang lagi dilakukan saat ini adalah
mengangkat lensa in toto, yakni didalam kapsulnya melaui insisi limbus superior
140-1600. pada ekstraksi ekstrakapsular juga dilakukan insisi limbus superior,
bagian anterior kapsul dipotong dan diangkat, nukleus diekstraksi dan korteks
lensa dibuang dari mata dengan irigasi dan aspirasi atau tanpa aspirasi sehingga
menyisakan kapsul posterior.
Fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi (atau
keduanya) adalah teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran- getaran
ultrasonik untuk mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi lumbus yang
kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca operasi.
Teknik ini kurang bermanfaat pada katarak senilis yang padat dan keuntungan
insisi lumbus yang kecil agak berkurang jika dimasukkan lensa intraokuler.
Pada beberapa tahun silam, operasi katarak ekstrakapsular telah menggantikan
prosedur intrakapsular sebagai jenis bedah katarak yang paling sering. Alasan
utamanya adalah bahwa apabila kapsul posterior utuh, ahli bedah dapat
memasukkan lensa intra okuler ke dalam kamera posterior. Insiden komplikasi
pasca operasi seperti abasio retina dan edema makula lebih kecil bila kapsul
posteriornya utuh.
Jika digunakan teknik insisi kecil, masa penyembuhan pasca operasi
biasanya lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari operasi itu juga,
tetapi dianjurkan untuk bergerak dengan hati- hati dan menghindari peregangan
atau mengangkat benda berat selama sekitar satu bulan. Matanya dapat dibalut
selama beberapa hari, tetapi kalau matanya terasa nyaman, balutan dapat dibuang
pada hari pertama pasca operasi dan matanya dilindungi dengan kacamata.
Perlindungan pada malam hari dengan pelindung logam diperlukan selama
beberapa minggu. Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah
operasi, tetapi biasanya pasien melihat dengan cukup baik melalui lensa
intraokuler sambil menantikan kacamata permanen.(Vaughan, 2000)

H. Komplikasi
Bila katarak dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaucoma
dan uveitis. Glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokuler yang
menyebabkan atrofi saraf optik dan kebutaan bila tidak teratasi (Doenges, 2000).
Uveitis adalah inflamasi salah satu struktur traktus uvea (Smeltzer, 2002).
Sedangkan komplikasi yang dapat timbul jika dilakukan tindakan operasi adalah
sebagai berikut.
1. Hilangnya vitreous
Hal ini dapat terjadi apabila kapsul posterior mengalami kerusakan selama
operasi, yang mengakibatkan gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik
anterior.
2. Prolaps iris
Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca
operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi, dan
pupil mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera
dengan pembedahan.
3. Endoftalmitis
Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun jarang terjadi
(kurang dari 0,3%). Pasien datang dengan keluhan mata merah yang terasa
nyeri, penurunan tajam pengelihatan (biasanya dalam beberapa hari setelah
pembedahan), pengumpalan sel darah putih di bilik anterior.
4. Astigmatisme pascaoperasi
Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan kornea untuk mengurangi
astigatisme kornea.
5. Edema makular sistoid
Makula menjadi edema setelah pembedahan, terutama bila disertai hilangnya
vitreous. Dapat sembuh seiring waktu namun dapat menyebabkan penurunan
tajam penglihatan yang berat.
6. Ablasio retina
Teknik-teknik modern dalam ekstraksi katarak dihubungkan dengan
rendahya tingkat komplikasi ini. Tingkat komplikasi ini bertambah bila
terdapat kehilangan vitreous.
7. Opasifikasi kapsul posterior
Pada sekitar 20% pasien, kejernihan kapsul posterior berkurang pada
beberapa bulan setelah pembedahan ketika sel epitel residu bermigrasi
melalui permukaannya. Pengelihatan menjadi kabur dan mungkin
didapatkan rasa silau.
8. Resiko iritasi dan infeksi
Jika jahitan nilon halus tidak diangkat setelah pembedahan maka jahitan
dapat lepas dalam beberapa bulan atau tahun setelah pembedahan dan
mengakibatkan iritasi atau infeksi. Gejala hilang dengan pengangkatan
jahitan.

I. Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar
utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk
rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.
1. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/
bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan
masalah primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur,
pandangan ganda, atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat
harus menemukan apakah masalahnya hanya mengenai satu mata atau
dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini. Riwayat
mata yang jelas sangat penting. Apakah pasien pernah mengalami cedera
mata atau infeksi mata?, penyakit apa yang terakhir diderita pasien?.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia
mengenakan kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami
kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan
dalam membaca atau menonton televisi?, bagaimana dengan masalah
membedakan warna atau masalah dengan penglihatan lateral atau perifer?
d) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-
nenek.
3. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop
(Smeltzer, 2002). Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus
ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp
memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasi
opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah
nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya
terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab
okular katarak dapat ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa
menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma
mata sebelumnya (James, 2005).
4. Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut Doenges (2000)
adalah sebagai berikut :
a) Aktivitas / istirahat
Gejala: Perubahan aktivitas biasanya/ hobi sehubungan dengan
gangguan penglihatan.
b) Makanan/ cairan
Gejala: Mual/ muntah.
c) Neurosensori
Gejala: Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa di ruang gelap.
Perubahan kacamata/ pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil, hipersekresi air
mata.
d) Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Ketidaknyamanan ringan/ mata berair.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu snellen,
keratometri, pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka A-scan
ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat
diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan.
Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat
yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL (Smeltzer,
2002).

J. Diagnosa Keperawatan
Menurut Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma (2015), diagnose
keperawatan yang dapat terjadi pada pasien dengan katarak adalah sebagai
berikut.
1. Ansietas b.d kehilangan pandangan komplet, jadwal pembedahan, atau
ketidakmampuan mendapatkan pandangan
2. Resiko infeksi b.d pertahanan primer dan prosedur invasive (bedah
pengangkatan katarak)
3. Resiko cidera b.d peningkatan tekanan intra orbital
4. Nyeri akut b.d proses pembedahan
5. Gangguan sensori persepsi visual b.d gangguan penerimaan sensori/status
organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya
ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap
rangsang.
K. Intervensi
1. Ansietas
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat ansietas, derajat 1. Faktor ini mempengaruhi persepsi
pengalaman nyeri timbulnya gejala pasien terhadap ancaman diri potensial
tiba-tiba dan pengetahuan kondisi ini. siklus ansietas, dan dapat
2. Berikan informasi yang akurat jujur. mempengaruhi upaya medik untuk
Diskusikan kemungkinan bahwa mengontrol TIO.
pengawasan dan pengobatan dapat 2. Menurunkan ansietas sehubungan
mencegah kehilangan penglihatan dengan ketidaktahuan harapan yang
tambahan. akan datang dan memberikan fakta
3. Dorong pasien untuk mengkui masalah untuk membuat pilihan informasi
dan mengekspresikan perasaan. tentang pengobatan.
4. Identifikasi sumber/orang yang 3. Memberikan kesempatan untuk pasien
menolong. menerima situasi nyata mengklarifikasi
salah konsepsi dan pemecahan masalah
4. Memberikan keyakinan bahwa pasien
tidak sendiri dalam menghadapi
masalah.

2. Resiko infeksi
Intervensi Rasional
Mandiri: Mandiri:
5. Diskusikan pentingnya mencuci tangan 1. Menurunkan jumlah bakteri pada
sebelum menyentuh/ mengobati mata. tangan, mencegah kontaminasi area
6. Gunakan/tunjukan teknik yang tepat operasi.
untuk membersihkan mata dari dalam 2. Teknik aseptik menurunkan resiko
keluar dengan tisu basah/ bola kapas penyebaran bakteri dan kontaminasi
untuk tiap usap, ganti balutan , dan silang.
masukan lensa kontak bila
3. Mencegah kontaminasi dan kerusakan
menggunakan. sisi operasi.
7. Tekankan pentingnya tidak menyentuh 4. Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah
/menggaruk mata yang dioperasi. prosedur dan memerlukan upaya
8. Observasi /diskusikan tanda terjadinya intervensi. Adanya ISK meningkatkan
infeksi contoh kemerahan , kelopak kontaminasi silang.
bengkak , drainase purulen. Kolaborasi:
Indentifikasi tindakan kewaspadaan 1. Sediakan topikal diguna setelah
bila terjadi ISK. profilaksis, dimana terapi lebih agresif
Kolaborasi: diperlukan bila terjadi infeksi. Catatan:
5. Beri obat sesuai indikasi: Steriod mungkin ditambahkan pada
a. Antibiotik (topikal, parenteral, atau antibiotik topikal bila pasien
subkonjungtival). mengalami implantasi IOL.
b. Streoid. 2. Digunakan untuk menurunkan
inflamasi.

3. Resiko cidera
Intervensi Rasional
Mandiri: Mandiri:
1. Diskusi apa yang terjadi pada 1. Membantu mengurangi rasa takut dan
pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan meningkatkan kerja sama dalam
aktivitas, penampilan, balutan mata. pembatasan yang diperlukan.
2. Beri pasien posis bersandar, kepala 2. Istirahat hanya beberapa menit sampai
tinggi, atau mirng ke sisi yang tak sakit beberapa jam pada bedah rawat jalan
sesuai keinginan. atau menginap semalam bila terjadi
3. Batasi aktivitas seperti menggerakkan komplikasi.
kepala tiba-tiba, menggaruk mata 3., Menurunkan tekanan pada mata yang
membongkok. sakit, meminimalkan resiko perdarahan
4. Ambulasi dengan bantuan; berikan atau stres pada jahitan terbuka.
kamar mandi khusus bila sembuh dari 4. Menurunkan stres pada area
anestesi. operasi/menurunkan TIO
5. Dorong nafas dalam, batuk untuk 5. Memerlukan sedikit regangan daripada
bersihan paru. penggunaan pispot, yang dapat
6. Anjurkan menggunakan teknik meningkatkan TIO.
manajemen stres contoh, bimbingan 6. Meningkatkan relaksasi dan koping,
imajinasi, visualisasi, nafas dalam dan menurunkan TIO.
latihan relaksasi. 7. Digunakan untuk melindungi dari
7. Pertahankan perlindungan mata sesuai cedera kecelakaan dan menurunkan
indikasi. gerakan mata.
8. Minta pasien untuk membedakan 8. Ketidak nyamanan mungkin karena
antara ketidaknyamanan dan nyeri mata prosedur pembedahan; nyeri akut
tajam tiba-tiba. Selidiki kegelisahan, menunjukkan TIO ddan/atau
disorientasi, gangguan balutan. perdarahan, terjadi karena regangan
Observasi hifema (perdarahan pada atau tak diketahui penyebabnya
mata) pada mata dengan senter sesuai (jaringan sembuh banyak vaskularisasi,
indikasi. dan kapiler sangat rentan).
9. Observasi pembengkakan luka, bilik 9. Menunjukkan proplaps iris atau ruptur
anterior kempes, pupil berbentuk buah luka disebabkan oleh kerusakan jahitan
pir. atau tekanan mata.
Kolaborasi: Kolaborasi
1. Berikan obat sesuai indikasi: 1. Mual/muntah dapat meningkatkan TIO,
c. Antiemetik, contoh proklorperazin memerlukan tindakan segera untuk
(Compazine) mencegah cedera okuler.
d. Beri obat sesuai indikasi: Asetazolamin
2. Diberikan untuk menurunkan TIO bila
(Diamox). terjadi peningkatan
e. Sikloplegis. 3. Membatasi kerja enzim pada produksi
f. Analgesik, contoh Empirin dengan akueus humor.
kodein, asetaminofen (Tyenol). 4. Diberikan untuk melumpuhkan otot
siliar untuk dilatasi dan istirahat iris
setelah pembedahan bila lensa tidak
terganggu.
5. Digunakan untuk ketidaknyamanan
ringan, meningkatkan istirahat/
mencegah gelisah, yang dapat
mempengaruhi TIO.

4. Nyeri akut
Intervensi Rasional
1. Bantu klien dalam mengidentifikasi 1. Membantu dalam membuat diagnosa
tindakan penghilangan nyeri yang dan kebutuhan terapi.
efektif. 2. Nyeri post op dapat terjadi sampai 6
2. Jelaskan bahwa nyeri dapat akan jam post op.
terjadi sampai beberapa jam setelah 3. Beberapa tindakan penghilang nyeri
pembedahan. non invasif adalah tindakan mandiri
3. Lakukan tindakan penghilanagn nyeri yang dapat dilaksanakan perawat dalam
non invasif atau non farmakologik, usaha meningkatkan kenyamanan pada
seperti berikut; klien.
a. Posisi: tinggikan bagian kepala tempat
4. Analgesik mambantu dalam menekan
tidur, berubah-ubah antara berbaring respon nyeri dan menimbulkan
pada punggung dan pada sisi yang tidak kenyamanan pada klien.
dioperasi. 5. Tanda ini menunjukkan peningaktan
b. Distraksi tekanan intra okuli (TIO) atau
c. Latihan relaksasi komplikasi lain.
4. Berikan dukungan tindakan
penghilangan nyeri dengan aalgesik
yang diresepkan.
5. Beritahu doker jika nyeri tidak hilang
setelah ½ jam pemberian obat, jika
nyeri disertai mual atau jika anda
memperhatikan drainase pada
pelindung mata.
5. Gangguan sensori persepsi visual
Intervensi Rasional
Mandiri Mandiri:
1. Tentukan ketajaman penglihatan, catat 1. Kebutuhan individu dan pilihan
apakah satu atau keduanya terlibat. intervensi bervariasi sebab kehilangan
2. Orientasikan pasien terhadap penglihatan terjadi lambat dan
lingkungan, staf, orang lain diareanya. progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat
3. Observasi tanda-tanda dan gejala- berlanjut pada laju yang berbeda.
gajala disorientasi ; pertahankan pagar Tetapi biasanya hanya saja satu mata
tempat tidur sampai benar-benar diperbaiki per prosedur.
sembuh dari anestesia. 2. Memberikan peningkatan kenyamanan
4. Pendengkatan dari sisi yang tak dan kekeluargaan. Menurunkan cemas
dioperasi, bicara dan menyentuh sering; dan disorientasi pascaoperasi.
dorong orang terdekat tinggal dengan 3. Terbangun dalam lingkungan yang
pasien. tidak dikenal dan mengalami
5. Perhatikan tentang suram atau keterbataasan penglihatan dapat
penglihatan kabur dan iritasi mata, mengakibatkan bingung pada orang tua.
dimana dapat terjadi bila menggunakan Menurunkan resiko jatuh bila pasien
tetes mata. bingung/ tak kenal ukuran tempat tidur.
6. Ingatkan pasien bila menggunakan 4. Memberi rangsang sensori tepat
kacamata katarak yang tujuannya terhadap isolasi dan menurunkan
memperbesar kurang lebih 25%, bingung.
penglihatan perifer hilang , dan buta 5. Gangguan penglihatan/ iritasi dapat
titik mungkin ada. berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata
7. Letakkan barang yang dibutuhkan tetapi secara bertahap menurun dengan
/posisi bel pemanggil dalam jangkauan penggunaan. Catatan: iritasi lokal
pada sisi yang tak dioperasi. harus dilaporkan ke dokter, tetapi
jangan hentikan penggunaan obat
sementara.
6. Perubahan ketajaman dan kedalaman
persepsi dapat menyebabkan bingung,
penglihatan/ meningkatkan risiko
cedera sampai pasien belajar untuk
mengkompensasi.
7. Memungkinkan pasien melihat objek
lebih mudah dan memudahkan
panggilan untuk pertolongan bila
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Doengoes, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapis FKUI.

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 2.
Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarthi. Edisi 8. Alih Bahasa Oleh Agung Waluyo. Jakarta: EGC.

Vaughan, Dale. 2000. Oftalmologi Umum. Alih Bahasa Jan Tambajong. Jakarta:
Widya Medika.

Вам также может понравиться

  • Sap Katarak
    Sap Katarak
    Документ10 страниц
    Sap Katarak
    Risma Nisa Aulia
    Оценок пока нет
  • LP Nyeri Gerontik
    LP Nyeri Gerontik
    Документ23 страницы
    LP Nyeri Gerontik
    adesrihandayani
    Оценок пока нет
  • LP + SP Resiko Bunuh Diri
    LP + SP Resiko Bunuh Diri
    Документ13 страниц
    LP + SP Resiko Bunuh Diri
    Gustadino
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Konsep Lansia
    Laporan Pendahuluan Konsep Lansia
    Документ15 страниц
    Laporan Pendahuluan Konsep Lansia
    Anggi Rahmayunita
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Gerontik Fix
    Laporan Kasus Gerontik Fix
    Документ29 страниц
    Laporan Kasus Gerontik Fix
    Miranty Sasqia
    Оценок пока нет
  • SAP Lingkungan Sehat
    SAP Lingkungan Sehat
    Документ10 страниц
    SAP Lingkungan Sehat
    chandra dewi
    Оценок пока нет
  • LP Harga Diri Rendah
    LP Harga Diri Rendah
    Документ50 страниц
    LP Harga Diri Rendah
    Ade Panji Nugroho
    Оценок пока нет
  • Leaflet HDR
    Leaflet HDR
    Документ3 страницы
    Leaflet HDR
    heavyrain
    Оценок пока нет
  • Sap
    Sap
    Документ9 страниц
    Sap
    Anonymous RxjOeoYn9
    Оценок пока нет
  • Askep Jiwa Waham
    Askep Jiwa Waham
    Документ34 страницы
    Askep Jiwa Waham
    Fatma
    Оценок пока нет
  • Askep Jiwa Sdri N Dengan RPK
    Askep Jiwa Sdri N Dengan RPK
    Документ19 страниц
    Askep Jiwa Sdri N Dengan RPK
    Risa Febri
    Оценок пока нет
  • LP Cor
    LP Cor
    Документ14 страниц
    LP Cor
    amel
    100% (1)
  • Askep CA Tiroid
    Askep CA Tiroid
    Документ14 страниц
    Askep CA Tiroid
    Reni Putri
    100% (1)
  • LP Waham
    LP Waham
    Документ14 страниц
    LP Waham
    Irdhan
    Оценок пока нет
  • LP HDR
    LP HDR
    Документ6 страниц
    LP HDR
    TB RSUD Kalideres
    Оценок пока нет
  • Askep Gerontik Temu 12 - Kelompok2
    Askep Gerontik Temu 12 - Kelompok2
    Документ58 страниц
    Askep Gerontik Temu 12 - Kelompok2
    Ni Putu hepina Tresnayanti
    Оценок пока нет
  • Askep DM Pada Lansia
    Askep DM Pada Lansia
    Документ24 страницы
    Askep DM Pada Lansia
    utikdesy
    Оценок пока нет
  • LP Resiko Bunuh Diri
    LP Resiko Bunuh Diri
    Документ10 страниц
    LP Resiko Bunuh Diri
    arsi saputra
    Оценок пока нет
  • LP Isos
    LP Isos
    Документ13 страниц
    LP Isos
    Septiara Iqra
    Оценок пока нет
  • SPTK Halusinasi Pendengaran
    SPTK Halusinasi Pendengaran
    Документ5 страниц
    SPTK Halusinasi Pendengaran
    Ridho Fadila AlFajry
    Оценок пока нет
  • Laporan Seminar Kasus 3
    Laporan Seminar Kasus 3
    Документ51 страница
    Laporan Seminar Kasus 3
    Mergana Satwika Arini II
    Оценок пока нет
  • LP Resiko Bunuh Diri
    LP Resiko Bunuh Diri
    Документ15 страниц
    LP Resiko Bunuh Diri
    Salman Firmansyah
    Оценок пока нет
  • LP+LK Ketoasidosis Diabetikum
    LP+LK Ketoasidosis Diabetikum
    Документ33 страницы
    LP+LK Ketoasidosis Diabetikum
    ida_yeppeoyo
    Оценок пока нет
  • LP Hemoroid
    LP Hemoroid
    Документ9 страниц
    LP Hemoroid
    Rijal
    100% (1)
  • LK Halusinasi
    LK Halusinasi
    Документ22 страницы
    LK Halusinasi
    usep andri
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Bronkitis Kronis
    Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Bronkitis Kronis
    Документ20 страниц
    Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Bronkitis Kronis
    Sri Rahmayuni
    100% (1)
  • LP Meningitis
    LP Meningitis
    Документ13 страниц
    LP Meningitis
    esthidaramastuti
    Оценок пока нет
  • Askep Iccu CHF
    Askep Iccu CHF
    Документ19 страниц
    Askep Iccu CHF
    Novela Imania
    Оценок пока нет
  • Sap Peb-1
    Sap Peb-1
    Документ10 страниц
    Sap Peb-1
    Firosika's House
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Menarik Diri
    Laporan Pendahuluan Menarik Diri
    Документ8 страниц
    Laporan Pendahuluan Menarik Diri
    Asriani Kasim
    Оценок пока нет
  • LP Perilaku Kekerasan
    LP Perilaku Kekerasan
    Документ15 страниц
    LP Perilaku Kekerasan
    HENDRA
    Оценок пока нет
  • SAP Discharge
    SAP Discharge
    Документ13 страниц
    SAP Discharge
    faoziahlaeli
    Оценок пока нет
  • Askep RBD Abimanyu
    Askep RBD Abimanyu
    Документ27 страниц
    Askep RBD Abimanyu
    Indah Nur ' Aini
    Оценок пока нет
  • LP Defisit Perawatan Diri Jiwa
    LP Defisit Perawatan Diri Jiwa
    Документ16 страниц
    LP Defisit Perawatan Diri Jiwa
    acedsatya
    Оценок пока нет
  • Lembar Balik Asam Urat PDF
    Lembar Balik Asam Urat PDF
    Документ8 страниц
    Lembar Balik Asam Urat PDF
    Amaliaa Ayu
    Оценок пока нет
  • Format Pengkajian CHMN 2019
    Format Pengkajian CHMN 2019
    Документ10 страниц
    Format Pengkajian CHMN 2019
    Emi Lestari
    Оценок пока нет
  • LP HDR
    LP HDR
    Документ18 страниц
    LP HDR
    Sedana Yoga
    Оценок пока нет
  • Seminar Kasus
    Seminar Kasus
    Документ22 страницы
    Seminar Kasus
    Shary
    Оценок пока нет
  • Proposal Ronde Keperawatan
    Proposal Ronde Keperawatan
    Документ13 страниц
    Proposal Ronde Keperawatan
    Waiian Siicintabalidamai
    Оценок пока нет
  • Sip Leaflet Gangguan JIwa Perilaku Kekerasan
    Sip Leaflet Gangguan JIwa Perilaku Kekerasan
    Документ3 страницы
    Sip Leaflet Gangguan JIwa Perilaku Kekerasan
    Muhammad Ali Sidik S
    Оценок пока нет
  • Proposal Home Visit Kunjungan Rumah
    Proposal Home Visit Kunjungan Rumah
    Документ14 страниц
    Proposal Home Visit Kunjungan Rumah
    widyafandri
    Оценок пока нет
  • LP HDR
    LP HDR
    Документ21 страница
    LP HDR
    nur
    Оценок пока нет
  • Askep Halusinasi
    Askep Halusinasi
    Документ39 страниц
    Askep Halusinasi
    Evin Lianty
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Halusinasi
    Laporan Pendahuluan Halusinasi
    Документ17 страниц
    Laporan Pendahuluan Halusinasi
    agusrendra
    Оценок пока нет
  • LP Gerontik Rematik
    LP Gerontik Rematik
    Документ15 страниц
    LP Gerontik Rematik
    Khaidir
    Оценок пока нет
  • Askep Chephal Hematoma
    Askep Chephal Hematoma
    Документ6 страниц
    Askep Chephal Hematoma
    Claudius Kevin Napoleon
    0% (1)
  • Defisit Perawatan Diri
    Defisit Perawatan Diri
    Документ7 страниц
    Defisit Perawatan Diri
    Farida Agustiningrum
    Оценок пока нет
  • LP Defisit Perawatan Diri
    LP Defisit Perawatan Diri
    Документ11 страниц
    LP Defisit Perawatan Diri
    yudhi
    100% (1)
  • Gangguan Citra Tubuh
    Gangguan Citra Tubuh
    Документ10 страниц
    Gangguan Citra Tubuh
    Fauziah Hariani
    Оценок пока нет
  • Seminar Kasus I-Sos Kep Jiwa
    Seminar Kasus I-Sos Kep Jiwa
    Документ90 страниц
    Seminar Kasus I-Sos Kep Jiwa
    Destia Mardianty
    100% (2)
  • Askep Igd Fraktur
    Askep Igd Fraktur
    Документ6 страниц
    Askep Igd Fraktur
    Diky Hermawan
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Ansietas
    Laporan Pendahuluan Ansietas
    Документ6 страниц
    Laporan Pendahuluan Ansietas
    Puti Fatimah
    Оценок пока нет
  • Contoh Laporan Gerontik
    Contoh Laporan Gerontik
    Документ25 страниц
    Contoh Laporan Gerontik
    Andriana Dwi Yunita
    Оценок пока нет
  • LP CVA Bleeding
    LP CVA Bleeding
    Документ6 страниц
    LP CVA Bleeding
    Iceio Mch Ice
    Оценок пока нет
  • LP TUMBUH KEMBANG KELUARGA (Kel 1)
    LP TUMBUH KEMBANG KELUARGA (Kel 1)
    Документ28 страниц
    LP TUMBUH KEMBANG KELUARGA (Kel 1)
    Siti Fatimahtusz07
    Оценок пока нет
  • LP Katarak Gerontik
    LP Katarak Gerontik
    Документ19 страниц
    LP Katarak Gerontik
    ani
    Оценок пока нет
  • Katarak 1
    Katarak 1
    Документ20 страниц
    Katarak 1
    Abdul Rohman
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Cvcu
    Laporan Pendahuluan Cvcu
    Документ25 страниц
    Laporan Pendahuluan Cvcu
    miaaudina72
    Оценок пока нет
  • LP Post Op Katarak
    LP Post Op Katarak
    Документ23 страницы
    LP Post Op Katarak
    Remo Ardianto
    Оценок пока нет
  • LP Katarak
    LP Katarak
    Документ25 страниц
    LP Katarak
    ARA YOUTUB
    Оценок пока нет
  • Askep ICU
    Askep ICU
    Документ25 страниц
    Askep ICU
    Ichan Yaya
    Оценок пока нет
  • Profil Rsud Mas Amsyar Kasongan Tahun 2017
    Profil Rsud Mas Amsyar Kasongan Tahun 2017
    Документ30 страниц
    Profil Rsud Mas Amsyar Kasongan Tahun 2017
    Ichan Yaya
    Оценок пока нет
  • Pengaturan Posisi Pasien
    Pengaturan Posisi Pasien
    Документ28 страниц
    Pengaturan Posisi Pasien
    Ichan Yaya
    Оценок пока нет
  • CBT Universitas Lambung Mangkurat
    CBT Universitas Lambung Mangkurat
    Документ6 страниц
    CBT Universitas Lambung Mangkurat
    Ichan Yaya
    Оценок пока нет
  • Sop Rom
    Sop Rom
    Документ6 страниц
    Sop Rom
    Ichan Yaya
    Оценок пока нет
  • Diabetik Foot
    Diabetik Foot
    Документ16 страниц
    Diabetik Foot
    Ichan Yaya
    Оценок пока нет
  • Doop Pijat Oksi Toksin Candra
    Doop Pijat Oksi Toksin Candra
    Документ6 страниц
    Doop Pijat Oksi Toksin Candra
    Ichan Yaya
    Оценок пока нет
  • Teknologi Pengolahan Air Sumur Untuk Air Minum
    Teknologi Pengolahan Air Sumur Untuk Air Minum
    Документ10 страниц
    Teknologi Pengolahan Air Sumur Untuk Air Minum
    Ichan Yaya
    Оценок пока нет
  • Fish Bone Oke
    Fish Bone Oke
    Документ1 страница
    Fish Bone Oke
    Ichan Yaya
    Оценок пока нет